MANAJEMEN KUALITAS PELAYANAN DI PUSAT KEBUGARAN



dokumen-dokumen yang mirip
MANAJEMEN LABORATORIUM SEBAGAI SUMBER BELAJAR

MANAJEMEN PELAYANAN KEBUGARAN DR.dr. BM.Wara Kushartanti

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pemain bisnis di Indonesia harus menghadapi tingkat persaingan bisnis yang

Manajemen Kualitas dalam Industri Jasa. Presented by : M Anang Firmansyah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Pasar menjadi semakin luas dan peluang ada dimana-mana, namun sebaliknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Uneversitas Esa Unggul

Pentingnya Penerapan Teori Marketing 7P dalam Usaha Anda

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran terdapat berbagai permasalahan yang penting dan harus segera diselesaikan,

BAB I PENDAHULUAN. jasa untuk memperoleh laba agar dapat terus hidup dan berkembang. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. besar tetapi perusahaan kecil atau perusahaan pemula juga menerapkan

BAB 1 PENDAHULIAN. Di era hiperkompetitif seperti sekarang ini dunia usaha sedang bergerak menuju

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor jasa. Banyak peluang bisnis yang muncul dari sektor ini sebagai contoh di

BAB 1 PENDAHULUAN. keinginan konsumen serta perubahan yang terjadi dalam menempatkan orientasi. kepada kepuasan pelanggan sebagai tujuan utama.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kualitas layanan menjadi isu yang sangat penting dalam memasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan untuk memuaskan pelanggan. Pemasaran yang tidak efektif (ineffective

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kecenderungan menuntut kualitas pelayanan yang lebih baik.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memperoleh pengetahuan yang cukup secara terus. potensial dengan produk atau jasa yang ditawarkan.

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. pendukung dan acuan penelitian. Teori-teori ini menjadi bahan rujukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud, Rumah Sakit mempunyai. dengan standart pelayanan Rumah Sakit.

BAB I PENDAHULUAN. potensial bagi perusahaan-perusahaan untuk memasarkan produk-produknya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Semakin terbukanya akses informasi termasuk di bidang kesehatan dan kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. sarana jasa pengiriman. Bisnis jasa pengiriman di dalam negeri beberapa tahun

VIII ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN IMPLIKASI ALTERNATIF BAURAN PEMASARAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hak atas kesehatan ini dilindungi oleh konstitusi, seperti : tercantum

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Melalui hasil observasi yang di lakukan oleh penulis pada hotel mahkota graha kota

Bab 1 Pendahuluan 1-6

BAB I PENDAHULUAN. dalam menerima pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan suatu aktivitas yang dalam

MANAJEMEN PEMASARAN NILAI PELANGGAN, KEPUASAN PELANGGAN LOYALITAS PELANGGAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak pihak yang menaruh perhatian terhadap kepuasan atau

BAB II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tersebut mempengaruhi kondisi perkembangan dunia bisnis. Setiap

MAKALAH MANAJEMEN PEMASARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen di masing-masing perusahaan juga dituntut agar dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

yang akan datang (Anderson et al.,1994). Menurut Hoffman dan Bateson (1997) kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas layanan dari suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran merupakan salah satu unsur dalam kegiatan usaha, kebijakan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Chan (2003) mendefinisikan relationship marketing sebagai pengenalan

BAB I PENDAHULUAN. investor berniat berbisnis dan berinvestasi di Indonesia. Jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak di bidang industri, penjualan maupun jasa. Maka akan terjadi suatu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pada jaman modern sekarang ini kemajuan dunia kesehatan semakin baik.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UKDW BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah. Dunia bisnis retail saat ini mengalami persaingan yang sangat ketat, dimana

1. PENDAHULUAN. Persaingan ini muncul karena semakin banyaknya perusahaan yang menawarkan

BAB II LANDASAN TEORI

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

* Agus Mansur, ** Intan Wahyu WD Jurusan Teknik Industri, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta * **

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II URAIAN TEORITIS. lain yang disertai keramah-tamahan dan kemudahan-kemudahan dalam memenuhi

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEPUASAN PELANGGAN PADA KELAB KEBUGARAN ATLAS SPORT CLUB DI SURABAYA

BAB VII PERUMUSAN STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN KEPUASAN KONSUMEN

Kuesioner Penelitian Persepsi dan Harapan (Awal) Konsumen LAMPIRAN 1

Bab II Tinjauan Pustaka 2.1. Pemasaran Pengertian Pemasaran... 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. konsumen menjadi salah satu sumber informasi mengenai produk yang

Kepada Yth. Pasien RSUD Wirosaban di Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini orientasi pemasaran untuk setiap bidang usaha mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat. Dalam menghadapi situasi tersebut, maka perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. dalam memilih tempat untuk berbelanja, sedangkan bagi perusahaan retail

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan keberadaan bengkel motor di kota Bandung dari tahun ke

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. baru. Perusahaan harus dapat menentukan strategi pemasaran yang tepat agar

Bab I. Pendahuluan. menunjang keefektifan fungsi-fungsi organisasi, terutama dalam jangka panjang.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam jaman yang semakin modern ini, fotografi berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia bisnis telah semakin ketat. Setiap perusahaan saling

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang sangat pesat secara tidak langsung telah merubah pola hidup dan pola pikir

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan menjadi dua bagian yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder.

Bab I PENDAHULUAN UKDW. percaya diri ketika akan memasuki dunia kerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. jasa pelayanan kesehatan seperti rumah sakit untuk memberikan informasi, fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. pasar domestik maupun di pasar internasional atau global. Fenomena ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dibuat secara hati-hati karena lokasi diperkirakan menjadi salah satu

PENGARUH PRODUK DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS NASABAH TABUNGAN BRITAMA PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak dulu Bandung merupakan kota yang mampu menarik perhatian para

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BEBERAPA MODEL KEBUTUHAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia yang sempat terpuruk pada tahun 1998

BAB 1 PE DAHULUA. Universitas Indonesia. Analisis hubungan bauran..., Tri Yuliana, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak pihak yang menaruh perhatian terhadap kepuasan atau

BAB III PERUMUSAN MASALAH

Transkripsi:

MANAJEMEN KUALITAS PELAYANAN DI PUSAT KEBUGARAN Oleh BM.Wara Kushartanti Abstrak Manajemen kualitas pelayanan pada dasarnya merupakan strategi kerjasama antara bagian pemasaran dan operasional untuk memberikan layanan sehingga memuaskan pelanggan. Semakin tinggi kualitas layanan yang kita berikan, semakin tinggi pula kembalian yang kita terima. Pusat Kebugaran sebagai perusahaan jasa layanan kebugaran harus memperhatikan dan menerapkan kaidah manajemen kualitas pelayanan yang lebih berfokus pada kebutuhan pelanggan. Sepuluh atribut yang dikemukakan oleh Gaspersz (1997) dapat menjadi pegangan, yaitu: ketepatan waktu pelayanan, akurasi pelayanan, kesopanan dan keramahan, tanggung jawab, kelengkapan dan kecanggihan peralatan, kemudahan mendapatkan pelayanan, variasi model pelayanan, pelayanan pribadi, kenyamanan dalam memperoleh pelayanan, serta atribut pendukung lain. Dengan menerapkan sepuluh atribut tersebut, suatu Pusat Kebugaran mampu memberi kepuasan pada pelanggan, sehingga meningkatkan retensi pelanggan. Pusat Kebugaran yang mampu mempertahankan pelanggan akan mendapatkan keuntungan ganda, yaitu masukan yang lebih banyak dan advertensi gratis dari mulut ke mulut. Kualitas Kepemimpinan memegang peran kunci dalam pelayanan ini, dan Erry Riyana (2000) mengutip bahwa kepemimpinan adalah gabungan antara strategi dan karakter. Apabila kita harus memilih salah satu, maka pilihlah yang kedua!. Kata kunci: Kualitas Pelayanan; Pusat Kebugaran Manajemen kualitas pelayanan didefinisikan oleh Valerie (1996) sebagai suatu studi tentang bagaimana bagian pemasaran dan operasional secara bersama melalui teknologi dan orang-orangnya mampu merencanakan, menciptakan, dan menyerahkan suatu paket yang bermanfaat bagi pelanggan dalam kaitannya dengan pelayanan. Kualitas pelayanan itu sendiri adalah proses yang kontinyu, dan bukan yang ada saat mulai dan saat berakhirnya. Ia merupakan determinan untuk memenangkan kompetisi. Kualitas merupakan unsur sentral dan stategi bisnis yang memfokuskan pada identifikasi kebutuhan pelanggan dan mengkaji proses yang menjamin terpenuhinya 1

kebutuhan pelanggan. Mencapai kualitas merupakan sesuatu yang tidak mudah, membutuhkan waktu, namun menghasilkan peningkatan yang terus menerus dari produk, layanan, proses, dan keahlian tenaga kerja. Saat ini kualitas dan nilai merupakan hal penting untuk bertahannya suatu perusahaan. Apa pun yang terjadi, satu jalan yang harus ditempuh untuk mempertahankan posisi terdepan adalah meningkatkan kualitas dan nilai total pada pelanggan. Semakin tinggi kualitas produk yang diberikan, semakin besar pula kembalian yang diterima. Pusat Kebugaran sebagai perusahaan jasa layanan kebugaran harus memperhatikan dan menerapkan kaidah manajemen kualitas pelayanan. Dengan menerapkan hal tersebut, suatu Pusat Kebugaran dapat lebih berfokus untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada, daripada mencari pelanggan baru. Usaha mempertahankan pelanggan yang sudah ada akan memberi dampak juga terhadap peningkatan pelanggan baru, sebab pelanggan yang puas terhadap layanan yang diterimanya, akan mengajak teman untuk menjadi pelanggan. Penelitian yang dilakukan oleh "Technical Assistance Research Program (TARP) Institute" pada tahun 1995 mendapatkan bahwa apabila seorang pelanggan terpuaskan oleh layanan yang diberikan oleh perusahaan, maka ia akan mengatakan pada 4-5 orang temannya. Meskipun demikian penelitian yang sama juga mendapatkan bahwa apabila pelanggan dikecewakan oleh suatu perusahaan jasa, maka ia akan menceritakannya pada 9-16 orang. Dampak ketidak puasan yang 2-3 kali lipat ini patut diperhatikan oleh Pusat Kebugaran, karena penelitian Caly (2000) pada tiga Pusat Kebugaran di Daerah Istimewa Yogyakarta mendapatkan bahwa 92% anggota pusat kebugaran, masuk menjadi anggota karena ajakan teman. 2

Proses Manajemen Kualitas Proses manajemen yang berkualitas merupakan pendekatan manajemen kualitas total yang dapat membantu mempertahankan dan mengembangkan pelanggan sehingga dapat memperluas bisnis melalui retensi pelanggan. Jadikanlah proses kepemimpinan sebagai sumber utama yang menyediakan nilai terbaik bagi pelanggan, dan ciptakan situasi menang-menang. Proses manajemen yang berkualitas harus didukung oleh tujuan yang jelas dan dirancang untuk memberi dampak sebagai berikut (Flichman, 1994): 1. Peningkatan kepuasan pelanggan yang dimulai dengan mengetahui kebutuhan pelanggan, dan kemudian memberikan layanan sesuai dengan kebutuhannya. 2. Peningkatan kualitas dengan jalan meniadakan hal-hal yang dapat memberi kesan buruk pada pelanggan sewaktu kedatangannya yang pertama. 3. Peningkatan produktivitas dengan jalan meningkatkan efektivitas sumber daya yang tersedia untuk mendapatkan persentase nilai yang lebih tinggi. 4. Peningkatan pangsa pasar dengan jalan mempertahankan persaingan melalui peningkatan yang terus menerus. 5. Peningkatan kekuatan tim manajemen dengan mengintegrasikan berbagai kelompok melalui keahlian dan ketrampilan masing-masing. 6. Peningkatan kepuasan pekerja dengan melibatkannya dalam perumusan tujuan, dan mengenali partisipasinya maupun pencapaiannya. Atribut yang harus diperhatikan dalam perbaikan manajemen kualitas pelayanan adalah (Gaspersz, 1997): 1. Ketepatan waktu pelayanan: menyangkut waktu tunggu dan waktu proses. 3

2. Akurasi pelayanan: berkaitan dengan validitas dan reliabilitas pelayanan, serta bebas dari kesalahan. 3. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan layanan, terutama bagi mereka yang berinteraksi langsung dengan pelanggan eksternal seperti staf administrasi, instruktur, keamanan dan lain-lain. Citra pelayanan dari industri jasa sangat ditentukan oleh orang-orang dari perusahaan yang berada di garis depan dalam melayani langsung pelanggan eksternal. 4. Tanggung jawab berkaitan dengan penerimaan pesanan dan penanganan keluhan dari pelanggan. 5. Kelengkapan menyangkut lingkup pelayanan dan ketersediaan sarana pendukung serta pelayanan komplementer lainnya. 6. Kemudahan mendapatkan pelayanan berkaitan dengan banyaknya petugas yang melayani seperti kasir, staf administrasi, instruktur dan lain-lain 7. Variasi model pelayanan berkaitan dengan inovasi untuk memberikan pola-pola baru dalam pelayanan dan citra pelayanan. 8. Pelayanan pribadi berkaitan dengan fleksibilitas, penanganan permintaan khusus dan lain-lain. 9. Kenyamanan memperoleh pelayanan berkaitan dengan lokasi, ruangan tempat pelayanan, kemudahan menjangkau, tempat parkir kendaraan, ketersediaan informasi, dan lain-lain. 10. Atribut pendukung pelayanan lainnya seperti misalnya kebersihan dan keindahan lingkungan, ruang tunggu, fasilitas musik, AC dan lain-lain. 4

Kualitas Pelayanan Menurut Pelanggan Cepatnya perputaran pelanggan (customer turnover) merupakan isue kritis yang dihadapi perusahaan saat ini, baik perusahaan yang bergerak di bidang industri barang maupun jasa. Persaingan yang ketat memaksa perusahaan untuk tidak hanya berfokus pada pelanggan baru sebagai pengganti pelanggan lama yang hilang, namun juga berfokus untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada. Retensi pelanggan harus menjadi prioritas utama pada perusahaan yang bergerak pada bidang jasa pelayanan, karena lebih sedikit membutuhkan biaya dibanding dengan usaha mencari pelanggan baru (Zeithaml, 1996). Valerie (1996) menyebutkan bahwa rata-rata pengusaha membutuhkan usaha enam kali lebih besar untuk mendapatkan pelanggan baru dibandingkan dengan untuk mempertahankan pelanggan lama. Pelanggan loyal bernilai 10 kali lebih besar dari pada pembeli insidental. Kenyataan menunjukkan bahwa bagian pemasaran di beberapa perusahaan masih lebih berkonsentrasi untuk mendapatkan pelanggan baru, dan sulit untuk disadarkan bahwa mempertahankan pelanggan lama akan memberi hasil yang jauh lebih efektif dan efisien. Perubahan strategi ini memang membutuhkan perubahan budaya organisasi. Dengan asumsi bahwa pelanggan mempunyai hak untuk memilih, maka pelanggan hanya loyal pada suatu perusahaan apabila ia mendapatkan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai yang bisa diharap dari perusahaan saingannya. Pada dasarnya pelanggan mempunyai kecenderungan untuk mempertahankan hubungan dengan suatu perusahaan, apabila ia mendapatkan kualitas, kepuasan, dan keuntungan spesifik yang lebih besar dari biaya dan usaha yang telah dibayarnya. Pelanggan enggan berpindah ke pesaing, sejauh perusahaan dapat memahami dan memenuhi 5

kebutuhannya yang terus berubah. Sebagian besar pelanggan lebih memilih untuk tidak berpindah perusahaan, karena ia menganggap bahwa hubungan jangka panjang merupakan investasi, apalagi kalau perusahaan telah mengetahui siapa pelanggan, apa pilihannya, dan telah memberi layanan yang pas untuk kebutuhannya. Berpindah perusahaan berarti harus mempelajari berbagai faktor di perusahaan baru, dan hal ini menimbulkan stres tersendiri bagi pelanggan. Biaya yang dikeluarkan untuk berpindah sering kali cukup tinggi. Perusahaan yang mampu mempertahankan pelanggan akan mendapat keuntungan ganda, karena pelanggan cenderung berbelanja lebih banyak apabila telah terbina hubungan dengan perusahaan. Perusahaan juga dapat memanfaatkan advertensi gratis dari mulut ke mulut oleh pelanggan loyal yang terpuaskan. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah: Siapakah itu pelanggan? Erry Ryana (2000) mengidentifikasi pelanggan sebagai berikut: 1. Pelanggan adalah mereka yang membawa keinginannya kepada kita. Tugas kita adalah memberi mereka keuntungan 2. Pelanggan tidak pernah jauh, sehingga masih mampu mempengaruhi pekerjaan kita, sejauh apa pun jarak kedua tempat. Kesalahan sekecil apa pun akan mengurangi nilai produk atau jasa kita di mata mereka. 3. Pelanggan dengan penilaian yang baik terhadap perusahaan kita merupakan harta terpenting di dunia. Apa pun yang bisa dilakukan untuk penilaian itu, serentak akan menjadi keunggulan kita. 4. Penilaian yang baik dari pelanggan tidak dapat dibeli atau dicuri, namun dapat diperoleh sebagai penukar dari nilai yang kita berikan. 5. Pelanggan berharap nilai dari apa yang mereka beli pada kita. Apabila kita tidak memberikan nilai itu, mereka akan pergi ke tempat lain untuk mendapatkannya. 6. Pelanggan adalah sekumpulan majikan diatas atasan kita. Dengan pelayanan baik kepada mereka, sesungguhnya kita melayani diri kita sendiri pula. Begitu tingginya posisi pelanggan di mata perusahaan jasa layanan, sehingga penilaian pelanggan terhadap kualitas pelayanan merupakan hal yang sangat penting. Valerie 6

(1996) mengkaji cara pelanggan menilai kualitas pelayanan medis, dan ia mendapatkan lima dimensi sebagai berikut: 1. Reliabilitas: Janji sesuai jadwal dan diagnosis yang akurat. 2. Tanggung jawab. 3. Jaminan pengetahuan, keterampilan dan reputasinya. 4. Empati: memanusiakan pasien, sabar, mengingat problem sebelumnya, dan berusaha mendengarkan keluhan pasien. 5. Terjangkau baik pada ruang tunggu, ruang pemeriksaan maupun peralatannya. Zeithaml (1996) meneliti tentang faktor-faktor yang mendorong pasien untuk tetap memanfaatkan jasa di suatu Rumah Sakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan, jenis pelayanan, lokasi, jumlah kasus yang dapat di diagnosa dan diatasi, layanan kasus gawat darurat, tersedianya tenaga kerja, dan banyaknya kegiatan pendidikan serta penelitian merupakan faktor yang dipertimbangkan oleh pasien untuk tetap memanfaatkan jasa layanan di suatu Rumah Sakit. Penelitian lain dilakukan oleh Rosenberg pada tahun 1988 di Swedia, dan berhasil di identifikasi faktor lokasi tempat pelayanan, tingkat kesadaran penduduk, dan sistem pelayanan merupakan faktor penentu. Berbeda dengan Neill (1989), ia mengelompokkan faktor-faktor tersebut menjadi faktor budaya, faktor sosial, dan faktor ekonomi. Friss (1989) mendapatkan bahwa karakteristik penduduk, status sosial ekonomi, komposisi umur, ketersediaan dokter, variasi layanan, dan corak praktek dokter merupakan faktor penentu pemanfaatan Rumah Sakit. Riska dan Haggglund (1991) lebih melihat isue gender sebagai faktor yang menentukan, sedangkan Glassner (1989) dalam penelitiannya 7

tentang "Fitness dan sikap masyarakat post modern" mendapatkan bahwa jenis pemasaran dan tingkat profesionalisme layanan merupakan faktor yang menentukan. Manajemen Kualitas Pelayanan di Pusat Kebugaran Manajemen Kualitas Pelayanan di Pusat Kebugaran adalah bagaimana suatu pusat kebugaran melalui program, sarana-prasarana, instruktur, karyawan, dan inti manajemennya mampu merencanakan, menciptakan, dan memberikan layanan kebugaran bagi "member". Setiap lini harus tidak lepas dari kontrol inti manajemen, dan dengan demikian diperlukan kepemimpinan yang berkualitas. Erry Ryana (2000) mengutip perkataan Jendral H.Norman Schwazlopf yang mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah gabungan antara strategi dan karakter. Tetapi kalau kita harus memilih salah satu, maka pilihlah yang kedua". Selanjutnya Erry mengidentifikasi 10 watak yang dikagumi dari seorang pemimpin, yaitu: 1. Jujur (honest) 2. Kompeten (competent) 3. Melihat ke depan (forward-looking) 4. Selalu memicu inspirasi (inspiring) 5. Pandai, cerdas (intelligent) 6. Obyektif, berlaku adil (fair minded) 7. Berwawasan luas (broad minded) 8. Berani mengambil resiko (courageous) 9. Tidak basa-basi, langsung pada persoalan (straight forward) 10. Penuh imajinasi (imaginative) Disamping kepemimpinan yang berkualitas, diperlukan pula usaha untuk melibatkan seluruh instruktur maupun karyawan untuk menangkap kebutuhan pelanggan, memantau perubahannya, dan memenuhi kebutuhan tersebut sesuai dengan bidang tugasnya. Karyawan harus dilatih untuk menggunakan bahasa layanan kualitas dan 8

merasa memiliki Pusat Kebugaran tersebut. Inovasi, pel;ayanan unggul dan bekerja dengan kualitas tertinggi harus menjadi prinsip kerja dari seluruh sumber daya manusia yang terlibat di Pusat Kebugaran. Keputusan manajemen kualitas berkaitan dengan pelayanan tujuh P, yaitu: Product, Price, Place, Promotion, Physical Evidence, Process Design, dan Participants. Layanan di suatu Pusat Kebugaran pada dasarnya terjadi di Kantor Depan (Front Office), di ruang latihan, ruang pemeriksaan kesehatan dan kebugaran, serta ruang konsultasi. Dimana pun pelayanan terjadi, harus diperhatikan atribut yang dikemukakan oleh Gaspersz (1997) dengan modifikasi sebagai berikut: 1. Ketepatan waktu pelayanan: Waktu buka suatu Pusat Kebugaran harus sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, dan jangan biarkan "member" menunggu lama untuk bisa mendepatkan pelayanan informasi, administrasi, penitipan tas, giliran latihan, dan konsultasi. 2. Akurasi pelayanan: Ketepatan layanan program latihan sesuai dengan tujuan "member" merupakan hal utama dalam akurasi ini. Hindarkan kesalahan baik pada saat melakukan tes kebugaran, mengenalkan alat, menyusun program latihan, memonitor dan mengevaluasi hasil latihan. Pemilihan jenis latihan, ketepatan teknik latihan, dan ketepatan tes pengukuran harus ditekankan disini. Demikian pula dengan interpretasi hasil tes awal, hasil latihan, dan cedera yang mungkin timbul beserta alternatif jalan keluarnya. 3. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan layanan, terutama bagi mereka yang berinteraksi langsung dengan "member", seperti misalnya, petugas informasi, petugas kantor depan, dan konsultan. Seperti diketahui citra pelayanan sangat 9

ditentukan oleh orang-orang yang berada di garis depan. Meskipun demikian pada banyak perusahaan jasa layanan sering terjadi hal yang ironis. Mereka yang bertugas di garis depan sering kali merupakan karyawan yang pendidikannya paling rendah, motivasinya paling rendah, dan gajinya paling kecil. 4. Tanggung jawab yang berkaitan dengan penanganan keluhan "member", baik dalam arti keluhan yang berhubungan dengan latihan, maupun keluhan layanan, seperti misalnya kebersihan kamar mandi, ketersediaan air minum, kerusakan alat dan sebagainya. 5. Kelengkapan dan kecanggihan peralatan yang digunakan untuk latihan, jumlah dan variasi alat, penataan alat, serta jaminan keamanannya. 6. Kemudahan mendapatkan pelayanan yang berkaitan dengan jumlah petugas di kantor depan, jumlah instruktur, jumlah konsultan dan kualitas maupun kecepatan layanan yang mereka berikan. 7. Variasi model pelayanan berkaitan dengan inovasi program-program baru, misalnya disamping program kebugaran, ditawarkan pula program penurunan berat badan, program pembentukan tubuh (body building), program terapi, dan program rehabilitasi. Berbagai program senam dapat ditawarkan seperti misalnya senam wanita, senam pasangan, senam lansia, senam jantung, senam diabetes, maupun senam asma. 8. Pelayanan pribadi berkaitan dengan paket latihan untuk keluarga, atau untuk kelompok khusus (se kantor, se usia, se penyakit dll). Pantauan individual pada masing-masing orang menjadi titik tekan pada pelayanan ini. 10

9. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan berkaitan dengan lokasi yang strategis, kantor depan yang longgar, ruang latihan yang luas, terang dengan ventilasi yang baik, dan ruang pemeriksaan maupun ruang konsultasi yang nyaman, asri serta bersahabat. 10. Atribut pendukung layanan yang lain seperti misalnya: taman sekitar yang asri, tempat parkir kendaraan yang luas dan aman, ruang ganti dan kamar mandi yang bersih, café yang bersih dengan makanan dan minuman sehat bergizi, ruang duduk yang nyaman, tersedia fasilitas musik, AC dan lain-lain. Penutup Dengan mentransfer ilmu manajemen kualitas pelayanan yang berlaku umum, kita dapat membuat modifikasi yang pas untuk suatu Pusat kebugaran. Dalam hal ini Pusat Kebugaran dipandang sebagai perusahaan jasa layanan kebugaran yang tidak hanya memenuhi kebutuhan pelanggan, namun juga menciptakan kebutuhan pada calon pelanggan. Sebuah tantangan!. Daftar Rujukan Caly Setiawan (2000). Kebudayaan Fitness: Pandangan Hidup dan Gaya Hidup Masyarakat Pendukungnya. Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta. Erry Riyana H. (2000). Esensi Kepemimpinan: Mewujudkan Visi Menjadi Aksi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Flichman DG, dan Auld DD. (1994). Customer Retention through Quality Leadership. Singapore: Toppan Company. 11

Friss L dan Friedman B. (1989). "Geographic Differences In The Use of Veterans Administration Hospitals". Social Science and Medicine: an International Journal. 28: 347-354. Gaspersz V (1997). Manajemen Kualitas dalam Industri Jasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Glassner B. (1989). "Fitness and The Post Modern self" Journal of Health and Social Behavior, 30: 180-191. Neill JR (1989). "A Social History of Psychotropic Drug Advertisement" Social Science and Medicine: an International Journal, 28: 333-338. Riska E. dan Hagglund U. (1991). "Advertising For Psychotropic Drug in The Nordic Countries: Metaphors, Gender And Life Situations" Social Science and Medicine: an International Journal, 32: 465-471. Rosenberg MW. (1988). "Linking The Geographical, The Medical and The Political in Analysing Health Care Delivery System" Social Science and Medicine: an International Journal, 26: 179-186 Valerie A, Leonard L. (1996). "The Behavioral Consequences of Service Quality" Journal of Marketing, 60: 31-46 Zeithaml, Valerie A. (1996). Companies, Inc. Service Marketing. Singapore: The Mc Graw Hill 12