Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 3(1): (2010) Wayan DARMAWAN dan Irsan ALIPRAJA Corresponding Author :
|
|
- Susanto Dharmawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 32 KARAKTERISTIK AUS PISAU PENGERJAAN KAYU KARENA PENGARUH EKSTRAKTIF DAN BAHAN ABRASIF YANG TERKANDUNG PADA KAYU DAN KOMPOSIT KAYU The Wear Characteristics of Cutting Tools Caused by Extractive and Abrasive Material in Woods and Wood Composites Wayan DARMAWAN dan Irsan ALIPRAJA Corresponding Author : wayandar@indo.net.id ABSTRACT This paper presents the effect of extractive and abrasive material of tropical timber (Damar Laut, Mersawa, and Oil Palm wood) and of composite products (Fiber Board and Cement Board) on the wearing of high speed steel and tungsten carbide cutting tools. The extractive content provides a significant contribution on the chemical wearing of the cutting tools. Oil palm wood and Mersawa wood contain extractives which are more corrosive compared to other wood species tested. Mechanical wear resistance is influenced by the abrasive material contained in the wood, especially silica, both in wood and wood composite products. Mersawa wood caused the cutting tools wear faster than other types of solid wood. Cement board as a composite product caused the damaged of the cutting edge of high speed steel tool due to high abrasive materials contained in the the cement board. Tungsten carbide tool has higher wear resistance than high speed steel tool. Keywords : wear resistance, high speed steel, tungsten carbide, silica, extractive PENDAHULUAN Dalam penggunaannya, setiap jenis kayu umumnya akan mengalami proses pengerjaan seperti pemotongan, pembelahan, pengupasan, pengetaman, pembentukan, pembubutan, dan pelubangan. Indikasi keberhasilan dalam suatu proses pengerjaan kayu secara garis besar ditentukan oleh beberapa parameter, di antaranya kualitas hasil pengerjaan, masa pakai pisau, dan konsumsi energi listrik. Berdasarkan pengalaman industri, masa pakai pisau merupakan parameter yang sangat penting, terutama dalam menentukan biaya produksi dan produktivitas. Di industri 1 Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor 2 Alumnus Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor besar, laju penumpulan mata pisau yang tinggi akan menyebabkan pisau harus sering diganti dan diasah, sehingga menghambat proses produksi (menurunkan produktivitas) dan meningkatkan biaya produksi. Darmawan et al. (2006) telah melakukan penelitian mengenai daya tahan aus secara mekanis dan kimia bahan pisau High Speed Steel dan Tungsten Carbide yang diujikanpada lima jenis kayu tropika (kayu Kelapa, Kelapa Sawit, Jati, Pasang, dan Meranti Merah). Hasil dari penelitian mengindikasikan bahwa kandungan ekstraktif memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap keausan bahan pisau secara kimia. Selanjutnya dijelaskan bahwa laju keausan pisau secara mekanis lebih ditentukan oleh besarnya silika yang terkandung dalam kayu. Namun karena beragamnya jenis kayu tropis yang ada, khususnya di Indonesia, dan semakin berkembangnya industri produk komposit kayu seperti kayu lapis, papan partikel, papan serat, dan papan semen, maka diperlukan adanya penelitian tambahan untuk melengkapi data penelitian sebelumnya mengenai karakteristik laju keausan pisau yang disebabkan oleh pengaruh ekstraktif dan bahan abrasif yang terdapat pada kayu dan produk papan komposit. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik aus pisau High Speed Steel dan Tungsten Carbide secara mekanis dan secara kimia karena ekstraktif maupun silika yang terkandung pada kayu dan produk papan komposit. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam rangka pengembangan ilmu pemesinan kayu dan dapat dijadikan pegangan oleh pengusaha kayu dalam memilih pisau yang tepat untuk memotong kayu. BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau pemotong router bit, potongan-potongan kecil pisau, kayu Mersawa, kayu Kelapa Sawit, kayu Damar Laut, Papan Semen, Papan Serat, serbuk kayu Mersawa, serbuk kayu Kelapa Sawit, serbuk kayu Damar Laut, serbuk Papan Semen, serbuk Papan Serat, HCl 4N, AgNO3, dan air destilata.
2 Karakteristik Aus Pisau Pengerjaan Kayu Karena Pengaruh Ekstraktif 33 Pengukuran Keasaman (ph) Kayu Serbuk kayu dengan ukuran 50 mesh sebanyak 5 gram dimasukkan dalam air destilata 50 ml dalam gelas erlenmeyer tertutup, kemudian dipanaskan dalam penangas air pada suhu 80 ºC selama 30 menit. Setelah reaksi, contoh uji didinginkan dan disaring dengan kertas saring dan filtratnya ditampung untuk mengukur ph. Pengukuran nilai ph dilakukan dengan alat ph meter dengan cara memasukkan elektroda ph meter ke dalam gelas piala. Pengukuran Kadar Ekstraktif Kayu Pengukuran kadar ekstraktif kayu dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi air panas. Serbuk kayu berukuran 50 mesh sebanyak 2 ± 0,1 gram (Ba) direndam dalam air destilata panas selama 3 jam pada suhu 100 ºC. Sampel kemudian disaring menggunakan kertas saring Whatman dan dicuci dengan 200 ml air panas dan dikeringkan hingga beratnya konstan pada suhu 105 ± 3 ºC (Bb). Kelarutan ekstraktif kayu dalam air panas dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Ba Bb Kadar Ekstraktif x 100% Bb Pengukuran Kadar Abu Pengujian kadar abu dilakukan dengan menggunakan standar TAPPI T 211 om-85. Serbuk kayu berukuran 50 mesh dipanaskan dalam tanur bersuhu 600 ºC selama 6 jam kemudian dihitung beratnya. Besar kadar abu dihitung dengan menggunakan rumus: Kadar Abu Pengukuran Kadar Silika Kayu Berat Abu x 100% BKO Serbuk Pengujian kadar silika kayu dilakukan dengan menggunakan standar TAPPI T 211 om-85 (Tappi 1991). Abu yang diperoleh dari pengujian kadar abu dipanaskan diatas penangas air bersuhu 80 ºC, setelah sebelumnya ditambahkan 20 ml HCL 4N. Larutan kemudian diencerkan dengan menggunakan air destilata. Larutan disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman dan dicuci hingga bersih menggunakan indikator AgNO3. Kertas saring beserta endapannya dimasukkan ke dalam cawan dan dioven pada suhu 105 ± 3 ºC hingga beratnya tetap (berat silika). Kadar silika dihitung dengan formula: Berat Silika Kadar Silika BKO Serbuk x 100% Pengujian Karakteristik Aus Pisau Secara Kimiawi Pengujian daya tahan aus pisau secara kimiawi dilakukan dengan cara mereaksikan bahan pisau dengan zat ekstraktif kayu. Sepotong bahan pisau berukuran 3 mm x 4 mm x 6 mm dibersihkan dengan menggunakan air destilata panas, ditiriskan hingga kering, dan ditimbang beratnya (Bo). Bahan pisau dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml berisi campuran 20 g serbuk kayu berukuran 50 mesh dan 100 ml air destilata panas. Reaksi akan dikondisikan mendekati kondisi pemotongan kayu yaitu dengan jalan memanaskan erlenmeyer pada suhu 80 ºC di atas alat pemutar sehingga terjadi gesekan selama reaksi. Reaksi akan dipertahankan selama 8 jam dengan pertimbangan bahwa waktu penggunaan pisau di industri adalah 8 jam per hari. Reaksi kemudian dihentikan, potongan pisau dibersihkan dengan menggunakan air destilata panas, ditiriskan hingga kering dan ditimbang beratnya (Br). Persentase kehilangan berat bahan pisau dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Persen kehilangan berat Pengujian Karakteristik Aus Pisau Secara Mekanis Pengujian daya tahan aus pisau secara mekanis dilakukan dengan cara memotong balok uji bebas cacat mata kayu berukuran 60 mm x 120 mm x 500 mm menggunakan Computer Numerical Control (CNC) Router. Kondisi pemotongan disajikan seperti pada Tabel 1. Besarnya aus mata pisau diukur pada sisi clearance setiap panjang pemotongan 200 meter hingga mencapai panjang pemotongan total 2 km. Jumlah dan profil aus mata pisau diukur menggunakan Digital Video Microscope. Tabel 1. Kondisi pemotongan Parameter Kecepatan pemotongan Laju per putaran Putaran bilah Laju pengumpanan Lebar pemotongan Tebal pemotongan HASIL DAN PEMBAHASAN (Bo Br) Br x 100% Kondisi 1004 m/min 0,1 mm/rev rpm 2000 mm/min 2 mm 2 mm Nilai ph dan Kadar Ekstraktif Kayu (Kelarutan Air Panas) Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ph (keasaman) kayu bervariasi berdasarkan jenis kayu. Pada jenis kayu solid, ekstrak kayu Damar Laut memiliki tingkat keasaman paling tinggi, yaitu sebesar 3,51, sedangkan tingkat keasaman paling rendah terdapat pada ekstrak kayu Mersawa sebesar 5,36. Pada produk papan komposit nilai keasaman cenderung bersifat netral, yaitu Papan Serat memiliki ph sebesar 7,78 dan Papan Semen sebesar 7,05 (Tabel 2).
3 34 Darmawan dan Alipraja Tabel 2. Nilai ph ekstrak dan kadar ekstraktif Jenis Kayu Nilai ph Kadar Ekstraktif (%) Mersawa 5,36 15,28 Damar Laut 3,51 18,37 Kelapa Sawit 5,13 15,34 Papan Serat 7,78 18,34 Papan Semen 7,05 10,98 Packman (1960) menyatakan bahwa larutan hasil ekstrak kayu pada umumnya bersifat asam. Dalam Fengel dan Wegener (1983) disebutkan bahwa nilai ph kayu dari daerah beriklim sedang ada dalam kisaran asam lemah hingga sedang (3,3-6,4), sedangkan ph untuk kayu tropika berada dalam kisaran asam lemah hingga basa lemah (3,7-8,2). Pada pengujian kadar ekstraktif kayu, nilai kadar ekstraktif tertinggi terdapat pada kayu Damar Laut, yaitu sebesar 18,37%, sedangkan kadar ekstraktif terendah terdapat pada Papan Semen sebesar 10,98%. Berdasarkan hasil pengujian terlihat bahwa keasaman kayu (nilai ph) memiliki kaitan yang erat dengan kandungan ekstraktif dalam kayu. Kayu yang memiliki kandungan ekstraktif tinggi cenderung memiliki keasaman yang tinggi. Pada kayu solid, Damar Laut yang memiliki kandungan ekstraktif tertinggi (18,25%) juga memiliki tingkat keasaman yang tertinggi (ph 3,51), begitu juga sebaliknya dengan kayu Mersawa yang memiliki kandungan ekstraktif terendah (15,21%) juga memiliki tingkat keasaman yang rendah (5,36). Nawawi dan Widiyanti (2005) menyatakan bahwa zat ekstraktif merupakan komponen kimia kayu yang dapat memberikan kontribusi terhadap ph kayu. Hal tersebut terjadi bila zat ekstraktif kayu banyak terdiri dari senyawa yang bersifat asam. Dalam keadaan seperti itu, maka semakin tinggi kadar ekstraktif kayu, keasaman kayu cenderung semakin tinggi pula. Kadar Silika Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar abu tertinggi terdapat pada Papan Semen sebesar 94,10%, sedangkan untuk kadar abu terendah terdapat pada kayu Damar Laut, yaitu sebesar 0,59% (Tabel 3). Fengel dan Wegener (1983), menyatakan bahwa jumlah abu untuk kayu yang tumbuh di daerah beriklim sedang berkisar antara 0,2-0,5%, tetapi pada kayu tropika kandungan abu sering kali jauh lebih tinggi. Tabel 3. Nilai kadar abu dan silika beberapa jenis kayu serta produk komposit kayu Jenis Kayu Kadar Abu (%) Kadar Silika (%) Mersawa 2,61 2,05 Damar Laut 0,59 0,02 Kelapa Sawit 2,07 1,08 Papan Serat 6,07 2,14 Papan Semen 94,10 55,11 Berdasarkan hasil pengujian terhadap 3 jenis kayu dan 2 produk komposit, Papan Semen memiliki kandungan silika paling tinggi yaitu sebesar 55,11%, sedangkan kadar silika terkecil terdapat pada kayu Damar Laut sebesar 0,02%. Tingginya kadar silika yang terdapat pada Papan Semen disebabkan karena tingginya kandungan partikel semen dalam papan. Disebutkan Moslemi (1994) dalam Triandana (2007), komponen utama oksida-oksida penyusun semen (portland) terdiri dari CaO sebesar 60-67%, SiO2 sebesar 17-25%, Al2O3 sebesar 3-8%, Fe2O3 sebesar 0,5-6%, MgO 0,1-4%, dan SO3 1-3%. Tingginya kandungan silika pada kayu dan produk kompositnya tentu akan sangat berpengaruh terhadap proses pengerjaan kayu khususnya proses pemesinan sehingga perlu mendapat perhatian lebih lanjut. Kehilangan Berat Bahan Pisau dalam Rendaman Serbuk Hasil yang diperoleh dari penelitian memperlihatkan bahwa persentase kehilangan berat terbesar untuk bahan pisau SKH- 51 terdapat pada kayu Kelapa Sawit dan Mersawa sebesar 0,56% dan terkecil terdapat pada Papan Serat dan Papan Semen sebesar 0,19%. Persentase kehilangan berat bahan pisau Tungsten Carbide terbesar terdapat pada jenis kayu Mersawa, Kelapa Sawit, dan Papan Serat sebesar 0,09%. Papan Semen tidak mengakibatkan kehilangan berat bahan pisau Tungsten Carbide (Tabel 4). Tabel 4. Persentase kehilangan berat bahan pisau dalam rendaman serbuk selama 8 jam pada suhu 80 ºC Jenis Kayu Jenis Mersawa Damar Kelapa Papan Papan Pisau laut sawit serat semen SKH-51 0,56 0,37 0,56 0,19 0,19 Tungsten 0,09 0,04 0,09 0,09 0 Hasil yang didapat pada Tabel 4 memperlihatkan persentase kehilangan berat pada bahan pisau High Speed Steel lebih besar dibandingkan persen kehilangan berat yang terjadi pada bahan pisau Tungsten Carbide. Hal tersebut diduga disebabkan oleh beragamnya komponen bahan logam yang menyusun bahan pisau High Speed Steel. Davis (1995) menyatakan bahwa komponen penyusun bahan pisau High Speed Steel (SKH-51) meliputi antara lain karbon, chromium, vandamium, molybdenum, dan tungsten, sedangkan komponen penyusun bahan pisau Tungsten Carbide hanya meliputi unsur tungsten dan karbon. Komponen penyusun bahan pisau yang beragam menyebabkan jenis pisau High Speed Steel lebih rentan terhadap proses korosi dibandingkan jenis pisau Tungsten Carbide. Aus Pisau Secara Mekanis Jumlah aus mata pisau dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.
4 Karakteristik Aus Pisau Pengerjaan Kayu Karena Pengaruh Ekstraktif 35 Tabel 5. Persamaan regresi linear dan koefisien korelasi bagi hubungan antara aus dan panjang pemotongan dari hasil Gambar 1 dan 2. Gambar 1. Hubungan antara jumlah aus mata pisau High Speed Steel dan panjang pemotongan. Gambar 2. Hubungan antara jumlah aus mata pisau Tungsten Carbide dan panjang pemotongan. Berdasarkan pada hasil Gambar 1 dan 2 dapat ditarik persamaan regresi guna menentukan laju keausan pisau dan hasilnya disajikan pada Tabel 5. Jenis Pisau Jenis Kayu Regresi Linier r Mersawa Y=70,L0x + 67,25 0,94 Damar laut Y=10,64x + 40,79 0,97 SKH51 Kelapa sawit Y=14,01x + 132,32 0,85 Papan serat Y=48,95x + 112,39 0,96 Papan semen - - Mersawa Y=12,37x + 50,46 0,96 Damar laut Y=8,77x + 12,04 0,82 Tungsten Kelapa sawit Y=12,27x + 34,50 0,88 Papan serat Y=19,41x + 10,96 0,99 Papan semen Y=18,05x + 20,96 0,96 Catatan : y = jumlah aus pisau, x = panjang pemotongan, r = koefisien korelasi bagi hubungan antara aus dan panjang pemotongan Hasil pada Gambar 1 dan 2 memperlihatkan bahwa jumlah aus yang terjadi pada mata pisau High Speed Steel lebih besar dibandingkan dengan jenis pisau Tungsten Carbide. Hal ini disebabkan karena pisau Tungsten Carbide memiliki tingkat kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan High Speed Steel. Reynolds (1958) menyatakan bahwa jenis pisau Tungsten Carbide memiliki nilai kekerasan hingga 82 HRC, sedangkan pada jenis pisau High Speed Steel nilai kekerasan maksimum hanya mencapai 66 HRC. Selain itu jenis pisau Tungsten Carbide juga memiliki nilai kekakuan, kekuatan tekan, dan konduktivitas yang lebih besar dibandingkan jenis pisau High Speed Steel, sehingga lebih kuat menahan gesekan pada kecepatan pemotongan tinggi. Pada pemotongan kayu solid, Mersawa menyebabkan tingkat keausan pisau paling tinggi jika dibandingkan dengan jenis kayu lainnya (Gambar 3 dan Gambar 4). Hal tersebut diakibatkan karena kayu Mersawa memiliki kandungan silika yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan jenis kayu lainnya yang diuji. Pada proses pemotongan papan komposit, Papan Semen menyebabkan kerusakan serius pada jenis pisau High Speed Steel pada panjang pemotongan 200 meter sehingga proses pengujian tidak dapat dilanjutkan kembali (Gambar 3). Besarnya kerapatan papan serta tingginya kandungan silika dan kecepatan pemotongan menyebabkan mata pisau tidak dapat menahan perubahan bentuk yang terjadi.
5 36 Darmawan dan Alipraja Mersawa Damar Laut Kelapa Sawit Papan Serat Papan Semen Gambar 3. Profil aus pisau high speed steel pada panjang pemotongan 0 m (atas) and 2000 m (bawah) Mersawa Damar Laut Kelapa Sawit Papan Serat Papan Semen Gambar 4. Profil aus pisau tungsten carbide pada panjang pemotongan 0 m (atas) and 2000 m (bawah) KESIMPULAN Mengacu pada hasil-hasil yang diperoleh pada penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu : kandungan ekstraktif yang terdapat pada kayu memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap laju keausan pisau secara kimia. Pada kayu solid, jenis Kelapa Sawit menyebabkan persen kehilangan berat bahan pisau terbesar dibandingkan jenis kayu lain yang diujikan. Kandungan silika kayu memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju keausan pisau akibat proses pemotongan kayu solid. Mersawa dengan kandungan silika yang tinggi lebih cepat menumpulkan pisau dibandingkan jenis kayu solid lainnya. Pada proses pemotongan produk komposit, besarnya laju keausan pisau ditentukan oleh jenis dan kandungan bahan abrasif yang terdapat pada perekat yang digunakan. Pisau Tungsten Carbide memiliki daya tahan aus pisau lebih tinggi dibandingkan High Speed Steel. Saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah : Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam mengenai jenis ekstraktif kayu yang bersifat reaktif terhadap logam bahan pisau. Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam mengenai bentuk dan distribusi silika, terutama pada jenis kayu mersawa agar dapat menjelaskan fenomena besarnya keausan pisau. Perlu
6 Karakteristik Aus Pisau Pengerjaan Kayu Karena Pengaruh Ekstraktif 37 dilakukan penelitian lanjutan mengenai laju keausan pisau terhadap jenis papan komposit lainnya seperti papan partikel dan kayu lapis. DAFTAR PUSTAKA Darmawan W, Rahayu IS, Tanaka C, Marchal R Chemical and Mechanical Wearing of High Speed Steel and Tungsten Carbide Tools by Tropical Woods. Journal of Tropocal Forest Science 18 (4): Davis JR Tool Material. ASM International. Fengel D, Wegener G Kayu: Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-Reaksi. H Sastroamidjojo, penerjemah. Yogyakarta: Gajah Mada Press Nawawi DS, Widiyanti L Nilai ph dan Kadar Ekstraktif Empat Jenis Kayu Tropis serta Pengaruhnya terhadap Pengerasan Perekat. Jurnal Tekhnologi Hasil Hutan. 18 (1): Packman DF The Acidity of Wood. Holzforschung 14(6): Reynolds RV Status of Tungsten Carbide in Woodworking Industry. Forest Product Journal 8 (5) : [TAPPI] Technical Association of the Pulp and Paper Industry Tappi Test Methods : Ash in Wood and Pulp (T211 om-85). Volume 1. Tappi Press. Atlanta Triandana I Kualitas Papan Semen Partikel dari Kayu Gmelina arborea Roxb. dengan Substitusi Fly Ash [skripsi]. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.
III METODOLOGI PENELITIAN
11 III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan September 2011 yang bertempat di laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu
Lebih terperinciIV PEMBAHASAN 4.1 Nilai ph dan Kadar Ekstraktif Kayu (Kelarutan Air Panas)
17 IV PEMBAHASAN 4.1 Nilai ph dan Kadar Ekstraktif Kayu (Kelarutan Air Panas) Nilai ph merupakan ukuran konsentrasi ion-h (atau ion-oh) dalam larutan yang digunakan untuk menentukan sifat keasaman, basa
Lebih terperinciPulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason
Standar Nasional Indonesia ICS 85.040 Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...
Lebih terperinciKARAKTERISTIK AUS PISAU TUNGSTEN CARBIDE TERLAPISI BAHAN PENGERAS PADA PEMOTONGAN KAYU MERSAWA (Anisoptera spp) FAUZAN FAHRUSSIAM
KARAKTERISTIK AUS PISAU TUNGSTEN CARBIDE TERLAPISI BAHAN PENGERAS PADA PEMOTONGAN KAYU MERSAWA (Anisoptera spp) FAUZAN FAHRUSSIAM DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
Lebih terperinciKARAKTERISTIK AUS MATA PISAU PENGERJAAN KAYU KARENA EKSTRAKTIF DAN BAHAN ABRASIF PADA KAYU SOLID DAN KAYU KOMPOSIT
KARAKTERISTIK AUS MATA PISAU PENGERJAAN KAYU KARENA EKSTRAKTIF DAN BAHAN ABRASIF PADA KAYU SOLID DAN KAYU KOMPOSIT LINDA MELINDA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Lebih terperinci(The Change of Wood Acidity during Drying Process)
Perubahan Sifat Keasaman Kayu selama Proses Pengeringan (The Change of Wood Acidity during Drying Process) Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor Kampus IPB Dramaga Bogor
Lebih terperinciOleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009
KARYA TULIS NILAI ph DAN ANALISIS KANDUNGAN KIMIA ZAT EKSTRAKTIF BEBERAPA KULIT KAYU YANG TUMBUH DI KAMPUS USU, MEDAN Oleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP. 132 296 841 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai dengan Mei tahun 2011. Pembuatan serat karbon dari sabut kelapa, karakterisasi XRD dan SEM dilakukan di
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Juli
Lebih terperinciLampiran 1 Prosedur Analisis ph H2O dengan ph Meter Lampiran 2. Prosedur Penetapan NH + 4 dengan Metode Destilasi-Titrasi (ppm)=
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis ph H 2 O dengan ph Meter 1. Timbang 10 gram tanah, masukkan ke dalam botol kocok. 2. Tambahkan air destilata 10 ml. 3. Kocok selama 30 menit dengan mesin pengocok.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %
TINJAUAN PUSTAKA Limbah Penggergajian Eko (2007) menyatakan bahwa limbah utama dari industri kayu adalah potongan - potongan kecil dan serpihan kayu dari hasil penggergajian serta debu dan serbuk gergaji.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kacang kedelai, kacang tanah, oat, dan wortel yang diperoleh dari daerah Bogor. Bahan kimia yang digunakan
Lebih terperinciKertas, karton dan pulp Cara uji kadar abu pada 525 o C
Standar Nasional Indonesia Kertas, karton dan pulp Cara uji kadar abu pada 525 o C ICS 85.040, 85.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...
Lebih terperinciSIFAT KIMIA TIGA JENIS KAYU RAKYAT
SIFAT KIMIA TIGA JENIS KAYU RAKYAT CHEMICAL COMPONENTS OF THREE KINDS OF SOCIAL FORESTRY TIMBER Yuniarti *) *) Staf Pengajar Fakultas Kehutanan UNLAM Banjarbaru ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
8 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian ini menggunakan bahan-bahan berupa tandan kosong sawit (TKS) yang diperoleh dari pabrik kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kertajaya,
Lebih terperinciPEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON
PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON Maria 1, Chris 2, Handoko 3, dan Paravita 4 ABSTRAK : Beton pozzolanic merupakan beton dengan penambahan material
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan
13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,
Lebih terperinciLAMPIRAN C GAMBAR C.1 PEMBUATAN SELULOSA 1. PEMBERSIHAN, PENGERINGAN, DAN PREPARASI SERAT
LAMPIRAN C GAMBAR C.1 PEMBUATAN SELULOSA 1. PEMBERSIHAN, PENGERINGAN, DAN PREPARASI SERAT a. Enceng gondok yang digunakan berasal dari sungai di kawasan Golf. Gambar 16. Enceng Gondok Dari Sungai di Kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian batubara sebagai sumber energi telah menjadi salah satu pilihan di Indonesia sejak harga bahan bakar minyak (BBM) berfluktuasi dan cenderung semakin mahal.
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Persiapan Bahan Baku
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2012. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Peternakan, proses produksi biogas di Laboratorium Pengelolaan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan
17 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2011 hingga Agustus 2011 di Laboratorium Energi dan Listrik Pertanian serta Laboratorium Pindah Panas dan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat-alat yang digunakan Ayakan ukuran 120 mesh, automatic sieve shaker D406, muffle furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat titrasi
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium Kimia,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian
19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia Fakultas MIPA
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium
23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik FMIPA Universitas Lampung. Penyiapan alga Tetraselmis sp
Lebih terperinciMETODE. Materi. Rancangan
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kaca banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk peralatan optik dan biochips akan tetapi proses fabrikasi kaca sangat terbatas, terutama untuk proses-proses
Lebih terperinciMETODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)
LAMPIRAN 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) METODE PENGUJIAN Sebanyak 5 gram sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Untuk pengujianan total oksalat ke dalam Erlenmeyer ditambahkan larutan
Lebih terperinciDAFTAR LAMPIRAN. No. Judul Halaman. 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong... 66
DAFTAR LAMPIRAN No. Judul Halaman 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan... 66 a. Ekstraksi pati ganyong... 66 b. Penentuan kisaran konsentrasi sorbitol untuk membuat edible film 68 c. Penentuan
Lebih terperinciKANDUNGAN DAN KOMPONEN KIMIA KAYU MAKILA
Volume IX Nomor 1 KANDUNGAN DAN KOMPONEN KIMIA KAYU MAKILA (Litsea sp) PADA ARAH AKSIAL (Chemical Components and their Content Along the Axial Direction of Makila (Litsea sp) Wood) Herman Siruru 1) dan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data
12 BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Laboratorium Biokomposit dan Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen
Lebih terperinciModul Mata Kuliah S1. Mata ajaran Kimia Kayu. Tim Pengajar: Prof.Dr.Ir. Wasrin Syafii Ir. Deded Sarip Nawawi, M.Sc
Modul Mata Kuliah S Mata ajaran Kimia Kayu Tim Pengajar: Prof.Dr.Ir. Wasrin Syafii Ir. Deded Sarip Nawawi, M.Sc DIVISI KIMIA HASIL HUTAN DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian
11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian direkatkan dengan semen Portland yang direaksikan dengan
Lebih terperinciLampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel
Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel Tanaman wortel Wortel Lampiran 2. Gambar potongan wortel Potongan wortel basah Potongan wortel kering Lampiran 3. Gambar mesin giling tepung 1 2 4 3 5 Mesin Giling
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penyediaan Pakan Pemeliharaan Hewan Uji
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Kambing Perah milik Yayasan Pesantren Darul Falah Ciampea dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah dan Laboratorium Ilmu dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum Upaya peningkatan kualitas beton terus dilakukan dari waktu ke waktu, untuk mencapai kekuatan yang paling maksimal. Upaya ini terbukti dari munculnya berbagai penelitian
Lebih terperinciLampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)
LAMPIRAN Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) Pereaksi 1. Larutan ADF Larutkan 20 g setil trimetil amonium bromida dalam 1 liter H 2 SO 4 1 N 2. Aseton Cara
Lebih terperinciKARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia
KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT Riski Febriani 1, Usman Malik 2, Antonius Surbakti 2 1 Mahasiswa Program Studi S1Fisika 2 Dosen Jurusan Fisika 2 Dosen Jurusan Fisika Fakultas Matematika
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. a. Motor diesel 4 langkah satu silinder. digunakan adalah sebagai berikut: : Motor Diesel, 1 silinder
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat penelitian a. Motor diesel 4 langkah satu silinder Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah motor disel 4-langkah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tandan Kosong Sawit Jumlah produksi kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, pada tahun 2010 mencapai 21.958.120 ton dan pada tahun 2011 mencapai
Lebih terperinciPEMBUATAN PULP DARI SERAT LIDAH MERTUA (Sansevieria) DENGAN MENGGUNAKAN PROSES SODA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
PEMBUATAN PULP DARI SERAT LIDAH MERTUA (Sansevieria) DENGAN MENGGUNAKAN PROSES SODA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di
13 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Materi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan untuk pembuatan produk, menguji total bakteri asam
Lebih terperinciCara uji kadar sari (ekstrak alcohol - benzena) dalam kayu dan pulp
Standar Nasional Indonesia Cara uji kadar sari (ekstrak alcohol - benzena) dalam kayu dan pulp ICS 67.080.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i 1 Ruang lingkup... 1 2 Definisi... 1
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Indonesia menyebabkan industri kehutanan mengalami krisis bahan baku.
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan akan kayu semakin meningkat dengan semakin berkembangnya pembangunan di Indonesia. Fakta menunjukkan, besarnya laju kerusakan hutan di Indonesia menyebabkan industri
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2011. Pemeliharaan ternak prapemotongan dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Waktu, Lokasi Pengambilan Tanah Gambut dan Tempat Penelitian Bahan gambut berasal dari Kabupaten Dumai, Bengkalis, Indragiri Hilir, Siak, dan Kampar, Provinsi Riau dari
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bubuk susu kedelai bubuk komersial, isolat protein kedelai, glucono delta lactone (GDL), sodium trpolifosfat
Lebih terperinciIII. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN
III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan rangkaian peralatan proses pembuatan faktis yang terdiri dari kompor listrik,panci, termometer, gelas
Lebih terperinciFRAKSINASI KOPAL DENGAN BERBAGAI PELARUT ORGANIK
FRAKSINASI KOPAL DENGAN BERBAGAI PELARUT ORGANIK Ganis Lukmandaru Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada E-mail : ganisarema@lycos.com ABSTRAK Getah kopal dari pohon Agathis (damar) termasuk klasifikasi
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN
III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi talas segar yang dibeli di Bogor (Pasar Gunung Batu, Jalan Perumahan Taman Yasmin, Pasar
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Dalam topik penelitian ini, ada beberapa hasil yang telah dicapai dalam penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan distribusi panas yang terjadi pada proses pemesinan.
Lebih terperinciLAMPIRAN C DOKUMENTASI
LAMPIRAN C DOKUMENTASI C.1 Pembuatan Reaktor Pulp 1. Penyiapan peralatan penunjang reaktor pulp Pengaduk Ternokopel Pemarut Pembaca Suhu Digital Pengatur Suhu Pemanas Motor Pengaduk Peralatan Lainnya yaitu
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan-bahan untuk persiapan bahan, bahan untuk pembuatan tepung nanas dan bahan-bahan analisis. Bahan
Lebih terperinciPENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS
PENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS Padil, Silvia Asri, dan Yelmida Aziz Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Riau, 28293 Email : fadilpps@yahoo.com
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian eksperimental. Sepuluh sampel mie basah diuji secara kualitatif untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas
Lebih terperinciBAB 3 METODE PERCOBAAN
BAB 3 METODE PERCOBAAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan Analisis dilaksanakan di Laboratorium PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan dan Pengendalian Pembangkitan Ombilin yang dilakukan mulai
Lebih terperinciPulp Cara uji kadar selulosa alfa, beta dan gamma
Standar Nasional Indonesia Pulp Cara uji kadar selulosa alfa, beta dan gamma ICS 85.040 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proses Produksi dan Laboratorium Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. B. Bahan Adapun bahan yang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,
Lebih terperinciPerhitungan 20 g yang setara 30 kali kemanisan gula. = 0,6667 g daun stevia kering
LAMPIRAN Lampiran Prosedur analisis sifat kimia Kadar air (SNI 0-90-000) Botol timbang dipanaskan beserta tutupnya (dibuka) dalam oven pada suhu 03 0 ± 0 C selama jam. Didinginkan dalam eksikator dan rapatkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari hingga Juni 2009 dengan rincian waktu penelitian terdapat pada Lampiran 3. Penelitian dilakukan
Lebih terperinciSifat-sifat papan semen partikel yang diuji terdiri atas sifat fisis dan mekanis. Sifat fisis meliputi kerapatan, kadar air, pengembangan tebal dan
PARDOMUAN SJDABUTAR. E02495009. Pengaruh Macam Dan Kadar Katalis Terhadap Sifat Papan Semen Partikel Acacia nrangirtm Willd., Dibawah Bimbingan Ir. Bedyaman Tambunan dan Ir. I.M. Sulastiningsih MSc. Papan
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Penelitian. Alat penelitian a. Sepeda Motor Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah motor bensin 4-langkah 0 cc. Adapun spesifikasi
Lebih terperincidimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)
Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu
Lebih terperinciLampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah
30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PE ELITIA
10 III. METODOLOGI PE ELITIA 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di areal IUPHHK PT. DRT, Riau. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap pertama pengambilan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan Maret 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika
Lebih terperinciIII. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN. 1. Analisis Mutu Minyak Sawit Kasar. 2. Pengukuran Densitas Minyak Sawit Kasar
III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak sawit kasar (crude palm oil/cpo) CPO yang berasal dari empat perusahaan di Indonesia, yaitu PT. Sinar Meadow
Lebih terperinciAtas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.
Lampiran 1. Lembar Uji Hedonik Nama : Usia : Pekerjaan : Pengujian organoleptik dilakukan terhadap warna, aroma, rasa dan kekentalan yoghurt dengan metoda uji kesukaan/hedonik. Skala hedonik yang digunakan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang
20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang Analisis Pati dan Karbohidrat), Laboratorium Pengolahan Limbah Hasil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair mempunyai gaya tarik kearah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gayagaya ini
Lebih terperincisnl %ts Gara uii kadar abu, silika dan silikat dalam kayu dan PulP kayu snl Standar Nasional Indonesia rcs
%ts snl Standar Nasional Indonesia snl 14-1031-1989 rcs. 85.040 Gara uii kadar abu, silika dan silikat dalam kayu dan PulP kayu Dewan Standardisasi Nasional - DSN Daftar isi Halaman l. Ruang lingkup...
Lebih terperinciBAB III. BAHAN DAN METODE
10 BAB III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan dari bulan Februari dan berakhir pada bulan Agustus 2011. Proses pembuatan dan pengujian arang aktif dilakukan
Lebih terperinciL A M P I R A N. Lampiran 1. Dokumentasi. Gambar 1. Mesin Operator MBE. Gambar 2. Mesin Operator MBE
L A M P I R A N Lampiran 1 Dokumentasi Gambar 1. Mesin Operator MBE Gambar 2. Mesin Operator MBE Gambar 3. Indikator Radiasi MBE Gambar 4. Proses Iradiasi MBE Gambar 5. Mesin Berkas Elektron (MBE) Gambar
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah permen jelly pepaya yang terbuat dari pepaya varietas IPB 1 dengan bahan tambahan sukrosa, ekstrak rumput
Lebih terperinciPupuk dolomit SNI
Standar Nasional Indonesia Pupuk dolomit ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Syarat mutu... 1 4 Pengambilan contoh...
Lebih terperinciPulp - Cara uji bilangan kappa
Standar Nasional Indonesia Pulp - Cara uji bilangan kappa ICS 85.040 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah Kerja Penelitian Studi literatur merupakan input dari penelitian ini. Langkah kerja peneliti yang akan dilakukan meliputi pengambilan data potensi, teknik pemanenan
Lebih terperinciPengaruh Penambahan Abu Terbang (Fly Ash) Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen Tipe PCC Serta Analisis Air Laut Yang Digunakan Untuk Perendaman
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 213 Pengaruh Penambahan Abu Terbang (Fly Ash) Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen Tipe PCC Serta Analisis Air Laut Yang Digunakan Untuk Perendaman Yulizar Yusuf,
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1 Dokumentasi Serbuk Rami padi yang telah di blender.
LAMPIRAN Lampiran 1 Dokumentasi Serbuk Rami padi yang telah di blender. Lampiran 2, Dokumentasi Mesin Berkas Elektron (MBE) 350 kev/10 ma. Lampiran 3, Dokumentasi Pengerjaan Dilaboratorium Stirer Rami
Lebih terperinciSifat Fisik Dan Kimia Ikatan Pembuluh Pada Batang Kelapa Sawit (Physical and Chemical Properties of Oil Palm Trunk Vascular Bundles)
FORESTA, Indonesian Journal of Forestry 1 (2) 2012: 34-40 ISSN: 2089-9890 Sifat Fisik Dan Kimia Ikatan Pembuluh Pada Batang Kelapa Sawit (Physical and Chemical Properties of Oil Palm Trunk Vascular Bundles)
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, dan bahan pembantu berupa metanol, HCl dan NaOH teknis. Selain bahan-bahan di atas,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B
Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil
19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai
13 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai penjual di Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang Bawang dan Laboratorium
Lebih terperinciGRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO) NAMA : KARMILA (H311 09 289) FEBRIANTI R LANGAN (H311 10 279) KELOMPOK : VI (ENAM) HARI / TANGGAL : JUMAT / 22 MARET
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan
Lebih terperinciANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY
ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY Sobron Yamin Lubis & Agustinus Christian Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. Rancangan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan. Pemeliharaan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang, Laboratorium Keamanan dan Mutu Pangan Universitas Brawijaya Malang. Penelitian
Lebih terperinci