Lilis Nurlina Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran



dokumen-dokumen yang mirip
Syahirul Alim, Lilis Nurlina Fakultas Peternakan

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2007, VOL. 7, NO. 2, Syahirul Alim dan Lilis Nurlina Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Lilis Nurlina Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jatinangor 45363, Sumedang liswan yahoo.com

Hubungan Perilaku Komunikasi Interpersonal...Muhammad Fauzi

Hubungan Antara Faktor Internal dengan Faktor Eksternal... Fitriana Suciani

Hubungan antara Dinamika Kelompok dengan Keberdayaan Peternak Ade Triwahyuni

Hubungan Antara Peran Penyuluh...Satriyawan Hendra W

Lilis Nurlina Fakultas Peternakan

1 III METODE PENELITIAN. (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jabar yang telah mengikuti program

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DENGAN KINERJA KARYAWAN THE RELATION BETWEEN MOTIVATION AND EMPLOYEE PERFORMANCE

HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DENGAN PENGEMBANGAN KAPASITAS WANITA PEDESAAN DALAM ASPEK PENGOLAHAN SUSU

Peran Koperasi Unit Desa (KUD) Andini Luhur Getasan dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENYULUHAN DAN POS KESEHATAN HEWAN WILAYAH CISARUA KABUPATEN BOGOR

III. METODE PENELITIAN

Analisis Hubungan Fungsi Pemasaran.Rika Destriany

Peranan Fasilitator Kecamatan dalam Mendinamiskan Kelompok Masyarakat pada Program GSMK Kabupaten Tulang Bawang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERDAYAAN PETERNAK SAPI PERAH DI KABUPATEN BANDUNG 1) Unang Yunasaf 1) dan Basita Ginting 2)

PENDAHULUAN. Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap gizi dari susu menyebabkan

PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA

Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, Volume 1, Nomor 3, Desember 2012, hlm 23-28

HUBUNGAN ANTARA PERANAN KEPEMIMPINAN KETUA KELOMPOK DENGAN MOTIVASI ANGGOTA PETERNAK SAPI PERAH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETERNAK DALAM MENGEMBANGKAN USAHATERNAK DOMBA (Kasus : Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

Hubungan antara Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Karyawan Koperasi Desi Rosmala

Hubungan Antara Dinamika Kelompok Peternak Ghufron Purnama Putra

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PETANI PETERNAK SAPI DENGAN KINERJA PENYULUHAN (KASUS: DESA ARA CONDONG, KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT)

Lilis Nurlina Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jatinangor 45363, Sumedang

PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN ORIENTASI PRESTASI TERHADAP KEBERLANJUTAN USAHA ANGGOTA KOPERASI

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI

EFEKTIVITAS DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN PERKOTAAN (P2KP) DI KOTA BANDAR LAMPUNG

HUBUNGAN FUNGSI-FUNGSI KOPERASI DENGAN KEBERDAYAAN PETERNAK SAPI PERAH ( Kasus pada Koperasi Persusuan di Kabupaten Bandung) Unang Yunasaf

Hubungan Fungsi-Fungsi Koperasi dengan Keberdayaan Peternak Sapi Perah (Relationship Cooperative Function with Empowerment of Dairy Farmers)

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2011, VOL. 11, NO. 1, 27-34

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

Respon Peternak Sapi Perah... Dwi Sulistia Anggarani RESPON PETERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENYULUHAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYAKIT MASTITIS

DYNAMIC CORRELATION OF COOPERATIVE ORGANIZATIONS WITH PARTICIPATION OF THEIR MEMBERS (The case in milk cooperative)

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Wilayah Kerja KSU Tandangsari. Tanjungsari No. 50, Desa Jatisari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. berlokasi di desa Toyomarto, Malang Jawa Timur. Variabel yang diamati yaitu

By : Tedi Hartoyo. Key Word : The Role, Participation, Rank-Spearman Correliation

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Energi (KKPE) dari Bank Rakyat Indonesia Cabang Sumedang.

HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

KATA KUNCI: PUAP, Dinamika Organisasi dan Karakteristik Sosial Ekonomi Pertanian

BAB II KERANGKA TEORITIS

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. wilayah Cikajang, Kabupaten Garut yang masih aktif sebagai anggota KPGS.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam anggota KPBS Pangalengan dan memiliki sapi perah produktif.

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. Pendahuluan. Yunilas 1

PERANAN KEPEMIMPINAN PADA KOPERASI SAPI PERAH DALAM MEMPERTAHANKAN KEBERLANJUTAN USAHA ANGGOTANYA

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN DIVISI PRODUKSI ( Studi Kasus di Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta )

RESPON PETERNAK SAPI PERAH ANGGOTA KUD TERHADAP KEGIATAN PENYULUHAN PETERNAKAN. Syahirul Alim dan Lilis Nurlina

PERANAN PENYULUH PETERNAKAN DALAM MEMPERTAHANKAN KEBERLANJUTAN USAHA KOPERASI DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KAKILIMA (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai gerobak Usaha Makanan Di Kota Bogor)

Lilis Nurlina Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan, Jatinangor 45363, Sumedang

PENDAHULUAN. membuat para wanita memiliki dua peran sekaligus, yakni peran domestik yang

PARTISIPASI PETANI DALAM PENERAPAN USAHATANI PADI ORGANIK (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

M. Zulkarnain Yuliarso 1. Abstract

ANALISIS POTENSI TENAGA KERJA DALAM KELUARGA UNTUK PENGEMBANGAN USAHATERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam kelompok peternak Lebaksiuh yang ada di desa Sindanggalih, kecamatan

HUBUNGAN KEBERDAYAAN KELOMPOK PETERNAK DENGAN KEBERHASILAN USAHATANI ANGGOTA

JIIA, VOLUME 2 No. 4, OKTOBER 2014

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD)

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha lainnya yang memiliki sifat dan ciri yang berbeda dengan koperasi.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p Online at :

PERILAKU KONSUMSI SUSU PADA KONSUMEN KELUARGA DI WILAYAH BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA BOGOR SKRIPSI ABDIK DESTRIANA

PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

BAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI

Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Petani Peternak Itik pada Pola Usahatani Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Air Hangat Kabupaten Kerinci

(The Leadership of Chairman Groups And Its Association With Groups Effectiveness (In Cases of Dairy Farmers Groups of KSU Tandangsari Area))

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Penggemukan Sapi (Kasus di Kelurahan Ekajaya, Kecamatan Jambi Selatan Kotamadya Jambi)

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah kinerja petugas kesehatan hewan selaku

KEPEMIMPINAN PENGURUS KOPERASI DALAM MENDINAMISKAN ORGANISASI KOPERASI (KASUS PADA KOPERASI SERBA USAHA (KSU) TANDANGSARI, SUMEDANG)

TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PERTANIAN TERPADU USAHATANI PADI ORGANIK

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang berada ditpk Sukamenak Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung.

ANALISIS RELASI GENDER DAN KEBERHASILAN ORGANISASI KOPERASI WARGA (KOWAR) SMP NEGERI 7 BEKASI

JURNAL P ENYULUHAN PERAN KELOMPOK PETERNAK DALAM MENGEMBANGKAN KEBERDAYAAN PETERNAK SAPI PERAH (KASUS DI KABUPATEN BANDUNG)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Unang Yunasaf dan Didin S. Tasripin Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pakan sapi yang diberikan harus mengandung nilai gizi yang lengkap, disukai

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

ROLE OF THE GROUP FARMERS IN DEVELOPMENT OF THE EMPOWERMENT OF DAIRY FARMERS

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETANI DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI DI DESA BUNGARAYA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

KETEPATAN ADOPSI INOVASI PETERNAK TERHADAP TEKNOLOGI FERMENTASI JERAMI PADI DI KABUPATEN BULUKUMBA. Agustina Abdullah ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendukung berkembangnya sektor pertanian dan peternakan.

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU SD NEGERI SE-KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

Analisis Biaya dan keuntungan...simon pardede

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

SKRIPSI RATU PUTRI RAMANTI PROGRAM STUD1 SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan HMB Agro, Desa Sukajaya Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor)

Hubungan Dinamika Kelompok dengan... Ajeng Fitri Anisi

TINGKAT EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENYULUHAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN TANJUNGSARI

Evaluasi Penerapan Aspek Teknis Peternakan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Sistem Individu dan Kelompok di Rejang Lebong

Hubungan antara Karakteristik Petani dan Dinamika Kelompok Tani dengan Keberhasilan Program PUAP

LAPORAN PENELITIAN PERANAN KEPEMIMPINAN PENYULUH PETERNAKAN DALAM UPAYA MEMPERTAHANKAN KEBERLANJUTAN USAHA ANGGOTA KOPERASI

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Hubungan Antara Tingkat Pelayanan Sarana Produksi dan Kegiatan Penyuluhan dengan Keberlanjutan Usaha Anggota Koperasi Relation Between Input Service Level and Extension Activity with Cooperative s Member Sustainable Livelihood Lilis Nurlina Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Abstrak Penelitian mengenai Hubungan Antara Tingkat Pelayanan Sarana Produksi dan Kegiatan Penyuluhan dengan Keberlanjutan Usaha Anggota Koperasi, telah dilakukan di Desa Haur Ngombong Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang, yang merupakan salah satu wilayah kerja KSU Tandang Sari. Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pelayanan sarana produksi ternak, kegiatan penyuluhan, keberlanjutan usaha dan hubungan antara tingkat pelayanan sarana produksi, kegiatan penyuluhan dengan keberlanjutan usaha anggota koperasi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survai. Penentuan sampel secara Simpel Random Sampling yang berjumlah 30 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pelayanan sarana produksi termasuk kategori tinggi, sedangkan kegiatan penyuluhan termasuk kategori cukup dan keberlanjutan usaha termasuk kategori tinggi, dan terdapat hubungan yang berarti antara tingkat pelayanan sarana produksi dengan keberlanjutan usaha (rs = 0,534) dan antara kegiatan penyuluhan dengan keberlanjutan usaha (rs = 0,468). Kata Kunci : Pelayanan Sarana produksi, Kegiatan Penyuluhan, Keberlanjutan Usaha. Abstract The research about Reletion Between Input Production Level and Extension Activity With Member s Sustainable Livelihood was held in Haur Ngombong Village Pamulihan Subdistrict Sumedang Regency, is another one KSU Tandang Sari work area. The research was aimed to know an input production service level, extension activity, member s sustainable livelihood, and relation between input production service level and extension activity with cooperative s member sustainable livelihood. This research was done by survey s method. Respondent was choosen by Simple Random Sampling which consist of 30 respondent. The result of research showed that input production service level was categorized in high level, extension activity was categorized in enough level, member s sustainable livelihood was high level category, and there were enough correlation between input production level with cooperative s member sustainable livelihood (rs = 0,534), extension activity with member s sustainable livelihood (rs = 0,468). Key Words : Input production Level, Extension Activity, Sustainable Livelihood. 1

PENDAHULUAN Dalam memasuki era perdagangan bebas dan iklim usaha yang sangat kompetitif, peternak perlu mempersiapkan diri melalui peningkatan kualitas sumber daya manusianya, dimana hal tersebut merupakan faktor penentu keberhasilan usaha. Pengembangan sumber daya manusia akan tampak dari banyaknya manusia pembangunan yang memiliki ciri : meningkatnya kemampuan, mendorong tumbuhnya kebersamaan, kebebasan memilih dan memutuskan, membangkitkan kemandirian, dan mengurangi ketergantungan serta menciptakan hubungan yang saling menguntungkan (Ndraha, 1990). Peternakan yang tangguh hanya mungkin ada apabila para peternak dalam melaksanakan kegiatan usaha ternaknya dapat menyesuaikan dengan kondisi lingkungannnya (Slamet, 2003). Peternak yang tangguh yaitu peternak yang memiliki kemampuan dalam memanfaatkan potensi-potensi yang ada khususnya dalam memanfaatkan pelayanan sarana produksi dan aktivitas penyuluhan peternakan sapi perah yang diselenggarakan atau difasilitasi oleh pihak koperasi persusuan sebagai lembaga yang menaunginya. Koperasi merupakan lembaga yang berorientasi kepada kepuasan pelayanan anggota (service-oriented business institution) (Hanel, 1985; Krisnamurthi, 2002). Dengan demikian sasaran utama koperasi adalah memajukan kepentingan anggota melalui peningkatan pelayanan secara efisien melalui penyediaan barang sarana produksi, kredit dan jasa oleh lembaga koperasi. Hal tersebut merupakan perangsang bagi anggota untuk turut serta memberikan kontribusinya bagi pertumbuhan koperasi serta dalam upaya meningkatkan penghasilannya. Hasil penelitian Budiarto (1998) di Propinsi Bengkulu menunjukkan bahwa keberhasilan usaha, partisipasi petani anggota serta pembinaan yang dilakukan pemerintah dan lembaga yang terkait berhubungan secara positif dengan kemampuan KUD dalam memberikan pelayanan kepada anggota baik secara parsial maupun keseluruhan. Bagi peternak anggota koperasi susu, keberlanjutan usaha angota dipengaruhi oleh tingkat pelayanan sarana produksi, pelayanan teknis dan pelayanan hasil produksi serta kegiatan penyuluhan. Hasil penelitan Warya (2005) menunjukan bahwa keaktifan penyuluh pertanian dalam melaksanakan kegiatan penyuluhannya berhubungan dengan dinamika usahatani kelompok tani maju. Koperasi Serba Usaha (KSU) Tandang Sari merupakan koperasi sapi perah yang cukup berkembang di Kabupaten Sumedang maupun di Propinsi Jawa Barat. Wilayah kerjanya yang meliputi 7 kecamatan yang disertai dengan adanya peningkatan jumlah anggota setiap tahunnya, menarik perhatian peneliti untuk mengkaji sampai sejauh mana tingkat pelayanan sarana produksi, kegiatan penyuluhan, keberlanjutan usaha anggota serta hubungan diantara ketiga variabel tersebut. METODE PENELITIAN Ojek dalam penelitian ini adalah peternak sapi perah anggota KSU Tandang Sari di Desa Haur Ngombong yang lebih dari 5 tahun menjadi anggota dan pernah mengikuti kegiatan penyuluhan yang diadakan oleh Dinas Peternakan, Koperasi dan Kelompoknya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai. 2

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden dengan bantuan kuesioner yang telah disiapkan, sedangkan data sekunder diperoleh dari Kantor Desa Haur Ngombong, Kantor KSU Tandang Sari dan instansi terkait. Teknik penarikan sampel dilakukan secara acak sederhana yaitu dengan cara melakukan pemilihan secara bebas terhadap responden yang memiliki karakter homogen. Responden diambil sebanyak 30 orang. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah : pelayanan sarana produksi, dan kegiatan penyuluhan. Tingkat pelayanan sarana produksi diukur dari tingkat pelayanan input, pelayanan teknis dan hasil produksi. Kegiatan penyuluhan diukur dari keaktifan penyuluh dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keberlanjutan usaha yang terdiri dari kapasitas peternak sebagai manajer, keadilan berusaha dan kemandirian peternak. Analisis data dilakukan dengan cara pengelompokan penilaian ke dalam lima kelas kategori menurut skala Likert. Untuk menunjukkan keeratan hubungan antara variabel bebas dan terikat digunakan analisis statistik non parametrik Korelasi rank Spearman, sedangkan untuk uji signifikansi digunakan aturan Guilford. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.Penilaian Responden Terhadap Tingkat Pelayanan Sarana Produksi Ternak Pelayanan sarana produksi terbagi atas tiga bagian yaitu pelayanan input, pelayanan teknis dan pelayanan hasil produksi., dan secara rinci digambarkan pada Tabe1 1 berikut : Tabel 1. Penilaian Responden Terhadap Pelayanan Sarana Produksi Ternak No. Jenis Pelayanan Penilaian Responden (%) ST T C R SR 1. 2. 3. Pelayanan input Pelayanan teknis Pelayanan hasil produksi 3,33 90,00 6,67 0,00 0,00 40,00 56,67 3,33 0,00 0,00 13,3 86,67 0,00 0,00 0,00 Total penilaian responden 10,00 90,00 0,00 0,00 0,00 Keterangan : ST : Sangat Tinggi; T : Tinggi; C : Cukup, R : Rendah; SR : Sangat Rendah Berdasarkan Tabel 1 nampak bahwa 90,00% responden menyatakan bahwa tingkat pelayanan sarana produksi ternak dari koperasi tergolong tinggi. Penilaian terhadap pelayanan input tergolong tinggi (90,00 %), sementara pelayanan teknis (40,00 %) responden menilai sangat tinggi dan 56,67 % menilai tinggi dan pelayanan hasil produksi (90,00 %) tergolong tinggi. Hal ini disebabkan karena pengiriman konsentrat, pelayanan inseminasi buatan (IB) dan kesehatan hewan serta pengangkutan susu sangat lancar. Namun demikian keberhasilan IB belum sepenuhnya optimal, karena service per conception di wilayah tersebut masih lebih dari satu kali. Penilaian di atas menunjukkan bahwa KSU Tandang Sari telah memberikan pelayanan sarana produksi yang cukup memuaskan anggota. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanel (1985) bahwa koperasi harus berorientasi pada pelayanan terhadap anggota. Ditinjau dari aspek produksi, peternak anggota merupakan produsen susu, 3

sementara dari aspek koperasi anggota peternak merupakan pemilik sekaligus sebagai pelanggan. Oleh karena itu sudah sepantasnya apabila koperasi memberi kemudahan dalam pelayanan dengan tujuan pencapaian produksi dan kualitas susu yang dapat terjual dengan harga tertinggi yang dapat dibeli oleh Industri Pengolahan Susu (IPS). 2. Penilaian Responden Terhadap Kegiatan Penyuluhan Penilaian responden terhadap kegiatan penyuluhan secara total menunjukan bahwa 40 % termasuk kategori tinggi dan 53,33 % menilai cukup. Secara lengkap penilaian terhadap kegiatan penyuluhan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini : Tabel 2. Penilaian Responden Terhadap Kegiatan Penyuluhan No Kegiatan Penyuluhan Penialaian Responden (%) ST T C R SR 1. 2. Keaktifan penyuluh Kegiatan penyuluhan 0,00 43,33 46,67 10,00 0,00 0,00 40,00 50,00 10,00 0,00 Total penilaian responden 0,00 40,00 53,33 6,67 0,00 Keterangan : ST : Sangat Tinggi; T : Tinggi; C : Cukup R : Rendah; SR : Sangat Rendah Dari Tabel 2 nampak bahwa responden menilai keaktifan penyuluh sebesar 43,33 % tinggi dan 46,67 % cukup, demikian juga dengan kegiatan penyuluhan yang diselenggarakan oleh koperasi ataupun kerjasama antara koperasi dengan Kantor Cabang Dinas Peternakan setempat 40,00 % responden menilai tinggi dan 50,00 % responden menilai cukup. Kondisi demikian dimungkinkan oleh sistem kegiatan penyuluhan yang bersifat penanganan kasus, artinya penyuluh bersama tim unit pelayanan teknis termasuk ketua Komisaris Daerah akan mendatangi peternak sapi perah ataupun kelompok peternak yang mengalami penurunan kualitas secara tajam. Tim tersebut memberikan penyuluhan dan bimbingan teknis, melakukan pemantauan terhadap kualitas susu hingga kondisi kembali normal. Kegiatan penyuluhan di KSU tidak terjadwal secara rutin. 3. Keberlanjutan Usaha Keberlanjutan usaha merupakan suatu indikasi adanya kemampuan peternak baik sebagai manajer maupun sebagai pekerja untuk terus memanfaatkan kesempatan usaha, sumber daya alam yang ada di lingkungannya dan sumber daya manusia yang dimilikinya agar tetap dapat bertahan dalam menghadapi berbagai resiko dan perubahan. Hal ini sependapat dengan Chamber dan Conway (1992) dan Ndraha (1990), bahwa tumbuhnya manusia pembangunan termasuk peternak dalam upaya mencapai kemandirian, mampu bekerja sama dan adanya kesalingtergantungan yang saling menguntungkan diantara warga masyarakat (peternak). Koperasi sebagai wadah berhimpunnya para peternak melalui pelayanan sarana produksi dan kegiatan penyuluhan secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan keberlanjutan usaha anggota, karena melalui pelayanan hasil produksi peternak dituntut untuk menghasilkan produksi susu yang memenuhi kualitas standar Industri Pengolahan Susu (IPS) atau Standar Nasional Indonesia 4

(SNI). Demikian pula dengan pelayanan kegiatan penyuluhan diupayakan untuk terus meningkatkan kemampuan peternak terutama dalam hal teknis beternak. Keberlanjutan usaha anggota di KSU Tandang Sari dapat dikemukakan dalam Tabel 3 berikut ini : Tabel 3. Keberlanjutan Usaha Anggota No. Keberlanjutan Usaha Anggota Penilaian Responden (%) 1. 2. 3. Kapasitas peternak sebagai manajer Keadilan berusaha Kemandirian peternak ST T C R SR 3,33 60,00 36,67 0,00 0,00 0,00 30,00 46,67 16,67 3,33 20,00 70,00 10,00 0,00 0,00 Total penilaian responden 10,00 53,33 36,67 0,00 0,00 Keterangan : ST : Sangat tinggi; T : Tinggi; C : Cukup R : Rendah; SR : Sangat Rendah Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (53,33%) keberlanjutan usahanya termasuk kategori tinggi, 36,67 % responden termasuk kategori sedang, dan hanya 10 % responden termasuk kategori sangat tinggi. Kapasitas peternak sebagai manajer sebagian besar (60%) tergolong tinggi dan 36,67 % tergolong cukup. Hal ini berarti bahwa peternak sapi perah anggota KSU Tandang Sari memiliki kemampuan yang lebih dari cukup dalam kemampuan perencanaan usaha dan bekerja sama dengan peternak lain, namun dalam hal sifat inovatif, kemampuan mengantisipasi resiko dan evaluasi usaha masih kurang. Keadilan berusaha tidak ada yang menilai sangat tinggi tetapi sebagian besar responden (46,67 %) menilai cukup dan 30 % responden menilai tinggi. Kondisi demikian disebabkan karena penilaian harga susu dibanding harga input (konsentrat sebagai biaya terbesar) masih dirasa belum cukup adil, namun demikian pihak koperasi tidak dapat berbuat banyak untuk meningkatkan harga susu karena harga susu sangat ditentukan oleh IPS. Dalam hal keadilan untuk kesempatan berusaha, KSU Tandang Sari sudah memberikan kesempatan yang sama bagi anggota koperasi pria maupun wanita untuk mendapatkan pelayanan, ataupun kesempatan untuk menjadi anggota Badan Pengawas Koperasi asalkan memenuhi kualifikasi yang disyaratkan. Kemandirian peternak sebagian besar (70 %) termasuk kategori tinggi, 20 % termasuk kategori sangat tinggi dan 10 % termasuk kategori cukup. Kondisi demikian disebabkan karena kepercayaan diri peternak cukup baik untuk pengembangan usaha, namun untuk penanganan penyakit/ kesehatan hewan dan inseminasi buatan diserahkan kepada tenaga ahli seperti dokter hewan/mantri hewan, inseminator dan penyuluh yang memang disediakan oleh koperasi. Pemanfaatan sumber daya alam terutama pakan hijauan yang berasal dari limbah pertanian dan rumput lapangan cukup dimanfaatkan peternak. Pemanfaatan tenaga kerja keluarga sudah dioptimalkan dengan baik. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga (upahan) dilakukan apabila peternak tidak cukup waktu untuk mengurus ternaknya, biasanya karena pemilikan ternaknya cukup banyak. 5

4. Hubungan Antara Tingkat Pelayanan Sarana Produksi, Kegiatan Penyuluhan Dengan Keberlanjutan Usaha Anggota Berdasarkan analisis korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa nilai korelasi antara tingkat pelayanan sarana produksi dengan keberlanjutan usaha sebesar rs = 0,534, yang pada selang kepercayaan 95 % nilai t-hitung (3,347) lebih besar dari t-tabel (2,048), dan apabila diinterprestasikan ke dalam aturan Guilford berarti bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti. Dengan demikian maka semakin tinggi tingkat pelayanan sarana produksi yang diberikan koperasi maka semakin tinggi pula tingkat keberlanjutan usaha anggota. Tingginya tingkat pelayanan sarana produksi berarti bahwa ketersediaan input, pelayanan teknis maupun penerimaan/ penjualan hasil susu oleh koperasi cukup menjamin keberlangsungan usaha anggota. Namun demikian, faktor-faktor kapasitas peternak dalam hal perencanaan usaha, sifat inovatif, bekerja sama, kepercayaan diri peternak dan kemampuan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki peternak perlu senantiasa dikembangkan peternak. Pemilikan ternak yang tinggi dimungkinkan oleh adanya sifat disiplin dan tidak konsumtif dari peternak itu sendiri. Untuk menilai hubungan antara kegiatan penyuluhan dengan keberlanjutan usaha, melalui uji korelasi rank Spearman diperoleh nilai rs = 0,468, yang apabila diinterpretasikan ke dalam aturan Guilford berarti ada hubungan yang cukup berarti. Berdasarkan pada selang keprcayaan 95 %, nilai thitung lebih besar (2,804) dari t-tabel (2,048). Dengan demikian kita menerima H1 (ada hubungan antara kegiatan penyuluhan dengan keberlanjutan usaha anggota). Dalam hal ini penyuluh yang berperan sebagai guru, fasilitator dan dinamisator yang dinilai dari keaktifannya dan kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan di KSU Tandang Sari perlu ditingkatkan lagi. Materi yang diberikan selain meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan teknis beternak tetapi dalam penyampaian kondisi eksternal seperti persaingan usaha yang ketat yang mengharuskan peternak bekerja secara disiplin, tanggung jawab, dan mampu berprestasi melalui pencapaian tingkat produksi dan kualitas susu serta motivasi usaha yang tinggi. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Tingkat pelayanan sarana produksi dari KSU Tandangsari yang meliputi pelayanan input, pelayanan teknis dan pelayanan hasil produksi termasuk kategori tinggi. 2. Kegiatan penyuluhan yang dilakukan di KSU Tandangsari yang meliputi keaktifan penyuluh dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan termasuk kategori cukup. 3. Tingkat keberlanjutan usaha anggota KSU Tandangsari termasuk kategori tinggi. 3. Ada hubungan yang cukup berarti antara tingkat pelayanan sarana produksi dengan keberlanjutan usaha (rs = 0,534) dan ada hubungan yang cukup berarti antara kegiatan penyuluhan dengan keberlanjutan usaha anggota (rs = 0,468) 6

2. Saran Untuk mempertahankan keberlanjutan usaha anggota perlu kerjasama yang sinergis antara pengurus koperasi, penyuluh peternakan dan anggota koperasi terutama dalam meningkatkan pemanfaatan faktor produksi yang ada (sapi perah, lahan rumput). Melalui kredit sapi bergulir dan pencegahan penjualan sapi produktif diupayakan agar dapat dicapai skala pemilikan ternak minimal 4 ekor dengan tingkat produksi di atas 12 liter/.ekor/hari. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada kepada Ketua Lembaga Penelitian UNPAD yang telah mendanai penelitian ini melalui dana DIPA PNBP. DAFTAR PUSTAKA 1. Budiarto, 1988. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Koperasi (KUD) Terhadap Anggotanya Di Propinsi Bengkulu, Disertasi UNPAD, Bandung. 2. Chambers, R., and Conway, G. R., 1992, Sustainable Rural Livelihood : Practical Concept For The 21 St Century, Institute of Development Studies (Discussion Paper, 296 At The University Of Sussex), England. 3. Hanel, 1985, Organisasi Koperasi : Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Organisasi Koperasi dan Kebijakan Pembangunan di Negara-Negara Berkembang. 4. Krisnamurthi, B., 2002, Membangun Koperasi Berbasis Anggota dalam Rangka Pengembangan Ekonomi Rakyat. Artikel-Th 1 No 4 Juni 2002. (on line) htp//w.w.w.ekonomirakyat.org/membangun Koperasi berbasis Anggota.htm (diambil tanggal 28 Oktober 2004). 5. Ndraha, Taliziduhu, 1990, Pembangunan Masyarakat : Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas, Rieneka Cipta, Jakarta. 6. Slamet, Margono, 2003, Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan, IPB Press, Bogor. 7. Warya, Adang, 2005, Peran Penyuluh Pertanian Sebagai Pendidik Petani Dalam Mengembangkan Dinamika Usahatani Di Provinsi Banten. 7