Draft Kaji Ulang SKKNI Operasi Produksi



dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 248 TAHUN 2016 TENTANG BAB I PENDAHULUAN

- 5 - BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dunia saat ini. Terutama kebutuhan energi yang berasal dari sumber daya alam yang

FR-APL-01. FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKASI KOMPETENSI

KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162 TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA. No.364, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Standar. Kompetensi. Kerja. Nasional. Indonesia. Pencabutan.

FR-APL-01. FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKASI KOMPETENSI

PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KRAN MOBIL PADA PESAWAT ANGKAT OPERATOR FORKLIFT (FL)

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 159 TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KRAN MOBIL PADA PESAWAT ANGKAT OPERATOR KRAN JEMBATAN (KJ) S/D 25 TON KODE PROGRAM PELATIHAN : C II.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

2018, No profesi dan penyusunan okupasi atau jabatan nasional yang ditetapkan oleh Instansi Teknis; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaima

SERTIFIKASI MIGAS BIDANGPERAWATAN SUMUR

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL

NOMOR 215 TAHUN 2016 TENTANG BAB I PENDAHULUAN

STRUKTUR DAN FORMAT PENULISAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI)

KEGIATAN OPERASI DAN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI DI PT. MEDCO E&P INDONESIA ( S&C SUMATERA ) FIELD SOKA

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kerja karyawan. Di samping itu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah

KISI-KISI UJI KOMPETENSI AWAL 2014 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK PERMINYAKAN

FORUM MANAJEMEN Vol. 06 No. 4

MENINGKATKAN KUALITAS TENAGA KERJA MELALUI PROGRAM SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA. oleh

NOMOR 165 TAHUN 2016 TENTANG BAB I PENDAHULUAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMOR : KEP.218/LATTAS/XII/2012

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan apabila tekanan reservoir atau metoda sembur alam sudah tidak

KURIKULUM KURIKULUM KURSUS VIDEO EDITING JARINGAN KOMPUTER DAN SISTEM ADMINISTRASI. berbasis

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya produktivitas (Multahada, 2008)

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KRAN MOBIL PADA PESAWAT ANGKAT OPERATOR KRAN MOBIL s.d 25 Ton

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI JURU UKUR SEISMIK

SERTIFIKASI TENAGA TEKNIK KHUSUS MIGAS BIDANG OPERASI PRODUKSI (OPLP)

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177 TAHUN 2013

NOMOR 60 TAHUN 2017 TENTANG BAB I PENDAHULUAN

KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 126 TAHUN 2015

Darmawansyah, ST, M.Si /

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

DRAFT RAPAT KERJA KONSORSIUM PENDIDIKAN BAHASA MANDARIN UNTUK PENATA LAKSANA RUMAH TANGGA KELUARGA JAKARTA 2010

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) berbasis

K3 MIGAS (Workshop) EA SOLUTION MANFAAT TRAINING MATERI TRAINING. TRAINER HES Consultant Chevron Pasific Indonesia

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160 TAHUN 2013

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI)

Indonesia Kompeten Pengembangan Program Sertifikasi Profesi Berbasis Kompetensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG BAB I PENDAHULUAN

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional dan Kongres X. Makalah Profesional

PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MENGELOLA USAHA PAKAIAN

SKEMA SERTIFIKASI LSK-K3 ICCOSH Ahli K3

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT)

2018, No pelatihan profesi, uji kompetensi dan sertifikasi profesi yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan; c. bahwa berdas

MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FR-APL-01. FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKASI KOMPETENSI

2018, No.8-2- Negara Republik Indonesia Nomor 3478); 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Repu

MENANGANI MATERIAL MEMBACA GAMBAR MERAKIT CUTTING MARKING MELAS MEMERIKSA ERECTION MENGECAT

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. /MEN/ / 2008

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR

1.1. Metode inventarisasi ditentukan Bahan dan peralatan yang diperlukan disiapkan.

BAB I PENJELASAN UMUM STANDAR KOMPETENSI JARINGAN KOMPUTER DAN SISTEM ADMINISTRASI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG BAB I PENDAHULUAN

KOMPETENSI TENAGA KERJA LULUSAN TEKNIK ELEKTRO DI ERA MEA

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI)

STANDAR KOMPETENSI MANAJER PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. 1. Kualifikasi : Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran Air 2. Definisi

KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

Standar Kompetensi Lulusan. Bahasa Mandarin

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SUB BIDANG PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SUB BIDANG PEMBANGUNAN DAN PEMASANGAN

LAMPIRAN NOMOR 128 TAHUN 2015 TENTANG BAB I PENDAHULUAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MENERAPKAN KERJASAMA DI TEMPAT KERJA H

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

LAMPIRAN NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG BAB I PENDAHULUAN

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI)

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Transkripsi:

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI... GOLONGAN POKOK... PADA JABATAN KERJA / BIDANG... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era perdagangan bebas regional dan global melahirkan kerjasama antar negara pada bidang ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga terjadi peningkatan mobilitas manusia, barang, dan jasa. Salah satu kerjasama untuk menerapkan pasar bebas adalah AFTA (ASEAN Free Trade Area) yang telah dimulai tahun 2002, CAFTA (China-ASEAN Free Trade Area) dan organisasi perdagangan dunia WTO (World Trade Organization) yang dimulai pada 1 Januari 2010. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)/ ASEAN Economic Community (AEC) tahun 2015 merupakan tantangan sekaligus peluang Indonesia untuk menunjukkan eksistensinya pada era perdagangan bebas. Apabila MEA terwujud tahun 2015, maka sesuai AEC Blueprint akan terbuka kesempatan kerja seluas-luasnya bagi warga Negara ASEAN yang memiliki keterampilan atau keahlian khusus (memiliki kompetensi) akan dapat keluar dan masuk dari satu negara ke Negara lain di ASEAN untuk mendapatkan pekerjaan tanpa adanya hambatan di Negara yang dituju. Globalisasi mengharuskan setiap Negara untuk berupaya meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan efisiensi dan produktivitas sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Karena itu peranan sumber daya manusia sangatlah penting dan strategis, sehingga program pendidikan dan pelatihan profesi perlu ditingkatkan dan dilaksanakan oleh semua pihak yang diinisiasi oleh Asosiasi Profesi masing-masing 1

sektor industri. Globalisasi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam kaitannya dengan aspek ketenagakerjaan, berimplikasi pada terbukanya kesempatan kerja di dalam dan ke luar negeri, dan sebaliknya. Khususnya kebutuhan personil pemegang jabatan tenaga teknik khusus yang mempunyai kompetensi kerja standar di bidang industri, makin dirasakan karena sifat industri yang padat teknologi dan padat modal. Kompetensi kerja personil merupakan persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh pemegang jabatan tenaga teknik khusus (TTK) bidang industri; antara lain untuk 1. Operator Muda Operasi Produksi (OPM) 2. Operator Madya Operasi Produksi (OPA) 3. Operator Operasi Produksi (OPT) 4. Operator Kepala Operasi Produksi (OPK) 5. Pengawas Operasi Produksi (POP) 6. Pengawas Utama Operasi Produksi (PUP) Untuk dapat menghasilkan tenaga kerja profesional yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan dunia usaha/dunia industri, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, mengamanatkan penyediaan SDM industri yang memiliki kompetensi dan terimplementasi dalam sistem standardisasi kompetensi tenaga kerja profesi. Untuk itu, diperlukan suatu acuan baku yang mengarah kepada efektifitas dan efisiensi program pendidikan dan pelatihan kerja yang mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang bertaraf internasional. Standar ini berisi persyaratan/kualifikasi kompetensi kerja yang dibutuhkan dalam melaksanakan suatu tugas/pekerjaan dengan baik dan benar. B. Pengertian 1. Perawatan 2

Adalah pekerjaan memproses minyak, gas, air untuk menghilangkan impurities. 2. Material Adalah bahan bahan berupa bahan kimia dan atau bahan habis pakai yang digunakan untuk kegiatan operasi 3. Sumur sembur alam Adalah proses pengangkatan fluida reservoir dengan menggunakan tekanan reservoir itu sendiri 4. Pengangkatan buatan Adalah proses pengangkatan fluida reservoir dengan menggunakan tenaga bantuan buatan setelah tenaga dorong reservoir tidak mampu lagi mendorong fluida reservoir ke permukaan. C. Penggunaan SKKNI Standar Kompetensi dibutuhkan oleh beberapa lembaga/institusi yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia, sesuai dengan kebutuhan masing- masing: 1. Untuk institusi pendidikan dan pelatihan a. Memberikan informasi untuk pengembangan program dan kurikulum. b. Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan, penilaian, dan sertifikasi. 2. Untuk dunia usaha/industri dan penggunaan tenaga kerja a. Membantu dalam rekruitmen. b. Membantu penilaian unjuk kerja. c. Membantu dalam menyusun uraian jabatan. d. Membantu dalam mengembangkan program pelatihan yang spesifik berdasar kebutuhan dunia usaha/industri. 3. Untuk institusi penyelenggara pengujian dan sertifikasi a. Sebagai acuan dalam merumuskan paket-paket program sertifikasi sesuai dengan kualifikasi dan levelnya. b. Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan penilaian dan sertifikasi. 3

D. Komite Standar Kompetensi Susunan komite standar kompetensi pada Kaji Ulang Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Bidang Kerja Ulang dan Perawatan Sumur melalui keputusan Direktur Jenderal...Nomor... tanggal... dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Susunan komite kaji ulang standar kompetensi SKKNI Bidang Kerja Ulang dan Perawatan Sumur NO NAMA INSTANSI/LEMBAGA JABATAN DALAM TIM 1 2 3 4 1. Pengarah 2. Ketua 3. Sekretaris 4. Anggota 5. Anggota 6. Anggota 8. Anggota 9.... Tabel 2. Susunan tim perumus kaji ulang SKKNI Bidang Kerja Ulang dan Perawatan Sumur. NO NAMA INSTANSI/LEMBAGA JABATAN DALAM TIM 1 2 3 4 1. Ketua 2. Sekretaris 4

NO NAMA INSTANSI/LEMBAGA JABATAN DALAM TIM 3. Anggota 4. Anggota 5. Anggota 6. Anggota 7. Anggota 8. Anggota 9.... Tabel 3. Susunan Tim verifikasi kaji ulang SKKNI Bidang Kerja Ulang dan Perawatan Sumur. NO NAMA INSTANSI/LEMBAGA JABATAN DALAM TIM 1 2 3 4 1. Ketua 2. Anggota 3. Anggota 4. Anggota 5. Anggota 6. Anggota 7. Anggota 8. Anggota 9..... BAB II STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA A. Pemetaan dan Kemasan Standar Kompetensi A.1 Peta Kompetensi Untuk menyusun SKKNI diawali dengan pembuatan peta KKNI pada masing-masing bidang. Adapun bentuk peta KKNI adalah sebagai berikut : 5

PETA KKNI Bidang Operasi Produksi pada Industri Minyak dan Gas Bumi Hulu Level KKNI Area Pekerjaan atau Jabatan Operasi Produksi (OP) 1 2 IX VIII VII _ VI Pengawas Utama Operasi Produksi (PUP) V Pengawas Operasi Produksi (POP) IV Operator Kepala Operasi Produksi (OPK) III Operator Operasi Produksi (OPT) II Operator Madya Operasi Produksi (OPA) I Operator Muda Operasi (OPM) 6

PETA FUNGSIONAL INDUSTRI MIGAS (KERJA ULANG DAN PERAWATAN SUMUR) MAIN PURPOSE KEY FUNCTION MAJOR FUNCTION BASIC FUNCTION 1. Melakukan persiapan kegiatan Operasi Produksi 1.1. Membuat Perencanaan Operasi Produksi 2.1. Menerapkan K3LL di Lingkungan Operasi Produksi 2.2. Mengoperasikan Sumur Migas Bidang Usaha Hulu Migas Mendapatkan minyak dan gas bumi yang siap jual Mengoperasi kan lapangan minyak dan gas bumi 2. Melaksanakan Kegiatan Operasi Produksi Lapangan Migas 2.3. Mengoperasikan Separasi Fluida Reservoir 2.4. Melaksanakan Operasi Perawatan Crude Oil (Minyak Mentah) 2.5. Melaksanakan Operasi Perawatan Gas 2.6. Melaksanakan Operasi Perawatan Air Ter 2.7. Melaksanakan Operasi Penampungan Produksi 2.8. Melaksanakan Operasi LACT (lease automatic custody transfer) 3. Melakukan Koordinasi kegiatan kerja 3.1. Melaksanakan koordinasi pekerjaan operasi 4. Melakukan Pengendalian kegiatan kerja 4.1. Melaksanakan pengendalian pekerjaan operasi 5. Melakukan Pengawasan kegiatan kerja 5.1. Melaksanakan pengawasan pekerjaan operasi 5.2. Melakukan Evaluasi Kegiatan Kerja Operasi Produksi 7

TUJUAN UTAMA Mendapatkan minyak dan gas bumi yang siap jual FUNGSI KUNCI Mengoperasikan lapangan minyak dan gas bumi FUNGSI UTAMA 1. Melakukan persiapan kegiatan Operasi Produksi FUNGSI DASAR 1.1 Membuat Perencanaan Operasi Produksi 2.Melaksanakan Kegiatan Operasi Produksi Lapangan Migas 3. Melakukan koordinasi kegiatan kerja 2.1 Menerapkan K3LL di Lingkungan Operasi Produksi 2.2 Mengoperasikan Sumur Migas 2.3 Melakukan Separasi Fluida Reservoir 2.4 Melaksanakan Operasi Perawatan Crude Oil (minyak mentah) 2.5 Melaksanakan Operasi Perawatan Gas 2.6 Melaksanakan Operasi Perawatan Air Ter 2.7 Melaksanakan Operasi LACT (lease automatic custody transfer) 3.1 Melaksanakan Koordinasi Pekerjaan Operasi Produksi 4. Melakukan Pengendalia n kegiatan kerja 5. Melakukan pengawasan kegiatan kerja 4.1 Melaksanakan Pengendalian Pekerjaan Operasi Produksi 5.1 Melaksanakan Pengawasan Pekerjaan Pengawasan Operasi Produksi 5.2 Melakukan Evaluasi Kegiatan Kerja Operasi Produksi 8

A. 2 Pemetaan dan Kemasan Standar Kompetensi Kategori : B (Pertambangan dan Penggalian) Golongan Pokok : 06 ( minyak bumi mentah, pertambangan dan pengambilan minyak dari serpihan minyak dan pasir minyak dan gas alam serta pencarian cairan hidrokarbon) Jenjang KKNI : 1. Sertifikat 2 (dua) 2 Sertifikat 3 (tiga) 3 Sertifikat 4 (empat) 4 Sertifikat 5 (lima) 5 Sertifikat 6 (enam) Jabatan Kerja : 1. Operator Operasi Produksi Pertama (OPP) 2. Operator Operasi Produksi (OPT) 3. Operator Operasi Produksi Kepala (OPK) 4. Pengawas Operasi Produksi (POP) 5. Pengawas Utama Operasi Produksi (PUP) Area Kerja : Operasi Produksi 1. Unit Kompetensi Operator Operasi Produksi Pertama NO Kode Unit Judul Unit Kompetensi 1. B.060003.002.02 Menerapkan K3LL di Lingkungan Operasi Produksi 2. B.060003.003.02 Mengoperasikan Sumur Migas 3. B.060003.004.02 Melakukan Separasi Fluida Reservoir 4. B.060003.005.02 Melaksanakan Operasi Perawatan Crude Oil (minyak mentah) 5. B.060003.006.02 Melaksanakan Operasi Perawatan Gas 6. B.060003.007.02 Melaksanakan Operasi Perawatan Air Ter 7. B.060003.008.02 Melakukan Operasi Penampungan Produksi 8. B.060003.009.02 Melaksanakan Operasi LACT (lease automatic custody transfer) 9

2. Unit Kompetensi Operator Operasi Produksi (OPT) NO Kode Unit Judul Unit Kompetensi 1 B.060003.010.02 Melaksanakan Koordinasi Pekerjaan Operasi Produksi 3. Unit Kompetensi Operator Operasi Produksi Kepala (OPK) NO Kode Unit Judul Unit Kompetensi 1. B.060003.011.02 Melakukan Pengendalian Operasi Produksi 4. Unit Kompetensi Pengawas Operasi Produksi (POP) NO Kode Unit Judul Unit Kompetensi 1. B.060003.012.02 Melakukan Pengawasan Pekerjaan Operasi Produksi 5. Unit Kompetensi Pengawas Utama Operasi Produksi (PUP) NO Kode Unit Judul Unit Kompetensi 1. B.060003.013.02 Melakukan Evaluasi Kegiatan Kerja Operasi Produksi B. Daftar Unit Kompetensi NO Kode Unit Judul Unit Kompetensi 1. B.060003.001.02 Membuat Perencanaan Operasi Produksi 2. B.060003.002.02 Menerapkan K3LL di Lingkungan Operasi Produksi 3. B.060003.003.02 Mengoperasikan Sumur Migas 4. B.060003.004.02 Melakukan Separasi Fluida Reservoir 5. B.060003.005.02 Melaksanakan Operasi Perawatan Crude Oil (minyak mentah) 6. B.060003.006.02 Melaksanakan Operasi Perawatan Gas 7. B.060003.007.02 Melaksanakan Operasi Perawatan Air Ter 10

NO Kode Unit Judul Unit Kompetensi 8. B.060003.008.02 Melakukan Operasi Penampungan Produksi 9. B.060003.009.02 10. B.060003.010.02 Melaksanakan Operasi LACT (lease automatic custody transfer) Melaksanakan Koordinasi Pekerjaan Operasi Produksi 11. B.060003.011.02 Melakukan Pengendalian Operasi Produksi 12. B.060003.012.02 13. B.060003.013.02 Melakukan Pengawasan Pekerjaan Operasi Produksi Melakukan Evaluasi Kegiatan Kerja Operasi Produksi C. Unit-unit Kompetensi KODE UNIT : B.060003.001.02 JUDUL UNIT : Membuat Perencanaan Kegiatan Operasi Produksi DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, dan keterampilan yang dibutuhkan dalam membuat perencanaan kegiatan operasi ELEMEN KOMPETENSI 1. Mengolah data kegiatan operasi yang akan berjalan 2. Menentukan jenis pekerjaan untuk mendukung kegiatan operasi KRITERIA UNJUK KERJA 1.1 Data kegiatan yang berhubungan dengan berjalannya operasi diidentifikasi 1.2 Semua data kegiatan operasi yang sudah teridentifikasi dipelajari 1.3 Semua data sumur yang sudah terseleksi disiapkan untuk pembuatan program kerja operasi 2.1 Data kegiatan operasi yang sudah terseleksi diolah untuk menjadi suatu program kerja operasi 2.2 Jenis pekerjaan untuk mendukung kegiatan operasi ditentukan berdasarkan analisa data 2.3 Jenis peralatan yang akan digunakan untuk mendukung kegiatan operasi dipilih sesuai dengan hasil pengolahan data untuk 11

ELEMEN KOMPETENSI 3. Menghitung kebutuhan material untuk kegiatan operasi 4. Menyusun JSA/JHA (Job Safety Analysis/Job Hazard Analysis) untuk keperluan kegiatan operasi KRITERIA UNJUK KERJA kebutuhan masing-masing pekerjaan 2.4 Lamanya waktu untuk kegiatan dari masingmasing kegiatan yang akan berjalan ditentukan berdasarkan analisa data. 3.1 Bermacam kebutuhan material untuk keperluan kegiatan operasi diidentifikasi 3.2 Bermacam kebutuhan material untuk keperluan kegiatan operasi ditentukan berdasarkan analisa data operasi di lapangan 3.3 Volume material dari masing-masing kegiatan yang akan berlangsung dihitung berdasarkan analisa data 4.1 Komunikasi terhadap teman sejawat dan bawahan dilakukan 4.2 Jenis pekerjaan operasi dikelompokkan berdasarkan kegiatan 4.3 Jenis pekerjaan operasi yang sudah dikelompokkan diidentifikasi guna untuk penyusunan JSA/JHA (Job Safety Analysis/Job Hazard Analysis) 4.4 Tata cara penyusunan JSA/JHA (Job Safety Analysis/Job Hazard Analysis) untuk kegiatan operasi diterapkan 4.5 Tanda-tanda kecelakaan yang mungkin timbul dari masing-masing jenis kegiatan operasi ditentukan dan termuat secara tertulis di dalam lembaran JSA/JHA (Job Safety Analysis/Job Hazard Analysis) 4.6 Efek kecelakaan kerja yang mungkin timbul dari masing-masing jenis kegiatan operasi ditentukan dan termuat secara tertulis di dalam lembaran JSA/JHA (Job Safety Analysis/Job Hazard Analysis) 4.7 Langkah-langkah untuk mengantisipasi timbulnya kecelakaan kerja yang mungkin terjadi dari masing-masing jenis kegiatan kerja operasi ditentukan dan termuat secara tertulis di dalam lembaran JSA/JHA (Job Safety Analysis/Job Hazard Analysis) disusun 12

BATASAN VARIABEL 1. Konteks Variabel Unit ini berlaku untuk Mengolah data kegiatan operasi yang akan berjalan, Menentukan jenis pekerjaan untuk mendukung kegiatan operasi, Menghitung kebutuhan material untuk kegiatan operasi, Menyusun JSA/JHA (Job Safety Analysis/Job Hazard Analysis) untuk keperluan kegiatan operasi. 2. Peralatan dan perlengkapan 2.1 Peralatan 2.1.1 Komputer 2.1.2 Software Aplikasi 2.1.3 Kalkulator 2.2 Perlengkapan 2.2.1 Data komplesi sumur 2.2.2 Data test sumur 2.2.3 Laporan harian 2.2.4 SOP 2.2.5 Data 3. Peraturan yang diperlukan 3.1 (tidak ada.) 4. Norma dan standar 4.1 Norma 4.1.1 Etika berkomunikasi. 4.2 Standar 4.2.1 (tidak ada.) PANDUAN PENILAIAN 1. Konteks penilaian 1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi ini terkait dengan membuat perencanaan kegiatan operasi. 13

1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara : lisan/wawancara dan tertulis di tempat kerja dan atau di Tempat Uji Kompetensi (TUK). 2. Persyaratan Kompetensi 2.1. B.060003.002.02 : Menerapkan K3LL dilingkungan operasi 2.2. B.060003.003.02 : Mengoperasikan sumur migas 2.3. B.060003.004.02 : Melakukan separasi fluida reservoir 2.4. B.060003.005.02 : Melaksanakan operasi perawatan crude oil 2.5. B.060003.006.02 : Melaksanakan operasi perawatan gas 2.6. B.060003.007.02 : Melaksanakan operasi perawatan air ter 2.7. B.060003.008.02 : Melakukan operasi penampungan 2.8. B.060003.009.02 : Melaksanakan operasi LACT (Lease Automatic Custody Transfer) 2.9. B.060003.010.02 : Melaksanakan koordinasi pekerjaan operasi 2.10. B.060003.011.02 : Melakukan pengendalian operasi 2.11. B.060003.012.02 : Melakukan pengawasan pekerjaan operasi 2.12. B.060003.013.02 : Melakukan evaluasi kegiatan kerja evaluasi 3. Pengetahuan dan keterampilan 3.1 Pengetahuan 3.1.1 Jenis-jenis kebutuhan material 3.1.2 Jenis-jenis peralatan pendukung. 3.1.3 Bahaya-bahaya di tempat kerja 3.1.4 K3 3.1.5 Well completion 3.1.6 Sifat fisik fluida reservoir 3.1.7 Teknik reservoir 3.1.8 Teknik dan peralatan 3.1.9 Proses minyak dan gas bumi 14

3.2 Keterampilan 3.2.1 Kecakapan memilah data operasi 3.2.2 Kecakapan mengolah data operasi 3.2.3 Kecakapan menentukan jenis pekerjaan dalam operasi 3.2.4 Kecakapan menentukan formulasi penanganan problem dalam operasi 3.2.5 Kecakapan menentukan peralatan untuk mendukung kegiatan operasi 3.2.6 Kecakapan menentukan penggunaan bahan kimia 4. Sikap kerja yang diperlukan: 4.1 Bertanggungjawab dalam melaksanakan pekerjaan 4.2 Ketaatan terhadap peraturan yang berlaku 4.3 Kerjasama dalam tim 4.4 Cermat dan teliti dalam merencanakan pekerjaan 5. Aspek kritis Aspek kritis yang perlu diperhatikan dalam kompetensi ini, adalah: 5.1 Ketelitian memilih data 5.2 Ketelitian merencanakan pekerjaan 15

D. Unit-unit Kompetensi KODE UNIT : B.060003.002.02 JUDUL UNIT : Menerapkan K3 LL di Lingkungan Operasi Produksi DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, dan keterampilan yang dibutuhkan untuk Menerapkan K3 LL di lingkungan operasi ELEMEN KOMPETENSI 1. Melakukan komunikasi dengan tim kerja 2. Menentukan jenis bahaya yang mungkin timbul di lokasi kerja 3. Menggunakan PPE (Personel Protection Equipment) di lokasi kerja 4. Menerapkan teknik pemadaman kebakaran di lokasi KRITERIA UNJUK KERJA 1.1 Peralatan komunikasi yang untuk keperluan kegiatan operasi diidentifikasi 1.2 Peralatan komunikasi yang sudah teridentifikasi disiapkan 1.3 Tata cara penggunaan peralatan komunikasi diterapkan 1.4 Tata cara berkomunikasi terhadap teman maupun atasan diterapkan 1.5 Etika berbahasa dalam berkomunikasi dietrapkan 2.1 Lingkungan kerja yang sedang digunakan untuk operasi kerja diidentifikasi 2.2 Jenis-jenis bahaya yang bisa timbul di lokasi kerja ditentukan 2.3 Peralatan untuk penanganan bahaya yang mungkin timbul ditentukan sesuai kondisi bahaya yang mungkin timbul 2.4 SOP (standard Operating Procidure) untuk menangani dan atau menghilangkan tandatanda bahaya yang mungkin timbul di lokasi kerja diterapkan 3.1 Peralatan PPE yang akan digunakan di lokasi kerja operasi diidentifikasi 3.2 Kebutuhan peralatan PPE yang sesuai dengan operasi kerja operasi disiapkan 3.3 Peralatan PPE yang sesuai dengan pekerjaan yang sedang beroperasi digunakan 4.1 Bahaya api yang mungkin timbul dilokasi kerja ulang dan perawatan sumur diidentifikasi 16

ELEMEN KOMPETENSI kerja KRITERIA UNJUK KERJA 4.2 APAR (Alat Pemadam Api Ringan) atau racun Api yang sesuai dengan sumber bahaya api yang telah teridentifikasi disiapkan 5. Menangani bahan kimia di lokasi kerja 6. Melaksanakan P3K di lokasi kerja 4.3 APAR (Alat Pemadam Api Ringan) atau racun api dipilih sesuai sumber api yang sedang terjadi 4.4 Penggunaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) atau racun api yang sesuai dengan sumber bahaya api yang timbul diterapkan 4.5 APAR (Alat Pemadam Api Ringan) digunakan sesuai SOP (Standar Operating Procedure)/teknik pemadaman api 5.1 Bahan kimia untuk keperluan operasi kerja ulang dan perawatan sumur yang ada diidentifikasi 5.2 Bahan kimia yang sudah teridentifikasi disapkan sesuai kebutuhan operasi kerja ulang dan perawatan sumur 5.3 MSDS (Material Safety Data Sheet) untuk penanganan bahan kimia untuk pekerjaan kerja ulang dan perawatan sumur disiapkan 5.4 Tata cara pencampuran bahan kimia di lokasi operasi kerja ulang dan perawatan sumur digunakan sesuai SOP (Standar Operating Procedure) 6.1 Kecelakaan kerja yang sedang terjadi dan yang menimpa seseorang pekerja diidentifikasi 6.2 Langkah-langkah penyelamatan terhadap korban kecelakaan kerja ditentukan 6.3 Tata cara penyelamatan korban kecelakaan kerja yang benar diterapkan sesuai aturan penyelamatan kecelakaan 6.4 Tindakan medik lanjut (rumah sakit atau dokter) secepat mungkin harus dilakukan. 17

BATASAN VARIABEL 1. Konteks Variabel Unit ini berlaku untuk mempelajari program K3LL, mengenali bahaya yang timbul, menggunakan PPE (Personel Protective Equipment), menerapkan teknik kebakaran, menangani bahan kimia dan melaksanakan P3K di lokasi operasi kerja operasi. 2. Peralatan dan perlengkapan 2.1 Peralatan 2.1.1 Alat Pemadam api ringan (APAR) 2.1.2 Alat Pelindung diri (APD) 2.1.3 Alat-alat P3K 2.1.4 Bahan kimia 2.2 Perlengkapan 2.2.1 Program kerja 2.2.2 SOP kerja K3LL 3. Peraturan yang diperlukan 3.1 Undang - Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja 3.2 Peraturan daerah tentang K3LL 3.3 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Buangan 4. Norma dan standar untuk Menerapkan K3LL, meliputi: 4.1 Norma 4.1.1 Etika berkomunikasi di dalam team kerja. 4.2 Standar 4.2.1 SOP (Standar Operating Procedure) 18

PANDUAN PENILAIAN 1. Konteks penilaian 1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi ini terkait dengan Menerapkan K3 LL di lingkungan operasi. 1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara : lisan, tertulis, demonstrasi/praktek, dan simulasi di workshop dan atau di tempat kerja dan atau di Tempat Uji Kompetensi (TUK). 2. Persyaratan Kompetensi Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya : 2.1. (tidak ada.) 3. Pengetahuan dan keterampilan 3.1 Pengetahuan 3.1.1 Peraturan dan Perundangan K3 3.1.2 Kebijakan K3 perusahaan. 3.1.3 Bahaya-bahaya di tempat kerja 3.1.4 Tata cara P3K 3.1.5 Kimia Api 3.1.6 Teknik pemadaman api 3.1.7 Teknik penguasaan Alat Pemadam Api Ringan 3.2 Keterampilan 3.2.1 Ketepatan menggunakan alat Keselamatan Kerja 3.2.2 Kecepatan menanggulangi bahaya di tempat kerja 3.2.3 Kecakapan melaksanakan P3K 3.2.4 Kecakapan menangani bahan kimia 3.2.5 Kecakapan dalam menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) 4. Sikap kerja yang diperlukan 4.1 Bertanggungjawab dalam melaksanakan pekerjaan 19

4.2 Ketaatan terhadap peraturan yang berlaku 4.3 Kerjasama dalam team 4.4 Tepat dalam memilih Alat Pemadam Api Ringan (APAR) 4.5 Cakap dalam menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) 5. Aspek kritis Aspek kritis yang perlu diperhatikan dalam kompetensi ini, adalah: 5.1 Ketepatan menggunakan Perlengkapan APD sesuai dengan kondisi pekerjaan 5.2 Kecermatan melaksanakan JSA (Job Safety Analysis) 5.3 Kecakapan melaksanakan P3K 5.4 Kecakapan menangani bahan kimia 5.5 Ketepatan memilih Alat Pemadam Api Ringan (APAR) 5.6 Kecakapan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) 20

E. Unit-unit Kompetensi KODE UNIT : B.060003.003.02 JUDUL UNIT : Mengoperasikan Sumur Migas DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, dan keterampilan yang dibutuhkan dalam mengoperasikan sumur migas ELEMEN KOMPETENSI 1. Menjalankan program operasi sumur migas 2. Memeriksa kondisi dan lokasi sumur migas 3. Menggunakan peralatan kerja 4. Mengoperasikan sumur dengan metoda natural flow (sembur alam) KRITERIA UNJUK KERJA 1.1 Data sumur migas yang akan menjadi prioritas pekerjaan mengoperasikan sumur migas diidentifikasi 1.2 Semua data sumur migas yang sudah teridentifikasi disiapkan 1.3 Data yang sudah tersusun digunakan sebagai pegangan operasi menjalankan sumur migas 1.4 Peralatan kerja untuk menjalankan program operasi sumur migas disiapkan 2.1 Kondisi dan lokasi sumur migas metoda sembur alam maupun pengangkatan buatan diidentifikasi 2.2 Kondisi dan lokasi sumur migas metoda sembur alam maupun pengangkatan buatan disiapkan untuk operasi 2.3 Seluruh kondisi sumur migas metoda sembur alam maupun pengangkatan buatan dipastikan siap untuk dioperasikan 3.1 Peralatan kerja yang berhubungan dengan pengoperasian sumur migas diidentifikasi 3.2 Peralatan kerja yang sudah teridentifikasi disiapkan 3.3 Peralatan kerja yang berhubungan dengan pengoperasian digunakan 4.1 Peralatan sub surface (bawah permukaan) dari sumur migas dengan metoda natural flow (sembur alam) dikuasai beserta fungsi untuk masing-masing jenis peralatan 4.2 Peralatan surface (permukaan) dari sumur migas metoda natural flow (sembur alam) dikuasai beserta fungsinya untuk masing-masing jenis peralatan 4.3 Operasional safety system (SDV, SSV dan SCSSSV) dari sumur migas metoda 21

ELEMEN KOMPETENSI 5. Mengoperasikan sumur migas metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis gas lift KRITERIA UNJUK KERJA natural flow (sembur alam) diidentifikasi 4.4 Prisip kerja dan permasalahan operasi yang ada pada sumur migas metoda natural flow (sembur alam) dikuasai. 4.5 SOP (Standar Operating Procedure) sumur migas metoda natural flow (sembur alam) untuk start up disiapkan 4.6 SOP (Standar Operating Procedure) sumur migas metoda natural flow (sembur alam) digunakan untuk langkah start up 4.7 Kondisi operasi sumur migas metoda natural flow (sembur alam) harus selalu diamati 4.8 SOP (Standar Operating Procedure) sumur migas metoda natural flow (sembur alam) untuk kegiatan shut down disiapkan 4.9 SOP (Standar Operating Procedure) sumur migas metoda natural flow (sembur alam) untuk kegiatan shut down digunakan 5.1 Peralatan sub surface (bawah permukaan) dari sumur migas metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis gas lift dikuasai beserta fungsi untuk masing-masing jenis peralatan. 5.2 Peralatan surface (permukaan) dari sumur migas metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis gas lift dikuasai beserta fungsinya untuk masing-masing jenis peralatan. 5.3 Prisip kerja dan permasalahan pada operasi yang ada pada sumur migas metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis gas lift dikuasai. 5.4 SOP (Standar Operating Procedure) sumur minyak metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis gas lift untuk start up maupun shut down (menghidupkan maupun mematikan) disiapkan. 5.5 SOP (Standar Operating Procedure) sumur migas metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis gas lift digunakan untuk langkah start up (menghidupkan). 5.6 Kondisi operasi sumur migas metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis gas 22

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA lift selalu diamati. 5.7 SOP (Standar Operating Procedure) sumur migas metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis gas lift digunakan untuk langkah shut down (mematikan). 6. Mengoperasikan sumur migas metoda artificial lift jenis ESP (Electric Submersible Pump) 7. Mengoperasikan sumur migas metoda artificial lift (pengangkatan 6.1 Peralatan sub surface (bawah permukaan) dari sumur migas metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis ESP (Electric Submersible Pump) dikuasai beserta fungsi untuk masing-masing jenis peralatan. 6.2 Peralatan surface (permukaan) dari sumur migas jenis metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis ESP (Electric Submersible Pump) ESP (Electric Submersible Pump) dikuasai beserta fungsinya untuk masing-masing jenis peralatan. 6.3 Prisip kerja dan permasalahan operasi yang ada pada sumur migas metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis ESP (Electric Submersible Pump) dikuasai. 6.4 SOP (Standar Operating Procedure) sumur minyak metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis ESP (Electric Submersible Pump) untuk start up maupun shut down (menghidupkan maupun mematikan) disiapkan. 6.5 SOP (Standar Operating Procedure) sumur migas metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis ESP (Electric Submersible Pump) digunakan untuk langkah start up (menghidupkan). 6.6 Kondisi operasi sumur migas metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis ESP (Electric Submersible Pump) selalu diamati. 6.7 SOP (Standar Operating Procedure) sumur migas metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis gas lift digunakan untuk langkah shut down (mematikan). 7.1 Peralatan sub surface (bawah permukaan) dari sumur migas metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis rod pump dikuasai beserta fungsi untuk masing-masing jenis peralatan. 23

ELEMEN KOMPETENSI buatan) jenis rod pump 8. Mengoperasikan sumur artificial lift jenis PCP (Progressive Cavity Pump) KRITERIA UNJUK KERJA 7.2 Peralatan surface (permukaan) dari sumur migas jenis metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis rod pump dikuasai beserta fungsinya untuk masingmasing jenis peralatan. 7.3 Prisip kerja dan permasalahan pada operasi yang ada pada sumur migas metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis rod pump dikuasai. 7.4 SOP (Standar Operating Procedure) sumur minyak metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis rod pump untuk start up maupun shut down (menghidupkan maupun mematikan) disiapkan. 7.5 SOP (Standar Operating Procedure) sumur migas metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis rod pump digunakan untuk langkah start up (menghidupkan). 7.6 Kondisi operasi sumur migas metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis rod pump selalu diamati. 7.7 SOP (Standar Operating Procedure) sumur migas metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis rod pump digunakan untuk langkah shut down (mematikan). 8.1 Peralatan sub surface (bawah permukaan) dari sumur migas metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis PCP (Progressive Cavity Pump) dikuasai beserta fungsi untuk masing-masing jenis peralatan 8.2 Peralatan surface (permukaan) dari sumur migas metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis PCP (Progressive Cavity Pump) dikuasai beserta fungsinya untuk masing-masing jenis peralatan 8.3 Prisip kerja dan permasalahan operasi yang ada pada sumur migas metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis PCP (Progressive Cavity Pump) dikuasai. 8.4 SOP (Standar Operating Procedure) sumur migas metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis PCP (Progressive Cavity Pump) untuk start up maupun shut down (menghidupkan maupun mematikan) 24

ELEMEN KOMPETENSI 9. Menerapkan K3 dalam mengoperasikan sumur migas KRITERIA UNJUK KERJA disiapkan. 8.5 SOP (Standar Operating Procedure) sumur migas metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis PCP (Progressive Cavity Pump) digunakan untuk langkah start up (menghidupkan). 8.6 Kondisi operasi sumur migas metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis PCP (Progressive Cavity Pump) selalu diamati. 8.7 SOP (Standar Operating Procedure) sumur migas metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis PCP (Progressive Cavity Pump) digunakan untuk langkah shut down (mematikan). 9.1 Efek, kejadian dan cara mencegah kecelakaan kerja yang mungkin timbul dalam mengoperasikan sumur migas yang sudah tersusun di dalam JSA (Job Safety Analysis) diidentifikasi. 9.2 Langkah-langkah untuk mencegah efek dan kejadian kecelakaan kerja yang mungkin timbul dalam mengoperasikan sumur migas yang tersusun di dalam JSA (Job Safety Analysis) diterapkan. BATASAN VARIABEL 1. Konteks Variabel Unit ini berlaku untuk menjalankan program operasi sumur migas, memeriksa kondisi dan lokasi sumur migas, menggunakan peralatan kerja, mengoperasikan sumur dengan metoda natural flow (sembur alam), mengoperasikan sumur migas metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis gas lift, mengoperasikan sumur migas metoda artificial lift jenis ESP (Electric Submersible Pump), mengoperasikan sumur migas metoda artificial lift (pengangkatan buatan) jenis rod pump, mengoperasikan sumur artificial lift jenis PCP (Progressive Cavity Pump), menerapkan K3 dalam mengoperasikan sumur migas. 25