TAHAP 1: MERUMUSKAN MASALAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB I PENDAHULUAN. Setelah disahkannya Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia.

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB 1 PENDAHULUAN. populasi dan pendapatan per kapita negara-negara anggota ASEAN. Dimana, Indonesia

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

BAB II PERENCANAAN KINERJA

Strategi UKM Indonesia

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. Investasi menambah modal, teknologi yang dipergunakan menjadi. berkembang dan juga tenaga kerja akan bertambah sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah Undang-Undang No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan

RENCANA STRATEGIS DINAS KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

PROGRAM REFORMASI KOPERASI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB VII ISU STRATEGIS DAN RENCANA AKSI DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

REVISI INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PERANGKAT DAERAH

Rancangan Program/Kegiatan Prioritas Deputi Bidang Pembiayaan Tahun 2017

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

GAMBARAN PELAYANAN DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada saat ini dititikberakan pada pembangunan

I. PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2009)

BAB 20 PEMBERDAYAAN KOPERASI, DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN ,83 % , ,10 13,15 % Sumber :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

I. PENDAHULUAN. negaranya, yaitu sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progres

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makro ekonomi jangka

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

Kuliah 6. Marlan Hutahaean 1

BAB I PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5. Arah Kebijakan Tahun Kelima (2018) pembangunan di urusan lingkungan hidup, urusan pertanian,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang

EVALUASI KEBIJAKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SMA NEGERI 1 AMPIBABO KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri di Indonesia diarahkan untuk mampu. pemerataan pendapatan dan pengentasan kemiskinan. Salah satu jalan untuk

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

HAMDAN SYUKRAN LILLAH, SHALATAN WA SALAMAN ALA RASULILLAH. Yang terhormat :

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kita mengamati banyaknya perubahan yang cepat dan melanda

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

PROFILE DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian. karena sektor ini akan banyak menyerap tenaga kerja.

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting

I. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia berdasarkan data statistik tahun 2004, dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu isu yang

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

Rencana Strategis

Disampaikan pada acara : Rapat Koordinasi Nasional Pemberdayaan KUMKM Tahun 2014

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

Transkripsi:

Contoh Studi Tahapan Monitoring dan Evaluasi Kebijakan TAHAP 1: MERUMUSKAN MASALAH Dalam studi kasus tersebut, langkah-langkah yang diambil dalam merumuskan masalah meliputi: 1. Memikirkan masalah yang ada dengan cara mengumpulkan secara cepat data empiris yang ada dan menilai pihak-pihak yang terlibat. Adanya campur tangan pemerintah dalam penentuan kebijakan di daerah bahakan hingga tingkat terbawah yaitu desa. Pemerintah bahkan berkeinginan melakukan kebijakan sentralisasi, birokratisasi, penyeragaman (uniformitas) pemerintahan dan komunitas pada tingkat desa. Munculnya program-program baru untuk melakukan simpan pinjam sehingga memberikan banyak alternative bagi masyarakat untuk gali lubang tutup lubang. Hal tersebut juga menyebabkan munculnya persaingan-persaingan baru dalam kelompok yang memiliki perbedaan program. Pihak-pihak yang terlibat diantaranya: - Pemerintah pusat, pemerintah daerah - Kelompok masyarakat (Banjar) - Pelaku ekonomi - Permufakatan desa (Paruman) - Pemimpin desa adat - Anggota desa adat 2. Menetapkan batasan permasalahan Tingkat perkembangan program perekonomian yang terkait aturan adat dan kebiasaan dalam masyarakat. 3. Pengembangan bukti permasalahan Berekembangnya program perekonomian yaitu untuk program simpan pinjam hingga menyebabkan adanya persaingan antara pengurus dan kelompok. 4. Menentukan tujuan dan sasaran Mengkaji kebijakan lembaga perkereditan dan simpan pinjam yang menerapkan aturan adat ke dalam system pegelolaanya Mengevaluasi efektifitas pelaksanaan kebijakan aturan adat dan dampaknya dalam program perekonomian rakyat. Perumusan Masalah: 1. Bagaimana efektifitas penerapan kebijakan aturan adat dalam peningkatan perekonomian rakyat. 2. Bagaimana dampak lembaga yang menganut aturan adat dalam sistemnya terhadap perekonomian rakyat.

TAHAP 2: PENENTUAN KRITERIA EVALUASI Berdasarkan perumusan permasalahan yang ada, akan ditetapkan kriteria evaluasi untuk menganalisis efektifitas kebijakan dan regulasi penanggulangan banjir yang telah ada dan menganalisis kebijakan yang sesuai untuk diterapkan dalam menangani masalah banjir khususnya pada daerah rawan banjir yang melibatkan partisipasi masyarakat. Tipe Kriteria Pertanyaan Kriteria Evaluasi Efektifitas Efisiensi Kecukupan Perataan (equity) Responsivitas Apakah kebijakan pemerintah di bidang Koperasi dan UKM yang telah ada sudah mencapai hasil yang telah diinginkan? Seberapa banyak usaha yang diperlukan untuk mencapai hasil yang telah diinginkan? Seberapa jauh pencapaian hasil kebijakan di bidang koperasi dan UKM dapat mningkatkan kegiatan pembangunan UMKM di Indonsia Apakah manfaat dari kebijakan penanggulangan banjir tersebut sudah merata kepada seluruh masyarakat dan pelaku usaha yang ada Apakah hasil kebijakan UMKM tersebut dapat memuaskan bagi para pelaku ekonomi? Ukuran tingkat efektifitas dapat dilihat dari: Kebijakan koperasi danukm dapat menyelesaikan masalah pembangunan KUMKM yang diyakini mampu menjadi penyannga bagi perekonomian nasional Ukuran efisiensi dilihat dari: Sejauh mana peranan pemerintah dan stakeholders lainnya dalam merumuskan kebijakan UMKM Sejauh mana partisipasi masyarakat dan pengusaha dalam mendukung pembangunan UMKM Kebijakan yang dirumuskan oleh pemerintah dan stakeholder lainnya dapat meningkatkan pembangunan KUMKM Masyarakat berpartisipasi aktif dalam meningkatkan pembangunan KUMKM Kebijakan di bidang Koperasi dan UKM dapat dirasakan manfaatnya bagi pemerintah, pelaku ekonomi, dan masyrakat. Kebijakan UMKM yang dirumuskan sesuai untuk diterapkan dalam pembangunan UMKM dengan melibatkan partisipasi pelaku ekonomi dan masyarakat dalam setiap proses didalamnya. Ukuran yang digunakan adalah kebijakan tersebut benar-benar dapat menanggulangi masalah lambannya Pembangunan UMKM di Indonesia Ketepatan Apakah hasil dari kebijakan di bidang koperasi dan UMKM tersebut sudah tepat untuk mengatasi lambannya pembangunan UMKM di Indonesia TAHAP KETIGA: IDENTIFIKASI ALTERNATIF KEBIJAKAN Pada tahapan yang ketiga ini, akan dicari berbagai alternatif yang didasarkan pada permasalahan dan kriteria evaluasi yang ada, yaitu: Alternatif tanpa tindakan (no action alternative) Dengan cara tetap mempertahankan kebijakan di bidang Koperasi dan UKM yang selama ini diterapkan pada zaman orde baru, yaitu kebijakan yang bersifat sektoral, sentralistik, dan top down tanpa adanya kebijakan partisipasi masyarakat, yaitu Pemerintah yang sepenuhnya mengurus koperasi dan UKM Alternatif mempertahankan sistem yang lama dengan membuat beberapa aturan tambahan

Alternatif ini tetap mempertahankan kebijakan Mengurangi peran pemerintah dalam monopoli hal yang berkaitan dengan pembangunan koperasi dan UKM dengan Penyediaan pembiayaan bagi para pelaku KUMKM Alternatif berdasarkan kebijakan yang baru Alternatif kebijakan yang baru disini yaitu dengan kebijakan dilakukannya pemberdayaan di bidang Koperasi dan UKM melalui pemeberian dana program kekuatan KUMKM di berbagai sektor ekonomi Tahap 4 Evaluasi Alternatif Kebijakan Pada tahap 4 ini, setiap alternatif dievaluasi berdasarkan pada permasalahn yang dijabarkan pada masing-masing altenatif tersebut. Adpun evaluasi dari masing-masing alternatif adalah sebagai berikut: Alternatif Tanpa Tindakan (No Action Alternative) Menggunakan kebijakan yang lama, yaitu kebijakan yang bersifat sektoral, sentralistik, dan top down tanpa adanya kebijakan partisipasi masyarakat, yaitu Pemerintah yang sepenuhnya mengurus koperasi dan UKM. Evaluasi alternatif didasarkan pada: Proyeksi : Jika partispasi masyarakat tidak diprioritaskan dalam perkembangan unit koperasi dan UKM, dimana yang berkuasa sepenuhnya adalah pemerintah maka usaha ekonomi Evaluasi : Dengan tetap menggunakan kebijakan lama, maka para pelaku ekonomi dan masyarakat susah berkembang dalam bidang usaha Alternatif mempertahankan sistem yang lama dengan membuat beberapa aturan tambahan Alternatif ini dimana Mengurangi peran pemerintah dalam monopoli hal yang berkaitan dengan pembangunan koperasi dan UKM dengan Penyediaan pembiayaan bagi para pelaku KUMKM Evaluasi alternatif didasarkan pada: Proyeksi : pelaku ekonomi dapat terus meningkatkan masing-masing usaha yang dijalaninya, tetapi harus tetap memperhatikan aturan yang sudah dibuat oleh pemerintah. Evaluasi : Diharapkan dengan adanya kebijakan ini, para pelaku ekonomi dapat berkembang dalam kegiatan usaha yang dijalaninya. Alternatif berdasarkan kebijakan yang baru Untuk mendukung pola kemitraan antara pelaku ekonomi dan meningkatakan kegiatan usaha formal diperlukan upaya untuk mengkaji ulang Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 2005 dimana Pemberdayaan KUMKM dilakukan melalui pemberian dana program kekuatan KUMKM di berbagai sektor ekonomi Proyeksi : Berhasilnya peningkatan peran pelaku ekonomi dalam kegiatan usaha dengan tujuan Meningkatnya produktvitas UMKM, Meningkatnya proporsi usaha kecil formal melalui pemberian dana program kekuatan KUMKM di berbagai sektor ekonomi Evaluasi : Peran pelaku ekonomi dapat berkembang, Sehingga pelaku ekonomi dapat terus berkembang untuk meningkatkan perannya dan dalam hal ini kesejahteraan masyarakat khususnya para pelaku informal juga diperhatikan. Tahap 5 Penunjukan dan Pemilihan Berbagai Alternatif

Pada tahap 5 ini, setiap alternatif akan dipilih sesuai dengan evaluasi yang telah dilakukan. Adapu penunjukan dan pemilihan alternatif adalah sebagai beikut: Pemilihan Alternatif Dampak Bagi Kelompok Pemerintah yang sepenuhnya mengurus koperasi Alternatif Mengurangi peran pemerintah dengan Penyediaan pembiayaan bagi KUMKM Pemberdayaan KUMKM melalui pemberian dana program kekuatan KUMKM di berbagai sektor ekonomi Pemerintah A B A Pelaku ekonomi C B A Masyarakat D B A Catatan: A adalah konsekuensi terbaik, dan D adalah konsekuensi terburuk Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa alternatif yang paling baik adalh alternatif ketiga, yaitu alternatif yang mendukung pola Pemberdayaan KUMKM melalui pemeberian dana program kekuatan KUMKM di berbagai sektor ekonomi kemitraan sehingga dapat membantu para pelaku ekonomi Tahap 6 Monitoring dan Evaluasi Keluaran Kebijakan Dimana dilakukan Evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan (ex-post), yaitu evaluasi yang dilaksanakan setelah pelaksanaan rencana berakhir, yang diarahkan untuk melihat apakah pencapaian (keluaran/hasil/dampak) program mampu mengatasi masalah pembangunan yang ingin dipecahkan. Evaluasi ini digunakan untuk menilai efisiensi (keluaran dan hasil dibandingkan masukan), efektivitas (hasil dan dampak terhadap sasaran), ataupun manfaat (dampak terhadap kebutuhan) dari suatu program. Monitoring dan Evaluasi Monitoring terhadap contoh kebijakan di atas direkomendasikan dilakukan tiap satu periode waktu tertentu selama masa implementasinya. Berdasarkan level of monitoring, meliputi:

Kondisi awal Input Output Matrik Level Of Monitoring Dimensi Indikator Cara dan Sumber Data Laju produktivitas UKM bertendensi menurun, Survei sekunder data-data Belum tercapainya laju pertumbuhan PDB UKM 5,4 terkait % sedang laju pertumbuhan ekonomi nasional 5,6 % : Kementrian Koperasi dan Sulit tercapainya proporsi usaha kecil formal UKM, dan Dinas UKM, BPS Sulit Meningkatnya kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi sesuai jati diri koperasi Belum Berfungsinya sistem untuk menumbuhkan wirausaha berbasis IPTEK Outcome Impacts Peraturan perundangan dan kebijakan pemerintah di bidang pembangunan KUKM, baik pada tingkat pusat dan daerah Data perekonomian nasional Data kinerja dan produktivitas UKM secara nasional Data usulan perbaikan dan penyempurnaan kebijakan pemerintah di bidang KUKM Data kondisi perekonomian daerah Meningkatnya produktvitas UMKM dengan laju pertumbuhan tinggi dari laju pertumbuhan produktivitas nasional Meningkatnya proporsi usaha kecil formal Meningkatnya nilai ekspor produk UKM dengan laju pertumbuhan lebih tinggi dari laju pertumbuhan nilai tambahnya Berfungsinya sistem untuk menumbuhkan wirausaha berbasis IPTEK Meningkatnya kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi sesuai jati diri koperasi (70.000 unit koperasi berkualitas) KUMKM dapat berperan sebagai dinamisator dan stabilisator perekonomian nasional KUMKM dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat yang berkelanjutan Positif: Meningkatkan produktivitas KUMKM Meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Tantangan: Diperlukan efektifitas kebijakan pemerintah di bidang koperasi dan UKM. Kurang tepat sasarannya kebijakan pemerintah di bidang koperasi dan UKM Survei sekunder data-data terkait : Kementrian Koperasi dan UKM, dan Dinas UKM, BPS Laporan PDRB nasional dan tiap kota perencanaan terkait Evaluasi Pelaksanaan evaluasi dilakukan annually, baik pada tahap perencanaan, atau pasca pelaksanaan. Urutan kegiatan dalam evaluasi kebijakan terdiri dari ex ante, maintenance, monitoring, dan ex post. Pelaksanaan evaluasi kebijakan koperasi dan UKM di Indonesia menggunakan ex-ante evaluation, karena evaluasi tersebut dilaksanakan pada tahap perencanaan (kebijakan belum disahkan secara hukum, masih dalam tahap penggodokan).

Evaluasi Terhadap Kriteria Kebijakan di Bidang Koperasi dan UKM Tipe Kriteria Pertanyaan Evaluasi Efektivitas Efisiensi Kecukupan Apakah hasil yang diinginkan telah dicapai? Berapa banyak dipergunakan sumber daya? Seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan telah memecahkan masalah? Belum dapat dipastikan karena kebijakannya masih dalam bentuk rencana, namun selama ini perkembangannya cenderung lamban. Untuk mencapai target kebijakan diperlukan penegakan hukum yang tegas di masing-masing wilayah di Indonesia dengan memberikan sanksi bagi para pelanggarnya. Untuk itu diperlukan sumber daya manusia yang konsekuen demi tercapainya tujuan kebijakan. Pencapaian hasil yang optimal ialah apabila kebijakan pemerintah di bidang koperasi dan UKM telah berhasil mencapai pembangunan koperasi dan UKM Perataan Responsivitas Ketepatan Apakah biaya dan manfaat didistribusikan dengan merata kepada kelompok target yang berbeda? Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok-kelompok tertentu? Apakah hasil yang diinginkan benar-benar berguna atau bernilai? Manfaat kebijakan didistribusikan untuk kepentingan nasional dengan menyelamatkan penggunaan alokasi dana yang inovatif untuk pemberian pinjaman dana bagi pelaku ekonomi Kebijakan di bidang UMKM didukung oleh para stakeholders terkait, terutama para pelaku ekonomi, masyarakat Indonesia secara keseluruhan, maupun para investor yang ingin menanam modal di Indonesia. Pengadaan kebijakan di bidang UMKM lahan pertanian pangan sebenarnya merupakan langkah yang tepat untuk Meningkatkan produktvitas UMKM, Meningkatkan proporsi usaha kecil formal, dan nilai ekspor produk UKM dengan laju pertumbuhan lebih tinggi