BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. 40-50 cm, kemudian lompat ke bawah lagi dan lompat ke kotak dan seterusnya.



dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN HAKEKAT LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE. straddle.(farida Mulyaningsih dkk, 2010:64)

Lompat Jauh. A. Pengertian Lompat Jauh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS. atau ke sisi (Depdikbud, 1995). Sedangkan Takraw berarti bola atau barang

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

BAB I PENDAHULUAN. olahraga lari sekian ratus meter, sepak bola, voli, badminton, lompat jauh,

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ada empat dasar yang menjadi tujuan seseorang melakukan kegiatan

SEMINAR NASIONAL PENINGKATAN KUALITAS PENULISAN KARYA ILMIAH STOK BINA GUNA, SABTU 16 SEPTEMBER 2017 PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SIDE SHUFFLE

BAB I PENDAHULUAN. melakukan olahraga pada pagi maupun sore hari, serta banyaknya club

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

PROGRAM MENGENAL PASTI BAKAT SUKAN (TID) PERINGKAT SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cabang olahraga yang berpotensi menyumbangkan medali di setiap

BAB II KAJIAN PUSTAKA. memberikan keuntungan dalam jangkauan langkahnya, hal ini dikarenakan. melakukan berbagai macam gerak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ayunan. Terdapat berbagai macam lari, misalnya: sprint (lari cepat), lari

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding atau berlomba (Yudha

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menghasilkan lompatan yang sejauh-jauhnya. Dalam pelaksanaannya,lompat jauh

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi muda yang memiliki potensi untuk. meneruskan cita-cita perjuangan bangsa yang sedang tumbuh dan

METHODIK DASAR GERAK ATHLETIK

PENGARUH LATIHAN KNEE TUCK JUMP DENGAN STRETCHING DAN TANPA STRETCHING TERHADAP TINGGI JUMPING SMASH PADA ATLIT BULUTANGKIS DI KLATEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Melalui olahraga akan dapat ditingkatkan kekuatan keterampilan kerja, kesegaran jasmani

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. agar tidak kemasukan bola dari regu lawan dengan aturan-aturan tertentu

I. PENDAHULUAN. Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam

II. KAJIAN PUSTAKA. peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pliometrik merupakan salah satu bentuk latihan yang sudah tidak asing lagi bagi dunia olahraga.

TES POWER VERTIKAL JUMP. Aris Fajar Pambudi FIK UNY

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

KANDUNGAN. Bil. Tajuk Muka surat. BAB 1. Kecergasan BAB 2 Kemahiran BAB 3 Kesukanan BAB 4 Kesihatan Diri dan Keluarga 46 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pandega wreksa 10 Jalan Kaliurang 5,6 Yogyakarta, latihan bertempat di

PEMERIKSAAN KESEGARAN JASMANI ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. Permainan bola voli merupakan suatu permainan yang kompleks yang tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan

Lompat jangkit ( Triple Jump ) 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun tingkat internasional (yang diselenggarakan oleh IAAF). Selain itu,

UJIAN SPESIFIK BAHAGIAN A : LONTARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gabungan dari jalan, lari dan lompat serta unsur kekuatan, kecepatan,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESES PENELITIAN. dilemparkan lurus ke belakang sehingga tubuh kelihatan lurus seperti sikap tubuh

Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Abdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dasar yang dinamis dan harmonis yaitu jalan, lari, lompat, dan. yaitu Athlon atau athlum yang berarti lomba atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. olahraga bola besar. Yang dimainkan oleh dua regu masing-masing terdiri dari 6

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam

PENGENALAN ASPEK KESELAMATAN FASA FASA LOMPAT JAUH KESALAHAN UMUM PERATURAN VIDEO KUIZ

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal

I. PENDAHULUAN. dalam atletik merupakan gerakan-gerakan yang biasa di lakukan oleh

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul

melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan

I. PENDAHULUAN. dalam proses belajar melatih harus selalu dilakukan. Hal ini sesuai dengan

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW

: LANTAI PERINGKAT 1

4. Mengaplikasi kemahiran asas dalam permainan, olahraga, gimnastik irama, dan gimnastik artistik dengan betul dan selamat;

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KAJIAN PUSTAKA. pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2)

Abdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN KNEE TUCK JUMP TERHADAP HASIL TENDANGAN LAMBUNG ATLIT SEPAK BOLA PEMULA DI SMP AL-FIRDAUS SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS.

BAB I PENDAHULUAN. kelompok. 1 kelompok terdiri dari 6 orang. voli merupakan kegiatan fisik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. integral dari pendidikan secara keseluruhan, melalui aktifitas jasmani,

LAMPIRAN 7. Prosedur Pelaksanaan Tes. Prosedur tes : pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2 Max. kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cabang permainan yang merupakan olahraga tradisional

LOMPAT JANGKIT. B. Pengertian Lompat Jangkit (Triple Jump)

Sriawan Universitas Negeri Yogyakarta, Jl. Kolombo No.1, Karangmalang Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, mulai dari kalangan anak-anak sampai orang dewasa, baik oleh

BAB III METODE PENELITIAN. mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggungjawabkan secara. pada ketepatan dalam penggunaan metode.

BAB III METODE PENELITIAN. mengukur seberapa besar hubungan dan tingkat singinifikan antara power otot

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN

Permainan Bola Voli. 1. Sejarah Permainan Bola Voli. 2. Pengertian Bola Voli. 3. Lapangan Bola Voli

BAB I PENDAHULUAN. dimana terdiri dari dua tim beranggotakan masing-masing tim terdiri dari enam

BAB I PENDAHULUAN. individual maupun olahraga beregu. Biasanya jenis olahraga yang banyak

PEMBELAJARAN TEHNIK DASAR PERMAINAN BOLA VOLLI OLEH SUARDI. B

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui olahraga. Budaya olahraga harus terus di kembangkan guna

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Perkembangan bola voli

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kualitas fisik dan bertujuan untuk meningkatkan penampilan olahraga. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian

2. Melakukan aktiviti fizikal bagi meningkatkan keupayaan kecergasan secara menyeluruh;

BAB I PENDAHULUAN. kejuaraan atletik. Pelaksanaan lompat dalam perlombaan atletik memerlukan

Hal ini sesuai dengan Permenkes No.80 tahun 2013 tentang penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Medan (UNIMED). Atletik juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DIUDARA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH.

TAJUK 2 MEMANASKAN DAN MENYEJUKKAN BADAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembinaan dan pengembangan olahraga perlu ditingkatkan upaya

Olahraga Permainan Kecil Olahraga

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lapangan Voli SMA Negeri I Tibawa.

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1.Kajian Teoritis 2.1.1. LATIHAN BOX JUMP Latihan box jumps dimulai dengan berdiri pada dua kaki selebar bahu, kemudian melakukan lompatan ke depan dengan mendarat di atas kotak setinggi 40-50 cm, kemudian lompat ke bawah lagi dan lompat ke kotak dan seterusnya. Box jumps merupakan latihan khusus untuk meningkatkanpower otot. Latihan ini merupakan bagian dari latihan depth jumps. Depth jump mengharuskan atlet untuk melangkah dari ketinggian yang diukur, setelah di tanah mengharuskan atlet untuk melakukan vertical jump dengan upaya yang maksimal dengan waktu kontak yang singkat di tanah 9 (Flanagan dkk, 2007). Chu (1986 dalam Andrew dkk, 2010) menyatakan bahwa pliometrik depth jump sebagai aktivitas yang bertindak untuk meningkatkan kemampuan sistem neuromuskuler untuk melakukan kontraksi konsentris lebih efektif karena kekuatan yang dihadapi dalam latihan pliometrik menyebabkan aktifitas sinkron yang lebih besar dari motor unit dan perekrutan sebelum dari unit-unit motorik yang lebih besar melalui refleks myotatic. Depth jumps adalah tipe pelatihan dinamis dimana individu melangkah dari box setinggi 20-80 cm dan melakukan loncatan eksplosif ke atas (Wilson, Murphy, dan Giorgi, 1996 dalam Andrew dkk, 2010). Jadi depth jump adalah sebuah pelatihan yang dinamis dimana atlet harus melangkah dari box setinggi 20-80 cm. Setelah di tanah atlet harus melakukan vertical jump dengan upaya yang

maksimal dengan waktu yang singkat di tanah. Pelatihan utama pliometrik depth jump meningkatkan kekuatan kelompok otot di sendi pinggul, sendi lutut, dan sendi pergelangan kaki (Hsieh dkk, 2008). Agar pelatihan efektif, maka perlu teknik yang benar saat melakukan pelatihan depth jump. Yessis dan Hatfield (2007) menjelaskan cara melakukan depth jump, pertama melangkah dari box yang telah ditetapkan pada ketinggian tertentu sehingga jatuh lurus ke bawah (bukan menyudut). Setelah itu melakukan tolakan ke lantai dan meloncat ke atas atau ke atas depan dengan sedikit menekukkan kaki jika dimungkinkan. Semua pendaratan harus vertikal sehingga dapat membuat beban maksimal pada otot. Persendian dalam tungkai bawah berperan penuh dalam pelatihan depthjump. Hal ini dikarenakan vertical jump adalah gerakan yang ada dalam depth jump. Selama fase take off dimulai dengan extensi sendi pinggul kemudian secara berurutan diikuti oleh sendi lutut dan sendi pergelangan kaki (Umberger, 1998). Sendi pinggul berperan pertama dalam vertical jump yang kemudian diikuti dengan sendi lutut dan sendi pergelangan kaki. Hal ini juga berlaku dalam depth jump karena dalam depth jump mengandung gerakan vertical jump. Penelitian sebelumnya telah ditemukan kontribusi relatif rata-rata dari otot pada vertical jump yang merupakan bagian dari depth jump sebesar 23% pada sendi pergelangan kaki, 28% pada sendi pinggul, dan 49% pada sendi lutut (Hubley, 1983). Jadi dengan kata lain sendi lutut berkontribusi terbesar dalam vertical jump dan sendi pergelangan kaki berkontribusi paling kecil dalam vertical jump. Apabila sendi lutut diberi penekanan lebih besar maka hasil vertical jump akan

lebih besar karena kontribusi sendi lutut dalam vertical jump paling besar daripada kontribusi sendi-sendi yang lain. Efek dalam pelatihan plyometrik depth jump sangat spesifik untuk meningkatkan daya ledak eksplosif. Reilly (1992 dalam Abass, 2009) menemukan bahwa depth jump mampu meningkatkan daya dan kekuatan ledakan. Dia juga menyimpulkan bahwa latihan pliometrik dapat dimasukkan dalam program pelatihan kekuatan karena menekankan sifat elastis otot dalam pelatihannya dan cenderung mengembangkan kekuatan otot. Klausen (1990 dalam Abass, 2009) melaporkan peningkatan sederhana dalam kekuatan maksimal isometrik dan konsentris peserta setelah pelatihan pliometrik depth jump, dia menyimpulkan bahwa efek dari latihan pliometrik sangat spesifik. Latihan Plyometrik adalah latihan-latihan atau ulangan yang bertujuan menghubungkan gerakan kecepatan dan kekuatan untuk menghasilkan gerakan eksplosif. Istilah ini sering digunakan dalam menghubungkan gerakan lompat yang berulang-ulang atau reflek rengang untuk menghasilkan reaksi yang eksplosif. Radcliffe dan Farentinos menyatakan latihan plyometrik adalah suuatu latihan yang memiliki cirri khusus, yaitu kontraksi otot yang sangat kuat yang merupakan respon dari pemberian dinamik atau rengangan yang cepat dari otototot terlibat. Plyometrik juga disebut dengan reflek rengangan atau reflek miotatik atau reflek pilinan otot (Radcliffe, 1985). Dari definisi diatas dapat disimpulkan latihan plyometrik adalah latihan untuk meningkatkan daya ledak otot dengan bentuk kombinasi latihan isometric dan isotonic (eksentrik-konsentrik) yang mengunakan pembebanan dinamik.

Renggang itu terjadi secara mendadak sebelum otot berkontraksi kembali atau suatu latihan yang memungkinkan otot untuk mencapai kekuatan maksimal dalam jangka waktu sesingkat-singkatnya. Untuk mencapai tujuan yang dikehendaki dalam latihan, maka diperlukan suatu program latihan yang baik dari seorang pelatih. Dengan demikian berhasil tidaknya tujuan yang akan dicapai akan dipengarui oleh penerapan prinsip- prinsip latihan yang diperlukan dalam membuat program latihan. Plyometrik ialah latihan yang dilakukan untuk meningkatkan kuasa otot. Kuasa otot di sini bermakna keupayaan otot menjana daya maksimum dalam tempoh masa yang singkat. Pembinaan kuasa otot ini boleh dilakukan dengan menjalani latihan meningkatkan kuasa otot. Program latihan untukmembina kuasa otot ini boleh dijalankan mengikut kaedah latihan bebanan atau latihan jeda tetapi mempunyai kaedah yang lebih spesifik. Kaedah latihan pliometrik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kuasa otot dan membina kuasa eksplosif. Matlamat utama latihan pliometrik ini ialah untuk membina kuasa dan kelajuan yang spesifik berdasarkan sukan yang dipilih. Otot dibina dengan mengaplikasikan latihan yang sistematik dan konsisten kepada atlet. Untu mengukur kuasa otot pada atlet, penggunaan formula adalah seperti berikut; Kuasa = daya X Jarak Masa

Jenis yang dipilih dalam menjalankan sesi latihan plyometrik ini ialah acara 110meter lari berpagar lelaki. Acara ini adalah khusus untuk lelaki. Ia menggunakan 10 pagar sepanjang larian dengan ketinggian 1.07meter, manakala jarak satu pagar dengan pagar lain ialah 9.14meter. Jarak garisan permulaan dengan pagar yang pertama ialah 13meter. Terdapat empat fasa dalam acara ini iaitu, Explosif, lompatan, pendaratan dan pecutan. Sistem tenaga domain yang digunakan untuk latihan ini ialah anaerobik. Plyometrik ialah sejenis latihan tubi yang amat sesuai untuk menghasilkan otot kuasa letupan seperti latihan lompatan yang sangat diperlukan untuk acara sukan yang memerlukan kuasa letupan. Latihan ini hanya akan diaplikasikan kepada atlit selepas atlit tersebut mencapai tahap kekuatan optimum dan mencukupi bagi mengelakkan kecederaan terutamanya pada tendon dan ligament. Latihan ini dilakukan pada penghujung fasa persediaan khusus sehingga ke fasa pertandingan. Aktiviti untuk melakukan latihan plyometrik mestilah meliputi latihan ke atas upper body dan lower body. Otot yang terlibat pada bahagian atas badan ialah deltoid, triceps dan pectoralis major, manakala otot yang terlibat pada bahagian bawah badan ialah otot quadriceps, hamstring, dan gastrocenemius. Program latihan perlu meliputi kedua-dua pembinaan kuasa otot ini semasa satu sesi latihan. Program latihan pliometrik ini mesti dilakukan berdasarkan prinsipprinsip latihan plyometrik. Prinsip-prinsip latihan pliometrik adalah seperti berikut: 1. Intensity

Keperluan latihan terhadap otot hendaklah diberi perhatian mengikut objektif. Bahagian-bahagian otot yang hendak diberikan penekanan latihan itu akan diberi penekanan daya yang lebih daripada biasa. Semasa penekanan diberi kepada bahagian otot tersebut, proses adaptasi fisiologi akan berlaku untuk menghasilkan tindakbalas yang sesuai dan menghasilkan kecergasan. Berat atau ringan sesuatu intensity latihan adalah berdasarkan keperluan sesuatu jenis kemahiran sukan. 2. Ulangan Ulangan yang banyak dalam membantu keberkesanan sesuatu latihan. Ulangan dalam latihan pliometrik biasanya dalam kadar 3-6 kali bagi atlet sederhana dan 8-10 ulangan bagi atlet antarabangsa. Kadar ulangan yang dilakukan adalah berbeza mengikut keadaan. 3. Kekerapan Kekerapan latihan adalah berdasarkan jumlah sesi dalam sehari, mingguan dan bulanan. Semakin kerap aktiviti dijalankan akan memberi kesan lebih. Pertimbangan perlu diberi terhadap perkara ini. Latihan yang terlalu kerap akan menimbulkan rasa bosan. Ia juga adalah bergantung kepada tinggi atau rendahnya tahap intensity. Sekiranya intensity tinggi, kekerapan perlu dikurangkan supaya tidak mendatangkan kecederaan otot. 4. Progress Program latihan yang hendak dilaksanakan haruslah bermatlamat untuk meningkatkan kecergasan, kekuatan otot dan peningkatan keupayaan peserta. 5. Pengkhususan

Pengkhususan hendaklah ditempukan kepada keperluan objektif yang hendak dicapai. Kegagalan merancang pengkhususan ini akan menyebabkan gagal mencapai objektif. bagi membina kekuatan melompat maka tumpuan hendaklah diberi kepada bahagian otot kaki. 6. Variasi Oleh kerana sesuatu latihan bersifat berterusan, maka bentuk latihan yang berulang-ulang akan menimbulkan kejemuan dikalangan atlit. Apabila keadaan ini berlaku pembelajaran yang mendatar akan terjadi dan boleh menjejaskan pencapaian objektif. oleh yang demikian variasi latihan perlu dibuat samada variasi dari segi masa, tempat, ulangan atau kekerapan. 7. Lebihan beban Latihan lebihan beban ini memberikan kesan apabila ia dilakukan pada kadar melebihi tahap kemampuan normal individu. Prinsip ini diaplikasikan dalam latihan pliometrik kerana otot akan beradaptasi terhadap peningkatan fisiologi tubuh semasa latihan dijalankan. Latihan lebihan beban dalam pliometrik merupakan kombinasi kekuatan otot dan daya tahan otot untuk menghasilkan kuasa eksplosif pada otot yang terlibat. Pertambahan beban secara sistematik akan meningkatkan frekuensi, volume dan intensiti melalui pelbagai kombinasi latihan. Kaedah peningkatan lebihan beban ini adalah bergantung kepada jenis sukan yang diceburi dan fasa latihan. Penekanan latihan pliometrik akan menhasilkan peningkatan kuasa selepas prinsip lebihan beban ini diimplementasikan. 8. Keselamatan

Keselamatan merupakan perkara yang mesti diberi perhatian semasa membuat latihan. Perkara-perkara berikut perlu diberi perhatian : 1.Tentukan kawasan atau tempat yang selamat digunakan. 2. Mendisiplinkan diri semasa menggunakan alatan seperti meletakkan di kawasan yang ditentukan. 3.Elakkan daripada menggangu peserta yang sedang berlatih seperti berjalan melintasi ketika aktiviti dijalankan. 4.Memanaskan badan sebelummelakukan sebarang latihan supaya dapat menggelakkan kecederaan otot. 5. Melakukan aktiviti regangan. 6. Pakaian yang sesuai. 2.1.2. Daya Ledak Dalam kehidupan sehari-hari otot manusia hampir setiap saatmelakukan kerja secara eksplosif baik untuk memindahkan sebagian tubuh atau seluruh tubuh dari suatu tempat ke tempat lainnya. Demikian puladalam aktivitas fisik seperti olahraga, kerja otot atau sekelompok otot akanbekerja secara eksplosif pada saat melakukan gerakan-gerakan melompat. Pengertian daya ledak berasal dari kata dalam bahasa Inggris yang artinya eksplosif power. Eksplosif artinya meledak atau ledakan, dan power artinya tenaga atau daya. Jadi eksplosif power adalah tenaga ledak atau daya ledak dengan kekuatan yang eksplosif (WJS Poerwadarminto,1986 : 232). Hal ini sesuai dengan pendapat M. Sajoto (1995:15) yaitu daya ledak otot adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum, dengan usahanya yang

dikerahkan dalam waktu sependek pendeknya. Kalau kekuatan maksimal tungkai juga besar, maka kecepatan lepas landas secara vertikal juga besar (Engkos Kosasih, 1985: 77).Dengan demikian akan menghasilkan kemampuan yang baik pula. Jadi untuk mencapai hasil yang maksimal pada suatu cabang olahraga khususnya lompat jauh diperlukan daya ledak otot tungkai yang baik. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa, untuk mencapai prestasi yang maksimal pada suatu cabang olahraga diperlukan adanya komponen kondisi fisik yang baik. Salah satu komponen kondisifisik tersebut diantaranya adalah komponen daya ledak. Daya ledak merupakan komponen gerak yang sangat penting dalam menunjang aktivitas fisik yang bersifat eksplosif seperti gerakan lompat, karena daya ledak tungkai merupakan salah satu komponen fisik yang sangat dominan peranannya dalam setiap gerakan-gerakan eksplosif tubuh. Daya ledak merupakan komponen kondisi fisik yang hampir ada pada setiap cabang olahraga.pentingnya daya ledak otot tungkai pada saat melakukan gerakan melompat pada nomor lompat jauh, dikarenakan pada saat tolakan melompat untuk mencapai suatu ketinggian yang lebih dominan berperan adalah gerakan yang bersifat eksplosif, sebab menurut Margaria (1976:119), daya ledak otot tungkai dapat menimbulkan kekuatan yang lebih besar dalam melompat secara vertikal jika ada pantulan yang mendahuluiuntuk menempatkan otot-otot dibawah regangan yang membebani. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa gerakan-gerakan lompat pada saat melakukan lompatan untuk mencapai suatu ketinggian merupakan gerakan yang membutuhkan kekuatan dan kecepatan otot tungkai atau daya ledak otot

tungkai. Daya ledak otot tungkai diukur menggunakan vertical jump sesuai dengan petunjuk buku tes dan pengukuran (Ismaryati 2008 : 60).Perbedaan raihan saat siswa (sampel) berdiri tegak dan diam dengan sesaat siswa melompat itulah yang disebut kemampuan vertical jump.kemampuan daya ledak tungkai dinyatakan dalam centimeter. 2.1.3. LOMPAT TINGGI Dimulakan seawal Olimpik pada zaman Greece, rekod pertama acara Lompat Tinggi ketika di Scotland pada abad ke-19, dengan pencapaian atas 1.68 m oleh peserta pada masa itu. Pelompat pada masa dahulu menggunakan gaya Gunting. Gaya ini sudah tidak dikenali oleh dunia lain sungguh pun masih ada peserta-peserta tanah air yang menggunakan gaya ini. Gaya ini dilakukan dengan lunjakan kaki yang jauh dari palang. Kaki bersilang diatas palang dan badan menyeberang palang dalam lakuan duduk berlunjur. Gaya ini tidak digalakkan sekali-kali. Sekitar abad ke-20, teknik ini telah dimodenkan oleh warga Irish-American M.F. Sweeney s Eastern cut-off seperti gaya Gunting, tetapi bahagian belakang mendatar semasa melompat melepasi palang. Sweeney telah berjaya mencipta teknik yang bekersan dan mencipta rekod 6 5 5/8 (1.97m) pada 1895. Gaya Timur ini tidak ada kena mengena dengan orang Timur atau Asia. Sebenarnya, inilah gaya yang mula-mula diguna oleh Sweeny dan selepasnya maka habislah orang-orang Pantai Timur Amerika menggunakannya. Ini sebenarnya yang membolehkan gaya lompatan ini mendapat namanya hingga kini.

Seorang lagi warga Amerika, M.F. Horine, memajukan dan mencipta teknik yang lebih efisyen yaitu Gaya Guling Barat. Ia berjaya melompat setinggi 6 kaki 7 inci dalam tahun 1912 dan gayanya pula ditiru oleh semua peserta-peserta Amerika Barat. Dengan ini terdapatlah namanya Guling Barat itu. Gaya ini adalah lebih baik dan berkesan dari gaya timur atau gaya gunting. Gaya ini boleh digalakkan supaya peserta-peserta tanah air memahirinya. Pelompat Amerika dan Rusia telah menggunakan satu gaya yang menjadi ikutan pelompat-pelompat yang lain. Ini merupakan satu gaya lompat tinggi yang cukup popular dan dari segi mekanik pergerakan gaya ini sungguh beruntung dan berkesan dari gaya-gaya lompatan yang lain. Dalam pertandingan Olimpik di Rome dalam tahun 1960, 17 orang peserta memasuki pertandingan akhir dan dari 17 orang peserta itu 14 orang menggunakan gaya kelana. Hal ini membuktikan kepopularan gaya ini. Diantara semua gaya-gaya lompat tinggi yang telah digunakan oleh pesertapeserta maka gaya guling barat dan gaya kelana sahajalah yang agak saintifik dan lebih berkesan bagi seseorang peserta. 2.1.4. TEKNIK DASAR LOMPAT TINGGI Teknik dasar lompat tinggi adalah cara atau gaya untuk melakukan lompat tinggi yang benar sesuai dengan peraturannya yang bertujuan untuk melompat melewati mistar yang setinggi-tingginya. Keseluruhan teknik dasar lompat tinggi dapat dibagi atas teknik awalan, melewati mistar, dan mendarat. semua unsur teknik dasar lompat tinggi tersebut berkaitan erat satu sama yang lainnya. hal ini karena Tolakan yang efektif bergantung pada kecepatan dan irama awalan.

Demikian pula tolakan yang efektif akan mempengaruhi seberapa tinggi mistar yang akan dilampaui, berikut ini beberapateknik dasar lompat tinggi yaitu : 1. Tahap pertama awalan ditandai dengan adanya pengubahan posisi badan dari condong ke depan menjadi tegak, yang berikutnya menjadi condong ke belakang dengan titik berat badan agak direndahkan untuk memperoleh pelencangan tungkai tolak dan ayunan kaki ayun yang lebih panjang pada waktu menolak. Perendahan titik berat badan dilakukan dengan cara melebarkan langkah dan membengkokkan lutut pada setiap langkah lari irama awalan. Tahap lari irama awalan ini dimulai pada langkah yang kedua atau ketiga sebelum menolak. Tujuan awalan dalam lompat tinggi antara lain : 1. menciptakan arah gerak horizontal yang optimal, yang bisa diubah ke dalam kecepatan tolakan vertikal 2. mempersiapkan diri untuk melakukan tolakan melalui irama awalan 3. mempersiapkan diri untuk memperoleh sudut lepas landas yang akan menguntungkan dalam melampaui mistar. 2. Tolakan Tahap menolak ditandai oleh jejak tumit kaki tolak pada titik tolakan yang jaraknya kira2 80cm. Dari garis di antara kedua tiang mistar. Pada thap ini kecondongan badan ke belakang terlihat jelas, dengan sudut kecondongan tersebut kira-kira antra 100-120 derajat. Tungkai dan tubuh bagian atas garis yang hampir lurus. dari posisi itu, selanjutnya telapak kaki tolak membuat gerak guling dari mulai tumit sampai ujung kaki.

Tujuan tolakan dalam lompat tinggi adalah : 1. mengubah arah gerak horizontal ke arah gerak vertikal yang agak curam 2. mengembangkan kecepatan menolak pada sudut lintasan titik berat badan yang optimal 3. memperoleh saat-saat untuk memutar yang diperlukan pada tahap melewati mistar. 3. Melewati.Mistar Setelah menolak, tubuh bergerak ke atas dan dan terjadi pengubahan posisi tubuh dari yang hampir vertikal ke posisi horizontal untuk dapat melewati mistar. Sementara itu terjadi putaran pada poros bahu dan panggul sambil bergerak menuju ke arah mistar dengan sikap badan yang agak pasif dan mengendur. Tujuan melewati mistar dalam lompat tinggi adalah : 1. membawa titik berat badan sedikit mungkin pada mistar tanpa menyentuh atau menjatuhkannnya. 2. membawa bagian-bagian dari tubuh melewati mistar dengan nyaman tanpa menyentuh atau menjatuhkannya. 3. menciptakan kondisi agar pendaratan dapat dilakukan dengan selamat. 2.1.5. FASILITAS LOMPAT TINGGI 1. Untuk Awalan a) Daerah awalan panjangnya tidak terbatas minimum 15 m b) Daerah tumpuan harus datar dan tingkat kemiringanya 1 : 100

2. Tiang Lompat Tiang lompat harus kuat dan kukuh,dapat terbuat dari apa saja asal kuat dan kukuh.jarak kedua tiang tersebut adalah 3,98 4,02 m. 3. Bilah Lompat Terbuat dari kayu,metal atau bahan lain yang sesuai dengan : a) Panjang mistar lompat 3,98 4,02 m dan berat maksimal mistar adalah 2,00 kg b) Garis tengah mistar antara 2,50 3,00 m, dengan penampang mistar terbentuk bulat dan permukaannya harus datar dengan ukuran 3cm x 15 cm x 20 cm c) Lebar penopang bilah 4 cm dan panjang 6 cm 4. Tempat Pendaratan Tempat pendaratan tidak boleh kurang dari 3 x 5 m yang terbuat dari busa dengan ketinggian 60 cm dan di atasnya ditutupi oleh matras yang tebalnya 10 20 cm. 2.1.6.Lompat Tinggi Gaya Guling (Straddle) Pada posting terdahulu telah dijelaskan tentang teknik lompat jauh, mulai dari teknik awalan sampai teknik mendarat yang benar. Kali ini akan dibahas materi Atletik nomor lompat yang lain yaitu: teknik lompat tinggi khususnya lompat tinggi gaya guling perut atau sering di sebut gaya straddle. Pada saat saya di sekolah dasar lompat tinggi gaya straddle disebut gaya anjing kencing karena gerakan lompat tinggi ini mirip dengan gerakan saat anjing buang air kecil, tidak percaya silahkan amati sendiri. Baiklah kita lanjutkan pembahasan tentang lompat tinggi gaya guling atau straddle. Untuk dapat melakukan gerakan lompat tinggi gaya guling atau stradlle terlebih dulu harus menguasai beberapa teknik dasarnya yaitu sebagai berikut:

1.Teknik langkah lari untuk awalan. Teknik awalan lompat tinggi gaya guling atau stradlle dilakukan dari depan samping mistar dengan sudut kemiringan antara 20-45 derajat. Pada umumnya jarak melakukan awalan adalah 10 sampai 15 meter. Yang sangat penting diperhatikan dalam melakukan awalan adalah tiga langkah terakhir, yaitu dengan mempercepat, langkah diperpanjang, dan badan lebih condong ke belakang. 2.Teknik tolakan kaki. Teknik ini dilakukan menggunakan kaki yang terkuat, setelah selesai melakukan awalan kaki belakang di ayun ke atas di samping mistar, kepala ditengadahkan ke belakang, kedua tangan di ayun ke atas, bersamaan dengan itu kaki tolak ditolakkan sekuat-kuatnya. Sedangkan urutan tolakan dimulai dengan tumit menggelinding ke ujung kaki. Latihan teknik tolakan kaki dapat dilakukan sebagai berikut: - Mengayunkan kaki dengan bantuan bola atau menyentuhkan kaki ayun pada Benda yang letaknya tinggi di depan badan. - Berlatih mengayunkan kaki pada mistar yang direndahkan. 3. Teknik sikap saat melayang di atas mistar. Teknik melayang di atas mistar pada lompat tinggi gaya guling ini dilakukan setelah menguasai teknik tolakan dengan baik dan benar. Teknik di atas mistar dengan bentuk dan sikap seperti sikap telungkup seperti tidur. 4. Teknik mendarat. Teknik mendarat didahului dengan gerakan guling di atas mistar, kemudian kaki ayun mendarat terlebih dulu diikuti bahu dan seluruh badan. Catatan: Jika tempat mendarat menggunakan busa atau spon yang tebal maka

teknik pendaratan bisa dilakukan dengan bahu kanan dan diikuti seluruh badan. 2.1.7.Pengaruh latihan Box Jump terhadap lompat tinggi Dari pendapat para ahli di atas dapat dikatakan bahwa kekuatan adalah suatu komponen kondisi fisik yang harus dimiliki oleh setiap para atlet untuk dapat mempermudah mempelajari teknik-teknik dasar dan juga mencegah terjadinya cedera serta untuk mencapai prestasi maksimal atau untuk menerima beban sewaktu melakukan aktivitas. Latihan box jump merupakan salah satu faktor utama dalam melakukan gaya guling perut (straddle) pada cabang olahraga lompat tinggi. Gaya guling perut ini (straddle) ini mempunyai tujuan agar bisa melewati garis mistar dengan baik, hal ini tentunya ditunjang dengan kondisi fisik yang prima agar dapat melaksanakan lompatan yang diharapkan. Ada beberapa alasan mengapa kekuatan merupakan faktor utama dalam meningkatkan kondisi fisik, seperti yang dikemukakan oleh Muhajir sebagai berikut: 1. Kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik 2. Kekuatan memegang peranan yang penting dalam melindungi atlet atau orang dari kemungkinan cedera. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kekuatan otot dapat menunjang suatu keterampilan teknik melompat dalam cabang olahraga lompat tinggi, karena kekuatan otot tungkai adalah salah satu faktor yang sangat dominan dalam melakukan lompatan gaya guling perut (straddle). Hal ini tentunya

dipengaruhi oleh rangsangan untuk melompat dengan kecepatan tertentu dan sasaran yang tepat seperti yang dikatakan Sajoto bahwa kekuatan atau strengthadalah kondisi fisik yang menyangkut masalah seorang atlet pada saat mempergunakan ototnya, menerima beban atau rangsangan dalam melakukan suatu aktivitas atau pekerjaan tertentu. Otot yang kuat dapat dikembangkan lagi agar lebih kuat melakukan aktivitas olahraga, dalam olahraga lompat tinggi, kekuatan otot sangat berperan penting untuk melakukan gaya guling perut (straddle) yang maksimal. Pelaksanaan latihan kekuatan otot ini adalah dengan cara latihan box jumps yang dimulai dengan berdiri pada dua kaki selebar bahu, kemudian melakukan lompatan ke depan dengan mendarat di atas kotak setinggi 40-50 cm, kemudian lompat ke bawah lagi dan lompat ke kotak dan seterusnya. Box jumps merupakan latihan khusus untuk meningkatkan power otot-otot dalam melakukan lompat tinggi gaya guling perut (sraddle) pada cabang atlletik.s 2.2 KERANGKA BERPIKIR Berdasarkan tinjauan teoritis sebelumnya, maka peneliti berasumsi bahwa: latihan box jump ternyata memberikan pengaruh koordinasi gerakan yang sangat erat dalam melakukan gaya guling perut (straddle) dalam permainan lompat tinggi. Namun demikian untuk mencapai suatu prestasi yang maksimal bukanlah hal yang dapat dicapai dengan melalui program latihan-latihan secara sensitif yang menggunakan pendekatan ilmiah dan prinsip-prinsip pendidikan secara teratur dan direncanakan.

Keberhasilan dalam suatu latihan akan dapat diperoleh apabila atlet benarbenar mengerti dan memahami apa dan bagaimana tujuan dari suatu latihan. Misalnya latihan kekuatan otot tungkai dapat menunjang suatu keterampilan teknik dasar lompat tinggi gaya guling perut (straddle) dalam cabang olahraga aletik. Latihan box jump memiliki fungsi yang sangat besar bagi olahragawan antara lain, bekerja untuk memulihkan jangkauan gerakan secara normal, memperbaiki kekenyalan otot, termasuk mencegah tidak terjadi cedera yang akan merugikan penampilan atlet atau pemain itu sendiri. Untuk itu agar dapat tercapai tujuan tersebut maka atlet diharuskan menguasai teknik-teknik dasar dengan ditunjang kondisi fisik yang prima. Berdasarkan uraian di atas maka penulis beranggapan bahwa seorang atlet khususnya atletik dalam melakukan lompat tinggi gaya guling perut (straddle) kadang harus mempunyai gerakan yang kompleks atau suatu gerakan yang serempak dan tidak putus-putus disertai tenaga yang kuat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 2.3. HIPOTESIS Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Aikunto, 1998:62). Pendapat lain mengatakan bahwa hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai hal-hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntutuntuk melakukan pengecekannya (Sudjana, 1975:219).

Berdasarkan landasan teori diatasmaka dapat dirumuskan hipotesis yaitu: terdapat pengaruh Latihan box jump terhadap lompat tinggi gaya guling perut (sraddle) dalam atletik pada Siswa SMA Negeri 2 limboto kelas XI