TOPOLOGI METRIK PARSIAL



dokumen-dokumen yang mirip
RUANG TOPOLOGI LEMBUT KABUR

STRUKTUR SEMILATTICE PADA PRA A -ALJABAR

PRA A*-ALJABAR SEBAGAI SEBUAH POSET

HOMOLOGI DARI HIMPUNAN KUBIK YANG DIREDUKSI (ELEMENTARY COLLAPSE)

HUBUNGAN ANTARA HIMPUNAN KUBIK ASIKLIK DENGAN RECTANGLE

ORDER UNSUR DARI GRUP S 4

HIMPUNAN KUBIK ASIKLIK DAN KUBUS DASAR

TINGKATAN SUBGRUP DARI SUBHIMPUNAN FUZZY

GELANGGANG ARTIN. Kata Kunci: Artin ring, prim ideal, maximal ideal, nilradikal.

DEKOMPOSISI PRA A*-ALJABAR

KEKONVERGENAN BARISAN DI RUANG HILBERT PADA PEMETAAN TIPE-NONSPREADING DAN NONEXPANSIVE

SUATU KAJIAN TENTANG PENYARINGAN TERURUT DARI SEMIGRUP IMPLIKATIF

SUATU KAJIAN TENTANG HIMPUNAN FUZZY INTUISIONISTIK

KARAKTERISASI SUATU IDEAL DARI SEMIGRUP IMPLIKATIF

INF-104 Matematika Diskrit

HIMPUNAN LEMBUT DENGAN MENGGUNAKAN HIMPUNAN PARAMETER TUNGGAL

SUATU KAJIAN TITIK TETAP PEMETAAN k-pseudononspreading SEJATI DI RUANG HILBERT

ABSORBENT PENYARINGAN TERURUT DARI SEMIGRUP IMPLIKATIF

PRA A -MODUL ATAS PRA A -ALJABAR DAN ALJABAR IF-THEN-ELSE ATAS PRA A -ALJABAR

Volume 9 Nomor 2 Desember 2015

BATAS ATAS RAINBOW CONNECTION NUMBER PADA GRAF DENGAN KONEKTIVITAS 3

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF K n K m

DIMENSI PARTISI DARI GRAF ULAT

PENENTUAN ANGGOTA KELAS RAMSEY MINIMAL UNTUK PASANGAN (2K 2, C 4 )

TITIK TETAP NADLR FUNGSI MULTI NILAI KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK ( ) Rinurwati Jurusan Matematika FMIPA-ITS Jl. Arif Rahman Hakim Surabaya 60111

SIFAT-SIFAT DASAR FUNGSI KARAKTERISTIK

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF K n K m

INF-104 Matematika Diskrit

PENGKONSTRUKSIAN BILANGAN TIDAK KONGRUEN

TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG ULTRAMETRIK DISKRIT

PENENTUAN RAINBOW CONNECTION NUMBER PADA HASIL OPERASI CARTESIAN PRODUCT TERHADAP GRAF LINGKARAN DAN GRAF BIPARTIT LENGKAP DENGAN GRAF LINTASAN

SIFAT SUB RUANG TOPOLOGI HASIL KALI RUANG METRIK KERUCUT

Teorema Titik Tetap Pada Ruang Ultrametrik Diskrit

BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF ULAT

SYARAT PERLU UNTUK GRAF RAMSEY (2K 2, C n )-MINIMAL

BILANGAN RADO 2-WARNA UNTUK m 1

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga SIFAT JARAK PADA RUANG METRIK SKRIPSI SITI MAISYAROH

SIFAT-SIFAT PENGEMBANGAN RING ARMENDARIZ DAN RING MCCOY

PENENTUAN SATURATION NUMBER DARI GRAF BENZENOID

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

EKSISTENSI SUPREMUM DAN INFIMUM DENGAN TEOREMA CANTOR DEDEKIND. Nursiya Bito. Staf Dosen Jurusan Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo

DIMENSI METRIK DARI (K n P m ) K 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BILANGAN RAMSEY UNTUK GRAF BINTANG S n DAN GRAF RODA W m

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF C n K m, DENGAN n 3 DAN m 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENENTUAN HARGA OPSI CALL TIPE EROPA MENGGUNAKAN METODE TRINOMIAL

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL TUNDA LINIER ORDE 1 DENGAN METODE KARAKTERISTIK

REALISASI POSITIF STABIL ASIMTOTIK SISTEM LINIER DISKRIT DENGAN POLE KONJUGAT KOMPLEKS

SUATU BUKTI DARI WEDDERBURN S LITTLE THEOREM

KONVOLUSI DARI PEUBAH ACAK BINOMIAL NEGATIF

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

GRAF RAMSEY (K 1,2, C 4 )-MINIMAL DENGAN DIAMETER 2

REALISASI POSITIF STABIL ASIMTOTIK DARI SISTEM LINIER DISKRIT

SUATU KAJIAN TENTANG HIMPUNAN LUNAK KABUR (FUZZY SOFT SET ) DAN APLIKASINYA

DEFISIENSI SISI-AJAIB SUPER DARI GRAF KIPAS

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3 No. 2, KONSEP DASAR RUANG METRIK CONE. Yogyakarta

BILANGAN STRONG RAINBOW CONNECTION UNTUK GRAF RODA DAN GRAF KUBIK

GRUP MONOTETIK TOPOLOGI DISKRIT BERHINGGA PADA DUALITAS PONTRYAGIN

Sifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji

KONVOLUSI DISTRIBUSI EKSPONENSIAL DENGAN PARAMETER BERBEDA

SIFAT-SIFAT HIMPUNAN PROXIMINAL

BILANGAN RAINBOW CONNECTION UNTUK BEBERAPA GRAF THORN

BAB I PENDAHULUAN. Kata topologi berasal dari bahasa yunani yaitu topos yang artinya tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jelas. Ada tiga cara untuk menyatakan himpunan, yaitu: a. dengan mendaftar anggota-anggotanya;

PELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA GRAF SIKLUS DENGAN BANYAK TITIK GENAP

EKSISTENSI BAGIAN IMAJINER PADA INTEGRAL FORMULA INVERSI FUNGSI KARAKTERISTIK

KAITAN SPEKTRUM KETETANGGAAN DARI GRAF SEKAWAN

STABILISASI SISTEM DESKRIPTOR LINIER KONTINU

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL

SIFAT-SIFAT TOPOLOGI RUANG LINEAR. Nila Kurniasih Program Studi Pendidikan Matematika Jalan KHA Dahlan 3 Purworejo. Abstrak

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta

RAINBOW CONNECTION PADA GRAF k-connected UNTUK k = 1 ATAU 2

PEMETAAN KONTRAKTIF LEMAH MULTIVALUED DI RUANG METRIK PARSIAL

Aljabar Linier. Kuliah 3. 5/9/2014 Yanita FMIPA Matematika Unand

PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi ANTIAJAIB SUPER PADA GRAF RODA W n

BILANGAN STRONG RAINBOW CONNECTION UNTUK GRAF GARIS, GRAF MIDDLE DAN GRAF TOTAL

PELABELAN TOTAL SISI AJAIB PADA GRAF BINTANG

PENGANTAR TOPOLOGI. Dosen Pengampu: Siti Julaeha, M.Si EDISI PERTAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2015

KETERBAGIAN TAK HINGGA SEBARAN RIEMANN ZETA

PEMBUKTIAN RUMUS BENTUK TUTUP BEDA MUNDUR BERDASARKAN DERET TAYLOR

PENCARIAN AKAR-AKAR PERSAMAAN NONLINIER SATU VARIABEL DENGAN METODE ITERASI BARU HASIL DARI EKSPANSI TAYLOR

PENENTUAN RAINBOW CONNECTION NUMBER PADA GRAF BUKU SEGIEMPAT, GRAF KIPAS, DAN GRAF TRIBUN

Syarat Perlu Dan Cukup Subaljabar Merupakan Ideal di Dalam Aljabar BCI

PENENTUAN SUATU GRUP KUOSIEN FUZZY DARI SUATU GRUP

ANALISIS REAL 1 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS

GRAF AJAIB TOTAL. Kata Kunci: total magic labeling, vertex magic, edge magic

PENENTUAN UKURAN CONTOH DAN REPLIKASI BOOTSTRAP UNTUK MENDUGA MODEL REGRESI LINIER SEDERHANA

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF KEMBANG API F n,2 DAN F n,3 DENGAN n 2

STABILISASI SISTEM KONTROL LINIER DENGAN PENEMPATAN NILAI EIGEN

PELABELAN TOTAL AJAIB PADA GABUNGAN GRAF BINTANG DAN BEBERAPA GRAF SEGITIGA

BEBERAPA SIFAT DARI SUBGRUP FUZZY

SOLUSI POSITIF DARI SISTEM SINGULAR DISKRIT

PERBANDINGAN KUASA WILCOXON RANK SUM TEST DAN PERMUTATION TEST DALAM BERBAGAI DISTRIBUSI TIDAK NORMAL

TOPOLOGI RUANG LINEAR

MODEL PENYUSUTAN MAJEMUK JUMLAH PESERTA ASURANSI PADA ASURANSI JIWA

PENYELESAIAN SISTEM DESKRIPTOR LINIER DISKRIT BEBAS WAKTU DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI KANONIK

PELABELAN TOTAL (a, d)-titik ANTIAJAIB SUPER PADA GRAF PETERSEN YANG DIPERUMUM P (n, 3) DENGAN n GANJIL, n 7

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK JOIN DARI DUA GRAF

RAINBOW CONNECTION PADA GRAF DENGAN KONEKTIFITAS 1

Transkripsi:

Jurnal Matematika UNAND Vol. 1 No. 2 Hal. 71 78 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND TOPOLOGI METRIK PARSIAL DESY WAHYUNI Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas Padang, Kampus UNAND Limau Manis Padang, Indonesia deedees shyu@yahoo.com Abstrak. Metrik d di himpunan U adalah suatu fungsi jarak sedemikian sehingga aksioma metrik terpenuhi. Suatu metrik parsial di U merupakan generalisasi minimal dari aksioma metrik sedemikian sehingga setiap objek di U tidak perlu harus mempunyai nol jarak dari dirinya sendiri. Topologi metrik parsial adalah topologi yang dibangun oleh basis bola buka metrik parsial, B = {B p ε (a) a U, ε > 0}. Topologi metrik parsial dinotasikan dengan T [p]. Salah satu ruang topologi dinotasikan dengan T 0 -ruang. Himpunan (U, p) adalah himpunan urutan parsial atas metrik parsial. Suatu topologi atas himpunan (U, p) disebut topologi Alexandrof. Pada tulisan ini ditunjukkan bahwa topologi Alexandrof sama dengan topologi metrik parsial jika didefinisikan bola buka yang tepat dan juga dibuktikan bahwa jika T [p] adalah topologi metrik parsial maka T [p] merupakan T 0 -ruang. Kata Kunci: Metrik parsial, nonzero self-distance, topologi metrik parsial, T 0 -ruang, topologi Alexandrof. 1. Pendahuluan Suatu ruang topologi yang didalamnya berlaku fungsi metrik parsial disebut sebagai topologi metrik parsial. Topologi metrik parsial dinotasikan dengan T [P ]. Metrik parsial pada himpunan U adalah fungsi p : U U R sedemikian sehingga (P1) x, y U, x = y p(x, x) = p(x, y) = p(y, y) (P2) x, y U, p(x, x) p(x, y) (P3) x, y U, p(x, y) = p(y, x) (P4) x, y, z U, p(x, z) p(x, y) + p(y, z) p(y, y). Fungsi metrik parsial merupakan generalisasi minimal dari aksioma metrik sedemikan sehingga untuk setiap x U, d(x, x) tidak perlu harus nol, dimana dalam istilah lain dikenal sebagai nonzero self-distance. Aksioma yang diperoleh dari generalisasi tersebut adalah aksioma P2. Salah satu ruang topologi dinotasikan dengan T 0 -ruang. Menarik untuk dikaji, kaitan antara topologi metrik parsial dengan ruang topologi khususnya T 0 -ruang. 71

72 Desy Wahyuni Suatu urutan parsial adalah suatu relasi biner U U yang memenuhi kondisi tertentu. Suatu himpunan yang didalamnya didefinisikan suatu urutan parsial disebut sebagai himpunan urutan parsial. Suatu topologi atas suatu himpunan urutan parsial disebut sebagai Topologi Alexandrof. Menarik untuk dikaji yaitu hubungan antara topologi metrik parsial dengan Topologi Alexandrof. Dalam paper ini akan dikaji kaitan antara topologi metrik parsial dengan T 0 - ruang dan juga hubungan antara Topologi metrik parsial dengan Topologi Alexandrof, sebagaimana yang ditulis di [6]. 2. TOPOLOGI METRIK PARSIAL Berikut diberikan definisi dari topologi dan ruang topologi. Definisi 2.1. [1] Misal U adalah suatu himpunan. Suatu topologi T pada U adalah koleksi subhimpunan-subhimpunan dari U yang masing-masingnya disebut sebagai himpunan buka sedemikian sehingga (i) himpunan kosong dan himpunan U adalah himpunan-himpunan buka, (ii) irisan dari sejumlah hingga himpunan-himpunan buka adalah suatu himpunan buka, (iii) gabungan dari setiap koleksi himpunan-himpunan buka adalah suatu himpunan buka. Himpunan U bersama dengan suatu topologi T pada U adalah suatu ruang topologi yang ditulis sebagai suatu pasangan terurut (U, T ). Suatu koleksi subhimpunan-subhimpunan U adalah suatu topologi pada U jika koleksi tersebut memuat himpunan kosong dan U, dan jika sejumlah hingga irisan dan sebarang gabungan himpunan-himpunan di koleksi juga di koleksi. Untuk penyederhanaan notasi, selanjutnya ruang topologi (U, T ) ditulis sebagai U saja, kecuali bilamana dinyatakan khusus. Definisi 2.2. [2] (1) Suatu subhimpunan G dari R adalah buka di R jika untuk setiap x G terdapat suatu lingkungan V dari x sedemikian sehingga V G. (2) Suatu subhimpunan F dari R adalah tutup di R jika komplemen b(f ) = R\F adalah buka di R. Teorema berikut menjelaskan syarat perlu dan syarat cukup suatu himpunan merupakan himpunan buka. Teorema 2.3. [1] Misal U suatu ruang topologi dan A adalah subhimpunan dari U. Himpunan A adalah suatu himpunan buka di U jika dan hanya jika untuk setiap x A, terdapat lingkungan V dari x sedemikian sehingga x V A. Bukti. ( ) Misal himpunan A adalah himpunan buka di U dan x A. Jika dimisalkan V = A maka V adalah suatu lingkungan dari x sehingga x V A. ( ) Sekarang anggap untuk setiap x A terdapat lingkungan V x dari x sedemikian

Topologi Metrik Parsial 73 sehingga x V x A. Himpunan A adalah gabungan dari subhimpunan V x dimana A = x A V x. Jadi A adalah gabungan dari himpunan-himpunan buka yang juga adalah himpunan buka. Definisi 2.4. [1] Misal U adalah himpunan dan B adalah koleksi subhimpunansubhimpunan dari U. Himpunan B adalah basis (dari suatu topologi) pada U, jika pernyataan berikut berlaku (i) untuk setiap x anggota U, terdapat himpunan S di B sedemikian sehingga x anggota S. (ii) jika himpunan S 1 dan S 2 di B dan x S 1 S 2 maka terdapat himpunan S 3 di B sedemikian sehinga x S 3 S 1 S 2. Himpunan-himpunan di B disebut sebagai elemen-elemen basis. Lema 2.5. Lema Gabungan [1] Misal X himpunan dan C koleksi subhimpunansubhimpunan X. Asumsikan untuk setiap x X, terdapat himpunan A x di C sedemikian sehingga x A x. Maka x X A x = X. Bukti. Akan dibuktikan A x X dan X A x. Pertama, karena setiap A x subhimpunan X. Maka jelas bahwa A x X. Selanjutnya anggap y X. Terdapat A y C sedemikian sehingga y A y. Jadi y A y A x. Karena y X berakibat y A x, berarti X A x. Oleh karena itu A x = X. Lema 2.6. [1] Misal B basis. Asumsikan B l,..., B n B dan x n i=1 B i. Maka terdapat B B sedemikian sehingga x B n i=1 B i. Bukti. Akan dibuktikan pernyataan terdapat B B sedemikian sehingga x B n i=1 B i dengan menggunakan prinsip induksi matematika, dimulai dari n = 2. (i) Untuk n = 2 jelas bahwa kasus berlaku dengan menggunakan definisi basis (Definisi 3(ii)). (ii) Asumsikan pernyataan benar untuk n 1 yaitu terdapat B B sedemikian sehingga x B n i=1 B i. Akan ditunjukkan pernyataan benar untuk n. Dengan hipotesis lema dan hipotesis induksi maka x B B n. Oleh karena itu dengan Definisi 3(ii) terdapat B B sedemikian sehingga x B B B n. Karena B n 1 i=1 B i sehingga x B n i=1 B i. Jadi pernyataan benar. Definisi 2.7. [1] Misal B adalah basis pada himpunan U. Topologi yang dibangun oleh B adalah diperoleh dengan mendefinisikan himpunan-himpunan di topologi tersebut sebagai himpunan kosong dan setiap himpunan di topologi tersebut sama dengan gabungan dari elemen-elemen basis. Teorema 2.8. [1] Topologi T topologi. yang dibangun oleh suatu basis B adalah suatu Bukti. Berdasarkan Definisi 4, himpunan kosong ada di T. Karena setiap titik di U termuat di elemen basis, maka U adalah gabungan dari semua elemen-elemen

74 Desy Wahyuni basis dan oleh karena itu berada di T. Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa irisan terhingga dari himpunan-himpunan di T berada di T. Misal V = U 1 U 2... U n dimana setiap U i ada di T untuk i N. Jika untuk setiap U i, i N adalah himpunan kosong maka V juga himpunan kosong, dan V ada di T. Jadi asumsikan bahwa U i adalah gabungan dari elemen-elemen basis. Akan ditunjukkan V adalah gabungan dari elemen-elemen basis. Misal x V sebarang. Maka x U i untuk setiap i N. Karena U i adalah gabungan dari elemen basis, terdapat suatu elemen basis B i, i N sedemikian sehingga x B i U i untuk setiap i N. Maka x n i=1 B i. Oleh karena itu dengan Lema 2, terdapat suatu elemen basis B x sedemikian sehingga x B x n i=1 B i V. Ini mengikuti Lema 1, bahwa V = x V B x, dan oleh karena itu V adalah suatu gabungan dari elemen-elemen basis. Jadi irisan terhingga himpunan-himpunan di T berada di T. Definisi 2.9. [6] Suatu bola buka dari ruang metrik parsial (U, p) adalah suatu himpunan dengan bentuk untuk setiap ε > 0 dan x U. B p ε (x) = {y U p(x, y) < ε} (2.1) Persamaan (1) menyatakan suatu bola buka dari ruang metrik parsial. Berdasarkan Teorema 3 suatu topologi dari ruang metrik parsial didefinisikan sebagai berikut. Definisi 2.10. Misal (U, p) adalah ruang metrik parsial. Topologi yang dihasilkan oleh basis bola buka metrik parsial B = {B p ε (x) x U, ε > 0} disebut sebagai topologi yang diinduksi oleh p dan dikenal sebagai suatu topologi metrik parsial T [p]. Jika diberikan metrik parsial pada suatu himpunan U, suatu topologi pada himpunan U didefinisikan melalui bola buka yang ditentukan oleh metrik parsial tersebut. Berdasarkan Definisi 6, suatu topologi dihasilkan oleh basis bola buka metrik parsial. Untuk itu akan ditunjukkan bahwa suatu koleksi dari bola buka metrik parsial adalah basis dari suatu topologi T [p]. Namun sebelumnya diberikan suatu teorema yang menunjukkan bahwa jika suatu titik x berada di bola buka B p ε (a), maka terdapat suatu bola buka yang berpusat di x di B p ε (a). Teorema 2.11. [6] Untuk setiap bola-bola buka B p ε (a) dari ruang metrik parsial (U, p), dan x B p ε (a), terdapat δ > 0 sedemikian sehingga x B p δ (x) Bp ε (a). Bukti. Ambil x Bε p (a). Akan ditunjukkan terdapat δ > 0 sedemikian sehingga x B p δ (x) Bp ε (a). Misal x Bε p (a), dengan Definisi 5 p(a, x) < ε, x U. Misal δ = ε p(a, x) + p(x, x). Maka δ > 0 karena ε > p(a, x). Juga δ > p(x, x) karena ε > p(a, x). Jadi x B p δ (x). Sekarang akan ditunjukkan bahwa Bp δ (x) Bp ε (a). Ambil y B p δ (x), akan ditunjukkan y Bp ε (a). Karena y B p δ (x) berarti p(x, y) < δ (Berdasarkan Definisi 5). Perhatikan bahwa y B p δ (x) dan p(x, y) = p(y, x)(dari (P2)) maka p(y, x) < δ p(y, x) < ε p(x, a) + p(x, x)

Topologi Metrik Parsial 75 Gambar 1. Terdapat suatu bola buka metrik parsial didalam bola buka metrik parsial yang lain p(y, x) + p(x, a) p(x, x) < ε (dengan (P4)) p(y, a) < ε. Karena p(y, a) < ε maka y B p ε (a). Karena y B p δ (x) dan y Bp ε (a) maka terbukti bahwa x B p δ (x) Bp ε (a). Karena ε > 0, δ > 0 dan a, x U, x B p δ (x) Bp ε (a). Maka berdasarkan Teorema 1, jelas bahwa untuk setiap bola buka metrik parsial merupakan suatu himpunan buka. Oleh karena itu berdasarkan Definisi 2, Persamaan (1) dapat dinyatakan sebagai suatu lingkungan dari titik x. Jadi bola buka dari ruang metrik parsial B p ε (x) = {y U p(x, y) < ε} dimana x U dan ε > 0 merupakan suatu lingkungan dari titik x. Teorema 2.12. [6] Himpunan semua bola buka dari suatu ruang metrik parsial p : U U R adalah basis dari suatu ruang topologi (U, T [p]). Bukti. Misal B adalah koleksi bola buka dari metrik parsial B = {B p ε (a) a U, ε > 0}. Akan ditunjukkan B adalah basis dari suatu topologi T. Berdasarkan Definisi 3, B adalas basis dari ruang topologi (U, T [p]) dengan menujukkan (i) untuk setiap x U, terdapat himpunan S di B sedemikian sehingga x S. Misal x U. Akan ditunjukkan bahwa terdapat himpunan S di B sedemikian sehingga x S. Untuk setiap bola buka Bε p (a) dan x Bε p (a) ada δ = ε p(x, a) + p(x, x) sedemikian sehingga x B p δ (x). Misal himpunan S adalah himpunan bola buka B p δ (x) Bp ε (a). Berdasarkan Teorema 4, jelas bahwa setiap titik-titik x U termuat dalam suatu himpunan S. (ii) untuk setiap himpunan bola-bola buka Bε p (x) dan B p δ (y) di B dan x Bε p (x) B p δ (y). Akan ditunjukkan bahwa terdapat himpunan B 3 di B sedemikian sehingga x B 3 Bε p (x) B p δ (y).

76 Desy Wahyuni B p ε (x) B p δ (y) = {Bp η(z) z B p ε (x) B p δ (y)}. Berdasarkan Teorema 4 terdapat η dimana η = min{δ p(y, z), ε p(x, z) + p(z, z)} sedemikian sehingga z B p η(z) = B 3 B p ε (x) B p δ (y). Oleh karena itu, B = {B p ε (a) a U, ε > 0} adalah basis dari suatu topologi T [p]. Teorema 2.13. [6] Setiap topologi metrik parsial adalah T 0 -ruang. Bukti. Misal p : U U R adalah metrik parsial dan B = {Bε p (a) a U, ε > 0} adalah basis dari suatu topologi metrik parsial T [p] atas U. Untuk setiap x, y U dimana x y, maka p(x, x) < p(x, y). Misalkan x Bε p (a) Berdasarkan Teorema 4 terdapat lingkungan B p p(x, x) + p(x, y) δ (x) di B, dimana δ =. Untuk setiap 2 p(x, x) + p(x, y) p(x, x), p(x, y) R, karena p(x, x) < p(x, y) maka p(x, x) < < 2 p(x, y). Sehingga diperoleh x B p δ (x) dan y / Bp δ (x). Oleh karena itu topologi T [p] atas U merupakan T 0 -ruang. Gambar 2. Ruang Topologi yang merupakan T 0 -ruang Secara sederhana, Teorema 6 menyatakan bahwa setiap titik-titik di U dapat dibedakan dengan suatu bola buka yang merupakan tempat titik tersebut berada. Berikut ini diberikan hubungan antara relasi urutan parsial p dengan fungsi metrik parsial. Definisi 2.14. [4] Suatu urutan parsial adalah suatu relasi biner U U sedemikian sehingga (PO1) x U, x x (PO2) x, y U, x y dan y x x = y (PO3) x, y, z U, x y dan y z x z. Suatu himpunan urutan parsial adalah pasangan terurut (U, ) sedemikian sehingga adalah urutan parsial pada himpunan U. Definisi 2.15. [4] Suatu Topologi Alexandrof atas suatu himpunan urutan parsial (U, ) adalah suatu topologi T atas U sedemikian sehingga

O T dan x, y U, jika x O dan x y y O. Topologi Metrik Parsial 77 Definisi 2.16. [6] Untuk setiap metrik parsial p : U U R, p U U adalah relasi biner sedemikian sehingga x, y U, x p y p(x, x) = p(x, y). Suatu relasi biner telah dijelaskan pada Definisi 7. Berikut ini dijelaskan relasi p sebagai suatu urutan parsial pada ruang metrik parsial. Teorema 2.17. [6] Untuk setiap metrik parsial p, p adalah urutan parsial. Bukti. Misal p relasi biner pada ruang metrik parsial (U, p). Akan ditunjukkan p adalah urutan parsial. Berdasarkan Definisi 7, p adalah urutan parsial dengan menunjukkan bahwa (PO1)-(PO3) terpenuhi. (1) Akan ditunjukkan bahwa (PO1) terpenuhi. Ambil x U, karena Definisi 8 maka p(x, x) = p(x, x). (2) Akan ditunjukkan bahwa (PO2) terpenuhi. Ambil x, y U dan misalkan x p y dan y p x maka dengan (P3), p(x, x) = p(x, y) = p(y, y) sehingga dengan P 1 diperoleh x = y. (3) Akan ditunjukkan bahwa (PO3) terpenuhi. Ambil x, y, z U dimana x p y dan y p z. Jika x p y berarti p(x, x) = p(x, y) dan jika y p z berarti p(y, y) = p(y, z). Berdasarkan (P4), p(x, z) p(x, y) + p(y, z) p(y, y). Karena p(y, y) = p(y, z) maka p(x, z) p(x, x). Karena (P2) maka p(x, z) = p(x, x). Berdasarkan Definisi 9, diperoleh bahwa x p z. Oleh karena itu p adalah urutan parsial. Himpunan yang memuat urutan parsial p, p disebut sebagai himpunan urutan parsial p dinotasikan dengan (U, p ). Berdasarkan Definisi 8, suatu Topologi Alexandrof atas himpunan urutan parsial (U, p ) adalah suatu topologi T atas U sedemikian sehingga S T dan x, y U, jika x S dan x p y p(x, x) = p(x, y) y S. Teorema berikut menjelaskan bagaimana hubungan antara Topologi metrik parsial T [p] dengan Topologi Alexandrof T [ p ]. Teorema 2.18. [6] Untuk setiap metrik parsial p, T [p] T [ p ]. Bukti. Ambil sebarang bola buka B p ε (x) di T [p]. Artinya ambil sebarang x U dan ε > 0. Akan ditunjukkan bahwa T [p] T [ p ]. Untuk itu harus ditunjukkan bahwa x, y B p ε (x) berlaku y p z. Diketahui bahwa karena (P4), p(x, z) p(x, y)+p(y, z) p(y, y). Perhatikan bahwa p(x, z) < ε p(y, z) p(y, y) = 0 y p z. Oleh karena itu terbukti bahwa T [p] T [ p ].

78 Desy Wahyuni Teorema 2.19. [6] Untuk setiap metrik parsial p, p : U U R, T [ p ] = T [p] jika dan hanya jika x U, ε > 0, B p ε (x) = {y x p y}. Bukti. Anggap bahwa untuk setiap x U, ε > 0, B p ε (x) = {y x p y}. Maka untuk setiap O T [ p ], dimana T [ p ] = {O U x O, x y y O} = {y x p y} O = x O {y x p y} = x O Bp ε (x) T [p], sehingga diperoleh bahwa T [ p ] T [p] Berdasarkan Teorema 8, maka T [ p ] = T [p]. Anggap bahwa T [ p ] = T [p]. Maka x U, {y x p y} T [p]. Jadi dengan Teorema 4, x U, ε > 0, x B p ε (x) {y x p y}. Tapi jika x B p ε (x) maka {y x p y} B p ε (x). Jadi x U, ε > 0, B p ε (x) = {y x p y}. Jadi hubungan antara Topologi metrik parsial T [p] dengan Topologi alexandrof T [ p ] dijelaskan pada Teorema 8 dan Teorema 9. 3. Ucapan Terima kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Admi Nazra, Bapak Efendi, M.Si, Bapak Zulakmal, M.Si, Ibu Dr. Lyra Yulianti, dan Ibu Hazmira Yozza, M.Si yang telah memberikan masukan dan saran sehingga paper ini dapat diselesaikan dengan baik. Daftar Pustaka [1] Adams, Colin dan Robert Franzosa. 2008. Introduction to Topology Pure and Applied. Pearson Education, India [2] Bartle, Robert. G dan Donald R. Sherbert. 1994. Introduction to Real Analysis. Second edition. Eastern Michigan University, Singapore [3] Bredon, Glen.E. 1993. Topology and Geometry. Springer Verlag, New York [4] Matthews, S.G. 1992. Partial metric spaces. The Mathematical Asociation Of America. 116 : 708-718 [5] Matthews, S.G. 2008. Partial Metric Spaces A Fuss About Nothing. Konferensi di Universitaria de la UNAM Mexico City, tidak diterbitkan. [6] Matthews, S.G. 1992. Partial metric topology. Annals of the New York Academy of Sciences. 728 : 183-197