Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 3(1): (2010) Wayan DARMAWAN dan Irsan ALIPRAJA Corresponding Author :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 3(1): (2010) Wayan DARMAWAN dan Irsan ALIPRAJA Corresponding Author :"

Transkripsi

1 32 KARAKTERISTIK AUS PISAU PENGERJAAN KAYU KARENA PENGARUH EKSTRAKTIF DAN BAHAN ABRASIF YANG TERKANDUNG PADA KAYU DAN KOMPOSIT KAYU The Wear Characteristics of Cutting Tools Caused by Extractive and Abrasive Material in Woods and Wood Composites Wayan DARMAWAN dan Irsan ALIPRAJA Corresponding Author : wayandar@indo.net.id ABSTRACT This paper presents the effect of extractive and abrasive material of tropical timber (Damar Laut, Mersawa, and Oil Palm wood) and of composite products (Fiber Board and Cement Board) on the wearing of high speed steel and tungsten carbide cutting tools. The extractive content provides a significant contribution on the chemical wearing of the cutting tools. Oil palm wood and Mersawa wood contain extractives which are more corrosive compared to other wood species tested. Mechanical wear resistance is influenced by the abrasive material contained in the wood, especially silica, both in wood and wood composite products. Mersawa wood caused the cutting tools wear faster than other types of solid wood. Cement board as a composite product caused the damaged of the cutting edge of high speed steel tool due to high abrasive materials contained in the the cement board. Tungsten carbide tool has higher wear resistance than high speed steel tool. Keywords : wear resistance, high speed steel, tungsten carbide, silica, extractive PENDAHULUAN Dalam penggunaannya, setiap jenis kayu umumnya akan mengalami proses pengerjaan seperti pemotongan, pembelahan, pengupasan, pengetaman, pembentukan, pembubutan, dan pelubangan. Indikasi keberhasilan dalam suatu proses pengerjaan kayu secara garis besar ditentukan oleh beberapa parameter, di antaranya kualitas hasil pengerjaan, masa pakai pisau, dan konsumsi energi listrik. Berdasarkan pengalaman industri, masa pakai pisau merupakan parameter yang sangat penting, terutama dalam menentukan biaya produksi dan produktivitas. Di industri 1 Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor 2 Alumnus Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor besar, laju penumpulan mata pisau yang tinggi akan menyebabkan pisau harus sering diganti dan diasah, sehingga menghambat proses produksi (menurunkan produktivitas) dan meningkatkan biaya produksi. Darmawan et al. (2006) telah melakukan penelitian mengenai daya tahan aus secara mekanis dan kimia bahan pisau High Speed Steel dan Tungsten Carbide yang diujikanpada lima jenis kayu tropika (kayu Kelapa, Kelapa Sawit, Jati, Pasang, dan Meranti Merah). Hasil dari penelitian mengindikasikan bahwa kandungan ekstraktif memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap keausan bahan pisau secara kimia. Selanjutnya dijelaskan bahwa laju keausan pisau secara mekanis lebih ditentukan oleh besarnya silika yang terkandung dalam kayu. Namun karena beragamnya jenis kayu tropis yang ada, khususnya di Indonesia, dan semakin berkembangnya industri produk komposit kayu seperti kayu lapis, papan partikel, papan serat, dan papan semen, maka diperlukan adanya penelitian tambahan untuk melengkapi data penelitian sebelumnya mengenai karakteristik laju keausan pisau yang disebabkan oleh pengaruh ekstraktif dan bahan abrasif yang terdapat pada kayu dan produk papan komposit. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik aus pisau High Speed Steel dan Tungsten Carbide secara mekanis dan secara kimia karena ekstraktif maupun silika yang terkandung pada kayu dan produk papan komposit. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam rangka pengembangan ilmu pemesinan kayu dan dapat dijadikan pegangan oleh pengusaha kayu dalam memilih pisau yang tepat untuk memotong kayu. BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau pemotong router bit, potongan-potongan kecil pisau, kayu Mersawa, kayu Kelapa Sawit, kayu Damar Laut, Papan Semen, Papan Serat, serbuk kayu Mersawa, serbuk kayu Kelapa Sawit, serbuk kayu Damar Laut, serbuk Papan Semen, serbuk Papan Serat, HCl 4N, AgNO3, dan air destilata.

2 Karakteristik Aus Pisau Pengerjaan Kayu Karena Pengaruh Ekstraktif 33 Pengukuran Keasaman (ph) Kayu Serbuk kayu dengan ukuran 50 mesh sebanyak 5 gram dimasukkan dalam air destilata 50 ml dalam gelas erlenmeyer tertutup, kemudian dipanaskan dalam penangas air pada suhu 80 ºC selama 30 menit. Setelah reaksi, contoh uji didinginkan dan disaring dengan kertas saring dan filtratnya ditampung untuk mengukur ph. Pengukuran nilai ph dilakukan dengan alat ph meter dengan cara memasukkan elektroda ph meter ke dalam gelas piala. Pengukuran Kadar Ekstraktif Kayu Pengukuran kadar ekstraktif kayu dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi air panas. Serbuk kayu berukuran 50 mesh sebanyak 2 ± 0,1 gram (Ba) direndam dalam air destilata panas selama 3 jam pada suhu 100 ºC. Sampel kemudian disaring menggunakan kertas saring Whatman dan dicuci dengan 200 ml air panas dan dikeringkan hingga beratnya konstan pada suhu 105 ± 3 ºC (Bb). Kelarutan ekstraktif kayu dalam air panas dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Ba Bb Kadar Ekstraktif x 100% Bb Pengukuran Kadar Abu Pengujian kadar abu dilakukan dengan menggunakan standar TAPPI T 211 om-85. Serbuk kayu berukuran 50 mesh dipanaskan dalam tanur bersuhu 600 ºC selama 6 jam kemudian dihitung beratnya. Besar kadar abu dihitung dengan menggunakan rumus: Kadar Abu Pengukuran Kadar Silika Kayu Berat Abu x 100% BKO Serbuk Pengujian kadar silika kayu dilakukan dengan menggunakan standar TAPPI T 211 om-85 (Tappi 1991). Abu yang diperoleh dari pengujian kadar abu dipanaskan diatas penangas air bersuhu 80 ºC, setelah sebelumnya ditambahkan 20 ml HCL 4N. Larutan kemudian diencerkan dengan menggunakan air destilata. Larutan disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman dan dicuci hingga bersih menggunakan indikator AgNO3. Kertas saring beserta endapannya dimasukkan ke dalam cawan dan dioven pada suhu 105 ± 3 ºC hingga beratnya tetap (berat silika). Kadar silika dihitung dengan formula: Berat Silika Kadar Silika BKO Serbuk x 100% Pengujian Karakteristik Aus Pisau Secara Kimiawi Pengujian daya tahan aus pisau secara kimiawi dilakukan dengan cara mereaksikan bahan pisau dengan zat ekstraktif kayu. Sepotong bahan pisau berukuran 3 mm x 4 mm x 6 mm dibersihkan dengan menggunakan air destilata panas, ditiriskan hingga kering, dan ditimbang beratnya (Bo). Bahan pisau dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml berisi campuran 20 g serbuk kayu berukuran 50 mesh dan 100 ml air destilata panas. Reaksi akan dikondisikan mendekati kondisi pemotongan kayu yaitu dengan jalan memanaskan erlenmeyer pada suhu 80 ºC di atas alat pemutar sehingga terjadi gesekan selama reaksi. Reaksi akan dipertahankan selama 8 jam dengan pertimbangan bahwa waktu penggunaan pisau di industri adalah 8 jam per hari. Reaksi kemudian dihentikan, potongan pisau dibersihkan dengan menggunakan air destilata panas, ditiriskan hingga kering dan ditimbang beratnya (Br). Persentase kehilangan berat bahan pisau dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Persen kehilangan berat Pengujian Karakteristik Aus Pisau Secara Mekanis Pengujian daya tahan aus pisau secara mekanis dilakukan dengan cara memotong balok uji bebas cacat mata kayu berukuran 60 mm x 120 mm x 500 mm menggunakan Computer Numerical Control (CNC) Router. Kondisi pemotongan disajikan seperti pada Tabel 1. Besarnya aus mata pisau diukur pada sisi clearance setiap panjang pemotongan 200 meter hingga mencapai panjang pemotongan total 2 km. Jumlah dan profil aus mata pisau diukur menggunakan Digital Video Microscope. Tabel 1. Kondisi pemotongan Parameter Kecepatan pemotongan Laju per putaran Putaran bilah Laju pengumpanan Lebar pemotongan Tebal pemotongan HASIL DAN PEMBAHASAN (Bo Br) Br x 100% Kondisi 1004 m/min 0,1 mm/rev rpm 2000 mm/min 2 mm 2 mm Nilai ph dan Kadar Ekstraktif Kayu (Kelarutan Air Panas) Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ph (keasaman) kayu bervariasi berdasarkan jenis kayu. Pada jenis kayu solid, ekstrak kayu Damar Laut memiliki tingkat keasaman paling tinggi, yaitu sebesar 3,51, sedangkan tingkat keasaman paling rendah terdapat pada ekstrak kayu Mersawa sebesar 5,36. Pada produk papan komposit nilai keasaman cenderung bersifat netral, yaitu Papan Serat memiliki ph sebesar 7,78 dan Papan Semen sebesar 7,05 (Tabel 2).

3 34 Darmawan dan Alipraja Tabel 2. Nilai ph ekstrak dan kadar ekstraktif Jenis Kayu Nilai ph Kadar Ekstraktif (%) Mersawa 5,36 15,28 Damar Laut 3,51 18,37 Kelapa Sawit 5,13 15,34 Papan Serat 7,78 18,34 Papan Semen 7,05 10,98 Packman (1960) menyatakan bahwa larutan hasil ekstrak kayu pada umumnya bersifat asam. Dalam Fengel dan Wegener (1983) disebutkan bahwa nilai ph kayu dari daerah beriklim sedang ada dalam kisaran asam lemah hingga sedang (3,3-6,4), sedangkan ph untuk kayu tropika berada dalam kisaran asam lemah hingga basa lemah (3,7-8,2). Pada pengujian kadar ekstraktif kayu, nilai kadar ekstraktif tertinggi terdapat pada kayu Damar Laut, yaitu sebesar 18,37%, sedangkan kadar ekstraktif terendah terdapat pada Papan Semen sebesar 10,98%. Berdasarkan hasil pengujian terlihat bahwa keasaman kayu (nilai ph) memiliki kaitan yang erat dengan kandungan ekstraktif dalam kayu. Kayu yang memiliki kandungan ekstraktif tinggi cenderung memiliki keasaman yang tinggi. Pada kayu solid, Damar Laut yang memiliki kandungan ekstraktif tertinggi (18,25%) juga memiliki tingkat keasaman yang tertinggi (ph 3,51), begitu juga sebaliknya dengan kayu Mersawa yang memiliki kandungan ekstraktif terendah (15,21%) juga memiliki tingkat keasaman yang rendah (5,36). Nawawi dan Widiyanti (2005) menyatakan bahwa zat ekstraktif merupakan komponen kimia kayu yang dapat memberikan kontribusi terhadap ph kayu. Hal tersebut terjadi bila zat ekstraktif kayu banyak terdiri dari senyawa yang bersifat asam. Dalam keadaan seperti itu, maka semakin tinggi kadar ekstraktif kayu, keasaman kayu cenderung semakin tinggi pula. Kadar Silika Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar abu tertinggi terdapat pada Papan Semen sebesar 94,10%, sedangkan untuk kadar abu terendah terdapat pada kayu Damar Laut, yaitu sebesar 0,59% (Tabel 3). Fengel dan Wegener (1983), menyatakan bahwa jumlah abu untuk kayu yang tumbuh di daerah beriklim sedang berkisar antara 0,2-0,5%, tetapi pada kayu tropika kandungan abu sering kali jauh lebih tinggi. Tabel 3. Nilai kadar abu dan silika beberapa jenis kayu serta produk komposit kayu Jenis Kayu Kadar Abu (%) Kadar Silika (%) Mersawa 2,61 2,05 Damar Laut 0,59 0,02 Kelapa Sawit 2,07 1,08 Papan Serat 6,07 2,14 Papan Semen 94,10 55,11 Berdasarkan hasil pengujian terhadap 3 jenis kayu dan 2 produk komposit, Papan Semen memiliki kandungan silika paling tinggi yaitu sebesar 55,11%, sedangkan kadar silika terkecil terdapat pada kayu Damar Laut sebesar 0,02%. Tingginya kadar silika yang terdapat pada Papan Semen disebabkan karena tingginya kandungan partikel semen dalam papan. Disebutkan Moslemi (1994) dalam Triandana (2007), komponen utama oksida-oksida penyusun semen (portland) terdiri dari CaO sebesar 60-67%, SiO2 sebesar 17-25%, Al2O3 sebesar 3-8%, Fe2O3 sebesar 0,5-6%, MgO 0,1-4%, dan SO3 1-3%. Tingginya kandungan silika pada kayu dan produk kompositnya tentu akan sangat berpengaruh terhadap proses pengerjaan kayu khususnya proses pemesinan sehingga perlu mendapat perhatian lebih lanjut. Kehilangan Berat Bahan Pisau dalam Rendaman Serbuk Hasil yang diperoleh dari penelitian memperlihatkan bahwa persentase kehilangan berat terbesar untuk bahan pisau SKH- 51 terdapat pada kayu Kelapa Sawit dan Mersawa sebesar 0,56% dan terkecil terdapat pada Papan Serat dan Papan Semen sebesar 0,19%. Persentase kehilangan berat bahan pisau Tungsten Carbide terbesar terdapat pada jenis kayu Mersawa, Kelapa Sawit, dan Papan Serat sebesar 0,09%. Papan Semen tidak mengakibatkan kehilangan berat bahan pisau Tungsten Carbide (Tabel 4). Tabel 4. Persentase kehilangan berat bahan pisau dalam rendaman serbuk selama 8 jam pada suhu 80 ºC Jenis Kayu Jenis Mersawa Damar Kelapa Papan Papan Pisau laut sawit serat semen SKH-51 0,56 0,37 0,56 0,19 0,19 Tungsten 0,09 0,04 0,09 0,09 0 Hasil yang didapat pada Tabel 4 memperlihatkan persentase kehilangan berat pada bahan pisau High Speed Steel lebih besar dibandingkan persen kehilangan berat yang terjadi pada bahan pisau Tungsten Carbide. Hal tersebut diduga disebabkan oleh beragamnya komponen bahan logam yang menyusun bahan pisau High Speed Steel. Davis (1995) menyatakan bahwa komponen penyusun bahan pisau High Speed Steel (SKH-51) meliputi antara lain karbon, chromium, vandamium, molybdenum, dan tungsten, sedangkan komponen penyusun bahan pisau Tungsten Carbide hanya meliputi unsur tungsten dan karbon. Komponen penyusun bahan pisau yang beragam menyebabkan jenis pisau High Speed Steel lebih rentan terhadap proses korosi dibandingkan jenis pisau Tungsten Carbide. Aus Pisau Secara Mekanis Jumlah aus mata pisau dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.

4 Karakteristik Aus Pisau Pengerjaan Kayu Karena Pengaruh Ekstraktif 35 Tabel 5. Persamaan regresi linear dan koefisien korelasi bagi hubungan antara aus dan panjang pemotongan dari hasil Gambar 1 dan 2. Gambar 1. Hubungan antara jumlah aus mata pisau High Speed Steel dan panjang pemotongan. Gambar 2. Hubungan antara jumlah aus mata pisau Tungsten Carbide dan panjang pemotongan. Berdasarkan pada hasil Gambar 1 dan 2 dapat ditarik persamaan regresi guna menentukan laju keausan pisau dan hasilnya disajikan pada Tabel 5. Jenis Pisau Jenis Kayu Regresi Linier r Mersawa Y=70,L0x + 67,25 0,94 Damar laut Y=10,64x + 40,79 0,97 SKH51 Kelapa sawit Y=14,01x + 132,32 0,85 Papan serat Y=48,95x + 112,39 0,96 Papan semen - - Mersawa Y=12,37x + 50,46 0,96 Damar laut Y=8,77x + 12,04 0,82 Tungsten Kelapa sawit Y=12,27x + 34,50 0,88 Papan serat Y=19,41x + 10,96 0,99 Papan semen Y=18,05x + 20,96 0,96 Catatan : y = jumlah aus pisau, x = panjang pemotongan, r = koefisien korelasi bagi hubungan antara aus dan panjang pemotongan Hasil pada Gambar 1 dan 2 memperlihatkan bahwa jumlah aus yang terjadi pada mata pisau High Speed Steel lebih besar dibandingkan dengan jenis pisau Tungsten Carbide. Hal ini disebabkan karena pisau Tungsten Carbide memiliki tingkat kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan High Speed Steel. Reynolds (1958) menyatakan bahwa jenis pisau Tungsten Carbide memiliki nilai kekerasan hingga 82 HRC, sedangkan pada jenis pisau High Speed Steel nilai kekerasan maksimum hanya mencapai 66 HRC. Selain itu jenis pisau Tungsten Carbide juga memiliki nilai kekakuan, kekuatan tekan, dan konduktivitas yang lebih besar dibandingkan jenis pisau High Speed Steel, sehingga lebih kuat menahan gesekan pada kecepatan pemotongan tinggi. Pada pemotongan kayu solid, Mersawa menyebabkan tingkat keausan pisau paling tinggi jika dibandingkan dengan jenis kayu lainnya (Gambar 3 dan Gambar 4). Hal tersebut diakibatkan karena kayu Mersawa memiliki kandungan silika yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan jenis kayu lainnya yang diuji. Pada proses pemotongan papan komposit, Papan Semen menyebabkan kerusakan serius pada jenis pisau High Speed Steel pada panjang pemotongan 200 meter sehingga proses pengujian tidak dapat dilanjutkan kembali (Gambar 3). Besarnya kerapatan papan serta tingginya kandungan silika dan kecepatan pemotongan menyebabkan mata pisau tidak dapat menahan perubahan bentuk yang terjadi.

5 36 Darmawan dan Alipraja Mersawa Damar Laut Kelapa Sawit Papan Serat Papan Semen Gambar 3. Profil aus pisau high speed steel pada panjang pemotongan 0 m (atas) and 2000 m (bawah) Mersawa Damar Laut Kelapa Sawit Papan Serat Papan Semen Gambar 4. Profil aus pisau tungsten carbide pada panjang pemotongan 0 m (atas) and 2000 m (bawah) KESIMPULAN Mengacu pada hasil-hasil yang diperoleh pada penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu : kandungan ekstraktif yang terdapat pada kayu memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap laju keausan pisau secara kimia. Pada kayu solid, jenis Kelapa Sawit menyebabkan persen kehilangan berat bahan pisau terbesar dibandingkan jenis kayu lain yang diujikan. Kandungan silika kayu memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju keausan pisau akibat proses pemotongan kayu solid. Mersawa dengan kandungan silika yang tinggi lebih cepat menumpulkan pisau dibandingkan jenis kayu solid lainnya. Pada proses pemotongan produk komposit, besarnya laju keausan pisau ditentukan oleh jenis dan kandungan bahan abrasif yang terdapat pada perekat yang digunakan. Pisau Tungsten Carbide memiliki daya tahan aus pisau lebih tinggi dibandingkan High Speed Steel. Saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah : Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam mengenai jenis ekstraktif kayu yang bersifat reaktif terhadap logam bahan pisau. Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam mengenai bentuk dan distribusi silika, terutama pada jenis kayu mersawa agar dapat menjelaskan fenomena besarnya keausan pisau. Perlu

6 Karakteristik Aus Pisau Pengerjaan Kayu Karena Pengaruh Ekstraktif 37 dilakukan penelitian lanjutan mengenai laju keausan pisau terhadap jenis papan komposit lainnya seperti papan partikel dan kayu lapis. DAFTAR PUSTAKA Darmawan W, Rahayu IS, Tanaka C, Marchal R Chemical and Mechanical Wearing of High Speed Steel and Tungsten Carbide Tools by Tropical Woods. Journal of Tropocal Forest Science 18 (4): Davis JR Tool Material. ASM International. Fengel D, Wegener G Kayu: Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-Reaksi. H Sastroamidjojo, penerjemah. Yogyakarta: Gajah Mada Press Nawawi DS, Widiyanti L Nilai ph dan Kadar Ekstraktif Empat Jenis Kayu Tropis serta Pengaruhnya terhadap Pengerasan Perekat. Jurnal Tekhnologi Hasil Hutan. 18 (1): Packman DF The Acidity of Wood. Holzforschung 14(6): Reynolds RV Status of Tungsten Carbide in Woodworking Industry. Forest Product Journal 8 (5) : [TAPPI] Technical Association of the Pulp and Paper Industry Tappi Test Methods : Ash in Wood and Pulp (T211 om-85). Volume 1. Tappi Press. Atlanta Triandana I Kualitas Papan Semen Partikel dari Kayu Gmelina arborea Roxb. dengan Substitusi Fly Ash [skripsi]. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.

III METODOLOGI PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN 11 III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan September 2011 yang bertempat di laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu

Lebih terperinci

IV PEMBAHASAN 4.1 Nilai ph dan Kadar Ekstraktif Kayu (Kelarutan Air Panas)

IV PEMBAHASAN 4.1 Nilai ph dan Kadar Ekstraktif Kayu (Kelarutan Air Panas) 17 IV PEMBAHASAN 4.1 Nilai ph dan Kadar Ekstraktif Kayu (Kelarutan Air Panas) Nilai ph merupakan ukuran konsentrasi ion-h (atau ion-oh) dalam larutan yang digunakan untuk menentukan sifat keasaman, basa

Lebih terperinci

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason Standar Nasional Indonesia ICS 85.040 Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK AUS PISAU TUNGSTEN CARBIDE TERLAPISI BAHAN PENGERAS PADA PEMOTONGAN KAYU MERSAWA (Anisoptera spp) FAUZAN FAHRUSSIAM

KARAKTERISTIK AUS PISAU TUNGSTEN CARBIDE TERLAPISI BAHAN PENGERAS PADA PEMOTONGAN KAYU MERSAWA (Anisoptera spp) FAUZAN FAHRUSSIAM KARAKTERISTIK AUS PISAU TUNGSTEN CARBIDE TERLAPISI BAHAN PENGERAS PADA PEMOTONGAN KAYU MERSAWA (Anisoptera spp) FAUZAN FAHRUSSIAM DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK AUS MATA PISAU PENGERJAAN KAYU KARENA EKSTRAKTIF DAN BAHAN ABRASIF PADA KAYU SOLID DAN KAYU KOMPOSIT

KARAKTERISTIK AUS MATA PISAU PENGERJAAN KAYU KARENA EKSTRAKTIF DAN BAHAN ABRASIF PADA KAYU SOLID DAN KAYU KOMPOSIT KARAKTERISTIK AUS MATA PISAU PENGERJAAN KAYU KARENA EKSTRAKTIF DAN BAHAN ABRASIF PADA KAYU SOLID DAN KAYU KOMPOSIT LINDA MELINDA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Lebih terperinci

(The Change of Wood Acidity during Drying Process)

(The Change of Wood Acidity during Drying Process) Perubahan Sifat Keasaman Kayu selama Proses Pengeringan (The Change of Wood Acidity during Drying Process) Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor Kampus IPB Dramaga Bogor

Lebih terperinci

Oleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

Oleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 KARYA TULIS NILAI ph DAN ANALISIS KANDUNGAN KIMIA ZAT EKSTRAKTIF BEBERAPA KULIT KAYU YANG TUMBUH DI KAMPUS USU, MEDAN Oleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP. 132 296 841 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai dengan Mei tahun 2011. Pembuatan serat karbon dari sabut kelapa, karakterisasi XRD dan SEM dilakukan di

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Juli

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur Analisis ph H2O dengan ph Meter Lampiran 2. Prosedur Penetapan NH + 4 dengan Metode Destilasi-Titrasi (ppm)=

Lampiran 1 Prosedur Analisis ph H2O dengan ph Meter Lampiran 2. Prosedur Penetapan NH + 4 dengan Metode Destilasi-Titrasi (ppm)= LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis ph H 2 O dengan ph Meter 1. Timbang 10 gram tanah, masukkan ke dalam botol kocok. 2. Tambahkan air destilata 10 ml. 3. Kocok selama 30 menit dengan mesin pengocok.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 % TINJAUAN PUSTAKA Limbah Penggergajian Eko (2007) menyatakan bahwa limbah utama dari industri kayu adalah potongan - potongan kecil dan serpihan kayu dari hasil penggergajian serta debu dan serbuk gergaji.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kacang kedelai, kacang tanah, oat, dan wortel yang diperoleh dari daerah Bogor. Bahan kimia yang digunakan

Lebih terperinci

Kertas, karton dan pulp Cara uji kadar abu pada 525 o C

Kertas, karton dan pulp Cara uji kadar abu pada 525 o C Standar Nasional Indonesia Kertas, karton dan pulp Cara uji kadar abu pada 525 o C ICS 85.040, 85.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

SIFAT KIMIA TIGA JENIS KAYU RAKYAT

SIFAT KIMIA TIGA JENIS KAYU RAKYAT SIFAT KIMIA TIGA JENIS KAYU RAKYAT CHEMICAL COMPONENTS OF THREE KINDS OF SOCIAL FORESTRY TIMBER Yuniarti *) *) Staf Pengajar Fakultas Kehutanan UNLAM Banjarbaru ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 8 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian ini menggunakan bahan-bahan berupa tandan kosong sawit (TKS) yang diperoleh dari pabrik kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kertajaya,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON Maria 1, Chris 2, Handoko 3, dan Paravita 4 ABSTRAK : Beton pozzolanic merupakan beton dengan penambahan material

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

LAMPIRAN C GAMBAR C.1 PEMBUATAN SELULOSA 1. PEMBERSIHAN, PENGERINGAN, DAN PREPARASI SERAT

LAMPIRAN C GAMBAR C.1 PEMBUATAN SELULOSA 1. PEMBERSIHAN, PENGERINGAN, DAN PREPARASI SERAT LAMPIRAN C GAMBAR C.1 PEMBUATAN SELULOSA 1. PEMBERSIHAN, PENGERINGAN, DAN PREPARASI SERAT a. Enceng gondok yang digunakan berasal dari sungai di kawasan Golf. Gambar 16. Enceng Gondok Dari Sungai di Kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian batubara sebagai sumber energi telah menjadi salah satu pilihan di Indonesia sejak harga bahan bakar minyak (BBM) berfluktuasi dan cenderung semakin mahal.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Persiapan Bahan Baku

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Persiapan Bahan Baku METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2012. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Peternakan, proses produksi biogas di Laboratorium Pengelolaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 17 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2011 hingga Agustus 2011 di Laboratorium Energi dan Listrik Pertanian serta Laboratorium Pindah Panas dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat-alat yang digunakan Ayakan ukuran 120 mesh, automatic sieve shaker D406, muffle furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat titrasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium Kimia,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia Fakultas MIPA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik FMIPA Universitas Lampung. Penyiapan alga Tetraselmis sp

Lebih terperinci

METODE. Materi. Rancangan

METODE. Materi. Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kaca banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk peralatan optik dan biochips akan tetapi proses fabrikasi kaca sangat terbatas, terutama untuk proses-proses

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) LAMPIRAN 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) METODE PENGUJIAN Sebanyak 5 gram sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Untuk pengujianan total oksalat ke dalam Erlenmeyer ditambahkan larutan

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. No. Judul Halaman. 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong... 66

DAFTAR LAMPIRAN. No. Judul Halaman. 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong... 66 DAFTAR LAMPIRAN No. Judul Halaman 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan... 66 a. Ekstraksi pati ganyong... 66 b. Penentuan kisaran konsentrasi sorbitol untuk membuat edible film 68 c. Penentuan

Lebih terperinci

KANDUNGAN DAN KOMPONEN KIMIA KAYU MAKILA

KANDUNGAN DAN KOMPONEN KIMIA KAYU MAKILA Volume IX Nomor 1 KANDUNGAN DAN KOMPONEN KIMIA KAYU MAKILA (Litsea sp) PADA ARAH AKSIAL (Chemical Components and their Content Along the Axial Direction of Makila (Litsea sp) Wood) Herman Siruru 1) dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data 12 BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Laboratorium Biokomposit dan Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen

Lebih terperinci

Modul Mata Kuliah S1. Mata ajaran Kimia Kayu. Tim Pengajar: Prof.Dr.Ir. Wasrin Syafii Ir. Deded Sarip Nawawi, M.Sc

Modul Mata Kuliah S1. Mata ajaran Kimia Kayu. Tim Pengajar: Prof.Dr.Ir. Wasrin Syafii Ir. Deded Sarip Nawawi, M.Sc Modul Mata Kuliah S Mata ajaran Kimia Kayu Tim Pengajar: Prof.Dr.Ir. Wasrin Syafii Ir. Deded Sarip Nawawi, M.Sc DIVISI KIMIA HASIL HUTAN DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian 11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian direkatkan dengan semen Portland yang direaksikan dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel Tanaman wortel Wortel Lampiran 2. Gambar potongan wortel Potongan wortel basah Potongan wortel kering Lampiran 3. Gambar mesin giling tepung 1 2 4 3 5 Mesin Giling

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penyediaan Pakan Pemeliharaan Hewan Uji

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penyediaan Pakan Pemeliharaan Hewan Uji MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Kambing Perah milik Yayasan Pesantren Darul Falah Ciampea dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah dan Laboratorium Ilmu dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum Upaya peningkatan kualitas beton terus dilakukan dari waktu ke waktu, untuk mencapai kekuatan yang paling maksimal. Upaya ini terbukti dari munculnya berbagai penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) LAMPIRAN Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) Pereaksi 1. Larutan ADF Larutkan 20 g setil trimetil amonium bromida dalam 1 liter H 2 SO 4 1 N 2. Aseton Cara

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT Riski Febriani 1, Usman Malik 2, Antonius Surbakti 2 1 Mahasiswa Program Studi S1Fisika 2 Dosen Jurusan Fisika 2 Dosen Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Motor diesel 4 langkah satu silinder. digunakan adalah sebagai berikut: : Motor Diesel, 1 silinder

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Motor diesel 4 langkah satu silinder. digunakan adalah sebagai berikut: : Motor Diesel, 1 silinder III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat penelitian a. Motor diesel 4 langkah satu silinder Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah motor disel 4-langkah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tandan Kosong Sawit Jumlah produksi kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, pada tahun 2010 mencapai 21.958.120 ton dan pada tahun 2011 mencapai

Lebih terperinci

PEMBUATAN PULP DARI SERAT LIDAH MERTUA (Sansevieria) DENGAN MENGGUNAKAN PROSES SODA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PEMBUATAN PULP DARI SERAT LIDAH MERTUA (Sansevieria) DENGAN MENGGUNAKAN PROSES SODA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PEMBUATAN PULP DARI SERAT LIDAH MERTUA (Sansevieria) DENGAN MENGGUNAKAN PROSES SODA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di 13 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Materi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan untuk pembuatan produk, menguji total bakteri asam

Lebih terperinci

Cara uji kadar sari (ekstrak alcohol - benzena) dalam kayu dan pulp

Cara uji kadar sari (ekstrak alcohol - benzena) dalam kayu dan pulp Standar Nasional Indonesia Cara uji kadar sari (ekstrak alcohol - benzena) dalam kayu dan pulp ICS 67.080.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i 1 Ruang lingkup... 1 2 Definisi... 1

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia menyebabkan industri kehutanan mengalami krisis bahan baku.

PENDAHULUAN. Indonesia menyebabkan industri kehutanan mengalami krisis bahan baku. PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan akan kayu semakin meningkat dengan semakin berkembangnya pembangunan di Indonesia. Fakta menunjukkan, besarnya laju kerusakan hutan di Indonesia menyebabkan industri

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2011. Pemeliharaan ternak prapemotongan dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Waktu, Lokasi Pengambilan Tanah Gambut dan Tempat Penelitian Bahan gambut berasal dari Kabupaten Dumai, Bengkalis, Indragiri Hilir, Siak, dan Kampar, Provinsi Riau dari

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bubuk susu kedelai bubuk komersial, isolat protein kedelai, glucono delta lactone (GDL), sodium trpolifosfat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN

III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan rangkaian peralatan proses pembuatan faktis yang terdiri dari kompor listrik,panci, termometer, gelas

Lebih terperinci

FRAKSINASI KOPAL DENGAN BERBAGAI PELARUT ORGANIK

FRAKSINASI KOPAL DENGAN BERBAGAI PELARUT ORGANIK FRAKSINASI KOPAL DENGAN BERBAGAI PELARUT ORGANIK Ganis Lukmandaru Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada E-mail : ganisarema@lycos.com ABSTRAK Getah kopal dari pohon Agathis (damar) termasuk klasifikasi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi talas segar yang dibeli di Bogor (Pasar Gunung Batu, Jalan Perumahan Taman Yasmin, Pasar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Dalam topik penelitian ini, ada beberapa hasil yang telah dicapai dalam penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan distribusi panas yang terjadi pada proses pemesinan.

Lebih terperinci

LAMPIRAN C DOKUMENTASI

LAMPIRAN C DOKUMENTASI LAMPIRAN C DOKUMENTASI C.1 Pembuatan Reaktor Pulp 1. Penyiapan peralatan penunjang reaktor pulp Pengaduk Ternokopel Pemarut Pembaca Suhu Digital Pengatur Suhu Pemanas Motor Pengaduk Peralatan Lainnya yaitu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan-bahan untuk persiapan bahan, bahan untuk pembuatan tepung nanas dan bahan-bahan analisis. Bahan

Lebih terperinci

PENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS

PENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS PENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS Padil, Silvia Asri, dan Yelmida Aziz Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Riau, 28293 Email : fadilpps@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian eksperimental. Sepuluh sampel mie basah diuji secara kualitatif untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN

BAB 3 METODE PERCOBAAN BAB 3 METODE PERCOBAAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan Analisis dilaksanakan di Laboratorium PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan dan Pengendalian Pembangkitan Ombilin yang dilakukan mulai

Lebih terperinci

Pulp Cara uji kadar selulosa alfa, beta dan gamma

Pulp Cara uji kadar selulosa alfa, beta dan gamma Standar Nasional Indonesia Pulp Cara uji kadar selulosa alfa, beta dan gamma ICS 85.040 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proses Produksi dan Laboratorium Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. B. Bahan Adapun bahan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

Perhitungan 20 g yang setara 30 kali kemanisan gula. = 0,6667 g daun stevia kering

Perhitungan 20 g yang setara 30 kali kemanisan gula. = 0,6667 g daun stevia kering LAMPIRAN Lampiran Prosedur analisis sifat kimia Kadar air (SNI 0-90-000) Botol timbang dipanaskan beserta tutupnya (dibuka) dalam oven pada suhu 03 0 ± 0 C selama jam. Didinginkan dalam eksikator dan rapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari hingga Juni 2009 dengan rincian waktu penelitian terdapat pada Lampiran 3. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

Sifat-sifat papan semen partikel yang diuji terdiri atas sifat fisis dan mekanis. Sifat fisis meliputi kerapatan, kadar air, pengembangan tebal dan

Sifat-sifat papan semen partikel yang diuji terdiri atas sifat fisis dan mekanis. Sifat fisis meliputi kerapatan, kadar air, pengembangan tebal dan PARDOMUAN SJDABUTAR. E02495009. Pengaruh Macam Dan Kadar Katalis Terhadap Sifat Papan Semen Partikel Acacia nrangirtm Willd., Dibawah Bimbingan Ir. Bedyaman Tambunan dan Ir. I.M. Sulastiningsih MSc. Papan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Penelitian. Alat penelitian a. Sepeda Motor Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah motor bensin 4-langkah 0 cc. Adapun spesifikasi

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PE ELITIA

III. METODOLOGI PE ELITIA 10 III. METODOLOGI PE ELITIA 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di areal IUPHHK PT. DRT, Riau. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap pertama pengambilan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan Maret 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN. 1. Analisis Mutu Minyak Sawit Kasar. 2. Pengukuran Densitas Minyak Sawit Kasar

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN. 1. Analisis Mutu Minyak Sawit Kasar. 2. Pengukuran Densitas Minyak Sawit Kasar III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak sawit kasar (crude palm oil/cpo) CPO yang berasal dari empat perusahaan di Indonesia, yaitu PT. Sinar Meadow

Lebih terperinci

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih. Lampiran 1. Lembar Uji Hedonik Nama : Usia : Pekerjaan : Pengujian organoleptik dilakukan terhadap warna, aroma, rasa dan kekentalan yoghurt dengan metoda uji kesukaan/hedonik. Skala hedonik yang digunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang 20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang Analisis Pati dan Karbohidrat), Laboratorium Pengolahan Limbah Hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair mempunyai gaya tarik kearah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gayagaya ini

Lebih terperinci

snl %ts Gara uii kadar abu, silika dan silikat dalam kayu dan PulP kayu snl Standar Nasional Indonesia rcs

snl %ts Gara uii kadar abu, silika dan silikat dalam kayu dan PulP kayu snl Standar Nasional Indonesia rcs %ts snl Standar Nasional Indonesia snl 14-1031-1989 rcs. 85.040 Gara uii kadar abu, silika dan silikat dalam kayu dan PulP kayu Dewan Standardisasi Nasional - DSN Daftar isi Halaman l. Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAB III. BAHAN DAN METODE

BAB III. BAHAN DAN METODE 10 BAB III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan dari bulan Februari dan berakhir pada bulan Agustus 2011. Proses pembuatan dan pengujian arang aktif dilakukan

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Lampiran 1. Dokumentasi. Gambar 1. Mesin Operator MBE. Gambar 2. Mesin Operator MBE

L A M P I R A N. Lampiran 1. Dokumentasi. Gambar 1. Mesin Operator MBE. Gambar 2. Mesin Operator MBE L A M P I R A N Lampiran 1 Dokumentasi Gambar 1. Mesin Operator MBE Gambar 2. Mesin Operator MBE Gambar 3. Indikator Radiasi MBE Gambar 4. Proses Iradiasi MBE Gambar 5. Mesin Berkas Elektron (MBE) Gambar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah permen jelly pepaya yang terbuat dari pepaya varietas IPB 1 dengan bahan tambahan sukrosa, ekstrak rumput

Lebih terperinci

Pupuk dolomit SNI

Pupuk dolomit SNI Standar Nasional Indonesia Pupuk dolomit ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Syarat mutu... 1 4 Pengambilan contoh...

Lebih terperinci

Pulp - Cara uji bilangan kappa

Pulp - Cara uji bilangan kappa Standar Nasional Indonesia Pulp - Cara uji bilangan kappa ICS 85.040 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah Kerja Penelitian Studi literatur merupakan input dari penelitian ini. Langkah kerja peneliti yang akan dilakukan meliputi pengambilan data potensi, teknik pemanenan

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Abu Terbang (Fly Ash) Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen Tipe PCC Serta Analisis Air Laut Yang Digunakan Untuk Perendaman

Pengaruh Penambahan Abu Terbang (Fly Ash) Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen Tipe PCC Serta Analisis Air Laut Yang Digunakan Untuk Perendaman Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 213 Pengaruh Penambahan Abu Terbang (Fly Ash) Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen Tipe PCC Serta Analisis Air Laut Yang Digunakan Untuk Perendaman Yulizar Yusuf,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 Dokumentasi Serbuk Rami padi yang telah di blender.

LAMPIRAN. Lampiran 1 Dokumentasi Serbuk Rami padi yang telah di blender. LAMPIRAN Lampiran 1 Dokumentasi Serbuk Rami padi yang telah di blender. Lampiran 2, Dokumentasi Mesin Berkas Elektron (MBE) 350 kev/10 ma. Lampiran 3, Dokumentasi Pengerjaan Dilaboratorium Stirer Rami

Lebih terperinci

Sifat Fisik Dan Kimia Ikatan Pembuluh Pada Batang Kelapa Sawit (Physical and Chemical Properties of Oil Palm Trunk Vascular Bundles)

Sifat Fisik Dan Kimia Ikatan Pembuluh Pada Batang Kelapa Sawit (Physical and Chemical Properties of Oil Palm Trunk Vascular Bundles) FORESTA, Indonesian Journal of Forestry 1 (2) 2012: 34-40 ISSN: 2089-9890 Sifat Fisik Dan Kimia Ikatan Pembuluh Pada Batang Kelapa Sawit (Physical and Chemical Properties of Oil Palm Trunk Vascular Bundles)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, dan bahan pembantu berupa metanol, HCl dan NaOH teknis. Selain bahan-bahan di atas,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil

III. BAHAN DAN METODE. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai 13 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai penjual di Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang Bawang dan Laboratorium

Lebih terperinci

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO) NAMA : KARMILA (H311 09 289) FEBRIANTI R LANGAN (H311 10 279) KELOMPOK : VI (ENAM) HARI / TANGGAL : JUMAT / 22 MARET

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY

ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY Sobron Yamin Lubis & Agustinus Christian Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. Rancangan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan. Pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang, Laboratorium Keamanan dan Mutu Pangan Universitas Brawijaya Malang. Penelitian

Lebih terperinci