dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN TUGAS DAN PENGAWASAN === DEWAN KOMISARIS === PT PLN TARAKAN TAHUN BUKU 2015

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. DASAR HUKUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN KREDIT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN KREDIT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Board Manual PJBS Tahun 2011

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LEMBAGA KANTOR BERITA NASIONAL ANTARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LEMBAGA KANTOR BERITA NASIONAL ANTARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LEMBAGA KANTOR BERITA NASIONAL ANTARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

PIAGAM KOMISARIS. A. Organisasi, Komposisi dan Keanggotaan

PEDOMAN DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI (BOARD MANUAL) PT BIO FARMA (PERSERO)

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MANDOM INDONESIA Tbk

PASAL 1 NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Ayat (1) s/d (2): Tidak ada perubahan. PASAL 2 JANGKA WAKTU BERDIRINYA PERSEROAN Tidak ada perubahan

2012, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI)

PEDOMAN KERJA DIREKSI PT INTERMEDIA CAPITAL Tbk. ("Perusahaan")

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SEMULA ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk.

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

PIAGAM DIREKSI & DEWAN KOMISARIS. PT UNGGUL INDAH CAHAYA Tbk.

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PIAGAM DIREKSI. Piagam ini diterbitkan untuk menjadi panduan Direksi dan anggotanya dalam mengelola dan menjalankan Perseroan. A.

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS. PT Mandom. Indonesia

BOARD MANUAL. PT PG Rajawali II. Cirebon, 14 Oktober Bambang Adi Sukarelawan Komisaris. Zainal Muttaqin Rasyad Direktur Utama

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) DAMRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Piagam Dewan Komisaris. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

Pedoman Kerja. Dewan Komisaris. & Direksi. PT Prodia Widyahusada Tbk. Revisi: 00

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT MULTIFILING MITRA INDONESIA Tbk ( Perseroan )

PIAGAM DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT INDOSAT Tbk.

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS

BAB III DEWAN KOMISARIS

Pedoman Dewan Komisaris. PT Astra International Tbk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) DAMRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MULTIFILING MITRA INDONESIA Tbk ( Perseroan )

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PENGANGKUTAN PENUMPANG DJAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI)

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI. PT Mandom Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI)

PEDOMAN DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT EMDEKI UTAMA Tbk

PEDOMAN KERJA DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI)

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 34 TAHUN 2000 (34/2000) TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI)

PT PERUSAHAAN PENGELOLA ASET IPERSERO) STATE-OWNED ASSET MANAGEMENT COMPANY BOARD MANUAL

PANDUAN BAGI KOMISARIS DAN DIREKSI (BOARD MANUAL)

BOARD MANUAL PT PERUSAHAAN PERDAGANGAN INDONESIA (PERSERO)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 91 TAHUN 2000 (91/2000) TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PENGANGKUTAN PENUMPANG DJAKARTA

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT WIJAYA KARYA BETON Tbk

::=sn:.---,:- .e. Ail. ia=.=::.: l:. F,:.,qe

Pedoman Komite Nominasi dan Remunerasi. PT Astra International Tbk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pedoman dan Tata Tertib Kerja Direksi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PENGANGKUTAN PENUMPANG DJAKARTA

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN

DAFTAR ISI BOARD MANUAL PT INDOFARMA (Persero) Tbk PENGANTAR 1

CHARTER DEWAN KOMISARIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN BOARD MANUAL PT RUMAH SAKIT PELABUHAN

Pedoman Direksi. PT Astra International Tbk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA (PERUM PERHUTANI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

b. Persyaratan Material Persyaratan material, meliputi: 94 1) Integritas dan moral, bahwa yang bersangkutan tidak pernah terlibat:

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT Matahari Department Store Tbk ( Perseroan )

PANDUAN BAGI KOMISARIS DAN DIREKSI (BOARD MANUAL) PT SURVEYOR INDONESIA


PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2015 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PEMBANGUNAN PERUMAHAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 133 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pedoman dan Tata Tertib Kerja Dewan Komisaris

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT Matahari Department Store Tbk ( Perseroan )

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA (PERUM PERHUTANI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2015 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PEMBANGUNAN PERUMAHAN NASIONAL

KESEPAKATAN BERSAMA DIREKSI DAN KOMISARIS DALAM MENERAPKAN BOARD MANUAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1999 TENTANG PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA (PERUM PERHUTANI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

3. Menerapkan asas-asas GCG yakni, transparansi, akuntabi/itas, responsibi/itas, independensi. Makassar, 11 Februari 2014

PEDOMAN BAGI DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI (Board manual) PT VIRAMA KARYA (Persero)

BOARD MANUAL PT PG Rajawali I

PEDOMAN KERJA DIREKSI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG

Pedoman Kerja Dewan Komisaris

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERIKANAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERIKANAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Versi Final 1. RANCANGAN POIN-POIN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT MNC SKY VISION TBK RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM LUAR BIASA Jakarta, 20 Mei 2015

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

PEDOMAN DAN TATA TERTIB DIREKSI PT BPR MANDIRI ARTHA ABADI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERIKANAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PIAGAM DIREKSI PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK. BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 Definisi

PEDOMAN KERJA DIREKSI PT METROPOLITAN LAND TBK

Pedoman Kerja Dewan Komisaris dan Direksi PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN KERJA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI

Pedoman Komite Nominasi dan Remunerasi

Transkripsi:

PT PLN ENJINIRING 1

BAB 1 PENDAHULUAN...8 1.1. LATAR BELAKANG...8 1.2. DASAR HUKUM...9 1.2.1. UNDANG-UNDANG...9 1.2.2. PERATURAN PEMERINTAN DAN PERATURAN/KEPUTUSAN MENTERI...9 1.2.3. ANGGARAN DASAR PT. PLN ENJINIRING... 10 1.2.4. PEDOMAN GCG... 10 1.3. DAFTAR ISTILAH... 10 BAB 2 DIREKSI... 13 2.1. SUSUNAN DAN PERSYARATAN DIREKSI... 13 2.1.1. SUSUNAN DIREKSI... 13 2.1.2. PERSYARATAN DAN PENGANGKATAN DIREKSI... 13 2.1.2.1. Persyaratan Anggota Direksi... 13 2.1.2.2. Pengangkatan/Pemberhentian dan Mulai berlakunya Jabatan Direksi... 14 2.1.2.3. Larangan Hubungan Keluarga Anggota Direksi dan Anggota Dewan Komisaris... 14 2.1.2.4. Larangan Perangkapan Jabatan Rangkap... 14 2.2. MASA JABATAN, PEMBERHENTIAN DAN PENGUNDURAN DIRI DIREKSI... 15 2.2.1. MASA JABATAN... 15 2.2.2. PEMBERHENTIAN SEWAKTU-WAKTU ANGGOTA DIREKSI... 15 2.2.3. PEMBERHENTIAN SEMENTARA ANGGOTA DIREKSI... 17 2.2.4. PENGUNDURAN DIRI... 18 2.2.5. PELAKSANA TUGAS ANGGOTA DIREKSI YANG LOWONG:... 19 2.2.6. PEMBERITAHUAN MENGENAI SUSUNAN DIREKSI KEPADA MENTERI HUKUM DAN HAM... 20 2.3. TUGAS DIREKSI... 20 2.3.1. TUGAS DIREKSI... 20 2.3.2. PEMBAGIAN TUGAS DIREKSI... 21 2.4. WEWENANG DIREKSI... 22 2.4.1. WEWENANG DIREKSI HARUS DENGAN PERSETUJUAN DEWAN KOMISARIS... 23 2.4.2. WEWENANG DIREKSI HARUS DENGAN PERSETUJUAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM DENGAN REKOMENDASI DEWAN KOMISARIS... 24 2.4.3. KETIDAKWENANGAN DIREKSI... 25 2.5. KEWAJIBAN DIREKSI... 26 2.5.1. RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM... 27 2

2.5.1.1. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan... 27 2.5.1.1.1. Rapat Umum Pemegang Saham tahunan untuk persetujuan Laporan Tahunan... 28 2.5.1.1.2. Rapat Umum Pemegang Saham tahunan untuk persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Perseroan... 28 2.5.1.2. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa... 29 2.5.1.3. Penyelanggaraan Rapat Umum Pemegang Saham... 29 2.5.1.4. Kourom Rapat Umum Pemegang Saham... 31 2.5.1.5. Hak Suara Dalam Rapat Umum Pemegang Saham... 32 2.5.1.6. Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham... 33 2.5.1.7. Tempat Rapat Umum Pemegang Saham... 33 2.5.1.8. Pimpinan Rapat Umum Pemegang Saham... 34 2.5.1.9. Risalah Rapat Umum Pemegang Saham... 34 2.5.2. PENYUSUNAN DAN PENYAMPAIAN LAPORAN TAHUNAN... 34 2.5.3. PENYUSUNAN DAN PENYAMPAIAN LAPORAN BERKALA... 36 2.5.4. PENYUSUNAN DAN PENYAMPAIAN RENCANA JANGKA PANJANG PERSEROAN (RJPP)... 36 2.5.5. PENYUSUNAN DAN PENYAMPAIAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERSEROAN (RKAP)... 37 2.5.6. PENYUSUNAN DAN PENYAMPAIAN LAPORAN KHUSUS... 38 2.5.7. PENGELOLAAN DOKUMEN PERSEROAN... 39 2.5.7.1. Daftar Pemegang Saham... 39 2.5.7.2. Daftar Khusus... 40 2.5.8. BENTURAN KEPENTINGAN... 40 2.5.9. MANAJEMEN RESIKO... 40 2.5.10. SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL... 41 2.5.11. AKSES, KERAHASIAAN DAN KETERBUKAAN INFORMASI... 41 2.5.11.1. Akses Informasi... 41 2.5.11.2. Kerahasian Informasi... 41 2.5.11.3. Keterbukaan Informasi... 42 2.5.12. KESEMPATAN KERJA YANG SAMA... 43 2.5.13. HUBUNGAN DENGAN STAKE HOLDER... 43 2.5.14. ETIKA BERUSAHA/JABATAN DAN ANTI KORUPSI... 43 2.5.15. SISTEM AKUNTANSI DAN PEMBUKUAN... 44 2.6. TUGAS DAN KEWAJIBAN LAIN... 44 2.7. PROGRAM PENGENALAN... 44 3

2.8. GAJI DAN TUNJANGAN / FASILITAS ANGGOTA DIREKSI... 45 2.8.1. GAJI DAN TUNJANGAN... 45 2.8.2. FASILITAS ANGGOTA DIREKSI... 45 2.9. RAPAT DIREKSI... 50 2.9.1. PENYELENGGARAN RAPAT DIREKSI... 50 2.9.2. KEPUTUSAN RAPAT DIREKSI... 51 2.9.3. RISALAH RAPAT... 52 2.9.4. PIMPINAN RAPAT DIREKSI... 52 2.10. SEKRETARIS PERSEROAN... 53 2.10.1. TUGAS... 53 BAB 3 DEWAN KOMISARIS... 54 3.1. SUSUNAN DAN PERSYARATAN DEWAN KOMISARIS... 54 3.1.1. SUSUNAN DEWAN KOMISARIS... 54 3.1.2. PERSYARATAN DAN PENGANGKATAN ANGGOTA DEWAN KOMISARIS... 54 3.1.2.1. Persyaratan Anggota Dewan Komisaris... 54 3.1.2.2. Pengangkatan/Pemberhentian dan Mulai berlakunya Jabatan Dewan Komisaris... 55 3.1.2.3. Larangan Hubungan Keluarga Anggota Direksi dan Anggota Dewan Komisaris... 55 3.1.2.4. Larangan Perangkapan Jabatan Rangkap... 55 3.2. MASA JABATAN, PEMBERHENTIAN DAN PENGUNDURAN DIRI DEWAN KOMISARIS... 56 3.2.1. MASA JABATAN... 56 3.2.2. PEMBERHENTIAN DEWAN KOMISARIS... 56 3.2.3. PENGUNDURAN DIRI... 57 3.2.4. PELAKSANA TUGAS ANGGOTA DEWAN KOMISARIS YANG LOWONG... 58 3.2.5. PEMBERITAHUAN MENGENAI SUSUNAN DEWAN KOMISARIS KEPADA MENTERI HUKUM DAN HAM... 59 3.3. TUGAS DEWAN KOMISARIS... 59 3.3.1. TUGAS DEWAN KOMISARIS... 59 3.3.2. PEMBAGIAN TUGAS ANGGOTA DEWAN KOMISARIS... 60 3.3.3. PELAKSANAAN TUGAS DEWAN KOMISARIS BERKAITAN DENGAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM... 60 3.4. WEWENANG DEWAN KOMISARIS... 61 3.5. KEWAJIBAN DEWAN KOMISARIS... 62 3.5.1. KEWAJIBAN POKOK DEWAN KOMISARIS... 62 3.5.2. PENGELOLAAN MANAJEMEN RESIKO... 63 3.5.3. SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL... 63 4

3.5.4. KETERBUKAAN DAN KERAHASIAAN INFORMASI... 63 3.5.5. ETIKA BERUSAHA/JABATAN DAN ANTI KORUPSI... 64 3.6. HONORARIUM DAN PEMBAGIAN KERJA DEWAN KOMISARIS... 64 3.7. FASILITAS ANGGOTA DEWAN KOMISARIS DAN DEWAN PENGAWAS... 65 3.8. RAPAT DEWAN KOMISARIS... 69 3.8.1. RAPAT INTERNAL DEWAN KOMISARIS... 69 3.8.1.1. Keputusan Rapat... 69 3.8.1.2. Kuorom Rapat... 70 3.8.1.3. Risalah Rapat... 70 3.8.1.4. Tempat Rapat... 71 3.8.1.5. Jadual Rapat... 71 3.8.1.6. Undangan Rapat... 71 3.8.1.7. Pimpinan Rapat... 72 3.8.2. RAPAT DEWAN KOMISARIS DENGAN MENGUNDANG DIREKSI.... 72 3.9. KOMITE-KOMITE DEWAN KOMISARIS... 72 3.9.1. KOMITE AUDIT... 73 3.9.2. KOMITE NOMINASI... 74 3.9.3. KOMTITE REMUNERASI... 74 3.9.4. KOMITE ASURANSI DAN RESIKO USAHA... 74 3.9.5. KOMITE GOOD CORPORATE GOVERNANCE... 74 3.10. SEKRETARIS DEWAN KOMISARIS... 74 3.10.1. Fungsi... 74 3.10.2. Tugas... 75 3.11. PENGENALAN... 75 BAB 4 TATA LAKSANA WEWENANG DIREKSI DENGAN PERSETUJUAN DEWAN KOMISARIS... 76 4.1. KEGIATAN DIREKSI UNTUK MELAKUKAN TRANSAKSI/KONTRAK/ PERJANJIAN/KESEPAKATAN, PENJAMINAN DAN PINJAMAN... 76 4.1.1. PENETAPAN PEMBERIAN PERSETUJUAN... 76 4.1.2. PROSEDUR DAN ALUR PELAKSANAAN... 76 4.1.2.1. Mengadakan transaksi, kontrak, perjanjian, kesepakatan dan/atau kerjasama dengan pihak lain... 76 4.1.2.2. Mengikat Perseroan sebagai penjamin (borg atau avalist) dan jaminan lainnya termasuk (standby letter of credit/sblc, Corporate Guarantee dan sejenisnya)... 77 4.1.2.3. Menerima atau memberikan pinjaman yang tidak bersifat operasional... 78 5

4.1.2.4. Menerima pinjaman jangka pendek dari bank atau lembaga keuangan lainnya.... 79 4.2. KEGIATAN-KEGIATAN DIREKSI LAIN YANG HARUS MENDAPAT PERSETUJUAN DEWAN KOMISARIS... 80 4.2.1. PENETAPAN PEMBERIAN PERSETUJUAN... 81 4.2.2. PROSEDUR DAN ALUR PELAKSANAAN... 81 4.2.2.1. Melakukan Penyertaan Modal Pada Suatu Badan Usaha Lainnya... 81 4.2.2.2. Menghapuskan Dari Pembukuan Piutang Macet Dan Menghapuskan Persediaan Barang Mati... 82 4.2.2.3. Melepas Atau Menjaminkan Aktiva Tetap (Fixed Asset) Perseroan, Dengan Tetap Memperhatikan Ketentuan Pada Sub-Bab 2.4.2 Butir 3... 83 4.2.2.4. Melepaskan Sebagian Atau Seluruhnya Penyertaan Perseroan Ke Dalam Perseroan Lain Atau Badan-Badan Lain... 83 4.2.2.5. Mengambil Bagian Baik Sebagian Atau Seluruhnya Atau Ikut Serta Dalam Perseroan Atau Badan-Badan Lain Atau Menyelenggarakan Perseroan Baru Atau Mendirikan Perseroan Patungan... 84 4.2.2.6. Menghapus Aktiva Tetap Bergerak Dengan Umur Ekonomis Yang Lazim Berlaku Dalam Industri Pada Umumnya Sampai Dengan 5 (Lima) Tahun... 85 4.2.2.7. Memindah-tangankan Aktiva Tetap Bergerak Dengan Umur Ekonomis Yang Lazim Berlaku Dalam Industri Pada Umumnya Sampai Dengan 5 (Lima) Tahun, Dengan Tetap Memperhatikan Ketentuan Pada Sub-Bab 2.4.2 Butir 3... 85 4.2.2.8. Melakukan Transaksi Lindung Nilai... 86 4.2.2.9. Melakukan Perubahan Penggunaan Anggaran Investasi Yang Telah Ditetapkan Dalam RKAP... 87 4.2.2.10. Melakukan perubahan dalam RKAP selain anggaran investasi yang melebihi nilai tertentu yang ditetapkan oleh Dewan Komisaris... 88 4.2.2.11. Menetapkan dan menyesuaikan struktur organisasi 1 (satu) tingkat dibawah Direksi.... 88 BAB 5 TATA LAKSANA WEWENANG DIREKSI DENGAN PERSETUJUAN RUPS BERDASARKAN REKOMENDASI DEWAN KOMISARIS... 90 5.1. KEGIATAN DIREKSI DENGAN PERSETUJUAN RUPS BERDASARKAN REKOMENDASI DEWAN KOMISARIS... 90 5.1.1. PENETAPAN PEMBERIAN PERSETUJUAN... 91 5.1.2. PROSEDUR DAN ALUR KERJA PELAKSANAAN... 91 5.1.2.1. Mengadakan Transaksi, Kontrak, Perjanjian, Kesepakatan Dan/Atau Kerjasama Dengan Pihak Lain... 91 5.1.2.2. Mengikat Perseroan Sebagai Penjamin (Borg Atau Avalist) Dan Jaminan Lainnya Termasuk (Standby Letter Of Credit/SBLC, Corporate Guarantee Dan Sejenisnya)... 91 5.1.2.3. Menerima Atau Memberikan Pinjaman Yang Tidak Bersifat Operasional... 92 6

5.1.2.4. Menerima Pinjaman Jangka Pendek Dari Bank Atau Lembaga Keuangan Lainnya... 93 5.1.2.5. Melakukan Penyertaan Modal Pada Suatu Badan Usaha Lainnya... 93 5.1.2.6. Menghapuskan Dari Pembukuan Piutang Macet Dan Menghapuskan Persediaan Barang Mati... 94 5.1.2.7. Melepas Atau Menjaminkan Aktiva Tetap (Fixed Asset) Perseroan, Dengan Tetap Memperhatikan Ketentuan Sub-Bab 2.4.2 Butir 3... 95 5.1.2.8. Melepaskan Sebagian Atau Seluruhnya Penyertaan Perseroan Ke Dalam Perseroan Lain Atau Badan-Badan Lain... 95 5.1.2.9. Mengambil Bagian Baik Sebagian Atau Seluruhnya Atau Ikut Serta Dalam Perseroan Atau Badan-Badan Lain Atau Menyelenggarakan Perseroan Baru Atau Mendirikan Perseroan Patungan... 96 5.1.2.10. Menghapus Aktiva Tetap Bergerak Dengan Umur Ekonomis Yang Lazim Berlaku Dalam Industri Pada Umumnya Sampai Dengan 5 (Lima) Tahun... 97 5.1.2.11. Memindah-tangankan aktiva tetap bergerak dengan umur ekonomis yang lazim berlaku dalam industri pada umumnya sampai dengan 5 (lima) tahun, dengan tetap memperhatikan ketentuan pada Sub-bab 2.4.2 butir 3... 97 5.1.2.12. Melakukan Transaksi Lindung Nilai... 98 7

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Board Manual adalah petunjuk tata laksana kerja Dewan Komisaris dan Direksi yang menjelaskan tahapan aktivitas secara terstruktur, sistematis, mudah dipahami dan harus dapat dijalankan dengan konsisten, sehingga dapat menjadi acuan bagi Dewan Komisaris dan Direksi dalam melaksanakan tugas masing-masing untuk mencapai Visi dan Misi Perseroan. Board Manual disusun berdasarkan prinsip-prinsip hukum korporasi, ketentuan Anggaran Dasar, peraturan perundang-undangan yang berlaku, arahan Pemegang Saham serta praktik-praktik terbaik (best practices) Good Corporate Governance. Board Manual ini dimaksudkan untuk menjelaskan hubungan kerja Dewan Komisaris dan Direksi dalam melaksanakan tugas agar tercipta pengelolaan Perseroan secara professional, transparan dan efisien. Board Manual diharapkan akan : 1. Memperjelas tugas dan tanggung jawab Organ Dewan Komisaris dan Organ Direksi maupun hubungan kerja diantara kedua Organ Perseroan tersebut. 2. Mempermudah Organ Dewan Komisaris dan Organ Direksi untuk memahami tugas dan tanggung jawab Komisaris dan Direksi maupun tugas dari Organ Dewan Komisaris dan Organ Direksi. Pelaksanaan Board Manual merupakan salah satu bentuk komitmen dari Dewan Komisaris dan Direksi dalam rangka menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance Code yang telah dimiliki oleh PT PLN Enjiniring. Lebih lanjut, diharapkan dengan adanya Board Manual ini, akan tercipta suatu pola hubungan kerja yang baku dan saling menghormati yang dituangkan dalam piagam-piagam kerja organ Dewan Komisaris, maupun dalam kebijakan-kebijakan Direksi bagi organ Direksi. Board Manual sendiri bersifat dinamis dan selalu berkembang. Penyempurnaannya sangat tergantung kepada kebutuhan Dewan Komisaris dan Direksi sebagai akibat dari perubahan yang terjadi dan dihadapi oleh Perseroan. Ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam Board Manual ini harus selalu sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan Keputusan RUPS sebagai ketentuan yang lebih tinggi. Apabila terdapat ketentuan dalam Board Manual yang bertentangan dengan ketentuan yang lebih tinggi, maka ketentuan dalam Board Manual tersebut tidak berlaku dan yang berlaku adalah ketentuan yang lebih tinggi. 8

Dalam Board Manual ini, hubungan tata kerja Dewan Komisaris dan Direksi dikembangkan dengan menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut: a) Dewan Komisaris menghormati tanggung jawab dan wewenang Direksi dalam mengelola Perseroan sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundangundangan maupun Anggaran Dasar Perseroan. b) Direksi menghormati tanggung jawab dan wewenang Dewan Komisaris untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat terhadap kebijakan pengelolaan Perseroan. c) Setiap hubungan kerja antara Dewan Komisaris dan Direksi merupakan hubungan yang bersifat formal kelembagaan, dalam arti senantiasa dilandasi oleh suatu mekanisme baku atau korespondensi yang dapat dipertanggung-jawabkan. d) Hubungan kerja yang bersifat informal dapat dilakukan oleh masing-masing Anggota Dewan Komisaris dan Direksi, namun tidak dapat dipakai sebagai kebijakan yang dapat dipertanggung-jawabkan. e) Dewan Komisaris berhak memperoleh informasi Perseroan secara akurat, lengkap dan tepat waktu. f) Direksi bertanggungjawab atas akurasi kelengkapan dan ketepatan waktu PENYAMPAIAN INFORMASI PERSEROAN KEPADA DEWAN KOMISARIS. 1.2. DASAR HUKUM Penyusunan Board Manual ini mengacu kepada : 1.2.1. UNDANG-UNDANG 1. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas 2. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara 1.2.2. PERATURAN PEMERINTAN DAN PERATURAN/KEPUTUSAN MENTERI 1. Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. Kep-100/MBU/2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN 2. Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. Kep-101/MBU/2002 tentang Penyusunan RKAP 3. Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. Kep-102/MBU/2002 tentang Penyusunan RJP. 4. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2006 Tentang Komite Audit Bagi Badan Usaha Milik Negara. 9

5. Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. Kep-09A/MBU/2005 tentang Penilaian Calon Anggota Direksi Badan Usaha Milik Negara 6. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. PER-02/MBU/2009 tentang Pedoman Penetapan Penghasilan Direksi, Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas Badan Usaha Milik Negara. 1.2.3. ANGGARAN DASAR PT. PLN ENJINIRING 1.2.4. PEDOMAN GCG 1. Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. Kep-117/MBU/2002 tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara. 2. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance, Tahun 2006. 3. Pedoman Komisaris Independen, dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance, Tahun 2004. 4. Pedoman Pembentukan Komite Audit yang efektif, dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance, Tahun 2004. 1.3. DAFTAR ISTILAH Istilah-istilah yang digunakan dalam Board Manual ini, kecuali disebutkan secara khusus, mengandung pengertian sebagai berikut : Anak Perusahaan, adalah badan Usaha dimana kepemilikan saham PT PLN Enjiniring lebih besar dari 50 % Anggota Direksi, adalah Anggota dari Direksi yang merujuk kepada individu Anggota Dewan Komisaris, adalah Anggota dari Dewan Komisaris yang merujuk kepada individu Auditor Eksternal, adalah auditor dari luar Perseroan yang memberikan jasa audit atas Laporan Keuangan, Laporan Kinerja, Laporan Kepatuhan serta laporan lain sesuai ketentuan yang berlaku kepada Perseroan. Auditor Internal, adalah Satuan Pengawasan Internal di lingkungan Perseroan yang bertugas untuk melakukan audit serta memastikan sistem pengendalian internal Perseroan dapat berjalan secara efektif Barang Tidak Bergerak/Aktiva Tetap, adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai, baik melalui pembelian atau dibangun lebih dahulu yang digunakan dalam kegiatan usaha perseroan serta tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perseroan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun 10

Daftar Khusus, adalah daftar yang berisikan kepemilikan saham anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan keluarganya, baik di Perseroan maupun di perseroan lain, sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar Perseroan. Direksi 1, adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Hari, pengertian hari yang dimaksud dalam dokumen ini adalah hari kerja efektif dan bukan hari kalender. Dewan Komisaris 2, adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasehat kepada Direksi. Komisaris Independen, adalah Anggota Dewan Komisaris yang diangkat dan ditetapkan sebagai Komisaris Independen di Perseroan oleh RUPS berdasarkan syaratsyarat independensi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Organ Perseroan 3, adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi PLN Enjiniring. Organ Direksi, adalah Rapat Direksi, Anggota Direksi dan Sekretaris Perusahaan. Organ Komisaris, adalah Rapat Dewan Komisaris, Anggota Komisaris dan Sekretaris Dewan Komisaris. Pemegang Saham, Pemegang Saham di Perseroan, yang dicatat dalam Daftar Pemegang Saham, yaitu daftar yang berisi nama-nama Pemegang Saham di Perseroan sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar Perseroan. Perseroan, adalah PT Prima Layanan Nasional Enjiniring selanjutnya disingkat menjadi PLN Enjiniring. Rapat Umum Pemegang Saham 4, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-undang No. 40 tahun 2007 dan/atau Anggaran Dasar Perseroan. Sekretaris Dewan Komisaris, adalah pejabat yang diangkat oleh Dewan Komisaris atas beban Perseroan yang bertugas untuk memberikan dukungan administratif dan kesekretariatan kepada Dewan Komisaris guna memperlancar pelaksanaan tugas-tugas Dewan Komisaris. 1 (Undang-undang No. 40 Tahun 2007 pasal 1 ayat 5) 2 ( Undang-undang No. 40 Tahun 2007 pasal 1 ayat 6) 3 (Undang-undang No. 40 Tahun 2007 pasal 1 ayat 2) 4 (Undang-undang No. 40 Tahun 2007 pasal 1 ayat 4) 11

Staf Akhli Komisaris adalah satuan fungsi struktural di bawah Komisaris yang bertugas untuk memberikan dukungan kepada Komisaris dalam melaksanakan tugasnya. Sekretaris Perusahaan, adalah satuan fungsi struktural dalam organisasi Perseroan yang bertugas untuk memberikan dukungan kepada Direksi dalam melaksanakan tugasnya. Stakeholder, adalah pihak-pihak yang berkepentingan dengan Perseroan. 12

BAB 2 DIREKSI 2.1. SUSUNAN DAN PERSYARATAN DIREKSI 2.1.1. SUSUNAN DIREKSI 5 Perseroan diurus dan dipimpin oleh suatu Direksi yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan Perseroan. Dalam hal Direksi terdiri atas lebih dari 1 (satu) orang Anggota Direksi, seorang diantaranya diangkat sebagai Direktur Utama. 2.1.2. PERSYARATAN DAN PENGANGKATAN DIREKSI 2.1.2.1. Persyaratan Anggota Direksi (1) Yang dapat diangkat sebagai Anggota Direksi adalah orang perseorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatannya pernah : 6 a) Dinyatakan pailit. b) Menjadi Anggota Direksi atau Anggota Dewan Komisaris atau anggota Dewan Pengawas yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu Perseroan atau Perum dinyatakan pailit, atau ; c) Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dan/atau BUMN dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan. (2) Pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud pada butir 2.1.2.1 tersebut diatas, dibuktikan dengan surat pernyataan yang ditanda-tangani oleh calon Anggota Direksi dan surat tersebut disimpan oleh Perseroan. 7 (3) Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada butir 2.1.2.1 tersebut diatas pengangkatan Anggota Direksi dilakukan dengan memperhatikan keahlian pengalaman serta persyaratan lain berdasarkan persyaratan perundangan. 8 (4) Pengangkatan Anggota Direksi yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada butir 2.1.2.1 dan butir (3) tersebut diatas batal demi hukum sejak 5 (Anggaran Dasar PLN Enjiniring (selanjutnya disebut AD) Pasal 10 Ayat 1) 6 (AD Pasal 10 ayat 2) 7 (AD Pasal 10 ayat 3) 8 (AD Pasal 10 ayat 4) 13

saat Anggota Direksi lainnya atau Anggota Dewan Komisaris mengetahui tidak terpenuhinya persyaratan tersebut. 9 2.1.2.2. Pengangkatan/Pemberhentian dan Mulai berlakunya Jabatan Direksi (1) Anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Rapat Umum Pemegang Saham. 10 (2) Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham mengenai pengangkatan dan pemberhentian anggota Direksi juga menentukan saat mulai berlakunya pengangkatan dan pemberhentian tersebut. Dalam hal Rapat Umum Pemegang Saham tidak menetapkan, maka pengangkatan dan pemberhentian Anggota Direksi tersebut mulai berlaku sejak penutupan Rapat Umum Pemegang Saham. 11 (3) Dalam hal pengangkatan dan pemberhentian Anggota Direksi dilakukan melalui Keputusan Pemegang Saham di luar Rapat Umum Pemegang Saham, maka mulai berlakunya pengangkatan dan pemberhentian tersebut dimuat dalam keputusan Pemegang Saham tersebut. Dalam hal keputusan Pemegang Saham di luar Rapat Umum Pemegang Saham tidak menetapkan, maka pengangkatan dan pemberhentian Anggota Direksi tersebut berlaku sejak keputusan Pemegang Saham tersebut ditetapkan. 12 (4) Anggota Direksi diangkat dari calon yang diusulkan oleh para Pemegang Saham dan pencalonan tersebut mengikat bagi Rapat Umum Pemegang Saham. 13 2.1.2.3. Larangan Hubungan Keluarga Anggota Direksi dan Anggota Dewan Komisaris 14 Antar para Anggota Direksi dan antara Anggota Direksi dengan anggota Dewan Komisaris dilarang memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat ketiga, baik menurut garis lurus maupun menurut garis kesamping, termasuk hubungan yang timbul karena perkawinan. 2.1.2.4. Larangan Perangkapan Jabatan Rangkap 15 Anggota Direksi dilarang memangku jabatan rangkap sebagaimana tersebut dibawah ini, yaitu ; (a) Anggota Direksi pada Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Milik Swasta ; (b) Anggota Dewan Komisaris/Dewan Pengawas pada Badan Usaha Milik Negara; 9 (AD Pasal 10 ayat 5) 10 (AD Pasal 10 ayat 6) 11 (AD Pasal 10 ayat 7) 12 (AD Pasal 10 ayat 8) 13 (AD Pasal 10 ayat 9) 14 (AD Pasal 10 ayat 22) 15 (AD Pasal 10 ayat 33) 14

(c) Jabatan struktural dan fungsional lainnya pada instansi/lembaga pemerintah pusat dan/atau daerah; (d) Jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan, pengurus dan/atau calon/anggota legislatif ; dan/atau (e) Jabatan lainnya yang dapat menimbulkan benturan kepentingan. 2.2. MASA JABATAN, PEMBERHENTIAN DAN PENGUNDURAN DIRI DIREKSI 2.2.1. MASA JABATAN (1) Masa jabatan Anggota Direksi ditetapkan 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan. 16 (2) Jabatan Anggota Direksi berakhir apabila : 17 a) Meninggal dunia; b) Masa jabatan berakhir; c) Diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham; d) Tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai Anggota Direksi berdasarkan ketentuan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan. (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir (2) huruf d) tersebut diatas termasuk tetapi tidak terbatas pada rangkap jabatan yang dilarang dan pengunduran diri. 18 (4) Dalam hal masa jabatan Anggota Direksi berakhir dan Rapat Umum Pemegang Saham belum dapat menetapkan penggantinya, maka tugas-tugas Anggota Direksi yang lowong tersebut dilaksanakan sesuai dengan ketentuan pengisian jabatan Anggota Direksi yang lowong. 19 (5) Bagi Anggota Direksi yang berhenti sebelum maupun pada masa jabatannya berakhir, kecuali berhenti karena meninggal dunia, maka yang bersangkutan wajib menyampaikan pertanggung-jawaban atas tindakan-tindakannya yang belum diterima pertanggung-jawabannya oleh Rapat Umum Pemegang Saham 20 2.2.2. PEMBERHENTIAN SEWAKTU-WAKTU ANGGOTA DIREKSI 21 (1) Rapat Umum Pemegang Saham dapat memberhentikan para Anggota Direksi sewaktu-waktu dengan menyebutkan alasannya. 16 (AD Pasal 10 ayat 10) 17 (AD Pasal 10 ayat 29) 18 (AD Pasal 10 ayat 30) 19 (AD Pasal 10 ayat 11) 20 (AD Pasal 10 ayat 31) 21 (AD Pasal 10 ayat 12-20) 15

(2) Alasan pemberhentian Anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada butir (1) tersebut diatas dilakukan apabila berdasarkan kenyataan Anggota Direksi; a) Tidak dapat memenuhi kewajibannya yang telah disepakati dalam kontrak manajemen. b) Tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. c) Tidak melaksanakan atau melanggar ketentuan peraturan perundangundangan dan/atau ketentuan Anggaran Dasar. d) Terlibat dalam tindakan merugikan Perseroan dan/atau Negara. e) Dinyatakan bersalah sehubungan dengan huruf a), b) dan c) tersebut di atas berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap. f) Mengundurkan diri. (3) Disamping alasan pemberhentian Anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada butir (2) huruf a) sampai dengan f) tersebut diatas, Direksi dapat diberhentikan oleh Rapat Umum Pemegang Saham berdasarkan alasan lainnya yang dinilai tepat oleh Rapat Umum Pemegang Saham demi kepentingan dan tujuan Perseroan. Hak Pembelaan Diri (4) Keputusan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada butir (2) huruf a), b), c) dan d) dan butir (3) tersebut di atas, diambil setelah yang bersangkutan diberi kesempatan membela diri. (5) Rencana pemberhentian sewaktu-waktu Anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada butir (2) tersebut di atas, diberitahukan kepada Anggota Direksi yang bersangkutan secara lisan atau tertulis oleh Pemegang Saham. (6) Dalam hal pemberhentian dilakukan di luar Rapat Umum Pemegang Saham, maka pembelaan diri sebagaimana dimaksud pada butir (4) tersebut diatas, disampaikan secara tertulis kepada Pemegang Saham dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak Anggota Direksi yang bersangkutan diberitahu sebagaimana dimaksud pada butir (5) tersebut diatas. (7) Dalam hal Anggota Direksi yang diberhentikan telah melakukan pembelaan diri dan menyatakan tidak keberatan atas rencana pemberhentiannya pada saat diberitahukan, maka ketentuan waktu sebagaimana dimaksud pada butir (6) tersebut diatas dianggap telah terpenuhi. (8) Dalam hal pemberhentian dilakukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham, maka pembelaan diri sebagaimana dimaksud pada butir (4) tersebut diatas, dilakukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham dengan mengabaikan ketentuan batas waktu sebagaimana dimaksud pada butir (6) tersebut diatas. 16

(9) Selama rencana pemberhentian sebagaimana dimaksud pada butir (5) tersebut diatas, masih dalam proses, maka Anggota Direksi yang bersangkutan wajib melaksanakan tugas sebagaimana mestinya. Pemberhentian Tidak Hormat 22 (10) Pemberhentian karena alasan sebagaimana dimaksud pada butir (2) huruf d) dan e) tersebut diatas, adalah merupakan pemberhentian dengan tidak hormat. (1) (11) Dalam hal terjadi keadaan sebagaimana dimaksud pada Sub-bab 2.1.2.3 tersebut diatas, Rapat Umum Pemegang Saham berhak memberhentikan salah seorang diantara mereka. 2.2.3. PEMBERHENTIAN SEMENTARA ANGGOTA DIREKSI 23 (1) Anggota Direksi dapat diberhentikan sementara waktu oleh Dewan Komisaris apabila mereka bertindak bertentangan dengan ANGgaran Dasar Perseroan atau terdapat indikasi melakukan kerugian Perseroan atau melalaikan kewajibannya atau terdapat alasan yang mendesak bagi Perseroan, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : a) Keputusan Dewan Komisaris mengenai pemberhentian sementara Anggota Direksi dilakukan sesuai dengan tata cara pengambilan keputusan Dewan Komisaris. b) Pemberhentian sementara dimaksud harus diberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan disertai alasan yang menyebabkan tindakan tersebut dengan tembusan kepada Pemegang Saham dan Direksi. c) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada huruf b) tersebut diatas disampaikan dalam waktu paling lambat 2 (dua) hari setelah ditetapkannya pemberhentian sementara tersebut. d) Anggota Direksi yang diberhentikan sementara tidak berwenang menjalankan pengurusan Perseroan serta mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. e) Dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah pemberhentian sementara dimaksud harus diselenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham oleh Dewan Komisaris yang akan memutuskan apakah mencabut atau menguatkan keputusan pemberhentian sementara tersebut. 22 (AD Pasal 10 ayat 21-22) 23 (AD Pasal 10 ayat 32) 17

f) Dalam Rapat Umum Pemegang Saham sebagaimana dimaksud pada huruf e) tersebut diatas, Anggota Direksi yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri. g) Rapat sebagaimana dimaksud pada huruf e) tersebut diatas dipimpin oleh salah seorang Pemegang Saham yang dipilih oleh dan dari antara Pemegang Saham yang hadir. h) Dalam hal jangka waktu 30 (tiga puluh) hari telah lewat, Rapat Umum Pemegang Saham sebagaimana dimaksud pada huruf e) tersebut diatas tidak diselenggarakan atau Rapat Umum Pemegang Saham tidak dapat mengambil keputusan, maka pemberhentian sementara tersebut menjadi batal. i) Pemberhentian sementara tidak dapat diperpanjang atau ditetapkan kembali dengan alasan yang sama, apabila pemberhentian sementara menjadi batal sebagaimana dimaksud pada huruf h) tersebut diatas. j) Keputusan untuk mencabut atau menguatkan keputusan pemberhentian sementara Anggota Direksi, dapat pula dilakukan oleh Pemegang Saham di luar Rapat Umum Pemegang Saham dengan syarat semua Pemegang Saham dengan hak suara menyetujui secara tertulis dengan menandatangani keputusan yang bersangkutan dengan tetap memperhatikan ketentuan waktu sebagaimana dimaksud pada huruf e) tersebut diatas. k) Dalam hal keputusan untuk mencabut atau menguatkan keputusan pemberhentian sementara Anggota Direksi di luar Rapat Umum Pemegang Saham sebagaimana dimaksud pada huruf j) tersebut diatas, maka Anggota Direksi yang bersangkutan diberitahukan secara lisan atau tertulis, dengan diberikan kesempatan untuk menyampaikan pembelaan diri secara tertulis dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah menerima pemberitahuan. l) Apabila Rapat Umum Pemegang Saham atau Pemegang Saham membatalkan pemberhentian sementara atau terjadi keadaan sebagaimana dimaksud pada huruf h) tersebut diatas, maka Anggota Direksi yang bersangkutan wajib melaksanakan tugasnya kembali sebagaimana mestinya. 2.2.4. PENGUNDURAN DIRI 24 (1) Seorang Anggota Direksi berhak mengundurkan diri dari jabatannya dengan memberitahukan secara tertulis mengenai maksudnya tersebut kepada Perseroan dengan tembusan kepada Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Anggota Direksi Perseroan lainnya paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal pengunduran dirinya. Apabila dalam surat pengunduran dirinya disebutkan tanggal 24 (AD Pasal 10 ayat 27-28) 18