RESILIENSI STRUKTUR KELUARGA NELAYAN: STUDI KASUS RESPON KELUARGA NELAYAN TERHADAP DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI PANTAI PASAR BAWAH BENGKULU SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sebagai implikasi pemanasan global, yang disebabkan. oleh kenaikan gas-gas rumah kaca terutama gas karbondioksida (

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

POLA HUBUNGAN PATRON- KLIEN PADA KOMUNITAS NELAYAN DI KELURAHAN MALABRO KECAMATAN TELUK SEGARA KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS)

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dan ketidakpastian ekonomi, karena kesulitan hidup yang dihadapi

PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN

STUDI AKTIVITAS NELAYAN KETURUNAN BUGIS-MAKASSAR WILAYAH PESISIR LAMPU SATU DI KOTA MERAUKE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PANDUAN PENCEGAHAN BENCANA ABRASI PANTAI

A. LATAR BELAKANG MASALAH

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga

Swara Bhumi. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2016

Dr. Rohani Budi Prihatin, M.Si.

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

ABSTRACT. Keyword : contribution, coal, income

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ataupun budidaya. Mereka pada umumnya tinggal di sebuah lingkungan. pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya 1.

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Model Genesi dalam Jurnal : Berkala Ilmiah Teknik Keairan Vol. 13. No 3 Juli 2007, ISSN

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di

BAB I PENDAHULUAN. seluruhnya akibat pengaruh bencana tsunami. Pembangunan permukiman kembali

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KETAHANAN SOSIAL NELAYAN: UPAYA MERUMUSKAN INDIKATOR KERENTANAN (VULNERABILITY) TERKAIT DENGAN BENCANA PERUBAHAN IKLIM

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

Adaptasi Perikanan Tangkap terhadap Perubahan dan Variabilitas Iklim di Wilayah Pesisir Selatan Pulau Jawa Berbasis Kajian Risiko

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

STRATIFIKASI SOSIAL DAN HUBUNGAN KERJA NELAYAN TRAMMEL NET PELABUHAN PERIKANAN SAMUDRA CILACAP PASCA TSUNAMI

BAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal

MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

PENDAHULUAN Latar Belakang

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

DAMPAK PROGRAM REKLAMASI BAGI EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN DI KOTA MANADO. Max Wagiu ABSTRACT

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai

PENGARUH PERKEMBANGAN PENDAPATAN NELAYAN TERHADAP KONDISI FISIK PERMUKIMAN NELAYAN WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR

PENGUATAN MODAL SOSIAL UNTUK PENGEMBANGAN NAFKAH BERKELANJUTAN DAN BERKEADILAN * Slamet Widodo

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT NELAYAN DENGAN STRATEGI SOSIAL DAN STRATEGI EKONOMI NELAYAN

PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DI KEL. MALALAYANG 1 TIMUR KEC. MALALAYANG KOTA MANADO

4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK

IMPLEMENTASI PENGENAAN TARIF AKAD NIKAH NASKAH PUBLIKASI. derajat S-I Program Studi Pendidikan. Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia

BAB I PENGANTAR. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terletak di antara

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, petani dan nelayan selalu lebih miskin dibandingkan penduduk

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

STRATEGI ADAPTASI SOSIAL EKONOMI NELAYAN TRADISIONAL DALAM MENGHADAPI MASA PACEKLIK

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT

KEBAHAGIAAN (HAPPINESS) PADA REMAJA DI DAERAH ABRASI

BAB I PENDAHULUAN. ilmu sosial yang sangat penting. Masyarakat atau komunitas desa yang syarat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. pantai tersebut, Indonesia memiliki wilayah pesisir yang sangat luas dengan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

5.1.1 Bencana Lainnya A. Bencana Angin Puting Beliung Berdasarkan data yang diperoleh terdapat kejadian bencana yang diakibatkan oleh bencana angin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar

1. PENDAHULUAN. negara di dunia yang memiliki potensi sumber daya alam terbesar di sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dijadikan landasan teori penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian adalah.

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI TENTANG UPAYA UPT

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA!

BAB V PEMBAHASAN. mengkaji hakikat dan makna dari temuan penelitian, masing-masing temuan

2015 POLA ASUH KELUARGA PEDAGANG IKAN DI PASAR CIROYOM KOTA BANDUNG

KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN. Pertemuan 2

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

RESILIENSI STRUKTUR KELUARGA NELAYAN: STUDI KASUS RESPON KELUARGA NELAYAN TERHADAP DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI PANTAI PASAR BAWAH BENGKULU SELATAN THE RESILIENCE OF FISHERMEN S FAMILY STRUCTURE: A CASE STUDY OF FAMILY FISHERMEN'S RESPONSE TO CLIMATE CHANGE IMPACTS IN PASAR BAWAH BEACH SOUTH BENGKULU Febrina Hasibuan, Septri Widiono, dan Redy Badrudin Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu Email: septriwidiono@unib.ac.id ABSTRACT A study in addresing the resilience of the family structure of fishermen to the impacts of climate change was necessary in the context survival strategy of fishermen family. This research was conducted in the beach of Pasar Bawah, Pasar Manna South Bengkulu by using the case study strategy. Primary data was collected by in-deepth interviewing some key informant and participant observation some specific location.the research found that the impact of climate change experienced by fishermen were a tidal wave, a change in wind direction, extreme weather, the shifting seasons and shifting fishing area. The vulnerability of fishermen community were seen from the level of exposure, the sensitivity and adaptability. This vulnerability affected the family structure of fishermen so that they have to take action in order to survive and able to achieve resilience family. But the impact of climate change did not affected the family structure became disturb. The structure of family such as differentiation of roles, allocation of economic, political allocation, allocation allocation solidarity and integration were functional. Keywords: climate change, vulnerability, social resilience, sociology of family, fisherman PENDAHULUAN Perikanan tangkap cukup berkembang di beberapa sentra di Kabupaten Bengkulu Selatan. Salah satunya adalah pantai Pasar Bawah yaitu di Kelurahan Pasar Bawah Kecamatan Pasar Manna Kabupaten Bengkulu Selatan. Pantai Pasar Bawah ini, termasuk pantai di pesisir barat Sumatera yang mempunyai potensi laut yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari produksi perikanan yang cukup tinggi yaitu 1.800 ton atau setara dengan nilai 34,2 milyar rupiah (Pemerintah Daerah Bengkulu Selatan, 2014). Potensi tersebut menopang unsur kebudayaan mata pencaharian warga pesisir sebagai nelayan. Sebagai suatu komunitas pesisir, nelayan memiliki sistem sosial yang khas dengan ciri utama stratifikasi sosial berdasarkan AGRISEP Vol. 16 No. 2 September 2017 Hal: 201 210 211

kepemilikan armada dan alat penangkapan dan keterlibatan orang lain dalam usaha penangkapan ikan (Sinaga et al 2015 dan Yuliana et al 2016). Pada struktur sosial terkecil, keluarga nelayan terstratifikasi menurut kepemilikan alat produksi tersebut. Permasalahan sosial ekonomi dihadapi oleh keluarga nelayan seiring dengan terjadinya perubahan iklim. Dalam hal ini Kusnadi (2000) memandang perubahan iklim sebagai salah satu faktor yang memberikan dampak langsung terhadap dinamika kehidupan keluarga nelayan. Perubahan ekologi laut seperti perubahan intensitas hujan, perubahan arah angin, tingginya gelombang air laut, badai dan lain-lain menyebabkan intensitas melaut nelayan menjadi berkurang. Padahal pola nafkah keluarga nelayan sangat tergantung pada aktivitas melaut (Yuliana et al 2016). Dengan kata lain dampak perubahan iklim yang dirasakan oleh nelayan merupakan faktor pengidentifikasi terjadinya kemiskinan pada komunitas nelayan. Kondisi kemiskinan keluarga nelayan dapat tergambar dari kehidupan sehari-hari mereka yang masih sangat sederhana bahkan tertinggal dalam aspek perumahan dan permukiman. Dalam menghadapi berbagai perubahan, tantangan, dan masalah tersebut, upaya peningkatan ketahanan keluarga nelayan menjadi penting. Subair (2014) mengemukakan, kemampuan masyarakat untuk membangun, mempertahankan, atau mendapatkan kembali tingkat kapasitas komunitas yang diharapkan dalam menghadapi kesulitan dan tantangan positif inilah yang dinamakan dengan resiliensi. Konsep resiliensi keluarga merupakan adaptasi konsep resiliensi pada kelembagaan keluarga. Menurut Kalil yang dikutip oleh Isabella dan Hendriani (2010), resiliensi keluarga merujuk kepada proses coping yaitu tindakan yang dilakukan keluarga untuk mengatasi kesulitan dan adaptasi dalam keluarga sebagai unit yang fungsional. Penelitian yang bersifat sosiologis pada kelembagaan keluarga selalu berupaya mendapatkan gambaran dan dinamika berfungsinya struktur keluarga (Goode 1985). Dalam konteks dampak perubahan iklim, resiliensi keluarga nelayan merupakan kemampuan struktur keluarga merespon dampak perubahan iklim. Hal itu dapat ditinjau dari pembagian peran dalam keluarga, mekanisme hubungan keluarga inti dan keluarga luas, cara keluarga nelayan memenuhi nafkah, pengambilan keputusan domestik dan publik, serta cara keluarga nelayan untuk menjalin kelangsungan hubungan dalam keluarga. Berdasarkan uraian di atas, maka pokok masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana resiliensi keluarga nelayan dalam merespon dampak perubahan iklim yang terjadi di pantai Pasar Bawah Kabupaten Bengkulu Selatan. Untuk menjawab pertanyaan ini, penelitian ini sudah barang tentu juga membahas: (a) bentuk-bentuk dampak perubahan iklim yang dirasakan oleh komunitas nelayan, dan (b) bentuk-bentuk kerentanan yang dialami nelayan akibat dampak perubahan iklim. Teori utama yang dipergunakan untuk menganalisis permasalahan adalah teori struktural fungsional ala Talcot Parson yang diadaptasi oleh Levy 212 Febrina Hasibuan, SeptriWidiono dan Redy Badrudin, Resiliensi...

di dalam sosiologi keluarga (Megawangi 1999). Resiliensi struktur keluarga dengan demikian merupakan dinamika fungsi-fungsi struktur keluarga terhadap dampak perubahan iklim. Fungsi-fungsi keluarga tersebut terdiri dari diferensiasi peran, alokasi ekonomi, alokasi solidaritas, alokasi politik, dan alokasi integrasi. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Pasar Bawah Kecamatan Pasar Manna Kabupaten Bengkulu Selatan. Lokasi penelitian ini merupakan sentra perikanan tangkap di Bengkulu Selatan dengan tingkat perkembangan lembaga pelelangan ikan yang relatif lebih baik. Penelitian ini menerapkan metode-metode penelitian kualitatif dengan strategi studi kasus. Kasus yang diangkat di sini adalah respon tiga tipe keluarga nelayan, yaitu keluarga luas, keluarga inti Anak Buah Kapal (ABK), dan keluarga inti pemilik kapal. Pengertian keluarga di sini mengacu pada Sanderson (2000), yaitu keluarga inti adalah suatu keluarga pokok yang terdiri dari unit kekrabatan yang terdiri dari pasangan suami istri yang menikah dan keturunan langsung mereka, yang memelihara suatu rumah tangga bersama-sama dan bertindak sebagai suatu satuan sistem. Sedangkan keluarga luas adalah suatu kelompok kekerabatan yang terdiri dari sejumlah keluarga inti yang bertalian menjadi satu dan bertindak sebagai satu satuan yang terbentuk karena latar belakang sosial khusus dalam masyarakat. Studi kasus keluarga yang melibatkan keluarga luas dilaksanakan pada keluarga Ibu Lian. Keluarga ini memiliki 5 orang anak (2 perempuan, 3 lakilaki). Dua anak perempuan dan 1 anak laki-lakinya sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal sendiri. Selain Ibu Lian dan suaminya tinggal juga di rumahnya, dua anak laki-laki dewasa, adiknya ibu Lian yang sudah berkeluarga dan ibu-nya Ibu Lian. Studi kasus pada keluarga inti ABK dilaksanakan pada keluarga Ibu Median. Keluarga ini memiliki dua orang anak yang paling besar masih kelas 4 sekolah dasar dan yang kecil perempuan berumur 2 tahun. Sedangkan studi kasus pada keluarga inti pemilik kapal dilaksanakan pada keluarga ibu Ayu. Keluarga ini memiliki 3 orang anak yang pertama sedang kuliah di salah satu perguruan tinggi di Jakarta, dan dua orang masih Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Data-data primer penelitian dikumpulkan dengan teknik wawancara mendalam, observasi berperanserta, dan (Tabel 1). Jumlah informan kunci sebanyak 10 orang dan responden kasus 3 kepala keluarga. AGRISEP Vol. 16 No. 2 September 2017 Hal: 201 210 213

Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data No Jenis Data Sumber Data Metode Keterangan 1 Riwayat komunitas nelayan Nelayan Senior (Sesepuh Nelayan) Wawancara mendalam, Informan Kunci 2. Wujud dampak perubahan iklim yang dialami nelayan Tokoh Nelayan Wawancara mendalam, Informan Kunci 3. Bentuk-bentuk kerentanan yang dialami komunitas nelayan Tokoh Nelayan Wawancara mendalam dan Informan Kunci 4. Bentuk-bentuk diferensiasi peranan Keluarga Nelayan (Suami dan Istri Nelayan) 3 tipe keluarga Observasi, Wawancara mendalam, Responden Kasus 5. Bentuk-bentuk resiliensi pada struktur alokasi ekonomi Keluarga Nelayan (Suami dan Istri Nelayan) 3 tipe keluarga Observasi, Wawancara mendalam, Responden Kasus 6. Bentuk-bentuk resiliensi pada struktur alokasi solidaritas Keluarga Nelayan (Suami dan Istri Nelayan) 3 tipe keluarga Observasi, Wawancara mendalam, Responden Kasus 7. Bentuk -bentuk reseliensi pada struktur alokasi politik Keluarga Nelayan (Suami dan Istri Nelayan) 3 tipe keluarga Observasi, wawancara mendalam, Responden Kasus 8. Bentuk-bentuk reseliensi pada struktur alokasi integrasi Keluarga Nelayan (Suami dan Istri Nelayan) 3 tipe keluarga Observasi, Wawancara mendalam, Responden Kasus Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu pada konsep Milles & Huberman (1992) yaitu interactive model yang memposisikan analisis data secara eklektif pada tiga kegiatan, yaitu reduksi data, penyajian data, verifikasi dan penarikan kesimpulan. Data yang dianalisis merupakan data yang divalidasi dengan teknik triangulasi sumber dan metode sehingga kredibel sebagai data kualitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep dampak perubahan iklim dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Subair et al (2014), yaitu cerita atau pengalaman nelayan tentang perubahan ekologi laut berupa perubahan musim, perubahan lokasi tangkap ikan, perubahan curah hujan, maupun cuaca ekstrim yang mengganggu aktivitas melaut serta kehidupan sosial ekonomi mereka. Manifestasi inti dari 214 Febrina Hasibuan, SeptriWidiono dan Redy Badrudin, Resiliensi...

perubahan iklim meliputi perubahan bertahap dalam suhu dan curah hujan rata-rata, rentang yang lebih besar dalam variasi musiman dan antar-tahunan, peningkatan frekuensi dan intensitas kejadian ekstrem dan transformasi potensi bencana ekosistem. Bentuk dan Dampak Perubahan Iklim Berdasarkan Pengalaman Nelayan Gelombang pasang Gelombang air laut yang melebihi batas normal dan dapat membahayakan setiap orang baik di lautan maupun di daratan terutama masyarakat yang tinggal di pesisir pantai. Ciri-ciri umum gelombang pasang ini akan terjadi biasanya karena adanya angin kencang atau angin topan, angin yang tiba-tiba mendung dan badai yang disertai hujan lebat. Pada tahun 2008 terjadi peristiwa gelombang pasang yang cukup tinggi yang dialami nelayan pantai Pasar Bawah yang mengakibatkan 3 buah kapal nelayan karam. Peristiwa ini mengakibatkan 4 korban jiwa, dan 5 nelayan lainnya mengalami luka parah. Selain itu dampak dari gelombang pasang ini juga menyebabkan air laut sampai masuk ke dalam dapur beberapa rumah masyarakat yang tinggal di dekat bibir pantai. Setelah kejadian tersebut pemerintah Kota Manna membangun tembok penahan abrasi pantai (dam) di sepanjang pemukiman masyarakat pesisir pantai Pasar Bawah. Perubahan waktu arah angin Ada beberapa jenis angin yang dikenal oleh nelayan pantai Pasar Bawah yaitu angin barat, angin barat daya, angin tenggara dan angin timur. Dulu nelayan masih bisa memprediksi kapan arah angin datang. Misalnya datangnya angin barat disertai dengan langit yang mendung dan hujan biasanya terjadi pada bulan September dan akan berhenti ketika hujan berhenti. Sekarang nelayan tidak dapat lagi memperkirakan kapan angin datang. Misalnya pada bulan November 2015 sebelum nelayan melaut arah angin adalah angin timur yang disertai dengan cuaca bagus, tidak ada badai, tidak turun hujan sehingga tepat untuk melaut. Akan tetapi pada saat berada di tengah laut kondisi berubah langit menjadi mendung, badai, turunnya hujan menunjukkan arah angin berubah menjadi angin barat sehingga memaksa nelayan harus memutar kapal kembali ke muara dengan membawa hasil tangkapan seadanya. Nelayan memberi julukan untuk angin Barat, angin Barat Daya dan angin Tenggara dengan istilah angin gilau yang artinya menandakan angin kencang yang tidak diketahui waktu datang dan berhentinya. b. Cuaca Ekstrim Cuaca ekstrim yang dipahami nelayan adalah meningkatnya frekuensi badai, intensitas hujan dan tingginya ombak. Meningkatnya frekuensi terjadinya badai ini dirasakan nelayan selama kurang lebih 8 tahun terakhir (2008-2015). Salah satu dampak dari perubahan iklim di pantai Pasar Bawah AGRISEP Vol. 16 No. 2 September 2017 Hal: 201 210 215

adalah curah hujan fluktuatif yang disertai dengan angin kencang atau badai sehingga gelombang air laut semakin tinggi. Datangnya hujan dan badai ini terjadi tiba-tiba ketika nelayan melaut. Berubahnya lokasi tangkapan ikan Sejak tahun 2000, nelayan merasakan pergeseran lokasi tangkapan ikan (fishing ground) yang semakin menjauh bahkan semakin ke tengah dan mereka harus melaut lebih jauh dari pantai Pasar Bawah. Lokasi penangkapan saat ini mencapai kawasan pantai Kedurang, Pino Raya, Kaur, dan Pasar Seluma. Akibatnya pengetahuan lokal tentang posisi ikan pada musim-musim tertentu tidak memadai lagi. Luasnya cakupan lokasi tangkap menyebabkan peluang keberhasilan menangkap ikan menjadi lebih kecil. Bergesernya musim ikan dan musim paceklik Nelayan memiliki pengetahuan lokal tentang musim (Gambar 1). Nelayan juga memiliki cara tersendiri dalam memprediksi cuaca sebelum melaut. Tanda-tanda pada benda-benda langit dan jika pada siang hari ada burung besar datang di tengah-laut mereka menyakini akan datangnya badai dan gelombang tinggi besok harinya sehingga mereka harus berhenti melaut. Tetapi kekacauan pola musim dan cuaca ini membuat mereka sulit untuk memperkirakan waktu yang tepat untuk melaut. Menurut pengetahuan mereka sejak tahun 2008 pengetahuan turun-temurun serta kalender musim dahulu tidak dapat lagi dijadikan landasan bagi mereka untuk melaut karena tidak relevan lagi dengan keadaan di tengah laut. Musim Paceklik Musim Ikan Musim Paceklik Musim Ikan 1 2 3* 4* 5* 6 7 8 9 10* 11* 12* Gambar 1. Kalender Musim Penangkapan Ikan di Pantai Pasar Bawah pada Masa Lalu Sumber: Diinterpretasikan dari keterangan informan kunci Kerentanan Komunitas Nelayan Menurut Gallopin (2006) kerentanan (vulnerability) merupakan kondisi ketika sistem diguncang oleh gangguan dari luar sistem hingga melewati batas kritis, sehingga menyebabkan sistem memiliki kemampuan untuk bertahan dan melakukan perubahan atau transformasi. Analisis kerentanan pada dampak perubahan iklim dilakukan pada dua aspek yaitu potensi resiko (paparan dan kepekaan) dan kemampuan adaptasi. 216 Febrina Hasibuan, SeptriWidiono dan Redy Badrudin, Resiliensi...

Tingkat Paparan. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, ada beberapa kesulitan melaut secara teknis yang mereka alami karena dampak perubahan iklim yaitu: (1) Kenaikan Permukaan Air Laut. Terjadinya perluasan permukaan daerah pantai atau bibir pantai yang semakin mendekati pemukiman masyarakat nelayan dari tahun ke tahun. Hal ini mendorong Pemerintah Daerah membangun dam untuk mencegah masuknya air laut ke wilayah permukiman penduduk. (2) Kejadian cuaca ekstrim membuat kerusakan perahu dan mengancam keselamatan para nelayan. (3) Keberanian dan mental secara pribadi dalam melaut. Resiko keselamatan jiwa nelayan mengkondisikan kepribadian nelayan menjadi pribadi yang lebih berhati-hati dan memperhatikan banyak pertimbangan. Indikasinya terlihat pada fenomena lebih banyak nelayan memilih istirahat melaut jika keadaan musim sedang buruk. Tingkat Kepekaan. Kepekaan nelayan berdasarkan wawancara dengan nelayan meliputi: (1) Nelayan merasakan hambatan yang lebih lama dalam satu musim (2) Peningkatan dampak perubahan iklim menyebabkan peningkatan ancaman keselamatan dan kekhawatiran nelayan dan keluarga nelayan. (3) Kegiatan nafkah nelayan menjadi terganggu. (4) Respon sistem kepercayaan masyarakat, yaitu kepatuhan yang memudar dalam mentaati larangan melaut pada hari jumat. Kemampuan Adaptasi. Bentuk adaptasi teknis dan sosial yang dilakukan nelayan terdiri dari: (1) Mengganti mesin perahu yang lebih kencang dari 20 Pk menjadi 40 Pk untuk mengatasi gelombang tinggi, (2) Mempercepat waktu melaut, sebelum matahari terbit untuk memperoleh lebih banyak tangkapan ikan ataupun lobster, (3) Mencari informasi wilayah tangkapan dengan menjalin hubungan sosial dengan para nelayan yang berada di luar Pasar Bawah, (4) Beralih sementara mencari ikan di muara dan pinggiran laut dengan menggunakan jaring, dan (5) Melaut secara kolektif untuk mengurangi resiko ketika di laut. Resiliensi Struktur Keluarga Nelayan Resiliensi keluarga yang ditemukan pada tiga tipologi keluarga nelayan yang menjadi kasus dalam penelitian ini diringkas pada Tabel 2. AGRISEP Vol. 16 No. 2 September 2017 Hal: 201 210 217

Tabel 2. No Bentuk-Bentuk Resiliensi Keluarga pada Tiga Tipologi Keluarga Kasus Struktur Keluarga 1 Diferensiasi Peran 2 Alokasi Ekonomi Tipologi Keluarga Nelayan Keluarga Luas Keluarga Inti ABK Keluarga Inti Pemilik Kapal - Suami berperan menjaga dan mengurus ibu mertua (nenek) serta ponakan saat istrinya berjualan - Istri dan adik ipar berperan melakukan pekerjaan rumah dan ikut mencari nafkah dengan berjualan di pasar - Anak dan adik mencari nafkah dengan bekerja sebagai nelayan - Istri dan adik ipar yang berjualan di pasar - Anak dan suami adik ipar bekerja sebagai nelayan - Suami mencari nafkah dengan melaut sebagai anak buah kapal - Istri mengurus anak dan melakukan pekerjaan rumah - Istri juga bekerja berjualan makanan dan minuman di depan rumah - Anak tugas sekolah, belajar, mengaji dan bermain Kegiatan mencari nafkah dilakukan oleh suami dan istri. Suami yang bekerja menjadi nelayan dan sebagai ABK. Untuk membantu perekonomian istri ikut bekerja dengan berjualan makanan dan minuman di depan rumah mereka. - Suami mencari nafkah dengan melaut sebagai pemilik kapal - Istri sebagai ibu rumah tangga bertugas melakukan pekerjaan rumah dan mengurus anak - Anak-anak bersekolah, belajar, les privat dan bermain Suami sendiri yang berperan sebagai pencari nafkah dengan penghasilan sebagai pemilik yang masih mencukupi kebutuhan keluarga mereka sehingga tugas istri hanya sebagai ibu rumah tangga. 218 Febrina Hasibuan, Septri Widiono, dan Redy Badrudin, Risiliensi...

No Struktur Keluarga 3 Alokasi Solidaritas Tipologi Keluarga Nelayan Keluarga Luas Keluarga Inti ABK Keluarga Inti Pemilik Kapal Keakraban antra anggota keluarga dan kerabat yang tidak mengalami perubahan akibat dampak perubahan iklim. Hal ini tercemin dari hubungan orang tua dan anakanak mereka yang masih memberikan perhatian terhadap keselamatan dan kesehatan orang tua mereka. Sehingga bersedia menggantikan tugas orang tua mereka dalam mencari nafkah. Pada keluarga ini dampak perubahan iklim juga tidak mempengaruhi alokasi solidaritas dalam keluarga ini. Terlihat pada pukul 15.00-18.00 Wib dan 20.00-21.00 Wib adalah waktu mereka untuk bersantai dan berkumpul bersama disela waktu kesibukan mereka. Saat itulah suami atau ayah bisa bermain dengan anak-anaknya, istri dan suami saling berbagi cerita. Hal ini menunjukkan bahwa masih terjalin keharmonisan antar anggota keluarga walaupun sedang mengalami masa sulit. Dampak perubahan iklim tidak mempengaruhi keakraban dan keharomonisan dalam keluarga ini. Mereka masih dapat memberikan perhatian lebih kepada anak-anak mereka terlebih karena istri yang bekerja sebagai ibu rumah tangga selain itu terlihat adanya adanya waku untuk kempul bersama dan berbagi cerita seperti yang terlihat di diagram aktivitas keluarga ini. 4 Alokasi Politik Walaupun dalam satu rumah tinggal dua keluarga tetapi pemegang kekuasaan tetap berada pada kepala keluarga masing-masing yaitu suami mereka masing-masing. Pemegang kekuasan dalam keluarga tetap berada di tangan suaminya. Suami dan istri mempunyai kekuasaan dan wewenang terhadap anak dan urusan di dalam keluarga maupun di luar keluarga mereka, misalnya saja kontrol terhadap anak atau mengawasi segala aktivitas anak menjadi tanggung jawab ibu. Alokasi politik pada keluarga ini pada dasarnya dipegang oleh suaminya. Dimana suami memiliki pengaruh penting dalam mengambil keputusan baik keputusan untuk urusan domestik maupun publik AGRISEP Vol. 16 No. 2 September 2017 Hal: 201 210 219

No Struktur Keluarga 5 Alokasi Integrasi Tipologi Keluarga Nelayan Keluarga Luas Keluarga Inti ABK Keluarga Inti Pemilik Kapal Alokasi integrasi dalam keluarga ini berlandaskan dari nilai-nilai kebudayaan masyarakat sekitar dengan rasa saling peduli dan tenggang rasa antar anggota keluarga dan kerabat misalnya hubungan ibu dan anak, ibu yang selalu memberikan nasihat kepada anak-anak mereka untuk bekerja secara sunggung dan jujur. Selain itu keakraban ini tercipta saat anggota keluarga dan kerabat lainnya saling membantu dalam melakukan suatu pekerjaan Alokasi integrasi berlandaskan pada pengajaran nilai-nilai keagamaan kepada anak mereka dengan membiasakan anak mereka untuk sholat dan belajar mengaji serta mengajarkan rasa disiplin kepada anak mereka untuk selalu belajar dan mengulang pelajaran di sekolah. Alokasi integrasi dalam keluarga pemilik kapal ini sama dengan keluarga pada umumnya dengan selalu memberikan kasih sayang dan mendukung kegiatan positif yang dilakukan anak mereka. Misalnya dengan mendukung anak mereka untuk mengikuti les privat untuk mendukung kualitas belajr mereka. Selain itu ibu mengajarkan kepada anaknya untuk selalu berusaha dengan maksimal untuk meraih cita-cita yang diinginkan. 220 Febrina Hasibuan, Septri Widiono, dan Redy Badrudin, Risiliensi...

SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa keluarga nelayan di Pantai Pasar Bawah dapat dikatakan keluarga yang resilien atau keluarga yang tangguh dari dampak perubahan iklim. Keluarga nelayan merespon dengan cepat terhadap dampak perubahan iklim. Dampak perubahan iklim tidak mengakibatkan terganggunya fungsi keluarga dalam alokasi politik, alokasi integrasi dan alokasi solidaritas. Hanya diferensiasi peran dan alokasi ekonomi yang terganggu namun adaptasi struktur keluarga berhasil mengembalikannya pada situasi stabil atau fungsional. Berdasarkan temuan tentang dampak perubahan iklim dan tingkat kerentanan serta dalam rangka mempertahankan fungsionalitas struktur keluarga nelayan, disarankan revitalisasi pengetahuan lokal (local knowledge) tentang musim dan aktivitas melaut dalam konteks perkembangan pengetahuan modern di bidang klimatologi dan teknologi penangkapan, penguatan akses terhadap kelembagaan lokal dalam rangka menambah daya tahan sistem nafkah keluarga, dan meningkatkan modal manusia (human capital) anggota keluarga nelayan terutama keterampilan di luar melaut. Selain itu amat penting untuk mempertahankan nilai-nilai dasar keluarga seperti cinta kasih, rasa hormat, komitmen, tanggungjawab dan kebersamaan keluarga di dalam menghadapi masa sulit. DAFTAR PUSTAKA Gallopin, GC. 2006. Linkages between Vulnerability, Resilience, and Adaptive Capacity. Global Environmental Change Vol. 16. pp. 293-303. Goode, J William. 1985. Sosiologi Keluarga. (Terjemahan). Jakarta: PT Bina Aksara Isabella dan Hendriani, W. 2010. Resiliensi pada Keluarga yang Tinggal di Lingkungan Lokalisasi Dupak, Bangunsari. Jurnal Insan Vol. 12(03). Kusnadi. (2000). Nelayan: Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Bandung: Humaniora Utama Press. Megawangi, R. 1999. Membiarkan Berbeda: Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender. Bandung, MIZAN Press. Milles, M dan M. Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. (Terjemahan). Jakarta, UI Press. Pemerintahan Daerah Bengkulu Selatan. 2014. [diakses pada 4 November 2015]. Tersedia pada: http://bengkuluselatankab.go.id/v2/potensidaerah.html Sanderson, Stephen K. 2000. Makro Sosiologi: Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sinaga, H., S. Widiono, Irnad. 2015. Pola Hubungan Patron-Klien pada Komunitas Nelayan di Kelurahan Malabro Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu. J. Agrisep 14(2):167-176. AGRISEP Vol. 16 No. 2 September 2017 Hal: 211 222 221

Subair, LM. Kolopaking, S. Adiwibowo, dan MB. Pranowo. 2014. Resiliensi Komunitas dalam Merespon Perubahan Iklim melalui Strategi Nafkah: Studi Kasus Desa Nelayan di Pulau Ambon Maluku. Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. 9(1): 77-90. Yuliana, L., S. Widiono, I. Cahyadinata. 2016. Strategi Nafkah Rumah Tangga Nelayan Tradisional dan Modern pada Komunitas Nelayan Sekunyit, Kaur, Provinsi Bengkulu. J. Agrisep 15(2):163 175. 222 Febrina Hasibuan, Septri Widiono, dan Redy Badrudin, Risiliensi...