LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-./BL/. Tanggal : PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL



dokumen-dokumen yang mirip
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 53 /POJK.04/2015 TENTANG AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

PERATURAN NOMOR IX.A.14 : AKAD-AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL

AKAD-AKAD DI DALAM PASAR MODAL SYARIAH

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

GUBERNUR BANK INDONESIA,

Prinsip Sistem Keuangan Syariah

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.05/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENSIUN BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

I. Flow-chart. Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah :

KODIFIKASI PRODUK PERBANKAN SYARIAH

BAGIAN XI LAPORAN LABA RUGI

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN PEMBIAYAAN. A. Analisis Akad Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik Pada Produk. Pembiayaan Angsuran di BMT SM NU Cabang Kajen.

137/PMK.03/2011 PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN UNTUK KEGIATAN USAHA PEMBIAYAAN SYARIAH

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN

PRODUK DAN REGULASI PASAR MODAL SYARIAH. Training of Trainer Modul

BAB II LANDASAN TEORI

PERLAKUAN AKUNTANSI PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk.

MAPPING PERBANDINGAN KHES FATWA DSN-MUI

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

PRODUK PERBANKAN SYARIAH. Imam Subaweh

Ketentuan Dasar dan Karakteristik. Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAMPIRAN. Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah.

AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM

BAB II Landasan Teori

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

MUDHARABAH dan MUSYARAKAH. Disusun untuk Memenuhi Tugas Manajemen Pembiayaan Bank Syariah C. Dosen Pengampu : H. Gita Danupranata, SE., MSI.

Prinsip Syariah pada Pasar Keuangan October Bagaimana cara mengembangkan pasar?

IV.2. PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PEMBIAYAAN SYARIAH

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

SALINAN NOMOR 18 /PMK.010/2010 TENTANG PENERAPAN PRINSIP DASAR PENYELENGGARAAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dasar-Dasar Pembiayaan Bank Syariah

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40 /POJK.05/2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

SESI : 07 ACHMAD ZAKY

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS SEWA

2008, No c. bahwa potensi sumber pembiayaan pembangunan nasional yang menggunakan instrumen keuangan berbasis syariah yang memiliki peluang besa

BAB II LANDASAN TEORI

PERBANKAN SYARIAH IJARAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS JUAL BELI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN 18/POJK.04/2015 TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN SUKUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MUDHARABAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI ISTISHNA' IKATAN AKUNTAN INDONESIA

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

Akuntansi Mudharabah ED PSAK 105 (Revisi 2006) Hak Cipta 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA ED

ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, DAN MUSYARAKAH PADA BANK KALTIM SYARIAH DI SAMARINDA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

-2- Keuangan Nomor: KEP-181/BL/2009 tanggal 30 Juni 2009 tentang Penerbitan Efek Syariah namun khusus mengatur mengenai penerbitan Sukuk sekaligus men

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha

Pengertian Akad Mudharabah Jenis Akad Mudharabah Dasar Syariah Prinsip Pembagian Hasil Usaha Perlakuan Akuntansi (PSAK 105) Ilustrasi Kasus Akad

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN SUKUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PULPULAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang

SURAT PERJANJIAN KERJASAMA USAHA

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI

PRODUK PENANAMAN / PENYALURAN DANA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

Dealin Mahaputri Leonika

Soal UTS Semester Gasal 2015/2016 Mata Kuliah : Akuntansi Syariah

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008

Materi 7 Produk Pembiayaan. by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

Bank Kon K v on e v n e sion s al dan Sy S ar y iah Arum H. Primandari

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tambah

BAB 6 SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH. AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer

LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40/POJK.05/2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah di Baitul maal wat. 1. Prosedur Pembiayaan di BMT Surya Parama Arta

BAB II TINJAUAN UMUM AKAD MUDHARABAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN SYARIAH

PEDOMAN UMUM LINKAGE PROGRAM ANTARA BANK UMUM DENGAN KOPERASI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

Akuntansi Istishna' ED PSAK 104 (Revisi 2006) Hak Cipta 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA ED

SYSTEM PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 9 /PBI/2003 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAGIAN IV AKAD BAGI HASIL

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,

Transkripsi:

LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-./BL/. Tanggal : DRAFT PERATURAN NOMOR IX.A.14 : AKAD-AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL 1. Definisi a. Ijarah adalah perjanjian (akad) antara pihak pemberi sewa/pemberi jasa (mu jir) dan pihak penyewa/pengguna jasa (musta jir) untuk memindahkan hak guna (manfaat) atas suatu objek Ijarah dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan objek Ijarah itu sendiri. b. Istishna adalah perjanjian (akad) antara pihak pemesan/pembeli (mustashni ) dan pihak pembuat/penjual (shani ) untuk membuat objek Istishna dengan kriteria dan persyaratan yang telah disepakati kedua belah Pihak. c. Kafalah adalah perjanjian (akad) antara pihak penjamin (kafiil/guarantor) dan pihak yang dijamin (makfuul anhu/ashiil/orang yang berutang) untuk menjamin kewajiban pihak yang dijamin kepada Pihak lain (makfuul lahu/orang yang berpiutang). d. Mudharabah (qiradh) adalah perjanjian (akad) antara pihak penyedia dana (shahib al-mal) dan pihak pengelola usaha (mudharib) untuk menyerahkan dana dalam rangka pengelolaan usaha. e. Musyarakah adalah perjanjian (akad) antara dua Pihak atau lebih (syarik) untuk menyerahkan modal baik dalam bentuk uang maupun bentuk aset lainnya dalam rangka pengelolaan usaha. f. Wakalah adalah perjanjian (akad) antara pihak pemberi kuasa (muwakkil) dan pihak penerima kuasa (wakil) untuk memberikan kuasa dalam melakukan tindakan atau perbuatan tertentu. 2. Ijarah a. Persyaratan Pihak yang terlibat dalam Ijarah Pihak pemberi sewa/pemberi jasa dan pihak penyewa/pengguna jasa wajib memiliki kecakapan dan kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum menurut ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Hak dan kewajiban Pihak yang terlibat dalam Ijarah 1) Hak dan kewajiban pihak pemberi sewa/pemberi jasa adalah: a) menerima pembayaran harga sewa atau upah sesuai yang disepakati dalam Ijarah; b) menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan sesuai yang disepakati dalam Ijarah; c) menanggung biaya pemeliharaan barang yang disewakan; d) bertanggung jawab atas kerusakan barang yang disewakan yang bukan disebabkan oleh pelanggaran dari penggunaan yang dibolehkan atau bukan karena kelalaian pihak penyewa; e) menjamin bahwa barang yang disewakan atau jasa yang diberikan dapat digunakan sesuai dengan maksud dan tujuan penyewaan; f) menyatakan secara tertulis bahwa pihak pemberi sewa/pemberi jasa menyerahkan hak penggunaan atau pemanfaatan atas suatu barang dan atau memberikan jasa yang dimilikinya kepada pihak penyewa/pengguna jasa (pernyataan ijab). 2) Hak dan kewajiban pihak penyewa/pengguna jasa adalah: a) membayar harga sewa atau upah sesuai yang disepakati dalam Ijarah;

b) menerima dan memanfaatkan barang dan atau jasa sesuai yang disepakati dalam Ijarah; c) menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan (tidak material) sesuai yang disepakati dalam Ijarah; d) bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan barang serta menggunakannya sesuai yang disepakati dalam Ijarah; e) bertanggung jawab atas kerusakan barang yang disewakan yang disebabkan oleh pelanggaran dari penggunaan yang dibolehkan atau karena kelalaian pihak penyewa; dan f) menyatakan secara tertulis bahwa pihak penyewa atau penerima jasa menerima hak penggunaan atau pemanfaatan atas suatu barang dan atau memberikan jasa yang dimiliki pihak pemberi sewa/pemberi jasa (pernyataan qabul). c. Persyaratan objek Ijarah Objek Ijarah dapat berupa manfaat barang dan atau jasa yang memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1) manfaat barang atau jasa harus dapat dinilai dengan uang; 2) manfaat atas barang atau jasa dapat diserahkan kepada pihak penyewa atau pengguna jasa; 3) manfaat barang atau jasa harus yang bersifat tidak dilarang oleh syariah Islam (tidak diharamkan); 4) manfaat barang atau jasa harus ditentukan dengan jelas; dan 5) spesifikasi barang atau jasa harus dinyatakan dengan jelas, antara lain melalui identifikasi fisik, kelaikan, dan jangka waktu pemanfaatannya. d. Persyaratan penetapan harga sewa atau upah Penetapan harga sewa atau upah wajib memenuhi ketentuan 1) besarnya harga sewa atau upah dan cara pembayarannya ditetapkan secara tertulis dalam Ijarah; dan 2) alat pembayaran harga sewa atau upah adalah dalam bentuk uang. e. Ketentuan lain yang dapat diatur dalam Ijarah Selain wajib memenuhi ketentuan di atas, dalam Ijarah dapat disepakati antara lain hal-hal 1) para Pihak dapat menentukan harga sewa atau upah untuk periode waktu tertentu dan meninjau kembali harga sewa atau upah yang berlaku untuk periode berikutnya; 2) para Pihak dapat menyepakati adanya uang muka Ijarah; dan atau 3) penunjukan Pihak lain untuk menyelesaikan perselisihan antara pihak pemberi sewa/pihak pemberi jasa dan pihak penyewa/pengguna jasa. 3. Istishna a. Persyaratan Pihak yang terlibat dalam Istishna Pihak pemesan/pembeli dan pihak pembuat/penjual wajib memiliki kecakapan dan kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum menurut ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Hak dan kewajiban Pihak yang terlibat dalam Istishna 1) Hak dan kewajiban pihak pemesan/pembeli adalah: a) melakukan pembayaran (pokok dan/atau biaya lain) atas objek Istishna sesuai dengan kesepakatan; b) mengetahui secara jelas objek Istishna; c) menerima objek Istishna dalam keadaan baik dan siap dioperasikan sesuai spesifikasi yang diperjanjikan;

d) menerima objek Istishna sesuai dengan waktu dan tempat yang disepakati; e) pihak pemesan/pembeli memiliki hak memilih (khiyar) untuk melanjutkan atau membatalkan akad apabila terdapat cacat atau barang yang tidak sesuai dengan kesepakatan. 2) Hak dan kewajiban pihak pembuat/penjual adalah: a) memperoleh pembayaran dengan jumlah dan cara sesuai yang diperjanjikan; b) mengetahui secara jelas objek Istishna; c) menyediakan objek Istishna sesuai dengan spesifikasi yang disepakati; d) menjamin objek Istishna tidak cacat dan/atau tidak berfungsi; e) menyediakan objek Istishna sesuai dengan waktu yang diperjanjikan. c. Persyaratan objek Istishna Objek Istishna adalah barang yang memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1) tidak bertentangan dengan prinsip syariah; 2) ciri dan spesifikasi harus jelas dan dapat diakui sebagai utang serta wajib dituangkan secara tertulis dalam akad; 3) penyerahan barang baik seluruh maupun sebagian dari pihak pembuat/penjual kepada pihak pemesan/pembeli wajib dituangkan secara tertulis dalam akad meliputi waktu, tempat dan cara penyerahan. Penyerahan dimaksud dilakukan setelah waktu akad berdasarkan kesepakatan; 4) pihak pemesan/pembeli tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan; 5) dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan, pihak pemesan/pembeli memiliki hak memilih (khiyar) untuk melanjutkan atau membatalkan akad; 6) harga jual objek Istishna ditetapkan secara tertulis dalam akad Istishna dan tidak boleh berubah selama masa Istishna. d. Pembayaran objek Istishna 1) pembayaran objek Istishna dapat dilakukan secara tunai dan atau cicilan sejak akad ditandatangani atau dengan cara pembayaran lain sesuai kesepakatan; 2) pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan utang; 3) pembayaran harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik dalam bentuk uang, barang atau manfaat sesuai dengan kesepakatan. e. Ketentuan lain yang dapat diatur dalam akad Istishna Selain wajib memenuhi ketentuan di atas, dalam Istishna dapat disepakati antara lain hal-hal 1) dalam memenuhi kewajibannya kepada pihak pemesan/pembeli, pihak pembuat/penjual dapat melakukan Istishna lagi dengan Pihak lain pada objek yang sama, dengan ketentuan: a) syarat Istishna pertama tidak bergantung (mu allaq) pada Istishna kedua; b) pihak pemesan/pembeli tidak diperkenankan untuk memungut MDC (margin during construction) dari pihak pembuat/penjual karena hal ini tidak sesuai dengan prinsip syariah. 2) ketentuan mengenai biaya-biaya yang ditanggung oleh masing-masing Pihak apabila terdapat kerusakan, kehilangan atau tidak berfungsinya objek Istishna; 3) ketentuan mengenai jaminan dan asuransi; 4) ketentuan mengenai pengakhiran transaksi yang belum jatuh tempo; 5) penunjukan Pihak lain untuk menyelesaikan perselisihan antara para Pihak dalam Istishna.

4. Kafalah a. Persyaratan Pihak yang terlibat dalam Kafalah pihak penjamin dan pihak yang dijamin wajib memiliki kecakapan dan kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum menurut ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Kewajiban Pihak yang terlibat dalam Kafalah 1) kewajiban pihak penjamin adalah a) memiliki harta yang cukup untuk menjamin kewajiban pihak yang dijamin kepada Pihak lain; b) memiliki kewenangan penuh untuk menggunakan hartanya sebagai jaminan atas pemenuhan kewajiban pihak yang dijamin kepada Pihak lain; dan c) menyatakan secara tertulis bahwa pihak penjamin menjamin kewajiban pihak yang dijamin kepada Pihak lain (pernyataan ijab). 2) kewajiban pihak yang dijamin adalah a) menyerahkan kewajibannya (utangnya) kepada pihak penjamin; dan b) menyatakan secara tertulis bahwa pihak yang dijamin telah menerima jaminan dari pihak penjamin (pernyataan qabul). c. Bentuk penjaminan dalam Kafalah Penjaminan dalam Kafalah dapat berupa jaminan kebendaan dan atau jaminan umum, seperti jaminan perusahaan (corporate guarantee) dan jaminan pribadi (personal guarantee). d. Persyaratan objek Kafalah Objek Kafalah adalah kewajiban (utang) pihak yang dijamin kepada Pihak lain yang memenuhi ketentuan 1) kewajiban dimaksud dapat berupa kewajiban pembayaran sejumlah uang, penyerahan barang, dan atau pelaksanaan pekerjaan; 2) kewajiban dimaksud harus jelas nilai, jumlah, dan spesifikasinya; 3) kewajiban dimaksud bukan merupakan kewajiban yang timbul dari hal-hal yang bertentangan dengan syariah Islam; dan 4) harus merupakan piutang mengikat (lazim) yang tidak mungkin hapus kecuali setelah dibayar atau dibebaskan. e. Ketentuan lain yang dapat diatur dalam Kafalah Selain wajib memenuhi ketentuan di atas, dalam Kafalah dapat disepakati antara lain hal-hal 1) para Pihak dapat menetapkan besarnya imbalan (fee) atas penjaminan yang dilakukan oleh pihak penjamin. Dalam hal para Pihak menyepakati adanya imbalan (fee) sebagaimana tersebut di atas, maka Kafalah tersebut bersifat mengikat dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak; 2) penunjukan Pihak lain untuk menyelesaikan perselisihan antara para Pihak dalam Kafalah; dan atau 3) jangka waktu penjaminan dalam Kafalah. 5. Mudharabah a. Persyaratan Pihak yang terlibat dalam Mudharabah Pihak penyedia dana dan pihak pengelola usaha wajib memiliki kecakapan dan kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum menurut ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Hak dan kewajiban Pihak yang terlibat dalam Mudharabah 1) Hak dan kewajiban pihak penyedia dana adalah:

a) menerima bagian laba tertentu sesuai yang disepakati dalam Mudharabah; b) meminta jaminan dari pihak pengelola usaha atau pihak ketiga yang dapat digunakan apabila pihak pengelola usaha melakukan pelanggaran atas akad Mudharabah. Jaminan tersebut dapat berupa jaminan kebendaan dan atau jaminan umum, seperti jaminan perusahaan (corporate guarantee) dan jaminan pribadi (personal guarantee); c) mengawasi pelaksanaan kegiatan usaha yang dilakukan oleh pihak pengelola usaha; d) menyediakan seluruh modal yang disepakati; d) menanggung seluruh kerugian usaha yang tidak diakibatkan oleh kelalaian, kesengajaan dan atau pelanggaran pengelola usaha atas Mudharabah; dan f) menyatakan secara tertulis bahwa pihak penyedia dana menyerahkan modal kepada pihak pengelola usaha untuk dikelola oleh pihak pengelola usaha sesuai dengan kesepakatan (pernyataan ijab). 2) Hak dan kewajiban pihak pengelola usaha adalah: a) menerima bagian laba tertentu sesuai yang disepakati dalam Mudharabah; b) mengelola kegiatan usaha untuk tercapainya tujuan Mudharabah tanpa campur tangan pihak penyedia dana; c) mengelola modal yang telah diterima dari pihak penyedia dana sesuai dengan kesepakatan, dan memperhatikan syariah Islam serta kebiasaan yang berlaku; d) menanggung seluruh kerugian usaha yang diakibatkan oleh kelalaian, kesengajaan dan atau pelanggaran pihak pengelola usaha atas Mudharabah; dan e) menyatakan secara tertulis bahwa pihak pengelola usaha telah menerima modal dari pihak penyedia dana dan berjanji untuk mengelola modal tersebut sesuai dengan kesepakatan (pernyataan qabul). c. Persyaratan modal yang dapat dikelola dalam Mudharabah Modal yang dapat dikelola dalam Mudharabah wajib memenuhi ketentuan 1) berupa sejumlah uang dan atau aset, baik berupa benda berwujud maupun tidak berwujud, yang dapat dinilai dengan uang; 2) jika modal yang diberikan dalam bentuk selain uang, maka nilai benda tersebut harus disepakati pada waktu akad; 3) tidak berupa piutang atau tagihan, baik tagihan kepada pihak pengelola usaha maupun kepada Pihak lain; dan 4) dapat diserahkan kepada pihak pengelola usaha dengan cara seluruh atau sebagian pada waktu dan tempat yang telah disepakati. d. Persyaratan kegiatan usaha dalam Mudharabah Kegiatan usaha yang dapat dijalankan dalam Mudharabah wajib memenuhi ketentuan 1) tidak bertentangan dengan ketentuan Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah; dan 2) dilarang dikaitkan (mu allaq) dengan sebuah kejadian di masa yang akan datang yang belum tentu terjadi. e. Pembagian keuntungan dalam Mudharabah Pembagian keuntungan dalam Mudharabah wajib memenuhi ketentuan 1) keuntungan Mudharabah adalah selisih lebih dari kekayaan Mudharabah dikurangi dengan modal Mudharabah dan kewajiban kepada Pihak lain yang terkait dengan kegiatan Mudharabah; 2) keuntungan Mudharabah merupakan hak pihak penyedia dana dan pihak pengelola usaha dimana besarnya bagian sesuai dengan kesepakatan; dan

3) besarnya bagian keuntungan masing-masing Pihak wajib dituangkan secara tertulis dalam bentuk persentase (nisbah). f. Ketentuan lain yang dapat diatur dalam Mudharabah Selain wajib memenuhi kektentuan di atas, dalam Mudharabah dapat disepakati antara lain hal-hal 1) jangka waktu tertentu untuk masa berlakunya Mudharabah; 2) pihak pengelola usaha menyediakan biaya operasional sesuai kesepakatan dalam Mudharabah; dan atau 3) penunjukan Pihak lain untuk menyelesaikan perselisihan antara pihak penyedia dana dengan pihak pengelola usaha. 6. Musyarakah a. Persyaratan Pihak yang terlibat dalam Musyarakah Pihak yang terlibat dalam Musyarakah wajib memiliki kecakapan dan kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum menurut ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Hak dan kewajiban Pihak yang terlibat dalam Musyarakah Setiap Pihak yang terlibat dalam Musyarakah memiliki hak dan kewajiban yang sama, yaitu: 1) wajib menyediakan modal sesuai dengan tujuan akad, baik dalam porsi yang sama atau tidak sama dengan Pihak lainnya; 2) wajib menyediakan tenaga dalam bentuk partisipasi dalam kegiatan usaha Musyarakah. Dalam hal satu atau lebih Pihak tidak dapat berpartisipasi dalam kegiatan usaha Musyarakah, maka hal ini wajib disepakati dalam akad; 3) berhak menerima bagian laba tertentu sesuai dengan rasio (nisbah) yang disepakati dalam akad; 4) wajib menanggung kerugian secara proporsional berdasarkan kontribusi modal masingmasing Pihak; 5) berhak mengusulkan bahwa jika keuntungan melebihi jumlah tertentu, maka kelebihan dimaksud dapat diberikan kepada satu atau lebih Pihak; 6) berhak meminta jaminan kepada Pihak yang lain untuk menghindari terjadinya penyimpangan. c. Persyaratan modal dalam Musyarakah Modal yang disetorkan dalam Musyarakah wajib memenuhi ketentuan 1) berupa sejumlah uang dan/atau aset lainnya, baik berupa benda berwujud maupun tidak berwujud yang dapat dinilai dengan uang; 2) jika modal yang diberikan dalam bentuk aset selain uang, maka aset tersebut harus dinilai oleh penilai independen dan nilai aset tersebut harus disepakati para Pihak pada waktu akad; 3) jika modal yang diberikan dalam bentuk aset selain uang, maka aset tersebut tidak sedang dijaminkan, tidak dalam status sengketa atau tidak dalam status sitaan; 4) tidak berupa piutang atau tagihan semata di antara para Pihak dan atau kepada Pihak lain. d. Persyaratan kegiatan usaha dan cara pengelolaan dalam Musyarakah 1) kegiatan usaha yang dapat dijalankan dalam Musyarakah tidak bertentangan dengan ketentuan Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah; 2) kewajiban pengelolaan aset Musyarakah sesuai dengan akad; 3) pihak yang mengelola Musyarakah dilarang antara lain untuk menginvestasikan, meminjam, meminjamkan, menyumbangkan atau menghadiahkan modal Musyarakah di luar tujuan akad, kecuali atas dasar kesepakatan.

e. Pembagian keuntungan dan kerugian Pembagian keuntungan dan kerugian dalam Musyarakah wajib memenuhi ketentuan 1) keuntungan Musyarakah adalah selisih lebih dari kekayaan Musyarakah setelah dikurangi dengan modal Musyarakah dan kewajiban kepada Pihak lain yang terkait dengan kegiatan Musyarakah; 2) untuk kepentingan pembagian keuntungan secara periodik, maka keuntungan Musyarakah dihitung berdasarkan selisih lebih dari kekayaan Musyarakah akhir periode setelah dikurangi dengan modal Musyarakah awal periode dan kewajiban akhir periode kepada Pihak lain yang terkait dengan kegiatan Musyarakah; 3) seluruh keuntungan Musyarakah harus dibagikan kepada para Pihak secara proporsional dan tidak diperkenankan menentukan jumlah nominal keuntungan atau persentase tertentu dari modal bagi satu atau lebih Pihak pada awal kesepakatan; 4) dalam hal terdapat satu atau lebih Pihak yang memberikan kontribusi lebih dalam pengelolaan, maka Pihak tersebut dapat menerima bagi hasil tambahan sesuai dengan kesepakatan; 5) besarnya bagian keuntungan masing-masing Pihak wajib dituangkan secara tertulis dalam bentuk persentase (nisbah); dan 6) kerugian Musyarakah harus dibagi di antara para Pihak secara proporsional berdasarkan kontribusi modal. f. Ketentuan lain yang dapat diatur dalam Musyarakah Dalam Musyarakah dapat disepakati antara lain hal-hal 1) biaya operasional dibebankan pada modal bersama; 2) jangka waktu tertentu untuk masa berlakunya Musyarakah. 7. Wakalah a. Persyaratan Pihak yang terlibat dalam Wakalah Pihak pemberi kuasa dan pihak penerima kuasa wajib memiliki kecakapan dan kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum menurut ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Kewajiban Pihak yang terlibat dalam Wakalah 1) kewajiban pihak pemberi kuasa adalah a) memiliki kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap hal-hal yang boleh dikuasakan; dan b) menyatakan secara tertulis bahwa pihak pemberi kuasa memberikan kuasa kepada pihak penerima kuasa untuk melakukan perbuatan hukum tertentu (pernyataan ijab). 2) kewajiban pihak penerima kuasa adalah a) memiliki kemampuan untuk melaksanakan perbuatan hukum yang dikuasakan kepadanya; b) melaksanakan perbuatan hukum yang dikuasakan kepadanya serta dilarang memberi kuasa kepada Pihak lain kecuali atas persetujuan pihak pemberi kuasa; dan c) menyatakan secara tertulis bahwa pihak penerima kuasa telah menerima kuasa dari pihak pemberi kuasa untuk melakukan perbuatan hukum tertentu (pernyataan qabul). c. Persyaratan objek Wakalah Objek Wakalah adalah perbuatan hukum yang memenuhi syarat 1) diketahui dengan jelas jenis perbuatan hukum yang dikuasakan serta cara melaksanakan perbuatan hukum yang dikuasakan tersebut; 2) tidak bertentangan dengan syariah Islam; dan

3) dapat dikuasakan menurut syariah Islam. d. Ketentuan lain yang dapat diatur dalam Wakalah Selain wajib memenuhi ketentuan di atas, dalam Wakalah dapat disepakati antara lain halhal 1) para Pihak dapat menetapkan besarnya imbalan (fee) atas pelaksanaan perbuatan hukum yang dikuasakan. Dalam hal para Pihak menyepakati adanya imbalan (fee), maka Wakalah tersebut bersifat mengikat dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak; 2) penunjukan Pihak lain untuk menyelesaikan perselisihan antara para Pihak dalam Wakalah; dan atau 3) jangka waktu pemberian kuasa. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal :. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nurhaida NIP 19590627 198902 2 001