PERILAKU ADAPTASI NEW NORMAL COVID-19 PADA PEDAGANG DI PUSAT PASAR MEDAN KECAMATAN MEDAN KOTA TAHUN 2021 SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

RAPAT DENGAR PENDAPAT KEMENKES DENGAN PANJA KESEHATAN HAJI KOMISI IX DPR - RI

PEDOMAN KEWASPADAAN UNIVERSAL BAGI PETUGAS KESEHATAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

KESIAPSIAGAAN MENGAHADAPI MERS-CoV

BAB II LANDASAN TEORI

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety)

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

TESIS. Oleh ERLINA HAYATI / IKM

KARMILA /IKM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus atau biasa disingkat MERS-

Frequent Ask & Questions (FAQ) MERS CoV untuk Masyarakat Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons),

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tujuan pendidikan kesehatan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. konsumen/pasien. Pengambilan keputusan konsumen (consumer decision making)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari

IQBAL OCTARI PURBA /IKM

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeviciency Virus

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.

TESIS. Oleh LISBET HERAWATY SIHOMBING /IKM

BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

HUBUNGAN KEBERADAAN JENTIK

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. TB Paru

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA MASYARAKAT DI DESA SENURO TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan berbagai penyebab penyakit lainnya yang dapat

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

KOSALA JIK. Vol. 2 No. 2 September 2014

HUBUNGAN PERILAKU DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POLONIA MEDAN TAHUN 2016 SKRIPSI.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas

PERILAKU SUPIR TAKSI MATRA TERHADAP PENCEGAHAN PENULARAN HIV DI KOTA MEDAN TAHUN 2008 SKRIPSI. Oleh : SONTI ERIKA MANIK NIM.

PERILAKU SISWA/SISWI SMA NEGERI 2 MEDAN KELAS XI DAN XII TERHADAP PENYAKIT HIV/AIDS TAHUN Oleh : LASTRI DIYANI S

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

ARTIKEL PENELITIAN. Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah Kholik³ ABSTRAK

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

ROY ANTONIUS TARIGAN NIM.

Buletin ini dapat memantau tujuan khusus SIBI antara lain :

Fajarina Lathu INTISARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENCEGAHAN DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin. (Guided Respons), Mekanisme (mekanisme), Adaptasi (adaptation)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama

PENELITIAN PENGETAHUAN PEKERJA GILING BATU TENTANG ISPA Di Dusun Kajar Desa Krowe Kecamatan Lembeyan Kabupaten Magetan. Oleh : YUSIANI NIM:

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING (Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Sikap, Pekerjaan) KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER PADA KEGIATAN POSYANDU DI DESA RAKIT

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN TEORI

ERWINA RAFNI HARAHAP NIM

GAMBARAN PERILAKU PENGHUNI PANTI ASUHAN BAIT ALLAH MEDAN TERHADAP PENCEGAHAN SKABIES. Oleh : TRINYANASUNTARI MUNUSAMY

Mengapa disebut sebagai flu babi?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PAPARAN GAS KARBON MONOKSIDA (CO) DENGAN TEKANAN DARAH PADA PEKERJA PERPARKIRAN SUN PLAZA MEDAN TAHUN 2017 SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK PENANGANAN BALITA DIARE DI RUMAH PADA WILAYAH PUSKESMAS KALIMANAH PURBALINGGA

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2015 GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mencapai Derajat Sarjana. Oleh: DEWI LESTARI

BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Januari 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN KADAR KADMIUM (Cd) PADA AIR SUMUR DENGAN TEKANAN DARAH MASYARAKAT DI DESA NAMO BINTANG KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2016 TESIS.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

BAB II 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan tubuh nyamuk.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat kanker pada wanita. Kanker payudara merupakan keganasan terbanyak

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN SISWA ANTARA SEBELUM NEGERI DOLOKSANGGUL KABUPATEN HUMBANG

Transkripsi:

PERILAKU ADAPTASI NEW NORMAL COVID-19 PADA PEDAGANG DI PUSAT PASAR MEDAN KECAMATAN MEDAN KOTA TAHUN 2021 SKRIPSI Oleh ELSA RAMADANI HASIBUAN NIM. 171000285 PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2022

PERILAKU ADAPTASI NEW NORMAL COVID-19 PADA PEDAGANG DI PUSAT PASAR MEDAN KECAMATAN MEDAN KOTA TAHUN 2021 SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Oleh ELSA RAMADANI HASIBUAN NIM.171000285 PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2022

i

Telah diuji dan dipertahankan Pada tanggal: 25 Oktober 2021 TIM PENGUJI SKRIPSI Ketua : Dr. Lita Sri Andayani, S.K.M., M.Kes Anggota : 1. Drs. Eddy Syahrial, M.S 2. Drs. Tukiman, M.K.M ii

iii

Abstrak Pada saat ini, Indonesia telah memasuki fase baru dalam penanganan COVID-19, yaitu New Normal. Pasar merupakan salah satu tempat terjadinya interaksi sosial. di Indonesia beberapa data menunjukan bahwa pasar tradisional Indonesia berpotensi menjadi tempat yang sangat padat, sehingga lebih mudah terjadi kontak erat antara penderita COVID-19 yang tanpa gejala dengan orang yang disekitarnya. Pusat Pasar Medan merupakan pasar tradisional terbesar dan terlengkap di kota Medan. Pemberlakuan New Normal (Adaptasi Kebiasaan Baru) di Pusat Pasar Medan dikarenakan pedagang dapat beresiko tertular maupun menularkan kepada pengunjung/pembeli. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menggunakan chi-square menunjukkan (1) pengetahuan dengan tindakan Adaptasi New Normal COVID-19 diperoleh nilai p= 0,047< α =0,05 (2) sikap dengan tindakan Adaptasi New Normal COVID-19 diperoleh nilai p= 0,158> α =0,05 (3) sarana dan prasarana dengan tindakan Adaptasi New Normal COVID-19 diperoleh nilai p= 0,789> α =0,05 (4) dukungan pengelola pasar dengan tindakan Adaptasi New Normal COVID-19 diperoleh nilai p= 0,032< α =0,05 (5) dukungan lintas sektor dengan tindakan adaptasi New Normal COVID-19 diperoleh nilai p= 0,408> α =0,05 (6) peraturan protokol kesehatan dengan tindakan adaptasi New Normal COVID-19 diperoleh nilai p= 0,277> α =0,05. Pengetahuan dan sikap merepresentasikan faktor predisposing, sarana dan prasarana merepresentasikan faktor enabling, serta dukungan pengelola pasar serta lintas sektor juga peraturan protokol kesehatan merepresentasikan faktor reinforcing. Kesimpulan penelitian ini yaitu menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan pedagang serta dukungan pengelola pasar dalam Adaptasi New Normal COVID-19, kemudian tidak adanya hubungan antara sikap, sarana dan prasarana pedagang, serta dukungan lintas sektor juga peraturan protokol kesehatan dalam Adaptasi New Normal COVID- 19. Saran peneliti lain diharapkan melakukan penelitian yang lebih lanjut dan lebih mendalam mengenai perilaku adaptasi New Normal COVID-19 khususnya pada pedagang pasar. Kata kunci: Pasar, pedagang, new normal, COVID-19 iv

Abstract At this time, Indonesia has entered a new phase in handling COVID-19, namely New Normal. The market is one of the places where social interaction occurs. In Indonesia some data shows that the traditional Indonesian market has the potential to be a very crowded place, so it is easier to have close contact between COVID-19 sufferers who are without symptoms with people around them. Medan Market Center is the largest and most complete traditional market in the city of Medan. The enactment of New Normal (Adaptation of New Habits) in medan market center because traders can be at risk of contracting or transmitting to visitors / buyers. The research method used is quantitative research with analytical survey research design with a cross sectional approach. The results of the study using chi-square showed (1) knowledge with the new normal adaptation action COVID-19 obtained the value p = 0.047< α = 0.05 (2) attitude with the action of New Normal Adaptation COVID-19 obtained the value p = 0.158> α = 0.05 (3) facilities and infrastructure with the COVID-19 New Normal Adaptation action obtained a value of p = 0.789> α = 0.05 (4) market manager support with the new normal adaptation action COVID-19 obtained value p = 0.032< α = 0.05 (5) cross-sector support with action An Adaptation of New Normal COVID-19 obtained a value of p = 0.408> α = 0.05 (6) health protocol regulations with the act of Adaptation New Normal COVID-19 obtained a value of p = 0.277> α = 0.05. Knowledge and attitudes represent predisposing factors, facilities and infrastructure represent enabling factors, and the support of market managers and across sectors as well as health protocol regulations represent reinforcing factors. The conclusion of this study is to show a relationship between traders' knowledge and market manager support in the New Normal Adaptation of COVID-19, then the absence of a relationship between the attitudes, facilities and infrastructure of traders, as well as cross-sector support as well as health protocol regulations in the New Normal Adaptation of COVID-19. The advice of other researchers is expected to conduct further and more in-depth research on the behavior of new normal COVID-19 adaptation, especially in market traders. Keywords: Market, traders, new normal, COVID-19 v

Kata Pengantar Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Perilaku Adaptasi New Normal COVID- 19 pada Pedagang di Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota. Skripsi ini adalah suatu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak menemukan kesulitas dan hambatan, namun berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik moral maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada: 1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M. Si., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara. 2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 3. Dr. Ir. Evi Naria, M.Kes., selaku Ketua Prodi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 4. Dr. Lita Sri Andayani, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran, masukan, arahan, ilmu, motivasi dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. vi

5. Drs. Eddy Syahrial, M.S, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 6. Drs. Tukiman, M.K.M, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 7. Dr. Asfriyati, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan arahan, masukan dan membimbing penulis di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara. 8. Seluruh Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat USU dan seluruh civitas akademik atas wawasan ilmu dan pembelajaran yang telah diberikan kepada penulis. 9. Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak membantu penulis dalam hal keperluan administrasi untuk menyelesaikan skripsi ini, terkhusus pegawai Departemen PKIP Bapak Warsito yang telah banyak membantu penulis. 10. Kepala Pasar Pusat Pasar Medan Bapak Bonar Pasaribu yang telah memberikan bantuan, arahan, dukungan dan kemudahan kepada penulis selama melaksanakan penelitian skripsi ini. 11. Teristimewa untuk kedua orang tua tersayang (Subuhari Hasibuan dan Pepi Manja) yang telah memberikan dukungan dan kasih sayang yang begitu besar dan tak terhingga dalam mendidik, mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. 12. Terkhusus untuk Astari saudari tersayang yang telah memberikan dukungan, bantuan, motivasi, dan semangat kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. vii

viii

Daftar Isi Halaman Halaman Persetujuan Halaman Penetapan Tim Penguji Pernyataan Keaslian Skripsi Abstrak Abstract Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran Daftar Istilah Riwayat Hidup i ii iii iv v vi ix xii xiv xv xvi xvii Pendahuluan 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 9 Tujuan Penelitian 9 Tujuan umum 9 Tujuan khusus 9 Manfaat Penelitian 10 Tinjauan Pustaka 11 Perilaku 11 Determinan perilaku 11 Domain perilaku 13 Ruang lingkup perilaku kesehatan 13 Perilaku Adaptasi 18 Pedagang 20 COVID-19 20 Tanda dan gejala umum 21 Cara penyebaran COVID-19 21 Penerapan Keputusan New Normal oleh Pemerintah 22 New Normal (Adaptasi Kebiasaan Baru) 25 Pengertian 25 3M (mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak). 25 Pencegahan COVID-19 dalam kondisi New Normal (Adaptasi Kebiasaan 27 Baru / AKB) 27 Keputusan Kementrian Kesehatan tentang Adaptasi Kebiasaan Baru di 28 Pasar 28 Landasan Teori 33 Kerangka Konsep 35 ix

Hipotesis 36 Metode Penelitian 37 Jenis Penelitian 37 Lokasi dan Waktu Penelitian 37 Populasi dan Sampel 38 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 40 Metode Pengumpulan Data 43 Uji Validitas dan Reliabilitas 44 Metode Pengukuran 46 Metode Analisis Data 51 Hasil Penelitian 53 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 53 Analisis Univariat 54 Karakteristik responden 54 Pengetahuan pedagang mengenai adaptasi new normal covid-19 55 Sikap pedagang mengenai adaptasi new normal covid-19 56 Sarana dan prasarana dalam adaptasi new normal covid-19 pada pedagang di pusat pasar 58 Dukungan pengelola pasar dalam adaptasi new normal covid-19 pada pedagang di pusat pasar 59 Dukungan lintas sektor dalam adaptasi new normal covid-19 pada pedagang di pusat pasar 61 Peraturan protokol kesehatan dalam adaptasi new normal covid-19 pada pedagang di pusat pasar 62 Tindakan pedagang mengenai adaptasi new normal covid-19. 63 Analisis Bivariat 64 Hubungan faktor predisposisi dengan tindakan adaptasi new normal covid-19 64 Hubungan faktor enabling dengan tindakan adaptasi new normal covid-19 67 Hubungan faktor reinforcing dengan tindakan adaptasi new normal covid-19 68 Pembahasan 72 Karakteristik Responden 72 Faktor Predisposing dalam Tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada 75 pedagang di Pusat Pasar Medan 75 Faktor Enabling dalam Tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada 81 Pedagang di Pusat Pasar Medan 81 Faktor Reinforcing dalam Tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada 85 Pedagang di Pusat Pasar Medan 85 Tindakan Responden dalam Adaptasi New Normal Covid-19 pada Pedagang 90 di Pusat Paasar Medan 90 Tingkat Tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada Pedagang di Pusat 91 Pasar Medan 91 x

Hubungan Faktor Predisposing dengan Tindakan Adaptasi New Normal 93 Covid-19 pada Pedagang di Pusat Pasar Medan 93 Hubungan Faktor Enabling dengan Tindakan Adaptasi New Normal Covid- 99 19 pada Pedagang di Pusat Pasar Medan 99 Hubungan Faktor Reinforcing dengan Tindakan Adaptasi New Normal 102 Covid-19 pada Pedagang di Pusat Pasar Medan 102 Keterbatasan Penelitian 109 Kesimpulan dan Saran 110 Kesimpulan 110 Saran 112 Daftar Pustaka 114 Lampiran 118 xi

Daftar Tabel No. Judul Halaman 1. Data Jumah Pedagang di Pusat Pasar Medan Tahun 2021 38 2. Uji Validitas dan Reliabilitas 45 3. Distribusi Kategorik Responden berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan Terakhir dan Lantai Tempat Berjualan 54 4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pedagang mengenai Adaptasi New Normal 55 5. Distribusi Kategorik Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan 56 6. Distribusi Frekuensi Sikap Pedagang mengenai Adaptasi New Normal 57 7. Distribusi Kategorik Responden berdasarkan Tingkat Sikap 58 8. Distribusi Frekuensi Faktor Enabling dalam Adaptasi New Normal 58 9. Distribusi Kategorik Responden berdasarkan Tingkat Sarana dan Prasarana dalam Adaptasi New Normal 59 10. Distribusi Frekuensi Dukungan Pengelola Pasar dalam Adaptasi New Normal 59 11. Distribusi Kategorik Responden berdasarkan Tingkat Dukungan Pengelola Pasar 60 12. Distribusi Frekuensi Dukungan Lintas Sektor dalam Adaptasi New Normal 61 13. Distribusi Kategorik Responden berdasarkan Dukungan Lintas Sektor 61 14. Distribusi Frekuensi Peraturan Protokol Kesehatan dalam Adaptasi New Normal 62 15. Distribusi Kategorik Responden berdasarkan tingkat Peraturan Protokol Kesehatan dalam Adaptasi New Normal 62 xii

16. Distribusi Frekuensi Tindakan Pedagang mengenai Adaptasi New Normal 63 17. Distribusi Kategorik Responden berdasarkan tingkat Tindakan mengenai Adaptasi New Normal 64 18. Hubungan Pengetahuan Pedagang dengan tindakan Adaptasi New Normal 65 19. Hubungan Sikap Mahasiswa dengan tindakan Adaptasi New Normal 66 20. Hubungan Sarana dan Prasarana dengan tindakan Adaptasi New Normal 67 21. Hubungan Dukungan Pengelola Pasar dengan tindakan Adaptasi New Normal 68 22. Hubungan Dukungan Lintas Sektor dengan tindakan Adaptasi New Normal 69 23. Hubungan Peraturan Protokol Kesehatan dengan tindakan Adaptasi New Normal 70 xiii

Daftar Gambar No. Judul Halaman 1. Kerangka teori 34 2. Kerangka konsep 35 xiv

Daftar Lampiran No. Judul Halaman 1. Kuesioner Penelitian 117 2. Master Data Penelitian 122 3. Output Hasil Pengolahan SPSS 129 4. Surat Permohonan Izin Penelitian 142 5. Surat Selesai Penelitian 143 6. Dokumentasi 144 xv

Daftar Istilah BPS Badan Pusat Statistik COVID-19 Coronavirus Disease Kemenkes Kementrian Kesehatan MERS Middle East Respiratory Syndrome SAR-Cov SARS-associated coronavirus SARS-CoV-2 Severe Acute Respiratory Syndrom Coronavirus 2 Satgas Satuan Tugas WHO World Health Organization xvi

xvii

xviii

Pendahuluan Latar Belakang Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis yaitu ditularkan antara hewan dan manusia yang berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia kemanusia melalui percikan batuk/bersin secara droplet (Kementrian Kesehatan RI, 2020). Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, Cina mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru coronavirus (coronavirus disease, COVID-19). Pada 30 Januari 2020 WHO telah menetapkan sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia/ Public Health Emergency of International Concern (KKMMD/PHEIC). Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran antar negara. Sampai dengan tanggal 25 Maret 2020, dilaporkan total kasus konfirmasi 414.179 dengan 18.440 kematian (CFR4,4%) dimana kasus dilaporkan di 192 negara/wilayah (Kementrian Kesehatan RI, 2020). 1

2 Di Indonesia Presiden Joko Widodo melaporkan pertama kali menemukan dua kasus COVID-19 infeksi COVID-19 di Indonesia pada 2 Maret 2020. Pasien yang terkonfirmasi di Indonesia berawal dari suatu acara di Jakarta dimana penderita kontak dengan seseorang warga negara asing (WNA) asal Jepang yang tinggal di Malaysia. Setelah pertemuan tersebut penderita mengeluh demam, batuk dan sesak nafas. Per tanggal 25 November Pemerintah Indonesia mengumunmkan 511.838 (5534 kasus baru) terkonfirmasi COVID-19, 16.225 (114 kasus baru) kematian dan 429.807 kasus pulih dari 505 Kabupaten di 34 Provinsi (WHO, 2020). Pada Provinsi Sumatera Utara berdasarkan analisis data per 15 November 2020 Jumlah kasus positif COVID-19 mengalami kenaikan 2.8% pada pekan terakhir yaitu 14,293 kasus positif dengan jumlah kasus tertinggi di Kota Medan yaitu 6,773 kasus jumlah insiden kumulatif tertinggi 269.53 kasus per 100.000 penduduk dan 11.70 per 100.000 angka kematian akibat covid-19 (Satuan Tugas COVID-19, 2020). Pemerintah telah mengambil berbagai kebijakan termasuk salah satunya adalah menginstruksikan untuk bekerja, belajar, dan beribadah di rumah, atau dikenal dengan istilah Work From Home. Penerapan social distancing, physcial distancing, dan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ini bertujuan agar rantai penularan COVID-19 dapat terhambat di Indonesia. Selain berdampak pada kesehatan (kematian) COVID-19 berdampak pada ekonomi (Taufik & Warsono, 2020). COVID-19 mengakibatkan perekonomian Indonesia menjadi menurun. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia diprediksi akan menurun sebanyak 1 sampai 4

3 persen dengan rasio kemiskinan yang diprediksi mencapai angka 9.7 sampai angka yang ekstrim sebesar 12.4 persen yang artinya akan ada sekitar 1.5 juta sampai dengan 8.5 juta orang yang akan jatuh dalam kemiskinan akibat dari pandemi COVID-19 (Suryahadi et al., 2020). Permasalahan tersebut perlu mendapatkan perhatian penting bagi pemerintah sehingga pemerintah mengambil kebijakan untuk memperbaiki kondisi Indonesia tetap produktif, namun tetap aman dari penularan COVID-19. Pada saat ini, Indonesia telah memasuki fase baru dalam penanganan COVID-19, yaitu New Normal. New Normal adalah suatu kondisi di mana masyarakat kembali dapat beraktivitas, bekerja, beribadah seperti biasa, namun dengan desain yang baru. Berbagai protokol menyambut era new normal telah dipersiapkan oleh pemerintah (Taufik & Warsono, 2020). New Normal merupakan skenario untuk memperbaiki keadaan sosial-ekonomi dengan tetap menekankan pemberlakukan protokol kesehatan secara ketat. Namun, penerapan New Normal ini berpotensi untuk meningkatkan kembali transmisi COVID-19 yang disebabkan interaksi sosial langsung pada masyarakat yang akan menjadi wadah atau tempat untuk corona virus kembali tertular massal (Marpaung, 2020). Adanya pemberlakuan protokol kesehatan tidak dapat menjamin secara mutlak dalam memutus mata rantai penularan COVID-19 karena belum tentu seluruh masyarakat menaati protokol tersebut. (Idhom, 2020). Yang menjadi kekhawatiran bagi Pemerintah maupun masyarakat Indonesia sendiri adalah New Normal dapat menambahkan jumlah kasus harian dengan angka yang lebih tinggi. Namun meskipun begitu, New Normal tetap diberlakukan. Ditemukannya

4 berbagai kasus pelanggaran protokol kesehatan selama pandemi COVID-19, yang terbukti dari adanya pedagang-pedagang pasar yang belum menerapkan protokol kesehatan bahkan hingga menyebabkan penularan COVID-19 (Marpaung, 2020). Dalam adaptasi kebiasaan baru menuju masyarakat produktif tetapi tetap aman dari Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Aspek kesehatan, sosial dan ekonomi harus berjalan bersamaan dan saling mendukung. Menimbang bahwa tempat dan fasilitas umum merupakan salah satu lokus masyarakat beraktivitas yang akan mendukung keberlangsungan perekonomian namun berpotensi menjadi lokus penyebaran COVID-19 sehingga diperlukan protokol kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan di tempat dan fasilitas umum Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan surat edaran keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020 tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di tempat umum dalam rangka pencegahan pengendalian COVID-19 salah satunya adalah Adaptasi Kebiasaan Baru di Pasar. Pasar merupakan salah satu tempat terjadinya interaksi sosial. Di Indonesia beberapa data menunjukan bahwa pasar tradisional Indonesia berpotensi menjadi tempat yang sangat padat, sehingga lebih mudah terjadi kontak erat antara penderita COVID-19 yang tanpa gejala dengan orang yang disekitarnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Indonesian Traditional Market Traders Association per Juni 2020 menunjukan bahwa pasar tradisional menjadi klaster baru penularan COVID-19 di Indonesia (Kuntardjo & Sebong, 2020). Pasar tradisional menjadi salah salah satu klaster penyebaran Covid-19 di sejumlah daerah dikarenakan banyaknya pedagang pasar tradisional yang

5 terjangkit virus Covid-19. Data Ikatan Pedagang Pasar Indonesia(IKAPPI) mencatat sebanyak 1.762 pedagang pasar yang terpapar Covid-19 dengan 68 jumlah orang yang meninggal (Kompas.com, 2020). Hal serupa juga dialami oleh negara China dengan kasus virus corona baru terdeteksi muncul di area pasar tradisional ibu kota dengan 6 kasus pada sabtu (13/6/2020) yang menurut pengelola pasar grosir daging Xinfandi virus corona terdeteksi pada telenan yang digunakan pedagang (Cnnindonesia.com, 2020). Prinsip jaga jarak pada pasar harus menjadi perhatian. Banyaknya kerumunan dan pergerakan orang perlu diantisipasi karena memiliki potensi penularan COVID-19 yang cukup besar. Kementrian Kesehatan memberlakukan Adaptasi Kebiasaan Baru (new normal)pada pedagang karena pedagang dapat beresiko tertular maupun menularkan kepada pengunjung/pembeli maka dari itu dalam mengantisipasi, penerapan upaya pencegahan dan pengendalian COVID-19 sangat membutuhkan peran kepemimpinan pengelola pasar, keterlibatan lintas sektor dan aparat dalam penertiban kedisplinan pedagang menjalankan adaptasi kebiasaan baru di pasar (Kementrian Kesehatan RI, 2020). Hasil survei perilaku masyarakat di masa pandemi COVID-19 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang dilakukan secara daring terhadap 90.967 responden per tanggal 17-14 September 2020 bahwa 55% atau lebih dari setengah responden berpendapat bahwa alasan tidak menerapkan protokol kesehatan karena tidak adanya sanksi, 39% karena tidak adanya kejadian penderita COVID-19 dilingkungan sekitar, 33% karena pekerjaan menjadi sulit dalam menerapkan protokol kesehatan, 23% karena harga masker, face shield&hand sanitizer atau

6 APD lainya cenderung mahal, 21% karena mengikuti orang lain, 19% karena aparat atau pimpinan tidak memberikan contoh dan 15 % alasan lainnya. berdasarkan hasil survei Penerapan Protokol Kesehatan di Pasar 17,32% responden mengaku bahwa pasar tradisional yang dikunjunginya tidak menerapkan protokol kesehatan sama sekali (Badan Pusat Statistik, 2020). Supriyadi, Novi Istanti, & Yuni Dwika Erlita (2021) mengemukakan bahwa beberapa pasar Kotagede Yogyakarta menjadi klaster penyebaran COVID-19 yakni klaster pasar kranggan 6 pedagang dinyatakan positif, klaster pasar cebongan 2 orang positif. Klaster di pasar dapat dicegah dengan menerapkan protokol kesehatan pada pedagang pasar yaitu memastikan kondisi sehat saat pergi kepasar, saat perjalanan dan selama berdagang selalu menggunakan masker dan menjaga jarak serta cuci tangan, membersihkan area dagang sebelum dan sesudah berdagang, meminimalkan kontak dengan pelanggan dan setiba dirumah segera mandi ganti pakaian dan bersihkan seluruh barang yang dibawa dari pasar (Supriyadi, Istanti, & Erlita, 2021). Siahaineinia & Bakara (2020) mengemukakan permasalahan di pasar Sukaramai, Medan, Sumatera Utara banyak yang tidak mematuhi anjuran protokol kesehatan seperti tidak menggunakan masker dan mencuci tangan. Alasan tidak menggunakan masker yaitu menjadi sesak nafas, tidak nyaman, merasa diri sehat dan tidak khawatir dengan adanya COVID-19, kemudian alasan tidak mencuci tangan karena tidak tersedianya wastafel dan wastafel yang ada juga diragukan kebersihannya, serta tidak tersedia sabun untuk mencuci tangan. Padahal,

7 memakai masker merupakan cara yang efektif untuk mencegah droplet atau percikan, atau buliran terpapar ke orang lain. (Siahaineinia & Bakara, 2020). Pawiliyah, dkk (2020) mengemukakan bahwa masyarakat di pasar tradisional Panorama dan Pasar Minggu di kota bengkulu membentuk klaster baru karena sebagian dari mereka kurang kesadaran untuk mematuhi protokol kesehatan seperti tidak menggunakan masker, tidak menjaga jarak, tidak mencuci tangan setelah bertransaksi sehingga menjadi sarana penyebaran COVID-19. (Pawiliyah dkk, 2020). Girsang, Harianja, dan Purba (2020) juga mengemukakan di Pasar Karya Wisata Kota Medan terlihat banyak para pedagang yang tidak menggunakan masker. Sebagian pedagang mengatakan lupa membawa masker, maskernya sudah kotor dan tidak ada lagi gantinya, menggunakan masker tidak nyaman, sesak sehingga pada saat pemakaian sering dilepas-lepas, ada juga pedagang yang tidak takut dan menganggap sepele terhadap COVID-19 sehingga tidak mau memakai masker (Girsang, Harianja, & Purba, 2020). Kemudian, Yulia et al. (2021) juga melakukan sosialisasi di Pasar Tradisional Seutui Kota Banda Aceh karena ditemukan pedagang yang tidak memakai masker disebabkan kurangnya kesadaran akan penularan COVID-19 dan belum mengetahui cara memilih masker yang standar sesuai protokol kesehatan. Hal ini akan beresiko tertular COVID-19 pada pedagang dan bahan pangan yang dijual. (Yulia, dkk, 2021). Pusat Pasar Medan merupakan pasar tradisional terbesar dan terlengkap di kota Medan, yang didirikan pada bulan Maret 1933. Pusat Pasar terhubung langsung dengan Medan Mall sehingga memudahkan pembeli/pengunjung untuk

8 berpindah dari suatu tempat ke tempat lain dan tempat berkumpulnya pedagang. Secara administratif lokasi Pusat Pasar Kota Medan berada di Kelurahan Pusat Pasar dengan peringkat ke 7 untuk jumlah terinfeksi COVID-19 di Kecamatan Medan Kota dimana terdapat 61 jumlah kasus Positif COVID-19, 54 jumlah orang yang sembuh dan 5 jumlah orang yang meninggal. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kepada 10 pedagang di Pusat Pasar didapati bahwa 8 pedagang memiliki pengetahuan yang kurang mengenai adaptasi New Normal COVID-19, 8 pedagang pedagang tidak selalu memakai masker selama berjualan, tidak mengatur jarak antara pembeli dengan pembeli lain dan tidak mengingatkan pembeli dan pekerja untuk selalu jaga jarak. Sebanyak 9 pedagang tidak melaksanakan social distancing selama berjualan, 10 pedagang tidak menyemprotkan handsanitizer setelah bertransaksi dengan pembeli, Selain itu, berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis pemberlakuan New Normal (Adaptasi Kebiasaan Baru) di Pusat Pasar Medan belum maksimal dikarenakan masih terdapat pedagang yang tidak menggunakan masker, padatnya kerumunan membuat pedagang dan pembeli tidak menjaga jarak, tidak adanya handsanitizer pada setiap kios dan berdasarkan wawancara dengan Kepala Pengelola Pusat Pasar Medan terdapat satu pedagang yang pernah terkonfirmasi Positif Covid-19. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perilaku adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota Tahun 2021.

9 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Perilaku Adaptasi New Normal COVID-19 Pada Pedagang di Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota?. Tujuan Penelitian Tujuan umum. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Perilaku Adaptasi New Normal COVID-19 pada Pedagang Pusat Pasar Medan Kelurahan Pusat Pasar Kecamatan Medan Kota. Tujuan khusus. Tujuan khusus penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui karakteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan lantai tempat berjualan) pedagang di Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota. 2. Untuk mengetahui faktor predisposing (pengetahuan dan sikap) dalam tindakan Adaptasi New Normal COVID-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan Pasar Kecamatan Medan Kota. 3. Untuk mengetahui faktor enabling (Sarana dan Prasarana) dalam tindakan Adaptasi New Normal COVID-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota. 4. Untuk mengetahui faktor reinforcing (dukungan pengelola pasar, dukungan lintas sektor dan peraturan protokol kesehatan) dalam tindakan Adaptasi New Normal COVID-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota.

10 5. Untuk menganalisis hubungan antara faktor predisposing (pengetahuan dan sikap) dengan tindakan Adaptasi New Normal COVID-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota. 6. Untuk menganalisis hubungan antara faktor enabling (Sarana dan Prasarana) dengan tindakan Adaptasi New Normal COVID-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota. 7. Untuk menganalisis hubungan antara faktorreinforcing (dukungan pengelola pasar, dukungan lintas sektor dan peraturan protokol kesehatan) dengan tindakan Adaptasi New Normal COVID-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota.. Manfaat Penelitian Manfaat teoritis. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah agar penelitian ini mampu menjadi tambahan informasi bagi Satuan Tugas (Satgas) COVID-19, Kelurahan Pusat Pasar Medan serta Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu perilaku Universitas Sumatera Utara dalam memperkaya pemahaman dan menambah literatur mengenai New Normal COVID-19. Manfaat praktis. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah agar pedagang selalu mematuhi protokol kesehatan dalam Adaptasi Kebiasaan Baru sebagai upaya pencegahan COVID-19 khususnya pedagang di Pusat Pasar Medan.

Tinjauan Pustaka Perilaku Perilaku dari aspek biologis diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan aktivitas tersebut ada yang dapat diamati secara langsung dan tidak langsung. Menurut Ensiklopedia Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungannya. Notoadmodjo (2005), mendefinisikan perilaku sebagai respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses respons, sehingga teori ini disebut dengan teori Organisme Stimulus S-O-R. Berdasarkan teori SOR tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi: 1. Perilaku tertutup (covert behavior) : terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. 2. Perilaku terbuka (overt behavior) : terjadi bila respon terhadap stimulus sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau observable behavior. Determinan perilaku. Determinan perilaku dibagi menjadi dua, yaitu determinan internal yang merupakan karakteristik bersifat bawaan pada yang bersangkutan sedangkan detetminan eksternal adalah lingkungan yang merupakan faktor dominan yang mempengaruhi perilaku seseorang. Notoadmodjo (2010) 11

12 menyatakan bahwa proses perubahan dan pengadopsian perilaku seseorang dapat terjadi melalui beberapa tahapan, antara lain: Knowledge (pengetahuan). Pada tahapan ini seseorang individu akan mencari tahu mengenai informasi keberadaan suatu informasi mengenai inovasi yang diinginkan, pada akhirnya akan menghasilkan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tiga jenis pengetahuan, yaitu: a. Awareness knowledge (pengetahuan kesadaran) merupakan pengetahuan terhadap keberadaan dari sebuah inovasi. b. How-to-knowledge (pengetahuan pemahaman) merupakan pengetahuan mengenai bagaimana c. Principles-knowledg (prinsip dasar) merupakan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip keberfungsian yang mendasari bagaimana dan mengapa suatu inofasi dapat berkerja. Persuasion (kepercayaan). Tahapan persuasion ini terjadi ketika seoran individu mengetahui inovasi yang ingin diterapkan dan mulai membentuk sikap baik positif maupun negatif akan tetapi tidak langsung melakukan sebuah tindakan seperti menerima ataupun menolak. Pada tahap pengetahuan lebih bersifat kognitif (tentang pengatahuan), sedangkan tahap kepercayaan bersifat afektif. Ketidakyakinan pada fungsi inovasi dan peran dukungan sosial dapat mempengaruhi pendapat dan kepercayaan individu terhadap inovasi tersebut. Decision (keputusan). Pada tahap ini seorang individu akan menentukan tindakan yang akan diambilnya terhadap inovasi yang telah diketahuinya. Suatu inovasi akan lebih cepat untuk diterima jika inovasi tersebut dapat dicoba untuk

13 diimplementasikan, lalu setelah itu individu tersebut akan mulai memikirkan apakah inovasi tersebut diterima atau ditolak. Jika inovasi ditolak, maka terdapat dua jenis penolakan, antara lain: a. Active rejection dapat terjadi jika seorang individu mulai mencoba sebua inovasi akan tetapi pada akhirnya menolak untuk menerapkannya. b. Passive rejection dapat terjadi ketika seorang individu tidak berpikir sama sekali untuk menerapkan sebuah inovasi. Implementation (penegasan/pengesahan). Pada tahapan ini individu akan mulai mencari dukungan atas keputusan yang telah dibuatnya. Menurut Rogers (1983) dalam Notoatmodjo (2012) bahwa keputusan untuk menegaskan tindakan seorang individu tergantung kepada pesan-pesan di dalam inovasi yang dipilihnya, sehingga keberlanjutan dari penerapan sebuah inovasi akan bergantung kepada sikap dan dukungan yang diperolehnya. Domain perilaku. Perilaku merupakan keseluruhan pemahaman dan aktivitas individu yang berasal dari faktor internal dan eksternal. Setiap orang memiliki cakupan yang luas. Menurut Notoatmodjo (2010) terdapat 3 domain perilaku yaitu kognitif (cognitive),afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Ruang lingkup perilaku kesehatan. Ruang lingkup perilaku terbagi menjadi tiga area (Notoatmodjo, 2010), yaitu: Pengetahuan (knowledge). Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,

14 pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain: a. Faktor internal: faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat, kondisi fisik. b. Faktor eksternal: faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana. c. Faktor pendekatan belajar: faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode dalam pembelajaran. Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni: Tahu (know). Tahu artikan sebagai mengigat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengigat kembali (recail) terdapat suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang pelajari atau rangsangan yang harus diterima. Oleh sebab itu, tahu ini adalah merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

15 Memahami (comprehension). Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprentasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus menjalankan perilaku adaptasi New Normal. Aplikasi (application). Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Analisis (analysis). Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat mengambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompok dan sebagainya. Sintesis (synthensis). Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintensis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun dapat merencanakan, dapat merigankan, dapat menyusuaikan, dapat

16 meringkaskan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. Evaluasi (evaluation). Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justipikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2003). Sikap (attitude). Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial, lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2003). Dalam bagian lain, Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yakni: a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

17 c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave) Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan (Notoadmodjo, 2007), yakni: Menerima (receiving). Diartikan orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Merespon (responding). Diartikan memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap ini karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerakan tugas yang diberikan, terlepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang meneirma ide tersebut. Menghargai (valuing). Diartikan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ini. Bertanggung jawab (responsible). Diartikan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek. Tindakan (practice). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.

18 antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) dari pihak lain (Notoatmodjo, 2007). Tingkat-Tingkat Praktik, yaitu: Persepsi (perception). Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama. Respon terpimpin (guide respons). Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah praktik tigkat dua. Mekanisme (mecanism). Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. Adaptasi (adaptation). Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakanya tersebut. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden. Perilaku Adaptasi Adaptasi sendiri mempunyai arti penyusaian pribadi terhadap lingkungan, yang berarti penyesuaian mengubah diri pribadi sesuai lingkungan yang mana juga berarti dapat mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan pribadi atau individu (Gerungan, 1983). Penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku dengan tujuan mengatasi kesulitan dan hambatan. Adaptasi dalam dua arti yang pertama disebut autoplastis auto berarti sendiri, plastis artinya bentuk sementara pengertian

19 kedua disebut dengan penyesuaian diri allopstatis allo artinya yang lain, palstis artinya bentuk. Adaptasi dibagi menjadi tiga bagian yang pertama adaptasi perilaku, yang kedua adaptasi siasat, dan yang ketiga adaptasi proses adaptasi perilaku bennet dianggap sebagai sesuatu yang dinamais dan terus menerus berubah seiring dengan berjalannya waktu. Perilaku yang muncul biasanya digunakan sebagai alat oleh individu atau kelompok untuk mempertahankan diri dari lingkungan yang berubah-ubah yang kedua adaptasi siasat perilaku yang biasa digunakan oleh sebagai cara-cara untuk menyiasati suatu perubahan yang terdapat dilingkungan sekitar. Hal ini dilakukan untuk mengatasi hambatan yang terjadi pada saat terjadi perubahan terhadap lingkungan sekitar. Dan yang ketiga adalah adaptasi proses, adaptasi proses dibagi menjadi dua yaitu individu dan kelompok, adaptasi individu lebih mengarah kepada kemampuan seseorang untuk mengatasi hambatan dalam suatu lingkungan hal ini karena tujuan untuk mendapatkan sumber daya dianggap alat pemuas kebutuhan. Sementara pada level kelompok adaptasi dikatakan sebagi suatu cara yang digunakan untuk mempertahankan hidup. Karena pada dasarnya individu-individu akan hidup bersama dalam suatu lingkungan sosial. Jadi adaptasi ada yang mempunyai arti pasif yang mana itu merupakan kegiatan pribadi dan ditentukan oleh lingkungannya, selanjutnya juga mempunyai arti aktif yang mana disini pribadi mempengaruhi lingkungannya (Kartasapoetra, 1987).

20 Snyder (1979) mengatakan bahwa apabila sebuah lingkungan sudah dirancang dengan sangat ideal, ada kemungkinan masyarakat tidak dapat beradaptasi dengan baik di dalamnya. Dan juga sebaliknya, golongan masyarakat yang dianggap paling kompeten dalam hal tingkat edukasi, kesehatan, dan finansial mungkin tidak mampu beradaptasi dengan baik dalam sebuah lingkungan yang tidak sesuai. Pedagang Pedagang adalah perantara yang kegiatannya membeli barang dan menjualnya kembali tanpa merubah bentuk atau inisatif dan tanggung jawab sendiri dengan konsumen untuk membeli dan menjualnya dalam partai kecil atau per satuan (Sugiharsono et al., 2000). Dalam aktivitas perdagangan, pedagang adalah orang atau institusi yang memperjual belikan produk atau barang kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung (Damsar, 2009). Pedagang yang dimaksud pada penelitian ini adalah pedagang di Pusat Pasar Medan yaitu sekelompok orang yang memiliki aktivitas kegiatan jual beli di Pusat Pasar Medan. Pedagang yang di maksud dalam penelitian ini ialah pedagang dari Lantai I sampai dengan lantai II. COVID-19 Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV- 2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat

21 seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) (Kementrian Kesehatan RI, 2020). Virus baru dan penyakit yang disebabkannya tidak dikenal sebelum wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019. Covid-19 ini sekarang menjadi sebuah pandemi yang terjadi di banyak negara di seluruh dunia (WHO, 2020). Tanda dan gejala umum. Infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun dan tetap merasa sehat. Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, hilang penciuman dan pembauan atau ruam kulit (Kementrian Kesehatan, 2020). Cara penyebaran COVID-19. Coronavirus merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini masih belum diketahui. Orang yang terinfeksi virus COVID-19 dapat menularkan kepada orang lain melalui percikan-percikan dari hidung atau mulut yang keluar saat batuk, bersin atau berbicara. Oleh karena itu pentingnya bagi kita untuk menjaga jarak minimal satu meter dari orang lain. Percikan tersebut dapat

22 menempel di benda dan permukaan lainnya di sekitar orang seperti meja, gagang pintu, dan pegangan tangan, orang juga dapat terinfeksi dengan menyentuh benda atau permukaan tersebut, kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut sebelum mencuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir atau membersihkanya dengan cairan antiseptik berbahan dasar alkohol (WHO, 2020). Penerapan Keputusan New Normal oleh Pemerintah Pemerintah melihat pertimbangan ekonomi sebagai alasan utama penerapan New Normal di tengah situasi pandemi COVID-19 yang belum selesai di indonesia. Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian memaparkan sejumlah alasan penerapan New Normal yakni terkait dampak pandemi terhadap ekonomi yang dianggap sudah begitu mengkhawatirkan. Sehingga bila tak segera diterapkan akan ada lebih banyak pekerja yang menjadi korban. Tak hanya itu, meningkatnya pengangguran sekaligus berkolerasi terhadap pergerakan konsumsi dalam negeri. Bila dibiarkan konsumsi yang biasanya menjadi penyumbang tersebesar Produk Domestik Bruto (PDB) indonesia bisa anjlok dan efeknya memicu konflik sosial. Bila situasi ini dibiarkan, negara tak akan sanggup terusterusan memberikan bantuan sosial ke masyarakatnya mengingat kemampuan keuangan negara yang juga terbatas. Untuk itu, beberapa aktivitas ekonomi harus segera digenjot kembali demi mencegah ekonomi jatuh lebih dalam lagi. Hubungan antara ekonomi dengan kesehatan pada dasarnya saling terkait, ketika kesehatan manusia terancam atau sedang dalam masalah, maka dampaknya akan merembet ke bidang ekonomi. Artinya, permasalahan ekonomi dan

23 kesehatan ini saling berkelindan, masalah ekonomi bisa berdampak ke kesehatan, begitu pula sebaliknya. Antara sektor ekonomi dengan kesehatan sejatinya adalah sektor yang beririsan dan saling terhubung. Satu saja di antara kedua hal tersebut terganggu, maka akan memengaruhi yang lain. Permasalahan krisis ekonomi contohnya, akan berdampak pada hancurnya industri nasional, meningkatnya jumlah orang yang kehilangan pekerjaan, dan permasalahan kesehatan bagi warga karena apa yang disebut sebagai penyakit keputusasaan (Case & Deaton, 2017), yaitu warga yang tertekan secara ekonomi memilih untuk bunuh diri atau menenggak alkohol untuk menghilangkan rasa frustasi. Pada saat krisis keuangan pada tahun 2007/2008 misalnya, diperkirakan 10.000 orang memilih bunuh diri akibat beban ekonomi. Begitupula sebaliknya, krisis kesehatan juga akan mengganggu bidang ekonomi, karena manusia dapat bekerja ketika mereka dalam kondisi sehat. Persoalan antara ekonomi dan kesehatan adalah persoalan esensial yang memungkinkan manusia tetap hidup. Keduanya sama-sama penting. Di beberapa negara Bumi Utara ketika pandemi COVID-19 mencapai puncak, negara tersebut mampu menyediakan kebutuhan pokok dan perawatan kesehatan bagi warganya secara gratis, di Indonesia karena struktur ekonomi yang rapuh dan relasi rantai nilai global, negara kesulitan menyediakan hal tersebut. Pandemi COVID-19 sejatinya telah menelanjangi sistem ekonomi yang berjalan saat ini, tantangan terbesar yang perlu dihadapi adalah tentang bagaimana menyelamatkan sebanyak mungkin orang di tengah situasi pandemi COVID-19. Upaya penyelamatan tersebut tidak hanya terbatas

24 pada bidang kesehatan, akan tetapi juga pada bidang ekonomi. New Normal pada konteks ini ditempatkan sebagai kebijakan alternatif (Mas udi & Winanti, 2020). Kriteria WHO yang harus dipenuhi oleh suatu negara jika ingin menerapkan New Normal: 1. Bukti yang menunjukkan bahwa transmisi COVID-19 dapat dikendalikan. 2. Kapasitas sistem kesehatan dan kesehatan masyarakat termasuk rumah sakit tersedia untuk mengidentifikasi, mengisolasi, menguji, melacak kontak, dan mengkarantina. 3. Risiko virus corona diminimalkan dalam pengaturan kerentanan tinggi, terutama di panti jompo, fasilitas kesehatan mental, dan orang-orang yang tinggal di tempat-tempat ramai. 4. Langkah-langkah pencegahan di tempat kerja ditetapkan dengan jarak fisik, fasilitas mencuci tangan, dan kebersihan pernapasan. 5. Resiko kasus Impor dapat dikelola dengan baik. 6. Masyarakat sepenuhnya diedukasi, serta ikut berperan dan diberdayakan dalam transmisi. Berdasarkan kriteria WHO, new normal (Adaptasi Kebiasaan Baru) dapat dipertimbangkan jika Rt < 1 yang konsisten dalam jangka waktu tertentu (14 hari) ditambah dengan terkendalinya COVID-19. Transmisi ke new normal harus dilakukan dengan persiapan yang matang dengan memperhatikan berbagai aspek yaitu Sarana/fasilitas di komunitas yang mendukung dan Kesadaran dan kedisiplinan gaya hidup masyarakat (Putra & Fitriani, 2020).

25 New Normal (Adaptasi Kebiasaan Baru) Pengertian. New normal dapat diartikan sebagai tatanan kehidupan baru dimana sesuatu yang tidak biasa dilakukan sebelumnya menjadi hal normal untuk dilakukan. Dalam kaitannya dengan pandemi COVID-19 yang melanda dunia saat ini, New Normal diartikan sebagai perubahan perilaku masyarakat yang akan mempengaruhi kegiatan sehari-sehari masyarakat selanjutnya. Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 mendefiniskan New Normal adalah adaptasi kebiasaan baru yang dapat dijabarkan sebagai perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan (memakai masker, menjaga jarak dan menjaga kebersihan tangan) guna mencegah terjadinya penularan COVID-19 selama beraktivitas secara normal baru (Putra & Fitriani, 2020) New Normal adalah langkah percepatan penanganan COVID-19 dalam bidang kesehatan, sosial, dan ekonomi. Skenario New Normal dijalankan dengan mempertimbangkan kesiapan daerah dan hasil riset epidemiologis di wilayah terkait. Prinsip utama dari New Normal itu sendiri adalah dapat menyesuaikan dengan pola hidup. Secara sosial, adalah sesuatu bentuk new normal atau adaptasi dengan beraktivitas, dan bekerja, dan tentunya harus mengurangi kerumunan (Wijoyo, 2021). 3M (mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak). 3M dalam New Normal merupakan langkah pencegahan COVID-19 yang harus diterapkan oleh individu. Dalam konteks aman, perilaku wajib 3M harus menjadi kebiasaan seluruh masyarakat Indonesia, tanpa terkecuali. Masih cukup banyak masyarakat

26 yang enggan melaksanakan 3M secara konsisten. Padahal, kepatuhan terhadap 3M mutlak menjadi prasyarat memutus rantai penularan COVID-19. Berikut penjelasan lebih mengenai 3M (Satuan Tugas COVID-19, 2020): Mencuci tangan. Mencuci tangan sangat penting karena virus mati dengan sabun dan air mengalir. Lakukan 6 langkah cuci tangan dengan benar, yaitu cuci tangan pakai sabun dan air mengalir selama minimal 20 detik, atau cuci tangan dengan hand sanitizer dengan kandungan alkohol minimal 60%. Enam Langkah mencuci tangan pakai sabun (WHO) yaitu ratakan sabun dengan kedua tangan, gosok punggung tangan dan sela-sela jari secara bergantian, gosok jari-jari bagian dalam, gosok telapak tangan dengan posisi jari saling mengait/mengunci, gosok ibu jari secara berputar dalam genggaman tangan dan lakukan pada kedua tangan, dan gosokkan ujung jari pada telapak tangan secara berputar dan lakukan pada kedua tangan. Memakai masker. Masker digunakan dengan tujuan untuk melindungi diri sendiri karena masker mencegah masuknya droplet yang keluar saat kita batuk/bersin/berbicara sehingga kita tidak tertular dan melindungi orang lain karena Masker menahan droplet yang keluar saat kita batuk/bersin/berbicara sehingga tidak menularkan virus kepada orang lain. Masker terbagi beberapa jenis yakni N95, Masker medis/bedah, Masker kain SNI, dan masker kain. Cara memakai masker sekali pakai dengan benar yakni bersihkan tangan pakai sabun atau hand sanitizer, bagian berwarna berada didepan, jangan menyentuh bagian depan dan dalam masker dan pastikan masker menutup rapat hidung, mulut dan dagu, serta ganti jika masker lembab/basah. Kemudian, cara membuang masker

27 sekali pakai dengan benar yakni bersihkan tangan pakai sabun atau hand sanitizer, lepaskan masker dari belakang, jangan memegang bagian depan masker, serta gunting dan buang masker sekali pakai setelah digunakan. Menjaga jarak. Menjaga jarak sangat penting karena droplet yang keluar saat kita batuk, jika tanpa masker bisa meluncur sampai satu meter. Saat berbicara tanpa masker, aerosol (uap air) bisa meluncur sejauh satu meter. Saat bersin tanpa masker, droplet bisa meluncur sejauh enam meter. Oleh karena itu, harus menjaga jarak minimal satu untuk mengurangi risiko tertular/menulari. Hal penting yang dapat dilakukan dalam usaha untuk menjaga jarak antara lain menghindari kerumunan, Menghindari penggunaan transportasi yang tidak memenuhi standar protocol kesehatan, dan mengurangi aktivitas dalam ruangan ber-ac yang tertutup dan banyak orang dalam waktu lebih dari 2 jam. Pencegahan COVID-19 dalam Kondisi New Normal (Adaptasi Kebiasaan Baru / AKB) a. Menggunakan masker bila keluar rumah b. Menjaga Jarak minimal satu meter dengan orang lain. c. Menjaga perilaku hidup bersih dan sehat. d. Sering mencuci tangan dan tidak menyentuh daerah wajah e. Istirahat yang cukup f. Makan makanan bergizi g. Aktivitas fisik rutin h. Mengonsumsi suplemen tambahan/vitamin

28 Keputusan Kementrian Kesehatan tentang Adaptasi Kebiasaan Baru di Pasar Pemerintah indonesia melalui Kementrian Kesehatan RI menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/ MENKES/382/2020 Tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat Di Tempat Dan Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan Dan Pengendalian Virus Disease 2019 (COVID-19). Dengan tujuan meningkatkan upaya dan pengendalian Covid- 19 bagi masyarakat di tempat dan fasilitas umum dalam rangka mencegah terjadinya episenter/kluster baru selama masa pandemi dan menimbang bahwa dalam menghadapi adaptasi kebiasaan baru menuju masyarakat yang produktif dan aman terhadap Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) diperlukan penataan penyelenggaraan berbagai kegiatan dengan prioritas kesehatan masyarakat, bahwa tempat dan fasilitas umum merupakan salah satu lokus masyarakat beraktivitas yang akan mendukung keberlangsungan perekonomian, namun berpotensi menjadi lokus penyebaran COVID-19 sehingga diperlukan protokol kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan di tempat dan fasilitas umum. Tempat dan fasilitas umum merupakan area dimana masyarakat melakukan aktifitas kehidupan sosial dan berkegiatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Risiko pergerakan orang dan berkumpulnya masyarakat pada tempat dan fasilitas umum, memiliki potensi penularan COVID-19 yang cukup besar. Pasar merupakan suatu area dimana tempat bertemunya pembeli dan penjual, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan proses jual beli berbagai jenis barang konsumsi melalui tawar menawar. Banyaknya kerumunan

29 dan pergerakan orang merupakan kondisi yang harus menjadi perhatian dalam penerapan prinsip jaga jarak minimal satu meter di pasar. Penerapan upaya pencegahan dan pengendalian COVID-19 di pasar sangat membutuhkan peran kepemimpinan pengelola pasar serta keterlibatan lintas sektor dan aparat dalam penertiban kedisplinan masyarakat pasar. Adaptasi kebiasaan baru pada pedagang dan pekerja di pasar. 1. Memastikan diri dalam kondisi sehat sebelum berangkat ke pasar. Jika mengalami gejala seperti demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, dan/atau sesak nafas, tetap di rumah dan periksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan apabila berlanjut. 2. Saat perjalanan dan selama bekerja selalu menggunakan masker, menjaga jarak dengan orang lain, dan hindari menyentuh area wajah. Jika terpaksa akan menyentuh area wajah pastikan tangan bersih dengan cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir atau menggunakan handsanitizer. 3. Melakukan pembersihan area dagang masing-masing sebelum dan sesudah berdagang (termasuk meja dagang, pintu/railing door kios, etalase dan peralatan dagang lainnya). 4. Melakukan upaya untuk meminimalkan kontak dengan pelanggan, misalnya menggunakan pembatas/partisi (misal flexy glass/plastik), menyediakan wadah khusus serah terima uang, dan lain lain. 5. Pedagang, petugas keamanan, tukang parkir, dan kuli angkut harus selalu berpartisipasi aktif mengingatkan pengunjung dan sesama rekan kerjanya untuk menggunakan masker dan menjaga jarak minimal satu meter.

30 6. Jika kondisi padat dan penerapan jaga jarak sulit diterapkan, maka penggunaan pelindung wajah (faceshield) bersama masker sangat direkomendasikan sebagai perlindungan tambahan. 7. Saat tiba di rumah, segera mandi dan berganti pakaian sebelum kontak dengan anggota keluarga di rumah, serta membersihkan handphone, kacamata, tas, dan barang lainnya dengan cairan disinfektan. 8. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan PHBS seperti mengonsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik minimal 30 menit sehari dan istirahat yang cukup dengan tidur minimal 7 jam, serta menghindari faktor risiko penyakit. Adaptasi kebiasaan baru bagi pengelola pasar. 1. Memperhatikan informasi terkini serta himbauan dan instruksi pemerintah pusat dan pemerintah daerah terkait COVID-19 di wilayahnya. Informasi tersebut secara berkala dapat diakses pada laman https://infeksi emerging. kemkes.go.id, www.covid19.go.id, dan kebijakan pemerintah daerah setempat. 2. Mengatur pedagang yang dapat beroperasi mengikuti ketentuan pemerintah daerah setempat. 3. Membentuk Tim/Pokja Pencegahan COVID-19 di Pasar untuk membantu pengelola dalam penanganan COVID-19 dan masalah kesehatan lainnya. 4. Menerapkan jaga jarak di area pasar dengan berbagai cara, seperti pengaturan jarak antar lapak pedagang, memberikan tanda khusus jaga jarak yang ditempatkan di lantai pasar, dan lain sebagainya.

31 5. Menyediakan fasilitas cuci tangan pakai sabun yang memadai dan mudah diakses oleh pedagang dan pengunjung. 6. Melakukan pembersihan dan disinfeksi secara berkala (paling sedikit tiga kali sehari) pada area atau sarana yang digunakan bersama seperti pegangan tangga, tombol lift, pintu toilet dan fasilitas umum lainnya. 7. Mengoptimalkan sirkulasi udara dan sinar matahari masuk area pasar. Jika terdapat AC lakukan pembersihan filter secara berkala. 8. Menyediakan ruangan khusus/pos kesehatan untuk penanganan pertama apabila ada warga pasar yang mengalami gangguan kesehatan di pasar. 9. Melakukan sosialisasi dan edukasi kepada pekerja yang ada di Pasar (karyawan pengelola pasar, pedagang, petugas keamanan, tukang parkir, kuli angkut dan lain lain) tentang pencegahan penularan COVID-19 yang dapat dilakukan dengan surat pemberitahuan, pemasangan spanduk, poster, banner, whatsapp/sms blast, radioland dan lain sebagainya. Adapun materi yang diberikan meliputi pengetahuan tentang COVID-19 dan cara penularannya, wajib penggunaan masker, cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, jaga jarak dan etika batuk (bahan dapat diunduh pada laman www.covid19.go.id dan www.promkes.kemkes.go.id). 10. Memasang media informasi di lokasi-lokasi strategis untuk mengingatkan pengunjung agar selalu mengikuti ketentuan jaga jarak minimal satu meter, menjaga kebersihan tangan, dan kedisiplinan penggunaan masker di seluruh lokasi pasar.

32 11. Pemberitahuan informasi tentang larangan masuk ke area pasar bagi pekerja dan pengunjung yang memiliki gejala demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, dan/atau sesak nafas. 12. Dalam hal pasar dilengkapi dengan alat mobilisasi vertikal, lakukan pengaturan sebagai berikut: a. Penggunaan lift: membatasi jumlah orang yang masuk dalam lift, membuat penanda pada lantai lift dimana penumpang lift harus berdiri dan posisi saling membelakangi. b. Penggunaan tangga: jika hanya terdapat 1 jalur tangga, bagi lajur untuk naik dan untuk turun, usahakan agar tidak ada orang yang berpapasan ketika naik dan turun tangga. Jika terdapat 2 jalur tangga, pisahkan jalur tangga untuk naik dan jalur tangga untuk turun. 13. Jika diperlukan, secara berkala dapat dilakukan pemeriksaan rapid test kepada para pedagang pasar dan pekerja lainnya berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat atau fasilitas pelayanan kesehatan. Agar lebih efektif dapat menggunakan skrining self assessment risiko COVID-19 terlebih dahulu Adaptasi kebiasaan baru bagi penngunjung/pembeli di pasar. 1. Memastikan diri dalam kondisi sehat sebelum keluar rumah, jika mengalami gejala seperti demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, dan/atau sesak nafas, tetap dirumah dan periksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan apabila berlanjut. 2. Selalu menggunakan masker saat perjalanan dan selama berada di pasar.

33 3. Menjaga kebersihan tangan dengan sering memncuci tangan dengan sering mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir atau menggunakan handsanitizer. 4. Hindari menyentuh area wahjah seperti mata, hidung, dan mulut. 5. Tetap memperhatikan jaga jarak minimal satu meter dengan orang lain. 6. Jika kondisi padat dan sulit menerapkan jaga jarak agar tidak memaksakan diri masuk ke dalam pasar, namun apabila terpaksa tambahan penggunaan pelindung wajah (faceshield) bersama masker sangat direkomendasikan sebagai perlindungan tambahan. Landasan Teori Lawrence Green dan Marshall W. Kreuter (1991) mengembangkan sebuah teori yang mencoba mengkaji perilaku manusia dari bidang kesehatan. secara garis besar dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku(non-behavior causes). Kemudian setelah itu difokuskan pada 3 faktor utama yaitu PRECEDE: 1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai. 2. Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. 3. Faktor pendorong (reinforcing factors), seperti dukungan pengelola pasar, dukungan lintas sektor dan petugas kesehatan.

34 Gambar 1. Kerangka Teori Lawrence Green dan Marshall W. Kreuter (1991) Dari kerangka teori diatas menunjukkan bahwa perilaku pedagang dapat dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain factor predisposing yaitu pengetahuan, dan sikap ; faktor enabling yaitu sarana dan prasarana ; dan faktor reinforcing yaitu dukungan pengelola pasar, dukungan lintas sektor dan peraturan tentang protokol kesehatan (Green, 1980).

35 Kerangka Konsep KarakteristikResponden 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan Terakhir 4. Lantai Tempat Berjualan Faktor Predisposing 1. Pengetahuan 2. Sikap Faktor Enabling Sarana dan Prasarana Tindakan Adaptasi New Normal COVID-19 Pada Pedagang di Pusat Pasar Medan Faktor Reinforcing 1. Dukungan Pengelola Pasar 2. Dukungan lintas sektor (Dinas kesehatan Kota Medan, dan Petugas kesehatan) 3. Peraturan tentang protokol kesehatan Gambar 2. Kerangka konsep: kombinasi dari Lawrence Green dan Marshall W. Kreuter (1991)

36 Hipotesis H o1 : Tidak Ada hubungan antara factor predisposing dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan. H o2 : Tidak Ada hubungan antara factor enabling dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan. H o3 : Tidak Ada hubungan antara factor reinforcing dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan. Ha 1 : Ada hubungan antara faktor predisposing dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan. Ha 2 : Ada hubungan antara factor enabling dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan. Ha 3 : Ada hubungan antara factor reinforcing dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan.

Metode Penelitian Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Peneliti menggunakan desain penelitian cross sectional karena dalam penelitian ini pengumpulan data atau pengukuran variabel dilakukan bersamaan secara serentak dalam satu waktu yang sudah ditentukan oleh peneliti serta dapat menjelaskan hubungan faktor perilaku pedagang (karakteristik responden, faktor predisposing, enabling, dan reinforcing) terhadap tindakan Adaptasi New Normal COVID-19 di Pusat Pasar Medan kecamatan Medan Kota. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian. Lokasi penelitian ini dilakukan di Pusat Pasar Medan kecamatan Medan Kota Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian yaitu dengan mempertimbangkan bahwa: 1. Pusat Pasar Medan berada di Kelurahan Pusat Pasar dengan peringkat ke 7 untuk jumlah terinfeksi COVID-19 di Kecamatan Medan Kota. 2. Pusat Pasar Medan merupakan pasar tradisional terbesar di Kota Medan sehingga memilki jumlah pedagang dan pembeli yang sangat ramai sehingga sulit untuk menjaga jarak 3. Berdasarkan survei pendahuluan pedagang masih belum memilki pengetahuan dan pemahaman tentang new normal COVID-19. 4. Berdasarkan hasil pengamatan dengan observasi langsung masih ditemukan pedagang yang tidak menggunakan masker dan tidak menjaga jarak dengan 37

38 masih berkerumun dan tidak ada penyediaan hand sanitizer pada kios serta minimnya penyediaan sarana CTPS. 5. Berdasarkan wawancara dengan Pengelola Pusat Pasar Medan terdapat 1 orang pedagang yang pernah terinfeksi COVID-19. 6. Belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya mengenai Perilaku Adaptasi New Normal COVID-19 di Pusat Pasar Medan. sampai selesai. Waktu penelitian. Waktu penelitian ini dimulai pada bulan Juli 2021 Populasi dan Sampel Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang di Pusat Pasar Medan. Menurut data dari pengelola Pusat Pasar Medan jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 2.580. Tabel 1. Jumlah Pedagang di Pusat Pasar Medan Lantai Jumlah Pedagang Lantai I 1.528 Lantai II 1.052 Total 2.580 Sumber :Pengelola Pusat Pasar Medan (2021) Sampel. Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi tersebut. Dengan demikian sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti dan bisa mewakili keseluruhan populasinya sehingga jumlahnya lebih sedikit dari populasi. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 2.580 orang dengan ukuran sampel dihitung menggunakan teknik Slovin menurut Sugiyono (2017). Adapun penelitian ini menggunakan rumus

39 Slovin karena dalam penarikan sampel, jumlahnya harus representative agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan dan perhitungannya pun tidak memerlukan tabel jumlah sampel, namun dapat dilakukan dengan rumus dan perhitungan sederhana. Rumus Slovin untuk menentukan sampel adalah sebagai berikut : Keterangan: n = Ukuran sampel/jumlah responden N = Ukuran populasi e = Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang masih bisa ditolerir; e = 0,15 Jadi rentang sampel yang dapat diambil dari teknik Slovin adalah antara 10-20% dari populasi penelitian dengan jumlah populasi yang besar dalam penelitian ini sebanyak 2.580 orang dan adanya keterbatasan dana atau biaya, tenaga dan waktu, maka oleh sebab itu presentase kelonggaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15% dimana semakin besar tingkat kesalahan (error tolerance)maka semakin kecil jumlah sampel dan hasil perhitungan dapat dibulatkan untuk mencapai kesesuaian. Maka untuk mengetahui sampel penelitian, dilakukan perhitungan sebagai berikut: Berdasarkan perhitungan diatas sampel yang menjadi responden dalam penelitian ini disesuaikan menjadi sebanyak 44 orang.penentuan banyaknya sampel pedagang pada masing-masing lantai dilakukan secara proportional

40 dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif dengan menggunakan rumus alokasi proporsional (Sugiyono, 2017). Keterangan : Ni 1 : ukuran tiap strata sampel Ni 2 : ukuran tiap strata populasi n : ukuran (total) sampel N : ukuran (total) populasi Maka jumlah sampel pedagang pada setiap lantai adalah : 1. Lantai I = 2. Lantai II = 2580 x 44 1052x 44 2580 =26 orang =18 orang Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Accidental Sampling dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada pedagang di setiap lantai Pusat Pasar Medan. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel penelitian. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas (variabel independen) dan variabel terikat (variabel dependen). Variabel terikat (variabel dependen). Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiono, 2011). Adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku Adaptasi New Normal COVID-19 di Pusat Pasar Medan kelurahan Pusat Pasar kecamatan Medan Kota. Variabel bebas (variabel independen).variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

41 variabel terikat (Sugiyono, 2017). Adapun yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini antara lain karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan faktor predisposing meliputi pengetahuan dan sikap tentang Adaptasi New Normal COVID-19, faktor enabling meliputi sarana dan prasarana (fasilitas tempat cuci tangan pakai sabun yang mudah diakses, handsanitizer, masker, pengaturan jarak antar lapak pedagang dengan memberikan tanda khusus jaga jarak yang ditempatkan di lantai pasar), faktor reinforcing (dukungan pengelola pasar, dukungan keluarga, dukungan lintas sektor dan peraturan tentang protokol kesehatan) dalam perilaku Adaptasi New Normal COVID-19 di Pusat Pasar Medan. Definisi operasional. Definisi operasional ini dirumuskan agar batasan penelitian dapat ditentukan, dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Karakteristik responden merupakan sifat khas dari individu yang menjadi responden dalam penelitian ini, antara lain : a. Umur merupakan lama waktu hidup responden dimulai dari lahir hingga ulang tahun terakhir sebelum penelitian dilaksanakan. b. Jenis Kelamin adalah ciri biologis responden dalam hal ini ada dua kategori yaitu laki-laki dan perempuan. c. Pendidikan Terakhir merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang telah diselesaikan oleh responden. d. Lantai Tempat Berjualan merupakan tingkat di pasar yang membagi tempat atau lapak pedagang dalam berjualan yang terdiri dari lantai I dan lantai II.

42 2. Faktor Predisposing merupakan faktor yang berasal dari dalam diri responden yang dapat mendorong terbentuknya sebuah perilaku. a. Pengetahuan yaitu segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang Adaptasi New Normal COVID-19 di Pusat Pasar Medan. b. Sikap yaitu segala reaksi atau respon yang tertutup dari responden dalam Adaptasi New Normal COVID-19 di Pusat Pasar Medan. 3. Faktor Enabling merupakan kondisi lingkungan yang memfasilitasi perilaku responden. a. Sarana dan Prasarana merupakan segala macam alat yang diperlukan untuk pelaksanaan Adaptasi New Normal Covid-19, antara lain : fasilitas tempat cuci tangan pakai sabun yang mudah diakses, handsanitizer, masker, pengaturan jarak antar lapak pedagang dengan memberikan tanda khusus jaga jarak yang ditempatkan di lantai pasar dan lain sebagainya 4. Faktor Reinforcing merupakan faktor yang berasal dari luar yang mendorong terbentuknya perilaku responden. a. Dukungan Pengelola Pasar merupakan perhatian dari pengelola Pasar berupa dorongan, pengawasan dan evaluasi secara langsung antara lain; memperhatikan informasi terkini tentang COVID-19, mengatur pedagang yang dapat beroperasi, melalukan sosialisasi kepada pedagang tentang pencegahan penularan COVID-19, menjaga kebersihan dengan menyemprot desinfektan secara berkala, menyediakan tempat cuci tangan, sabun atau minimal hand sanitizer, dan memasang media informasi untuk

43 mengingatkan pedagang untuk menjaga jarak minimal satu meter, menjaga kebersihan tangan dan kedisiplinan penggunaan masker. b. Dukungan Lintas Sektor merupakan bentuk kerja sama dari lintas sektor dalam Pelaksanaan Adaptasi New Normal COVID-19 seperti pengawasan dari aparat keamanan dan juga petugas kesehatan serta evaluasi dari Dinas Kesehatan Kota Medan dengan rapid test secara berkala kepada pedagang dan pekerja lainnya. Peraturan tentang protokol kesehatan merupakan aturan dan ketentuan yang dibuat oleh pemerintah dalam upaya pencegahan dan pengendalian terhadap penularan COVID-19 dengan memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan pakai sabun pada pedagang di Pasar. 5. Pedagang merupakan orang yang melakukan aktivitas jual beli barang atau jasa di Pusat Pasar Medan dari lantai I sampai dengan lantai II. 6. Adaptasi New Normal COVID-19 pada pedagang di Pasar merupakan perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal di pasar ditambah dengan menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak dan menjaga kebersihan tangan sebagai pencegahan penularan COVID-19 yang dilakukan oleh pedagang di Pusat Pasar Medan. 7. Tindakan adalah segala sesuatu yang dilakukan responden dalam Adaptasi New Normal COVID-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan Tahun 2021. Metode Pengumpulan Data Data primer. Data primer berasal dari hasil pengisian kuesioner yang telah dirancang peneliti. Sumber dari data primer ialah pedagang di Pusat Pasar MedanKecamatan Medan Kota.

44 Data sekunder. Data sekunder berasal dari pengelola pasar yaitu evaluasi pelaksanaan New Normal Covid-19 di Pusat Pasar, website covid19.go.id untuk jumlah terinfeksi di indonesia, dan website covid19.pemkomedan.go.id untuk jumlah terinfeksi di sumatera utara dan kecamatan hingga kelurahan. Instrumen. Alat untuk pengumpulan data adalah kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh peneliti. Kuesioner terdiri dari karakteristik responden (umur, jenis kelamin dan pendidikan terakhir), faktor predisposing (pengetahuan dan sikap), faktor enabling (sarana dan prasarana ), faktor reinforcing (dukungan pengelola pasar, dukungan lintas sektor dan peraturan tentang protokol kesehatan), tindakan responden tentang Adaptasi New Normal COVID-19 yang menjadi bahan atau alat wawancara kepada Pedagang di Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota Tahun 2021. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas. Hasil penelitian yang valid menurut Sugiyono (2019) adalah apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Valid berarti dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Adapun kriteria pengujian validitas menurut Kuncoro (2009) adalah: 1. Jika r hitung positif dan r hitung r tabel maka pertanyaan tersebut valid. 2. Jika r hitung negatif/r hitung < r tabel maka pertanyaan tersebut tidak valid. Pada penelitian ini penelitian melakukan uji validitas dengan populasi diluar sampel yang telah dilakukan kepala 30 responden. Jumlah sampel (n) = 30 dengan df= n-2 = 30-2 =28 dan α = 0,05 diperoleh r tabel = 0,361

45 Uji reliabilitas. Hasil penelitian yang reliabel menurut Sugiyono (2019) adalah apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama maka akan menghasilkan data yang sama. Menurut Wiratna (2014) uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersamasama terhadap seluruh butir atau item pertanyaan dalam kuesioner penelitian. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji reliabilitas adalah sebagai berikut: 1. Jika nilai Cronbach s Alpha > 0,60 maka kuesioner dinyatakan reliabel atau konsisten. 2. Jika nilai Cronbach s Alpha < 0,60 maka kuesioner dinyatakan tidak reliabel atau tidak konsisten Tabel 2 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengetahuan 1 Pengetahuan 2 Pengetahuan 3 Pengetahuan 4 Pengetahuan 5 Pengetahuan 6 Pengetahuan 7 Pengetahuan 8 Pengetahuan 9 Pengetahuan 10 Pengetahuan Sikap 1 Sikap 2 Sikap 3 Sikap 4 Sikap 5 Nilai Corrected Item-Total 0,452 0,437 0,406 0,595 0,571 0,595 0,406 0,595 0,452 0,437 0,604 0,694 0,398 0,501 0,428 Cronbach Alpha 0,829 Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Reliabel Valid Valid Valid Valid Valid (Bersambung)

46 Tabel 3 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Sikap 6 Sikap 7 Sikap 8 Sikap 9 Sikap 10 Sikap Tindakan 1 Tindakan 2 Tindakan 3 Tindakan 4 Tindakan 5 Tindakan 6 Tindakan 7 Tindakan 8 Tindakan 9 Tindakan 10 Tindakan Nilai Corrected Item-Total 0,406 0,604 0,559 0,694 0,398 0,476 0,406 0,476 0,406 0,550 0,476 0,406 0,550 0,406 0,406 Cronbach Alpha 0,786 0,810 Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Reliabel Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Reliabel Pada tabel di atas dapat diperoleh bahwa dari seluruh variabel pengetahuan sebanyak masing-masing 10 pertanyaan, variabel sikap sebanyak 10 pertanyaan, dan variabel tindakan sebanyak 10 pertanyaan mempunyai nilai r-hitung > 0,361 dengan nilai Cronbach alpha > 0,60 maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan valid dan reliabel. Metode Pengukuran Metode pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan yang telah disediakan pada kuesioner yang disesuaikan dengan permasalahan yang diteliti. Umur. Umur adalah lama hidup responden dalam tahun sejak lahir hingga dilakukan penelitian, dihitung dari ulang tahun terakhir. Untuk memudahkan

47 dalam mendiskripsikan umur responden maka akan dibagi menjadi 3 kategori (Departemen Kesehatan, 2009) yaitu: a. 17-25 tahun b. 26-45 tahun c. 46-65 tahun Jenis kelamin. Menyatakan jenis kelamin dari responden yang diukur dengan skala dummy: 1= jika jenis kelamin laki-laki; 0 = jika jenis kelamin perempuan Pendidikan terakahir. Pendidikan Terakhir merupakan Pendidikan formal terakhir responden yang dikelompokkan atas: a. SD b. SMP c. SMA/Sederajat d. Sarjana/S1 Lantai tempat berjualan. Lantai tempat berjualanmerupakan tempat atau lapak pedagang dalam berjualan. Pada penelitian ini, lantai dibagi menjadi 2 kategori yaitu: a. Lantai I b. Lantai ii Pengetahuan responden. Pengetahuan responden diukur dengan skala Guttman yaitu dinilai dengan jawaban benar dan salah. Jawaban benar akan diberi skor 2 dan untuk jawaban yang salah diberikan skor 0 (Sugiyono, 2017). Kuesioner pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan sehingga skor tertinggi adalah

48 20 dan terendah adalah 0. Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat dikategorikan tingkat pengetahuan responden sebagai berikut (Arikunto, 2013): a. Tingkat pengetahuan baik, bila nilai responden > 75% dari total nilai seluruh pertanyaan pengetahuan (skor >15). b. Tingkat pengetahuan Sedang, bila nilai responden 45% - <75% dari total nilai seluruh pertanyaan pengetahuan (skor 9-15). c. Tingkat pengetahuan Kurang, bila nilai responden < 45% dari total nilai seluruh pertanyaan pengetahuan (skor <9) Sikap responden. Sikap responden diukur dengan diukur dengan interval jawaban setuju dengan skor 2 dan tidak setuju dengan skor 0 menggunakan skala Guttman terdiri dari 10 pertanyaaan. Sehingga, total skor tertinggi adalah 20 dan skor terendah adalah 0. Berdasarkan kriteria jawaban diatas maka penliaian sikap responden dikategorikan menjadi 3 tingkat adalah sebagai berikut (Arikunto, 2013): a. Kategori baik, bila nilai responden lebih besar dari 75% dijawab dengan benar dengan total (skor >15). b. Kategori sedang, bila nilai responden 45%-75% dari total nilai seluruh pertanyaan sikap (skor 9-15) c. Kurang, bila nilai responden <45% dari total nilai seluruh pertanyaan pengetahuan (skor<9). Sarana dan prasarana. Pengukuran variabel menggunakan skala Guttman, terdiri atas 3 pertanyaan. Bila responden menjawab ya maka responden mendapatkan skor 2 dan bila responden menjawab tidak maka

49 responden mendapatkan skor 0. Skor maksimum adalah 6 dan skor minimum adalah 0. Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat dikategorikan tingkat sarana prasarana sebagai berikut (Arikunto, 2013): a. Baik, jika nilai responden > 75% dari total seluruh nilai (skor >4). b. Sedang, jika nilai responden 45% - <75% dari total seluruh nilai (skor 2-4). c. Kurang, jika nilai responden < 45% dari total seluruh nilai (skor <2). Dukungan pengelola pasar. Dukungan pengelola pasar diukur menggunakan skala Guttman, bila responden menjawa ya maka responden mendapatkan skor 2 dan bila responden menjawab tidak maka responden mendapatkan skor 0. Dukungan pengelola pasar terdiri atas 3 pertanyaan. Skor maksimum adalah 6 dan skor minimum adalah 0. Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat dikategorikan tingkat tindakan responden sebagai berikut (Arikunto, 2013): a. Baik, jika nilai responden > 75% dari total seluruh nilai (skor >4 ). b. Sedang, jika nilai responden 45% - <75% dari total seluruh nilai (skor 2-4). c. Kurang, jika nilai responden < 45% dari total seluruh nilai (skor <2). Dukungan lintas sektor. Dukungan lintas sektor diukur menggunakan skala Guttman, bila responden menjawa ya maka responden mendapatkan skor 2 dan bila responden menjawab tidak maka responden mendapatkan skor 0. Dukungan lintas sektor terdiri atas 3 pertanyaan. Skor maksimum adalah 6 dan skor minimum adalah 0. Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat dikategorikan tingkat tindakan responden sebagai berikut (Arikunto, 2013): a. Baik, jika nilai responden > 75% dari total seluruh nilai (skor >4).

50 b. Sedang, jika nilai responden 45% - <75% dari total seluruh nilai (skor 2-4). c. Kurang, jika nilai responden < 45% dari total seluruh nilai (skor <2). Peraturan tentang protokol kesehatan. Peraturan Tentang Protokol Kesehatan adalah protokol kesehatan yang dibuat dalam mengatur responden untuk memakai masker, berjaga jarak, dan mencuci tangan pakai sabun selama berjualan yang diukur menggunakan skala Guttman yang terdiri dari 3 pertanyaan. Apabila responden menjawab ya maka responden mendapatkan skor 2 dan apabila responden menjawab tidak maka responden mendapatkan skor 0. Skor maksimum adalah 6 dan skor minimum adalah 0. Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat dikategorikan tingkat peraturan sebagai berikut (Arikunto, 2013): a. Baik, jika nilai responden > 75% dari total seluruh nilai (skor >4). b. Sedang, jika nilai responden 45% - <75% dari total seluruh nilai (skor 2-4). c. Kurang, jika nilai responden < 45% dari total seluruh nilai (skor <2). Tindakan. Tindakan responden diukur menggunakan skala Guttman dengan mengukur pertanyaan terhadap tindakan yang dilakukan dan tidak dilakukan., dengan skor 2 jika menjawab ya dan skor 0 jika menjawab tidak. Tindakan responden terdiri dari 10 pertanyaan. Adapun skor tertinggi adalah 20 dan skor terendah adalah 0. Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat dikategorikan tingkat tindakan responden sebagai berikut (Arikunto, 2013): a. Kategori baik, jika nilai responden > 75% dari total seluruh nilai (skor > 15). b. Kategori sedang, jika nilai responden 45% - <75% dari total seluruh nilai (skor 9-15). c. Kategori kurang, jika nilai responden < 45% dari total seluruh nilai (skor <9).

51 Metode Analisis Data Pengolahan data. Pengolahan data dilakukan secara manual dan proses komputerisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut: Editing (pengeditan). Pengeditan dilakukan dengan memeriksa kelengkapan isi kuesioner dengan tujuan agar data yang masuk dapat diolah secara benar, sehingga pengolahan data memberikan hasil yang menggambarkan masalah yang sedang diteliti. Coding (pengkodean). Setelah data diperoleh dan dilakukan pengeditan maka peneliti melakukan pengkodean pada setiap jawaban responden untuk mempermudah analisis data yang telah dilakukan. Entry (pemasukan). Kegiatan memasukkan data kedalam program computer untuk pengambilan hasil dan kesimpulan. Cleaning Data. Pemeriksaan yang dilakukan terhadap semua data yang telah dimasukkan ke dalam computer yang berguna untuk menghindari terjadinya kesalahan saat memasukkan data. Analisis data. Analisis data dilakukan menggunakan 2 analisis yaitu: Analisis univariat. Analisis univariat dilakukan bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan setiap variabel yang diteliti dalam bentuk persentase dan tabel distribusi frekuensi. Analisis bivariat. Analisis bivariat yaitu analisis yang digunakan untuk menganalisis ada tidaknya hubungan variabel independen yang berupa faktor predisposing, faktor enabling dan factor reinforcingdengan variabel dependen yang berupa tindakan Adaptasi New Normal COVID-19 pada pedagang di Pusat

52 Pasar Medan Tahun 2021, disajikan dalam bentuk narasi dan tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil analisa statistik dengan nilai signifikasi p<0,05 maka dinyatakan berhubungan yang diolah menggunakan program komputer yaitu software SPSS.

Hasil Penelitian Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Medan yang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis Kota tersebut terletak antara 3o.27 3 o.47 LU dan 98o.35 98o.44 BT, dengan ketinggian 2,5 37,5 meter di atas permukaan laut, serta mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum berkisar antara 22,49oC 23,97o C dan suhu maksimum berkisar antara 32,15o C 34,21o C. Kelembaban udara rata-rata 76 81%. Secara administratif berbatasan dengan wilayah Kabupaten Deli Serdang pada sebelah utara, selatan, barat dan timur. Kota ini merupakan salah satu dari 30 Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 72.981,23 km2, dan juga merupakan pusat pemerintahan Daerah tingkat I Sumatera Utara. Sebagian besar wilayah merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli. Pasar di Kota Medan berada dibawah pengelolaan perusahaan daerah pasar. Perusahaan daerah di Kota tersebut didirikan pada tahun 1992. Perusahaan Daerah (PD) Pasar adalah BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) untuk meningkatkan pelayanan umum (public service) kepada masyarakat dibidang pelayanan pemasaran dan meningkatkan pendapatan asli daerah. Secara administratif lokasi Pusat Pasar berada di kelurahan Pusat Pasar yang merupakan salah satu dari 12 kelurahan yang ada di kecamatan Medan Kota, Provinsi Sumatera Utara yang luasnya mencapai 45,6 ha. Kelurahan ini mempunyai tanah pemukiman dan perkantoran 53

54 seluas 36,5 ha dan jalan serta fasiltas umum seluas 9,1 ha. Kelurahan Pusat Pasar terdiri atas 9 lingkungan yang masing-masing dipimpin oleh kepala lingkungan. Analisis Univariat Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yaitu karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, lantai tempat berjualan), faktor predisposing (pengetahuan dan sikap), faktor enabling (sarana dan prasarana), faktor reinforcing (dukungan pengelola pasar, dukugan lintas sektor, peraturan tentang protokol kesehatan) dan tindakan adaptasi new normal COVID-19. Karakteristik responden. Karakteristik responden terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan lantai tempat berjualan.gambaran karakteristik responden dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3 Distribusi Karakteristik Responden Pedagang di Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota Tahun 2021. Karakteristik Responden n = 44 (%) Umur 17-25 Tahun 13 29,5 26-45 Tahun 20 45,5 46-65 Tahun 11 25,0 Jenis Kelamin Perempuan 21 47,7 Laki-laki 23 52,3 Pendidikan Terakhir SD 2 4,1 SMP 20 40,8 SMA/Sederajat 18 36,7 Sarjana/S1 4 8,2 Lantai Tempat Berjualan Lantai I 26 59,1 Lantai II 18 40,9

55 Berdasarkan tabel 3 diatas diketahui dari 44 responden pedagang di Pusat Pasar Medan berdasarkan kelompok umur responden terbesar terdapat pada kelompok usia 26-45 Tahun yaitu 20 orang (45,5%) dan terkecil pada kelompok usia 46-65 Tahun yaitu 11 orang (25,0%). Berdasarkan jenis kelamin responden pedagang terbesar pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 23 orang (52,3%) dan jenis kelamin perempuan 21 orang (47,7%). Dalam kategori pendidikan terakhir responden pedagang yang memiliki pendidikan terakhir paling dominan yaitu SMP sebanyak 20 orang (40,8%), dan yang terendah dengan pendidikan terakhir SD yaitu sebanyak 2 orang (4,1%). Kemudian diperoleh responden terbanyak pada lantai I yaitu sebanyak 26 orang (59,1%) dan pada lantai II yaitu sebanyak 18 orang (40,9%). Pengetahuan pedagang mengenai adaptasi new normal covid-19. Gambaran pengetahuan pedagang mengenai Adaptasi New Normal COVID-19 dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pedagang di Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota Tahun 2021. Pengetahuan responden Jawaban Benar Salah n % n % Pengertian New Normal Covid-19 31 70,5 13 29,5 Manfaat penerapan New Normal Covid-19 24 54,5 20 45,5 Upaya pencegahan Covid-19 dalam New Normal Covid-19 28 63,6 16 36,4 Cara penggunaan masker yang benar 35 79,5 9 20,5 Kegunaan menggunakan masker 36 81,8 8 18,2 Waktu minimal mematikan kuman dalam CTPS 27 61,4 17 38,6 (bersambung)

56 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pedagang di Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota Tahun 2021. Pengetahuan responden Jawaban Benar Salah n % n % Jarak minimal social distancing dalam New Normal Covid-19 40 90,9 4 9,1 Etika batuk dan bersin yang benar 36 81,8 8 18,2 Hal yang dilakukan saat sampai dirumah setelah berjualan 34 77,3 10 22,7 Penerapan New Normal Covid-19 di pasar 41 93,2 3 6,8 Tabel 5 Distribusi Kategorik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Pedagang di Pusat Pasar Medan Mengenai New Normal Covid-19. Tingkat Pengetahuan n % Baik 23 52,3 Sedang 21 47,7 Total 44 100 Distribusi kategorik karakteristik responden tingkat pengetahuan mengenai New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar dapat dilihat dari tabel 5 menunjukkan bahwa dari 44 responden yang dilihat dari tingkat pengetahuannya mengenai New Normal Covid-19, maka tingkat pengetahuan responden yang paling dominan ataupun yang paling banyak adalah pengetahuan baik yaitusebanyak 23 responden (52,3%)dan responden dengan tingkat pengetahuan sedang yaitu sebanyak 21 responden (47,7%). Sikap pedagang mengenai adaptasi new normal covid-19. Gambaran sikap pedagang mengenai Adaptasi New Normal Covid-19dapat dilihat dalam tabel berikut:

57 Tabel 6 Distribusi Frekuensi Sikap Pedagang di Pusat Pasar Medan mengenai Adaptasi New Normal Covid-19. Sikap responden Jika saya menerapakan New Normal Covid- 19 selama berjualan,saya yakin akan terhindar dari penularan virus Covid-19 Saya akan memilih diam dibandingkan menganjurkan orang untuk menaati protokol kesehatan sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19 Saya akan menurunkan masker ke arah dagu saat saya merasa tidak nyaman selama berjualan. Jika saya menjaga jarak dengan pembeli minimal 1 meter,saya akan terhindar dari penularan Covid-19 Jika kondisi pasar sangat ramai dan sulit untuk menjaga jarak,saya akan tidak perduli dan ikut tidak menjaga jarak Saya tidak akan mengingatkan pembeli dan pedagang lain untuk menjaga jarak minimal 1 meter. Jika tidak bisa mencuci tangan pakai sabun, maka dapat menggunakan handsanitizer. Jika bersin dan batuk saya akan mencuci tangan menggunakan sabun/handsanitizer dan menutup mulut dengan tissu atau siku lengan Saya akan pergi berjualan sebelum memastikan kondisi kesehatan tubuh saya. Saya akan cuci tangan pakai sabun atau menggunakan hansanitizer setelah melakukan transaksi jual beli. Jawaban Setuju Tidak Setuju n % n % 32 72,7 12 27,3 8 18,2 36 81.8 4 9,1 40 90,9 32 72,7 12 27,3 9 20,5 35 79,5 6 13,6 38 86,4 39 88,6 5 11,4 39 88,6 5 11,4 5 11,4 39 88,6 33 75,0 11 25,0

58 Tabel 7 Distribusi Kategorik Responden Berdasarkan Tingkat Sikap Pedagang mengenai Adaptasi New Normal Covid-19. Tingkat Sikap n % Baik 36 81,8 Sedang 7 15,9 Kurang 1 2,3 Total 44 100 Distribusi kategorik responden berdasarkan tingkat sikap dapat dilihat dari tabel 7 menunjukkan bahwa dari 44 responden yang dilihat dari tingkat sikapnya mengenai New Normal Covid-19, maka tingkat sikap responden yang paling dominan ataupun yang paling banyak adalah tingkat sikap baik yaitu sebanyak 36 responden (81,8%), di ikuti responden dengan tingkat sikap sedang sebanyak 7 responden (15,9%) dan 1 responden (2,3%) dengan tingkat sikap yang kurang. Sarana dan prasarana dalam adaptasi new normal covid-19 pada pedagang di pusat pasar. Gambaran Sarana dan Prasarana dalam tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 Pedagang di Pasar dapat dilihat tabel berikut: Tabel 8 Distribusi Frekuensi Faktor Enabling dalam Adaptasi New Normal Covid-19 Pada Pedagang di Pusat Pasar. Faktor enabling Tersedianya fasilitas cuci tangan pakai sabun atau handsanitizer yang mudah diakses Tersedianya pengaturan jarak antar lapak pedagang dengan memberikan tanda khusus jaga jarak Tersedianya fasilitas pengecekan suhu sebelum memasuki pasar Jawaban Ya Tidak n % n % 33 75,0 11 25,0 36 81,8 8 18,2 32 72,7 12 27,3

59 Tabel 9 Distribusi Kategorik Responden Berdasarkan Tingkat Sarana dan Prasarana dalam Adaptasi New Normal Covid-19 Pada Pedagang di Pusat Pasar. Tingkat Sarana dan Prasarana n % Baik 17 38,6 Sedang 27 61,4 Total 44 100 Distribusi kategorik responden berdasarkan tingkat sarana dan prasarana dapat dilihat dari tabel 9 menunjukkan bahwa dari 44 responden yang dilihat dari tingkat sarana dan prasarana dalam tindakan Adaptasi New Normal Covid-19, maka tingkat sarana dan prasarana responden yang paling dominan ataupun yang paling banyak adalah tingkat sarana prasarana sedang yaitu sebanyak 27 responden (61,4%), di ikuti responden dengan tingkat sarana prasarana baik sebanyak 17 responden (38,6%). Dukungan pengelola pasar dalam adaptasi new normal covid-19 pada pedagang di pusat pasar. Gambaran faktor reinforcing dalam tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 dapat dilihat dalam 3 tabel berikut: Tabel 10 Distribusi Frekuensi Dukungan Pengelola Pasar dalam Adaptasi New Normal Covid-19 Pada Pedagang di Pusat Pasar Dukungan Pengelola Pasar Pengelola pasar mendorong pedagang dalam melaksanakan New Normal Covid-19 Pengelola pasar melakukan pembersihan dan disinfeksi secara berkala pada area yang digunakan bersama Jawaban Ya Tidak n % n % 34 77,3 10 22,7 30 68,2 14 31,8 (bersambung)

60 Tabel 10 Distribusi Frekuensi Dukungan Pengelola Pasar dalam Adaptasi New Normal Covid-19 Pada Pedagang di Pusat Pasar Dukungan Pengelola Pasar Pengelola pasar memberikan sosialisasi dan edukasi (surat pemberitahuan, pemasangan spanduk, poster, banner, whatsapp/sms blast, radioland kepada pedagang tentang pencegahan Covid-19 Jawaban Ya Tidak n % n % 35 79,5 9 20,5 Tabel 11 Distribusi Kategorik Responden Berdasarkan Tingkat Dukungan Pengelola Pasar dalam Adaptasi New Normal Covid-19 Pada Pedagang di Pusat Pasar. Tingkat Dukungan Pengelola Pasar n % Baik 21 47,7 Sedang 19 43,2 Kurang 4 9,1 Total 44 100 Distribusi kategorik responden berdasarkan tingkat dukungan pengelola pasar dapat dilihat dari tabel 11 menunjukkan bahwa dari 44 responden yang dilihat dari tingkat dukungan pengelola pasar dalam Adaptasi New Normal Covid-19, maka tingkat dukungan pengelola pasar pada responden yang paling dominan ataupun yang paling banyak adalah tingkat dukungan pengelola pasar baik yaitu sebanyak 21 responden (47,7%), di ikuti responden dengan tingkat dukungan pengelola pasar sedang sebanyak 19 responden (43,2%) dan 4 responden (9,1%) dengan tingkat dukungan pengelola pasar kurang.

61 Dukungan lintas sektor dalam adaptasi new normal covid-19 pada pedagang di pusat pasar. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 12 Distribusi Frekuensi Dukungan Lintas Sektor dalam Adaptasi New Normal Covid-19 Dukungan Lintas Sektor Lintas sektor (dinas kesehatan, aparat keamanan dan petugas kesehatan) melakukan evaluasi dengan rapid test secara berkala kepada pedagang Lintas sektor (dinas kesehatan,aparat keamanan dan petugas kesehatan) membantu pedagang dalam pelaksanaan New Normal Covid-19 Lintas sektor membantu dalam masalah yang pedagang rasakan dalam menerapkan New Normal Covid-19 Jawaban Ya Tidak n % n % 40 90,9 4 9,1 38 86,4 6 13,6 38 86,4 6 13,6 Tabel 13 Distribusi Kategorik Responden Berdasarkan Tingkat Dukungan Lintas Sektor dalam Adaptasi New Normal Covid-19. Tingkat Dukungan Lintas Sektor n % Baik 29 65,9 Sedang 15 34,1 Total 44 100 Distribusi kategorik responden berdasarkan tingkat dukungan lintas sektor dapat dilihat dari tabel 13 menunjukkan bahwa dari 44 responden yang dilihat dari tingkat dukungan lintas sektor dalam Adaptasi New Normal Covid-19, maka tingkat dukungan lintas sektor pada responden yang paling dominan ataupun yang paling banyak adalah tingkat dukungan lintas sektor baik yaitu sebanyak 29

62 responden (65,9%), di ikuti responden dengan tingkat dukungan lintas sektor sedang sebanyak 15 responden (34,1%). Tabel 14 Distribusi Frekuensi Peraturan Protokol Kesehatan dalam Adaptasi New Normal Covid-19. Peraturan Protokol Kesehatan Jawaban Ya Tidak n % n % Terdapat peraturan wajib menjaga jarak minimal 1 meter di tempat berdagang 36 81.1 8 18,2 Terdapat peraturan wajib memakai masker di tempat berdagang 42 95,5 2 4,5 Terdapatperaturan mencuci tangan pakai sabun selama berdagang 33 75,0 11 25,0 Peraturan protokol kesehatan dalam adaptasi new normal covid-19 pada pedagang di pusat pasar. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 15 Distribusi Kategorik Responden Berdasarkan Tingkat Peraturan Protokol Kesehatan dalam Adaptasi New Normal Covid-19 Tingkat Peraturan Protokol n % Kesehatan Baik 26 59,1 Sedang 18 40,9 Total 44 100 Distribusi kategorik responden berdasarkan tingkat peraturan protokol kesehatan dalam Adaptasi New Normal Covid-19 dapat dilihat dari tabel 15 menunjukkan bahwa dari 44 responden yang dilihat dari tingkat peraturan protokol kesehatan dalam Adaptasi New Normal Covid-19, maka tingkat

63 peraturan protokol kesehatan responden yang paling dominan ataupun yang paling banyak adalah tingkat peraturan protokol kesehatan baik yaitu sebanyak 26 responden (59,1%), di ikuti responden dengan tingkat peraturan protokol kesehatan sedang sebanyak 18 responden (40,9%). Tindakan pedagang mengenai adaptasi new normal covid-19. Gambaran tindakan pedagang mengenai adaptasi New Normal Covid-19 dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 16 Distribusi Frekuensi Tindakan Pedagang Mengenai Adaptasi New Normal Covid-19 Tindakan responden Jawaban Ya Tidak n % n % Selalu menggunakan masker dan menghindari menyentuh area wajah saat berjualan 30 68,2 14 31,8 Selalu menjaga jarak dengan pembeli dan pedagang lain selama berjualan 41 93,2 3 6,8 Jarang melakukan upaya untuk meminimalkan kontak dengan pembeli seperti penyediaan wadah khusus serah terima uang 8 18,2 36 81,8 Mengingatkan pembeli dan sesama pedagang untuk menggunakan masker 33 75,0 11 25,0 Jarang melakukan pembersihan area dagang (termasuk meja dagang, pintu,etalase dan peralatan dagang) sebelum dan sesudah berjualan 4 9,1 40 90,9 Mengingatkan pembeli dan sesama pedagang untuk menjaga jarak minimal 1 meter 41 93,2 3 6,8 Menutup mulut ketika bersin/batuk menggunakan telapak tangan sebagai upaya pencegahan COVID-19 Segera mandi dan berganti pakaian saat sampai dirumah sebelum kontak dengan anggota keluarga 9 20,5 35 79,5 36 81,8 8 18,2 Selalu melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari 31 70,5 13 29,5 Istirahat dengan cukup minimal 7 jam 38 86,4 6 13,6

64 Tabel 17 Distribusi Kategorik Responden Berdasarkan Tingkat Tindakan mengenai Adaptasi New Normal Covid-19 Tingkat Tindakan n % Baik 34 77,3 Sedang 10 22,7 Total 44 100 Distribusi kategorik karakteristik responden tingkat tindakan mengenai Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang dapat dilihat dari tabel 17 menunjukkan bahwa dari 44 responden yang dilihat dari tingkat tindakannya mengenai Adaptasi New Normal Covid-19, maka tingkat tindakan responden yang paling dominan ataupun yang paling banyak adalah tindakan baik yaitu sebanyak 34 responden (77.3%), di ikuti responden dengan tingkat tindakan sedang sebanyak 10 responden (22.7%). Analisis Bivariat Analisis Bivariat dilakukan untuk melihat hubungan faktor predisposing, enabling, dan reinforcing dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota. Hubungan faktor predisposisi dengan tindakan adaptasi new normal covid-19. Hubungan faktor predisposisi (pengetahuan dan sikap) dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota. Hubungan pengetahuan pedagang terhadap adaptasi new normal covid- 19 dengan tindakan adaptasi new normal covid-19. Hubungan pengetahuan pedagang terhadap Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang dengan

65 tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 18 Hubungan Pengetahuan Pedagang terhadap Adaptasi New Normal Covid-19 dengan Tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 Kategori Kategori tindakan Total pengetahuan Baik Sedang P- n % n % n % Value Baik 18 40,9 16 36,4 23 52,3 0,47 Sedang 5 11,4 5 11,4 21 47,7 Berdasarkan analisa data yang diperoleh, hubungan pengetahuan dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Kecamatan Medan Kota dilihat dari tabel 18 menunjukkan bahwa dari 44 responden, responden yang memiliki pengetahuan baik dengan tindakan baik yaitu 18 responden (40,9%), responden yang memiliki pengetahuan sedang dengan tindakan baik yaitu 5 responden (11,4%), dan. Kemudian pada responden yang memiliki pengetahuan baik dengan tindakan sedang yaitu 16 responden (36,4%), disusul responden yang memiliki pengetahuan sedang dengan tindakan sedang yaitu 5 responden (11,4%), Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji Chi-Square maka diperoleh nilai p= 0,047< (α =0,05) berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan adaptasi New Normal Covid-19 Pada Pedagang di Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota. Hubungan sikap pedagang terhadap adaptasi new normal covid-19 dengan tindakan adaptasi new normal covid-19. Hubungan sikap pedagang

66 terhadap terhadap Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 19 Hubungan Sikap Pedagang terhadap Adaptasi New Normal Covid-19 dengan Tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 Kategori Kategori tindakan Sikap Baik Sedang Total n % n % n % Baik 28 63,6 8 18,2 36 81,8 Sedang 6 13,6 1 2,3 7 15,9 Kurang 0 0,0 1 2,3 1 2,3 P-Value 0,158 Berdasarkan analisa data yang diperoleh, hubungan sikap dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Kecamatan Medan Kota dilihat dari tabel 19 menunjukkan bahwa dari 44 responden, responden yang memiliki sikap baik dengan tindakan baik yaitu 28 responden (63,3%), disusul responden yang memiliki sikap baik dengan tindakan sedang yaitu 8 responden (18,2%), Kemudian pada responden yang memiliki sikap sedang dengan tindakan baik yaitu 6 responden (13,6%), disusul responden yang memiliki sikap sedang dengan tindakan sedang yaitu 1 responden (2,3%), responden yang memiliki sikap kurang dengan tindakan baik yaitu 0 responden (0,0%) dan responden yang memilki sikap kurang dengan tindakan sedang yaitu 1 responden (2,3%). Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji Chi-Square maka diperoleh nilai p= 0,158< (α =0,05) berarti Ho diterima dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Kecamatan Medan Kota.

67 Hubungan faktor enabling dengan tindakan adaptasi new normal covid-19. Hubungan faktor enabling (Sarana dan Prasarana) dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Kecamatan Medan Kota dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 20 Hubungan Sarana dan Prasarana di Pusat Pasar Medan dengan Tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 Kategori Kategori tindakan Total Sarana dan Baik Sedang P- Prasarana n % n % n % Value Baik 13 29,5 4 9,1 17 38,6 0,789 Sedang 21 47,7 6 13,6 27 61,4 Berdasarkan analisa data yang diperoleh, hubungan sarana dan prasarana dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Kecamatan Medan Kota dilihat dari tabel 20 menunjukkan bahwa dari 44 responden, responden yang memiliki sarana prasarana baik dengan tindakan baik yaitu 13 responden (29,5%), disusul responden yang memiliki sarana prasarana baik dengan tindakan sedang yaitu 4 responden (9,1%), pada responden yang memiliki sarana prasarana sedang dengan tindakan baik yaitu 21 responden (47,7%) dan responden yang memiliki sarana prasarana sedang dengan tindakan sedang yaitu 6 responden (13,6%). Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji Chi-Square maka diperoleh nilai p= 0,789> (α =0,05) berarti Ho diterima dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara sarana prasarana dengan tindakan

68 Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Kecamatan Medan Kota. Hubungan faktor reinforcing dengan tindakan adaptasi new normal covid-19. Hubungan faktor reinforcing (dukungan pengelola pasar, dukungan lintas sektor dan peraturan protokol kesehatan) dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Kecamatan Medan Kota. Hubungan dukungan pengelola pasar dengan tindakan adaptasi new normal covid-19. Hubungan dukungan pengelola pasar dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 21 Hubungan Dukungan Pengelola Pasar dengan Tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 Kategori Kategori tindakan Total Dukungan Baik Sedang P- Pengelola Pasar n % n % n % Value Baik 17 38,6 4 9,1 21 47,7 Sedang 16 36,4 3 6,8 19 43,2 0,032 Kurang 1 2,3 3 6,8 4 9,1 Berdasarkan analisa data yang diperoleh, hubungan dukungan pengelola pasar dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Kecamatan Medan Kota dilihat dari tabel 21 menunjukkan bahwa dari 44 responden, responden yang memiliki dukungan pengelola pasar baik dengan tindakan baik yaitu 17 responden (38,6%), responden yang memiliki dukungan pengelola pasar baik dengan tindakan sedang yaitu 4 responden (9,1%), dan. Kemudian pada responden yang memiliki dukungan pengelola pasar sedang dengan tindakan baik yaitu 16 responden (36,4%), disusul responden yang

69 memiliki dukungan pengelola pasar sedang dengan tindakan sedang yaitu 3 responden (6,8%), responden yang memiliki dukungan pengelola pasar kurang dengan tindakan baik yaitu 1 responden (2,3%) dan responden yang memiliki dukungan pengelola pasar kurang dengan tindakan sedang yaitu 3 responden (2,3%). Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji Chi-Square maka diperoleh nilai p= 0,032< (α =0,05) berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan pengelola pasar dengan tindakan adaptasi New Normal Covid-19 Pada Pedagang di Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota. Hubungan dukungan lintas sektor dengan tindakan adaptasi new normal covid-19. Hubungan Lintas Sektor dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Kecamatan Medan Kota dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 22 Hubungan Dukungan Lintas Sektor dengan Tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 Kategori Kategori tindakan Total Dukungan Baik Sedang P- Lintas Sektor n % N % n % Value Baik 24 54,5 5 11,4 29 65,9 0,408 Sedang 10 22,7 5 11,4 15 34,1 Berdasarkan analisa data yang diperoleh, hubungan dukungan lintas sektor dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Kecamatan Medan Kota dilihat dari tabel 22 menunjukkan bahwa dari 44 responden, responden yang memiliki dukungan lintas sektor baik dengan tindakan

70 baik yaitu 24 responden (54,5%), disusul responden yang memiliki dukungan lintas sektor baik dengan tindakan sedang yaitu 5 responden (11,4%), pada responden yang memiliki dukungan lintas sektor sedang dengan tindakan baik yaitu 10 responden (22,7%) dan responden yang memiliki dukungan lintas sektor sedang dengan tindakan sedang yaitu 5 responden (11,4%). Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji Chi-Square maka diperoleh nilai p= 0,408< (α =0,05) berarti Ho diterima dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan lintas sektor dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Kecamatan Medan Kota. Hubungan peraturan protokol kesehatan dengan tindakan adaptasi new normal covid-19. Hubungan Peraturan Protokol Kesehatan dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Kecamatan Medan Kota dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 23 Hubungan Peraturan Protokol Kesehatan dengan Tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 Kategori Peraturan Kategori tindakan Total Protokol Baik Sedang P- Kesehatan n % N % n % Value Baik 20 45,5 6 13,6 26 59,1 0,277 Sedang 14 31,8 4 9,1 18 40,9 Berdasarkan analisa data yang diperoleh, hubungan peraturan protokol kesehatan dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Kecamatan Medan Kota dilihat dari tabel 23 menunjukkan bahwa dari

71 44 responden, responden yang memiliki peraturan protokol kesehatan baik dengan tindakan baik yaitu 20 responden (45,5%), disusul responden yang memiliki peraturan protokol kesehatan baik dengan tindakan sedang yaitu 6 responden (13,6%), pada responden yang memiliki peraturan protokol kesehatan sedang dengan tindakan baik yaitu 14 responden (31,8%) dan responden yang memiliki peraturan protokol kesehatan sedang dengan tindakan sedang yaitu 4 responden (9,1%). Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji Chi-Square maka diperoleh nilai p= 0,277> (α =0,05) berarti Ho diterima dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara peraturan protokol kesehatan dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Kecamatan Medan Kota.

Pembahasan Karakteristik Responden Umur. Pada karakteristik umurberdasarkan hasil penelitian dapat dilihat dari tabel 3 menunjukkan bahwa dari 44 responden paling dominan berumur 26-45 tahun sebanyak 20 responden (45,5%), sebanyak 13 responden (29,5%) berumur 17-25 tahun dan yang paling rendah responden dengan umur 46-65 tahun sebanyak 11 responden (25,0%). Umur merupakan usia responden berdasarkan tahun dihitung sejak ia lahir sampai saat penelitian. Umur mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin banyak (Notoadmodjo, 2014).Dalam hal ini sesuai dengan teori Iskriyanti bahwa umur adalah salah satu faktor yang menggambarkan kematangan fisik, psikis dan sosial serta mempengaruhi dalam pembelajaran, meningkatnya umur membuat seseorang semakin matang rasa kepeduliannya dalam berfikir dan bekerja dari segi pengalaman dan kematangan jiwanya sehingga pedagang yang memiliki umur lebih dewasa kepeduliannya terhadap diri sendiri dan lingkungan meningkat akan menggerakkan pedagang lain untuk menerapkan New Normal Covid-19 (Karuniawati & Putrianti, 2020). Jenis kelamin. Pada Karakteristik menurut jenis kelamin berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat dari tabel 3 menunjukkan bahwa dari 44 responden jenis kelamin yang paling dominan ialah laki-laki sebanyak 23 responden (52,3%) dan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 21 responden (47,7%). Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa pedagang dengan jenis kelamin laki- 72

73 laki lebih banyak dibandingkan pedagang dengan jenis kelamin perempuan dikarenakan dalam penelitian ini sampel yang diteliti didapatkan lebih banyak pedagang dengan jenis kelamin laki-laki yang mau bersedia untuk mengisi kuesioner penelitian. Menurut Antari (2020) jenis kelamin adalah faktor sosial penentu yang penting untuk kesehatan sehingga berdampak pada perilaku kesehatan. Kartono dalam Astuti (2009) menyatakan bahwa jenis kelamin adalah kualitas yang menentukan suatu individu laki-laki atau perempuan sekaligus menyatakan adanya perbedaan secara anatomis dan fisiologis pada manusia yang menyebabkan perbedaan struktur tingkah laku dan struktur aktivitas antara pria dan wanita. Pendidikan terakhir. Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 3 dapat dilihat bahwa dari 44 jumlah responden dilihat dari pendidikan terakhir maka responden yang memiliki pendidikan terakhir paling dominan yaitu pendidikan terakhir SMP terdiri dari dari 20 orang (40,8%).Berdasarkan teori Mantra dalam Wawan dan Dewi (2010), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap dalam pembangunan. Semakin tinggi pendidikan pedagang maka semakin mudah dalam menerima informasi tentang pencegahan penularan Covid-19, sehingga mudah menerapkan Adaptasi New Normal Covid-19 di Pasar. Menurut UU Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu pendidikan dasar atau

74 (SD,SMP) pendidikan menengah (SMA) dan pendidikan tinggi (diploma, sarjana, magister). Menurut Notoatmodjo (2012) pendidikan seseorang mengenai kesehatan akan berpengaruh terhadap perilaku kesehatan, hal ini dikarenakan dengan pendidikan yang didapat akan memperoleh pengetahuan dan akan tercipta upaya pencegahan suatu penyakit. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan memudahkannya menyerap ilmu pengetahuan, dengan demikian maka wawasannya akan lebih luas. Lantai tempat berjualan. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat dari tabel 3 menunjukkan bahwa dari 44 responden diperoleh responden paling dominan pada lantai I yaitu sebanyak 26 responden (59,1%) dan responden yang paling rendah pada lantai II yaitu sebanyak 18 responden (40,9%). Hal ini disebabkan peneliti menggunakan teknik proportional sampling dalam menentukan perwakilan pada setiap lantai tempat berjualan di Pusat Pasar Medan dikarenakan sampel peneliti adalah seluruh pedagang di Pusat Pasar Medan dan besarnya sampel pada masing-masing lantai tempat berjualan dilakukan secara proporsional dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif. Lantai tempat berjualandalam penelitian ini sebagai tingkat yang membagi tempat pedagang berjualan di Pusat Pasar Medan yang terbagi menjadi dua yaitu lantai I dan lantai II, pada lantai I memiliki peluang lebih banyak untuk mendapatkan pembeli dan ramai kerumunan dikarenakan pada lantai Itidak hanya menjual pakaian tetapi juga sayur-mayur, ikan, sepatu dan lain-lain sehingga

75 memiliki jumlah pedagang dan pembeli yang banyak dan lebih sulit dalam menjaga jarak. Faktor Predisposing dalam Tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada Pedagang di Pusat Pasar Medan Faktor predisposing yang akan digambarkan dalam penelitian ini meliputi pengetahuan dan sikap pedagang dalam tindakan Adaptasi New Normal Covid-19. Pengetahuan pedagang terhadap adaptasi new normal covid-19 di Pusat Pasar Medan. Berdasarkan tabel 4 pengetahuan pedagang dalam Adaptasi New Normal COVID-19, berdasarkan distribusi jawaban hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebanyak 28 orang (63,6%) mengetahui bahwa mencuci tangan pakai sabun, memakai masker, menjaga jarak merupakan upaya pencegahan Covid-19 dalam New Normal dan sebanyak 16 orang (36,4%) tidak mengetahui bahwa mencuci tangan pakai sabun, memakai masker, menjaga jarak merupakan upaya pencegahan Covid-19 dalam New Normal. Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 40 orang (90,9%) responden mengetahui jarak minimal social distancing dalam New Normal Covid-19 namun sebanyak 4 orang (9,1%) yang tidak mengetahui jarak minimal social distancing dalam New Normal Covid-19, sebanyak 34 orang (77,3%) mengetahui bila sampai dirumah setelah berjualan segera mandi dan berganti pakaian sebelum kontak dengan anggota keluarga dirumah. Hal ini dikarenakan reponden mengetahui akan pentingnya untuk melindungi diri sebagai pencegahan penularan COVID-19. Sebanyak 10 orang (22,7%) responden yang tidak.

76 mengetahui akan pentingnya untuk melindungi diri sebagai pencegahan penularan COVID-19 Pengetahuan adalah hasil tahu dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Proses yang didasari oleh pengetahuan kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersikap langgeng. Sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003). Tingkat pengetahuan mengenai adaptasi new normal covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan. Berdasarkan tabel 5 tingkat pengetahuan pedagang di Pusat Pasar Medan mengenai Adaptasi New Normal Covid-19 Covid- 19, diperoleh bahwa pengetahuan pedagang dalam kategori baik yaitu sebanyak 23 responden (52,3%) dan dan responden dengan tingkat pengetahuan sedang yaitu sebanyak 21 responden (47,7%). Dari pemaparan tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar pedagang memiliki pengetahuan yang baik mengenai Adaptasi New Normal Covid-19. Menurut Notoatmodjo (2012), tingkat pengetahuan merupakan salah satu faktor yang menentukan perilaku kesehatan seseorang. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

77 indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut asumsi peneliti pengetahuan dalam Adaptasi New Normal Covid- 19 merupakan faktor yang berperan penting dalam menentukan perilaku seseorang terhadap tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 dikarenakan pengetahuan merupakan dasar untuk melakukan suatu tindakan biasanya didahului dengan tahu, kemudian perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat lebih baik dan lebih bertahan lama (langgeng) dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Dalam upaya mengoptimalkan pengetahuan mengenai New Normal Covid-19 diperlukan adanya sosialisasi dan edukasi yang tepat dalam penyampaian pesan kepada pedagang mengenai New Normal Covid-19. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan kembali bahwa pengetahuan pada pedagang di Pusat Pasar Medan mengenai Adaptasi New Normal Covid-19, dalam hal ini pengetahuan berperan untuk melakukan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19. Dengan pengetahuan yang baik mengenai Adaptasi New Normal Covid-19 akan mendorong responden untuk melakukan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19. Hal tersebut merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan penularan dan penyebaran Covid-19. Sikap responden mengenai adaptasi new normal pada pedagang di Pusat Pasar Medan. Berdasarkantabel 6 sikap dalam Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan, berdasarkan distribusi jawaban hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebanyak 32 orang (72,7%) setuju dan

78 sebanyak 12 orang (27,3%) tidak setuju bahwa dengan menerapkan New Normal Covid-19 selama berjualan terhindar dari penularan virus Covid-19. Dari hasil penelitian sikap responden dalam Adaptasi New Normal Covid- 19 dengan menjaga jarak minimal 1 meter pada pembeli terhindar dari penularan virus Covid-19 dengan jawaban sikap responden setuju 32 orang (72,7%) dan tidak setuju sebanyak 12 orang (27,3%). Dalam bersin dan batuk mencuci tangan menggunakan sabun/handsanitizer dan menutup mulut menggunakan tissu atau siku lengan responden yang setuju sebanyak 39 orang (88,6%), dalam bersin dan batuk mencuci tangan menggunakan sabun/handsanitizer dan menutup mulut menggunakan tissu atau siku lengan tidak setuju sebanyak 5 orang (11,4%). Hal ini dikarenakan reponden tau akan pentingnya mencuci tangan pakai sabun saat batuk dan bersin sebagai pencegahan penularan virus Covid-19 dalam Adaptasi New Normal. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial, lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2003).

79 Tingkat sikap mengenai adaptasi new normal covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan. Berdasarkan tabel 7 tingkat sikap pedagang di Pusat Pasar Medan mengenai Adaptasi New Normal Covid-19, diperoleh bahwa sikap pedagang yang paling dominan adalah dalam kategori sikap baik yaitu sebanyak 36 responden (81,8%), disusul dengan tingkat sikap sedang yaitu sebanyak 7 responden (15,9%), dan responden yang memiliki tingkat sikap kurang yaitu 1 sebanyak 1 (2,3%). Menurut asumsi peneliti, dari pemaparan diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden memiliki sikap baik mengenai Adaptasi New Normal Covid-19. Sikap merupakan tanggapan responden mengenai tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 sebagai bentuk upaya pencegahan penularan dan dapat mengurangi jumlah penyebaran virus Covid-19 pada pada pedagang di Pusat Pasar Medan. Menurut Kerlinger dalam Setyobroto (2002) mengemukakan sikap adalah pre-disposisi yang terorganisasi dalam berfikir, merasa, melakukan (berprilaku) dan dalam melakukan tanggapan terhadap suatu perintah atau obyek kognitif. Selanjutnya sikap merupakan sesuatu yang dipelajari, menentukan bagaimana individuu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan sikap berkaitan dengan afeksi (perasaan yang mendalam) yang bersifat positif atau negatif, dan berhubungan dengan objek tertentu, kesiapan berbuat itu selalu disertai perasaan senang atau tidak senangnya, simpati atau antipasti. Sikap yang ditunjukkan seseorang baru dapat diketahui bila ia sudah bertingkah laku. Dalam hal ini sikap merupakan salah satu

80 determinan dari tingkah laku seseorang, selain motivasi dan norma masyarakat karena itulah kadang-kadang sikap bertentangan dengan tingkah laku. Sikap diasumsikan sebagai suatu respon evaluatif yang berarti bahwa bentuk reaksi yang timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif & negatif semua bentuk reaksi itu kemudian membentuk sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap. Menurut Saefudin Azwar (2002) sikap adalah salah satu unsur kepribadian yang harus dimiliki seseorang untuk menentukan tindakannya dan bertingkah laku terhadap suatu objek disertai dengan perasaan positif dan negatif. Sikap memiliki tiga kompononen yang membentuk struktur sikap, yaitu kognitif, afektif dan konotatif, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan agama serta faktor emosi dalam diri individu. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa sikap pada pedagang di Pusat Pasar mengenai Adaptasi New Normal Covid-19, dalam hal ini sikap dapat berperan untuk melakukan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19. Seseorang yang memiliki sikap positif mengenai Adaptasi New Normal Covid-19 akan mendorong responden untuk melakukan tindakan Adaptasi New Normal Covid- 19, namun begitu juga sebaliknya jika seseorang memiliki sikap negatif maka ia akan cenderung untuk menolak melakukan tindakan Adaptasi New Normal Covid- 19 Covid-19.

81 Faktor Enabling dalam Tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada Pedagang di Pusat Pasar Medan Faktor enabling yang akan digambarkan dalam penelitian ini meliputi sarana dan prasarana dalam tindakan Adaptasi New Normal Covid-19. Ketersediaan fasilitas cuci tangan pakai sabun dan handsanitizer yang mudah diakses dalam tindakan adaptasi new normal covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan. Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 8 dapat dilihat bahwa dari 44 jumlah responden yang dilihat dari ketersediaan cuci tangan pakai sabun dan handsanitizer yang mudah diakses di Pusat Pasar Medan, maka respondenyang menjawab iya terhadap ketersediaan fasilitas cuci tangan pakai sabun dan handsanitizer yang mudah diakses di Pusat Pasar Medan yaitu sebanyak 33 responden (75,0%). Sementara itu responden yang menjawab tidak terhadap ketersediaan cuci tangan pakai sabun dan handsanitizer yang mudah diakses di Pusat Pasar Medan yaitu sebanyak 11 responden (25,0%). Dari hasil penelitian menunjukkan rata rata responden sudah mengetahui adanya ketersediaan fasilitas cuci tangan pakai sabun dan handsanitizer yang mudah diakses di Pusat Pasar Medan, namun masih terdapat beberapa responden yang tidak mengetahui adanya ketersediaan fasilitas cuci tangan pakai sabun dan handsanitizer yang mudah diakses di Pusat Pasar Medan. Menjaga kebersihan diri selama masa pandemi Corona virus seperti mencuci tangan merupkan salah satu langkah yang perlu dilakukan masyarakat. World Health Organization (WHO) juga telah menjelaskan bahwa menjaga kebersihan tangan telah mampu menyelamatkan nyawa manusia dari infeksi

82 Corona virus (World Health Organization, 2020d). Meski demikian, mencuci tangan tidak bisa dilakukan dengan sembarangan oleh masyarakat. Mencuci tangan dengan benar dalam waktu 20 detik atau lebih menggunakan air mengalir dan sabun cair merupakan cara efektif yang dianjurkan dan sangat perlu masyarakat terapkan (Khedmat, 2020). Melalui tindakan mencuci tangan siklus transmisi dan resiko penyebaran Corona virus antara 6% dan 44% dapat dikurangi (Chen dkk, 2020). Menggunakan hand sanitizer merupakan cara lain untuk menjaga kebersihan tangan selain mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir. Hal tersebut dikarenakan Hand sanitizer mampu mencegah terjadinya infeksi mikroba pada manusia (Dewi dkk, 2016). Pada hand sanitizer atau antiseptic yang mengandung sebanyak 62%-95% alkohol mampu melakukan denaturasi protein mikroba dan mampu menonaktifkan virus (Lee dkk, 2020). Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden sudah mengetahui adanya ketersediaan cuci tangan pakai sabun dan handsanitizer yang mudah diakses di Pusat Pasar Medan. Ketersediaan pegaturan jarak antar lapak pedagang dengan pemberian tanda khusus jaga jarak. Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 8 dapat dilihat bahwa dari 44 jumlah responden yang dilihat dari ketersediaan pengaturan jarak antar lapak pedagang dengan pemberian tanda khusus jaga jarak di Pusat Pasar Medan, maka respondenyang menjawab iya terhadap ketersediaan pengaturan jarak antar lapak pedagang dengan pemberian tanda khusus jaga jarak di Pusat Pasar Medan yaitu sebanyak 36 responden (81,8%). Sementara itu

83 responden yang menjawab tidak ada terhadap ketersediaan pengaturan jarak antar lapak pedagang dengan pemberian tanda khusus jaga jarak di Pusat Pasar Medan yaitu sebanyak 8 responden (18,2%). Tujuan dari kegiatan Social distancing atau physical distancing adalah meminimalisir interaksi antar masyarakat yang kemungkinan terdapat beberapa warga terinfeksi namun tidak melakukan self isolation (Suppawittaya dkk, 2020) Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden sudah mengetahui adanya ketersediaan pengaturan jarak antar lapak pedagang dengan pemberian tanda khusus jaga jarak di Pusat Pasar Medan. Ketersediaan fasilitas pengecekan suhu sebelum memauki pasar. Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 8 dapat dilihat bahwa dari 44 jumlah responden yang dilihat dari ketersediaan pengecekan suhu sebelum memauki pasar, maka respondenyang menjawab iya terhadap ketersediaan pengecekan suhu sebelum memauki pasar di Pusat Pasar Medan yaitu sebanyak 32 responden (72,7%). Sementara itu responden yang menjawab tidak ada terhadap ketersediaan pengecekan suhu sebelum memauki pasar yaitu sebanyak 12 responden (27,3%). Menurut asumsi peneliti, sarana fasilitas pengecekan suhu merupakan salah satu langkah antisipasi untuk mencegahnya penularan virus Covid-19 dikarenakan dari suhu badan tersebut dapat diketahui seseorang sedang mengalami gejala ringan, sedang ataupun berat.pengecekan suhu tubuh juga sangat penting dilakukan guna untuk mendeteksi keadaan tubuh seseorang apakah sehat atau tidak.

84 Berdasarkan penelitian Yuliana dkk. (2020) gejala klinis yang muncul pada suhu tubuh seseorang yaitu merasakan demam dengan suhu >38 derajat celcius, mengalami batuk, dan sesak nafas. Hasil penelitian Tresyananti dkk. (2020) masih banyak yang enggan diperiksa atau dicek suhu tubuhnya dan beranggapan sudah sehat tanpa harus diperiksa suhu tubuhnya oleh karena itu diperlukan pemberian pemahaman tentang pentingnya pengecekan suhu tubuh ini meskipun tidak dalam keadaan sakit. Berdasarkan data diatas masih sebagian besar responden mengetahui ketersediaan fasilitas pengecekan suhu, Namun masih terdapat responden yang belum mengetahui adanya ketersediaan fasilitas pengecekan suhu dalam Adaptasi New Normal Covid-19 di Pusat Pasar dikarenakan terdapat keterbatasan dalam proses pengecekan suhu yaitu antara lain jumlah pengunjung pasar yang sangat ramai sehingga tidak dapat melakukan pengecekan suhu satu-persatu dan pengecekan suhu yang tidak berlangsung setiap hari sehingga masih terdapat pedagang yang tidak mengetahui adanya ketersediaan fasilitas pengecekan suhu dalam Adaptasi New Normal Covid-19 di Pusat Pasar Medan. Tingkat sarana dan prasarana dalam tindakan adaptasi new normal covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan. Berdasarkan tabel 9 tingkat sarana dan prasarana dalam tindakan Adaptasi New Normal Covid-19, diperoleh bahwa tingkat sarana dan prasarana responden yang paling dominan adalah kategori sedang yaitu sebanyak 27 responden (61,4%), dan responden dengan tingkat sarana dan prasarana kategori baik yaitu sebanyak 17 responden (38,6%). Hasil penelitian menunjukkan tingkat sarana dan prasarana dalam tindakan

85 Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan masih dalam kategori sedang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses. Dalam hal ini sarana tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 adalah segala sesuatu yang mendukung tindakan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 antara lain ketersediaan fasilitas cuci tangan pakai sabun yang mudah diakses, ketersedian pengaturan jarak antar lapak pedagang, ketersedian fasilitas pengecekan suhu. Prasarana tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 merupakan sebuah wadah atau tempat agar dapat terselenggaranya tindakan Adaptasi New NormaL Covid-19 yaitu seperti tempat cuci tangan yang mudah diakses. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana dalam tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 masih sedang dengan masih terdapat responden yang tidak mengetahui adanya sarana dan prasarana dalam tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 di Pusat Pasar Medan. Faktor Reinforcing dalam Tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada Pedagang di Pusat Pasar Medan Faktor reinforcing yang akan digambarkan dalam penelitian ini meliputi dukungan pengelola pasar, dukungan lintas sektor dan peraturan protokol kesehatan dalam tindakan Adaptasi New Normal Covid-19.

86 Dukungan pengelola pasar dalam tindakan new normal covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan. Dukungan pengelola pasar merupakan segala bentuk perhatian dari pengelola pasar berupa dorongan, pengawasan dan evaluasi secara langsung dari pengelola pasar kepada responden. Dukungan pengelola pasar dalam tindakan Adaptasi New Normal Covid- 19 adalah perhatian dan juga dorongan terhadap responden yang berkaitan dengan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat dukungan pengelola pasar dalam Adaptasi New Normal Covid-19 dilihat dari tabel 11 menunjukkan bahwa dari 44 responden yang dilihat dari tingkat dukungan pengelola pasar mengenai Adaptasi New Normal Covid-19, maka tingkat dukungan pengelola pasar pada responden yang paling dominan ataupun yang paling banyak adalah tingkat dukungan pengelola pasar baik yaitu sebanyak 21 responden (47,7%), di ikuti responden dengan tingkat dukungan pengelola pasar sedang sebanyak 19 responden (43,2%), dan responden dengan tingkat dukungan pengelola pasar kurang sebanyak 4 responden (9,1%). Menurut Peter Salim & Yenny Salim (2002) dalam kamus besar bahasa indonesia pengelolaan berasal dari kata kelola yang berarti memimpin, mengendalikan, mengatur, dan mengusahakan supaya lebih baik, lebih maju dan sebagainya serta bertanggung jawab atas pekerjaan tertentu. Berdasarkan surat keputusan Kementrian Kesehatan tentang protokol kesehatan bagi masyarakat di tempat dan fasilitas umum dalam menerapkan upaya pencegahan dan pengendalian Covid-19 di Pasar sangat membutuhkan peran

87 kepemimpinan dari pengelola pasar yaitu pengelola pasar diminta agar memperhatikan informasi terkini terkait Covid-19,mengatur pedagang yang dapat beroperasi, membentuk tim pencegahan Covid-19 menerapkan jaga jarak di area pasar dengan berbagai cara, menyediakan fasilitas cuci tangan pakai sabun yang mudah diakses, desinfeksi secara berkala, membuat posko kesehatan. memasang media informasi di lokasi strategis untuk mengingatkan dan mengimbau kepada pedagang agar selalu megikuti kententuan jaga jarak minimal 1 meter, menjaga kebersihan tangan, kedisiplinan menggunakan masker, melakukan sosialisasi dan edukasi kepada pedagang terntang pencegahan Covid-19. (Kementrian Kesehatan RI, 2020). Dari hasil penelitian diatas dapat kita simpulkan bahwa dukungan pengelola pasar mengenai Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan sudah baik. Dalam hal ini pengelola sudah sudah menyediakan fasilitas cuci tangan pakai sabun, membuat pos kesehatan, mengimbau pedagang untuk jaga jarak dll namun, masih terdapat responden yang mendapat dukungan pengelola pasar yang kurang dikarenakan terdapat pedagang yang tidak mendapatkan informasi karena tidak berada di tempat (tutup) dan banyak pembeli sehingga tidak mendengarkan dengan baik pada saat pengelola pasar melakukan sosialisasi dan menghimbau pedagang dalam Adaptasi New Normal Covid-19 di Pusat Pasar Medan. Dukungan lintas sektor dalam tindakan adaptasi new normal covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan. Dukungan Lintas Sektor dalam tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 adalah bentuk kerja sama dari lintas sektor dalam

88 pelaksaaan Adaptasi New Normal COVID-19 seperti pengawasan dari aparat keamanan dan juga petugas kesehatan serta evaluasi dari Dinas Kesehatan Kota Medan yang dapat memberikan pengaruh kepada tindakan responden berkaitan dengan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat dukungan lintas sektor terhadap Adaptasi New Normal Covid-19 dilihat dari tabel 13 menunjukkan bahwa dari 44 responden yang dilihat dari tingkat dukungan lintas sektor terhadap Adaptasi New Normal Covid-19 maka tingkat dukungan lintas sektor responden yang paling dominan ataupun yang paling banyak adalah tingkat dukungan lintas sektor baik yaitu sebanyak 29 responden (65,9%), responden dengan tingkat dukungan lintas sektor sedang sebanyak 15 responden (34,1%). Kemenkes menyatakan bahwa dalam menerapkan upaya pencegahan dan pengendalian Covid-19 di Pasar membutuhkan dukungan lintas sektor yaitu kerja sama dinas kesehatan kota medan, aparat keamanan, petugas kesehatan, dalam penerttiban kedisiplinan pedagang di pasar yaitu seeperti pengawasan dari aparat keamanan dan juga petugas kesehatan serta evaluasi dari dinas kesehatan kota medan dengan rapid test secara berkala kepada pedagang (Kementrian Kesehatan RI, 2020). Dalam tindakan Adaptasi New Normal Covid-19, dukungan lintas sektor dapat memberikan bantuan terhadap responden dalam tindakan Adaptasi New Normal Covid-19. Namun berdasarkan hasil penelitian bahwa belum semua responden mendapat dukungan lintas sektor baik dalam tindakan Adaptasi New Normal di Pusat Pasar Medan.

89 Peraturan protokol kesehatan dalam tindakan adaptasi new normal covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan. Peraturan Protokol Kesehatan dalam tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 adalah aturan dan ketentuan yang dibuat oleh pemerintah dalam upaya pencegahan dan pengendalian terhadap penularan Covid-19 yang harus ditaati oleh responden berkaitan dengan Adaptasi New Normal Covid-19 pada Pedagang di Pusat Pasar Medan. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat peraturan protokol kesehatan dalam Adaptasi New Normal Covid-19 pada Pedagang di Pusat Pasar Medan dapat dilihat dari tabel 15 menunjukkan bahwa dari 44 responden yang dilihat dari tingkat peraturan protokol kesehatan dalam Adaptasi New Normal Covid-19 Covid-19, maka tingkat peraturan protokol kesehatan pada responden yang paling dominan ataupun yang paling banyak adalah tingkat peraturan protokol kesehatan baik yaitu sebanyak 26 responden (59,1%), dan responden dengan tingkat teman sebaya sedang sebanyak 18 responden (40,9%). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peraturan adalah tataan, petunjuk, kaidah, ketentuan yang dibuat untuk mengatur. Peraturan dalam tindakan New Normal Covid-19 merupakan ketentuan dan tatanan yang dibuat berdasarkan New Normal Covid-19 mencakup peraturan protokol kesehatan yaitu dalam memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan pakai sabun atau handsanitizer Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, menimbang banyaknya kerumunan dan pergerakan orang merupakan kondisi yang harus menjadi perhatian pemerintah menetapkan kebijakan dalam upaya

90 pencegahan dan pengendalian penularan Covid-19 yaitu dengan penerapan protokol kesehatan di pasar dengan menjaga jarak, wajib memakai masker, mencuci tangan pakai sabun. Oleh karena pedagang harus menerapkan peraturan protokol kesehatan dalam menekan meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian Covid-19 dan timbulmya kluster baru pada pedagang di pasar Menurut Arifin (2020) Protokol kesehatan adalah panduan atau tata cara kegiatan yang dilakukan dalam rangka menjamin individu dan masyarakat tetap sehat terlindung dari penyakit tertentu. Tujuan penerapan protokol kesehatan adalah untuk meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian COVID-19 bagi masyarakat dalam rangka pencegahan terjadinya episenter/kluser baru selama pandemi. Dari hasil penelitian diatas dapat kita simpulkan bahwa peraturan prtotokol kesehatan mengenai Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan sudah baik. Dalam hal ini pedagang sudah memakai masker dan mencuci tangan pakai sabun. Namun, masih terdapat pedagang yang merasa kesulitan dalam penerapan jaga jarak di pasar. Tindakan Responden dalam Adaptasi New Normal Covid-19 pada Pedagang di Pusat Paasar Medan Berdasarkan tabel 16 Tindakan responden dalam Adaptasi New Normal Covid-19, berdasarkan distribusi jawaban hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebanyak 30 orang (68,2%) selalu mengunakan masker dan menghindari menyentuh area wajah saat berjualan sebanyak 14 orang (31,8%) tidak selalu mengunakan masker dan menghindari menyentuh area wajah saat berjualan

91 dikarenakan reponden tau akan pentingnya memakai masker untuk melindungi diri serta pencegahan penularan COVID-19. Dari hasil penelitian sebanyak 31 orang (70,5%) melakukan tindakan olahraga atau aktivitas fisik 30 menit dalam sehari dan sebanyak 13 orang (29,5%) responden yang tidak melakukan tindakan olahraga atau aktivitas fisik 30 menit dalam sehari dikarenakan adanya responden yang tidak dapat memimalisir waktu serta merasa sudah kelelahan setelah berjualan sehingga tidak dapat melakukan olahraga atau aktivitas fisik 30 menit/ sehari. New Normal Covid-19 adalah adaptasi kebiasaan baru yang dapat dijabarkan sebagai perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan (memakai masker, menjaga jarak dan menjaga kebersihan tangan) guna mencegah terjadinya penularan COVID-19 selama beraktivitas secara normal baru (Putra & Fitriani, 2020) Tingkat Tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada Pedagang di Pusat Pasar Medan Tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 adalah segala bentuk nyata aktivitas responden yang berkaitan dengan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat tindakan mengenai Adaptasi New Normal Covid-19 di Pusat Pasar Medan dilihat dari tabel 17 menunjukkan bahwa dari 44 responden yang dilihat dari tingkat tindakannya mengenai Adaptasi New Normal Covid-19 Covid-19, maka tingkat tindakan responden yang paling dominan ataupun yang

92 paling banyak adalah tingkat tindakan baik yaitu sebanyak 34 responden (77,3%), di ikuti responden dengan tingkat tindakan sedang sebanyak 10 responden (262,7%). New normal adalah suatu kondisi perubahan perilaku untuk kembali menjalankan aktivitas normal. Namun, perubahan perliku yang dimakud dalam masa new normal ini yaitu, masyarakat diharuskan untuk tetap menerapkan protokol kesehatan dalam menjalankan aktivitasnya, hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya penambahan angka penularan virus covid-19. Prinsip utama dari new normal ini merupakan mampu menyesuaikan diri dengan penerapan pola hidup sehat. Protokol kesehatan menjadi aturan dalam pengimplementasian new normal pada masa transisi ini, yaitu dengan membatasi jarak dengan orang sekitar, mengurangi kontak fisik dengan orang lain, selalu menggunakan masker, membawa handsanitizer atau selalu mencuci tangan, dan selalu menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan. Kebijaan new normal dilakukan sebagai upaya kesiapan untuk kembali beraktivitas di luar rumah seperti biasa, sehingga dapat beradaptasi dan manjalani perubahan perilaku yang baru. (Vira, 2021). Penelitian yang dilakukan oleh Darmin Tuwu (2020) yang berjudul Kebijakan pemerintah dalam penanganan pandemi covid-19. Dimana hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah penyebaran penularan virus corona, yaitu seperti: melakukan kebijakan berdiam diri di rumah, melakukan pembatasan sosial, pembatasan fisik, penggunaan alat pelindung diri, selalu menjaga kebersihan diri, bekerja dan belajar dari rumah, menunda semua kegiatan yang dapat

93 mengumpulkan banyak orang, pembatasan sosial berskala besar, hingga pemberlakuan kebijakan new normal. Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pedagang di Pusat Pasar Medan memiliki kategori tindakan yang baik terhadap tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 akan tetapi masih terdapat pedagang yang memiliki tingkat tindakan yang sedang dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 14 responden (31,8%) tidak selalu menggunakan masker, sebanyak 13 responden (29,5%) tidak selalu melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit dalam sehari, sebanyak 11 responden (25,0%) tidak mengingatkan pembeli dan sesama pedagang untuk menggunakan masker. hal ini dikarenakan faktor budaya, kebiasaan dan adanya rasa tidak nyaman pada saat menggunakan masker dansaat berjualan pedagang menghadapi kondisi pasar yang ramai sehingga sulit untuk menjaga jarak dalam menerapkan New Normal. Oleh karena itu dapat disimpulkan belum semua pedagang dapat menerapkan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19di Pusat Pasar Medan. Hubungan Faktor Predisposing dengan Tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada Pedagang di Pusat Pasar Medan Hubungan pengetahuan dengan tindakan adaptasi new normal covid- 19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan. Berdasarkan hasil analisa data dalam tabel 18 dengan menggunakan uji Chi-Square maka diperoleh nilai p= 0,047< (α =0,05) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan adaptasi New Normal Covid-19 Pada Pedagang di Pusat Pasar Medan.

94 Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan adalah dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang karena pengetahuan yang baik akan mempengaruhi pengambilan sikap yang benar terhadap suatu objek tertentu. Apabila seseorang menerima perilaku baru atau adopsi perilaku berdasarkan pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku akan berlangsung lama. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2014). Menurut teori Lawrence Green menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan faktor awal dari suatu perilaku yang diharapkan dan pada umumnya berkorelasi positif dengan perilaku. Berdasarkan tingkatan tahu, memahami, mengaplikasikan, analisa, sintesa, dan evaluasi yang nantinya akan mempengaruhi perilaku kesehatan yang dilakukan. Sehingga tingkat pengetahuan mencakup apa saja yang seharusnya dilakukan dan yang tidak dilakukan dalam Adaptasi New Normal Covid-19 sebagai upaya pencegahan Covid-19. Mereka yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang, akan lebih mudah terkana Covid-19 dikarenakan mereka kurang mengerti hal apa saja yang berhubungan dan yang dapat mencegah penularan Covid-19 dalam Adaptasi New Normal Covid-19. Teori diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan karena pada penelitian ini hasil uji univariat menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan dalam kategori baik yaitu sebesar 23 responden (52,3%) dan mayoritas responden juga memiliki tindakan dalam kategori baik yaitu

95 sebesar 34 responden (77,3%). Hal ini menunjukkan kesesuaian bahwa pengetahuan akan mempengaruhi tindakan seseorang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Mujiburrahman (2020) menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan responden dengan perilaku pencegahan COVID-19, p value = 0,001; p < 0,05. Selain itu penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2020) menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan masyarakat dengan kepatuhan menggunakan masker, p value = 0,004; p < 0,05. Penelitian Dewi (2020) menyatakan bahwa pengetahuan mempengaruhi perilaku pencegahan penularan COVID-19, p value = 0,024; p < 0,05 dan penelitian yang dilakukan Rosmala Dewi (2020) juga menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan dengan pencegahan COVID-19, p value = 0,000; p < 0,05. Dalam penelitian ini, responden dikategorikan berpengetahuan baik dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan sebanyak 28 responden (63,6%) mengetahui bahwa mencuci tangan pakai sabun, memakai masker, menjaga jarak merupakan upaya pencegahan Covid-19 dalam New Normal dan sebanyak 16 orang, sebanyak 34 orang (77,3%) mengetahui bila sampai dirumah setelah berjualan segera mandi dan berganti pakaian sebelum kontak dengan anggota keluarga dirumah. Hal ini dikarenakan reponden mengetahui akan pentingnya untuk melindungi diri sebagai pencegahan penularan COVID-19. Berdasarkan data tersebut, penulis berpendapat bahwa pengetahuan mengenai Adaptasi New Normal Covid-19 berhubungan dan menjadi faktor yang mendukung responden dalam tindakan Adaptasi New Normal Covid-19.

96 Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik akan meningkatkan wawasan, rasa ingin tahu sekaligus menambah daya ingat dalam upaya untuk melakukan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19. Semakin baik pengetahuan maka wawasan tentang Adaptasi New Normal Covid-19 juga akan baik, namun sebaliknya apabila seseorang memiliki pengetahuan kurang baik maka seseorang tidak akan mau untuk ikut serta dalam melakukan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19. Hubungan sikap dengan tindakan adaptasi new normal covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan. Berdasarkan hasil analisa data dalam tabel 19 dengan menggunakan uji Chi-Square maka diperoleh nilai p= 0,158< (α =0,05) berarti Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Kecamatan Medan Kota. Sikap merupakan respon tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mengarah pada perilaku yang diekspresikan dalam bentuk tindakan, yang merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki. Sikap merupakan keyakinan seseorang yang berkaitan dengan tindakan seseorang. Hal ini disebabkan oleh setiap individu bertindak sesuai dengan kenyakinan mereka (Notoatmodjo, 2014). Sikap merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi masih merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap seseorang akan mempengaruhi perilaku kesehatan, sikap positif seseorang akan menghasilkan perilaku kesehatan yang positif pula. Sedangkan sikap yang negatif akan

97 menghasilkan perilaku kesehatan yang negatif pula. Sikap positif adalah suatu sikap yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan yang berlaku, sedangkan sikap negatif adalah sikap yang tidak sesuai dengan nilainilai kesehatan yang berlaku. Sikap positif disini adalah sudah benar dalam bersikap tentang hal-hal apa saja yang seharusnya dilakukan dalam Adaptasi New Normal sebagai pencegahn terhadap Covid-19. Sedangkan sikap negatif tentang hal-hal apa saja yang tidak seharusnya dilakukan dalam Adaptasi New Normal Covid-19. Sikap yang positif dari responden kemungkinan disebabkan pengalaman responden yang banyak dan pembentukan sikap yang baik sehingga melahirkan pola pikir yang baik, serta keyakinan dan emosi yang baik Menurut asumsi peneliti, sikap dalam tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 yang positif akan memicu dilakukannya tindakan Adaptasi New Normal Covid-19. Sebagian besar responden sudah memiliki sikap yang positif terhadap tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 dengan banyaknya pedagang yang sudah menganggap bahwa tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 sebagai hal yang penting dalam pencegahan penularan Covid-19 di Pasar, namun terdapat hal yang masih kurang pada pedagang di Pusat Pasar Medan yaitu masih terdapat pedagang yang memiliki sikap negatif dalam tindakan Adaptasi New Normal Covid-19. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pedagang di Pusat Pasar Medan menunjukkan bahwa sebanyak 12 responden (27,3%) tidak setuju dengan menjaga jarak minimal 1 meter akan terhindar dari penularan Covid-19, sebanyak 9 responden (20,5%) setuju saat kondisi pasar sangat ramai dan sulit untuk menjaga

98 jarak dengan tidak perduli dan ikut tidak menjaga jarak, sebanyak 11 responden (25,0%) tidak setuju mencuci tangan pakai sabun atau menggunakan handsanitizer setelah melakukan transaksi jual beli dengan pembeli. Hal ini menunjukkan kenyataan bahwa belum semua pedagang memiliki sikap yang positif dalam tindakan Adaptasi New Normal Covid-19. dikarenakanpedagang memiliki pertimbangan dalam melakukan tindakannya pengetahuan dan sikap yang baik belum tentu terlaksana dalam tindakan dimana pedagang menunjukkan tindakan tradisional yaitu tidak terbiasa dalamdalam menggunakan masker yang menyebabkan kesulitan bernafas dan merasa pengap, tidak terbiasa dan sulit menerapkan jaga jarak pada saat berjualan, dan menunjukkan tindakan afektif yang dimunculkan yaitu ketidakpercayaant terhadap virus Covid-19. Hal ini sejalan dengan penelitian Putri dkk. (2021) pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan prilaku pencegahan covid-19 dengan nilai P sebesar 0,466 (P>0,05) dan juga sejalan dengan penelitian Ramadhani dkk. (2020) penelitian tersebut mendaptakan hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku pencegahan Covid 19 dengan nilai p=0,874. Sikap merupakan suatu reaksi menerima atau menolak pesan informasi yang diterima oleh akal maka jika informasi yang diterima tersebut dipahami maka belum tentu informasi tersebut dilaksanakan. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap mengenai Adaptasi New Normal Covid-19 tidak memiliki hubungan dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan. Sikap merupakan salah

99 satu determinan dari tingkah laku seseorang, selain motivasi dan norma masyarakat karena itulah kadang sikap beretentangan dengan tingkah laku, sikap yang positif dapat meningkatkan rasa ingin tahu pedagang dalam melakukan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 dan sebaliknya reaksi yang negatif akan dapat menurunkan keinginan pedagang dalam melakukan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19. Hubungan Faktor Enabling dengan Tindakan Adaptasi New Normal Covid- 19 pada Pedagang di Pusat Pasar Medan Hubungan sarana dan prasarana dengan tindakan adaptasi new normal covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan. Berdasarkan hasil analis data dalam tabel 20 dengan menggunakan uji Chi-Square maka diperoleh nilai p= 0,789> (α =0,05) berarti Ho diterima dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara sarana prasarana dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Kecamatan Medan Kota. Faktor pemungkin (enabling) adalah fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang. Pengetahuan dan sikap saja belum menjamin terjadinya suatu tindakan, maka masih diperlukan sarana atau fasilitas untuk mendukung perilaku tersebut. Dari segi kesehatan, agar seseorang memiliki perilaku sehat maka harus memiliki akses sarana dan prasarana (Notoatmodjo, 2014). Moenir (1992) mengemukakan bahwa sarana adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama/pembantu

100 dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja. Pengertian yang dikemukakan oleh Moenir, jelas memberi arah bahwa sarana dan prasarana adalah merupakan seperangkat alat yang digunakan dalam suatu proses kegiatan baik alat tersebut adalah merupakan peralatan pembantu maupun peralatan utama, yang keduanya berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Sarana dan prasarana merupakan alat kelengkapan atau faktor pendukung dalam tindakan Adaptasi New Normal Covid-19. Dalam Adaptasi New Normal Covid-19, sarana dan prasarana meliputi ketersediaan fasilitas cuci tangan pakai sabun yang mudah diakses, ketersedian pengaturan jarak antar lapak pedagang dan ketersedian fasilitas pengecekan suhu yang dapat membantu terlaksananya tindakan Adaptasi New Normal Covid-19. Dalam Hal ini sangat diperlukan jika sarana dan prasarana yang ada dapat memungkinkan dalam melakukan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19. Dalam tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 ketersediaan sarana dan prasarana dikategorikan sedang terbukti bahwa hasil uji univariat menunjukkan bahwa sebanyak 33 responden (75,0%) respondenyang menjawab iya terhadap ketersediaan fasilitas cuci tangan pakai sabun dan handsanitizer yang mudah diakses, sebanyak 36 responden (81,8%)menjawab iya terhadap ketersediaan pengaturan jarak antar lapak pedagang dengan pemberian tanda khusus jaga jarak dan sebanyak 32 responden (72,7%) menjawab iya terhadap ketersediaan pengecekan suhu sebelum memauki pasar. Namun sebanyak 11 responden (25,0%) responden yang menjawab tidak terhadap ketersediaan cuci tangan pakai

101 sabun dan handsanitizer yang mudah diakses, sebanyak 8 responden (18,2%) responden yang menjawab tidak ada terhadap ketersediaan pengaturan jarak antar lapak pedagang dengan pemberian tanda khusus dan sebanyak 12 responden (27,3%) menjawab tidak tersedia terhadap ketersediaan pengecekan suhu sebelum memauki pasardi Pusat Pasar Medan. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan faktor enabling (sarana dan prasarana) yaitu ketersediaan fasilitas cuci tangan pakai sabun yang mudah diakses, keter, ketersedian pengaturan jarak antar lapak pedagang dan ketersedian fasilitas pengecekan suhu dalam tindakan Adaptasi New Normall Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Salihah (2020) menyatakan ada hubungan ketersediaan sarana dan prasarana dengan perilaku pencegahan COVID-19, p value = 0,006; p < 0,05, tersedianya sarana prasarana dapat memungkinkan seseorang untuk melakukan perilaku pencegahan COVID-19. Pada penelitian yang dilakukan Sa adah (2017) menyatakan bahwa ada Hubungan Ketersediaan Sarana dan Prasana dengan Penerapan PHBS, p value = 0,038; p < 0,05, jika dibandingkan dengan nilai α = 0.05 maka p value 0,043; p < 0.05. Penelitian lain yang dilakukan Utomo (2013) menyatakan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana usaha kesehatan sekolah (UKS) memiliki hubungan yang signifikan dengan peningkatan perilaku hidup sehat, korelasi r = 0,925. Penelitian yang dilakukan Amira (2019) juga menyatakan bahwa ada hubungan antara sarana, prasarana dengan perilaku merokok, p value = 0,044; p < 0,05.

102 Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yaitu ketersediaan terhadap ketersediaan fasilitas cuci tangan pakai sabun dan handsanitizer yang mudah diakses, ketersediaan pengaturan jarak antar lapak pedagang dengan pemberian tanda khusus jaga jarak, ketersediaan fasilitas pengecekan suhu sebelum memauki pasar tidak berhubungan dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan hal ini dikarenakan masih terdapat pedagang yang tidak mengetahui ketersediaan sarana dan prasaranan sedangkan pada pedagang yang sudah mengetahui tidak menggunakan atau memanfaatkan sarana dan prasarana tersebut sebagai upaya pencegahan penularan Covid-19. Hubungan Faktor Reinforcing dengan Tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada Pedagang di Pusat Pasar Medan Hubungan dukungan pengelola pasar dengan tindakan adaptasi new normal covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan. Berdasarkan hasil analisa data dalam tabel 21 dengan menggunakan uji Chi-Square maka diperoleh nilai p= 0,032 > (α =0,05) berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan pengelola pasar dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 Pada Pedagang di Pusat Pasar Medan. Menurut Handoko (1984) pengelolaan adalah proses yang membantu merumuskan suatu kebijakan dan tujuan organisasi atau proses yang memberikan pengawasan pada suatu yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan. Berdasarkan surat keputusan Kementrian Kesehatan tentang protokol kesehatan bagi masyarakat di tempat dan fasilitas umum dalam menerapkan upaya

103 pencegahan dan pengendalian Covid-19 di Pasar sangat membutuhkan peran kepemimpinan dari pengelola pasar (Kemenkes RI, 2020). Menurut Sutrisno (2010) yang dikutip oleh Hamali (2018), pimpinan yangberhasil memberikan perhatian atau dukungan yang besar kepada karyawan akandapat menciptkan disiplin kerja yang baik. Pimpinan yang mampu memberikanperhatiandandukungankhususkepadakaryawanakanselaludihormatida ndihargai sehingga akan berpengaruh besar terhadap prestasi, semangat kerja danmoral kerja karyawan. Dalam hal ini dukungan pengelola sebagai pemimpin merupakan hal yang penting dalam Adaptasi New Normal Covid-19 di Pusat Pasar Medan dikarenakan sikap yang baik belum tentu akan menjadi suatu perilaku apabila belum ada faktor pendukung (support) dari pihak lain. Skinner, yang dikutip oleh L. Gaol (2018)menyatakan bahwa salah satu faktor yang paling kuat untuk berprilaku adalah faktor penguatan (reinforcement), yaitu apabila sebuah perilaku diberikan penguatan akan memberikan peluang pada sebuah perilaku dimana perilaku tersebut akan dilakukan kembali, terkhusus oleh pengelola pasar, maka pedagang tersebut akan lebih mudah melaksanakan Adaptasi New Normal Covid-19. Teori diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan karena pada penelitian ini hasil uji univariat menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki dukungan pengelola pasar dalam kategori baik yaitu sebesar 21 responden (47,7%) dan mayoritas responden dalam kategori tindakan baik yaitu sebesar 34 responden (77,3%) Hal ini menunjukkan kesesuaian bahwa dukungan

104 pengelola pasar akan mempengaruhi responden dalam melakukan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian dengan uji chi kuadrat menunjukkan ada hubungan dukungn pengeloladengan praktik cuci tangan pakai sabun dengan p value = 0,000 ) dan menunjukkan bahwa dukungan pengelola mempengaruhi terhadap perubahan perilaku seseorang (Hanadkk, 2012). Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa dukungan pengelola pasar merupakan faktor pendorong dalam tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 disebabkan pengelola pasar berperan aktif dalam memberikan himbauan dan sosialisasi kepada responden dalam pencegahan covid-19 sehingga lebih mudah mempengaruhi responden dalam tindakan Adaptasi New Normal Covid-19. Hubungan dukungan lintas sektor dengan tindakan dan adaptasi new normal covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan. Berdasarkan hasil analisa data dalam tabel 22 dengan menggunakan uji Chi-Square maka diperoleh nilai p= 0,408 > (α =0,05) berarti Ho diterima dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan lintas sektor dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan. Kemenkes menyatakan bahwa dalam menerapkan upaya pencegahan dan pengendalian Covid-19 di Pasar membutuhkan dukungan lintas sektor yaitu kerja sama dinas kesehatan kota medan, aparat keamanan, petugas kesehatan, dalam penerttiban kedisiplinan pedagang di pasar yaitu seeperti pengawasan dari aparat keamanan dan juga petugas kesehatan serta evaluasi dari dinas kesehatan kota

105 medan dengan rapid test secara berkala kepada pedagang (Kementrian Kesehatan RI, 2020). Hasil penelitian tidak sejalan dengan teori di atas, dimana tidak ada hubungan antara dukungan lintas sektor dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan. Hal ini dikarenakan pada penelitian ini hasil uji univariat menunjukkan bahwa dukungan lintas sektor dalam tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 terdapat kategori sedang sebanyak 15 responden (34,1%) dengan kategori tindakan sedang sebanyak 10 responden (22,7%) menyatakan lintas sektor tidak membantu dalam pelaksanaan New Normal Covid-19 di Pusat Pasar Medan., Menurut asumsi peneliti, faktor dukungan lintas sektor yang tidak berperan dalam tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan dikarenakan lintas sektor antara lain dinas kesehatan kota medan melakukan evaluasi dan rapid test kepada pedagang dilakukan pada masa awal pandemi Covid-19 dan tidak dilakukan dengan rutin lagi begitu juga dengan dukungan lintas sektor aparat keamanan seperti pengawasan dalam penerapan protokol kesehatan (memakai masker, menjaga jarak minimal 1 meter dan mencuci tangan pakai sabun) yang juga tidak rutin dilakukan yaitu dalam 1 minggu sekali ataupun 2 minggu sekali di Pusat Pasar Medan sehingga dukungan lintas sektor kurang berperan dalam tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 dan pedagang yang menerapkan 3 M (memakai masker, mencui tangan pakai sabun, memnajaga jarak minimal 1 meter saat ada razia dari aparat keamanan saja. Oleh karena itu dengan semakin berperan dukungan lintas sektor juga akan semakin

106 mempengaruhi pedagang dalam melakukan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 di Pusat Pasar Medan beegitu juga sebaliknya. Pedagang juga tidak menggunakan masker ketika berjualan, padahal di pasar sudah sering dilakukan razia oleh dinas perdagangan, namun para pedagang tetap tidak mematuhi peraturan tersebut. Para pedagang hanya akan menggunakan masker ketika ada pemeriksaan yang dilakukan oleh dinas perdagangan, jika tidak ada pemeriksaan pedagang tidak menggunakan masker, dan mereka memilih untuk menyimpan maskernya di dalam saku, di dalam etalse dan digantung di dekat mereka (Vira, 2021). Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan lintas sektor tidak berhubungan dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan. Hubungan peraturan protokol kesehatan dengan tindakan adaptasi new normal covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan. Berdasarkan hasil analisa data dalam tabel 23 dengan menggunakan uji Chi-Square maka diperoleh nilai p= 0,277> (α =0,05) berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara peraturan protokol kesehatan dengan tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan tahun 2021. Menurut teori Lawrence Green Faktor penguat (reinforcing factor), Faktor penguat merupakan faktor yang mendorong seseorang berperilaku dari luar diri orang tersebut, termasuk penghargaan sosial dan fisik. Faktor penguat dari luar bisa sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang, baik dari dorongan yang

107 positif sampai hal negatif, seperti adanya pengawasan, penghargaan, sanjungan, dukungan dari keluarga atau teman, sanksi atau hukuman. Penerapan protokol kesehatan adalah salah satu hal yang sangat penting dalam pencegahan penyebaran Covid-19, yaitu dengan selalu menerapkan 3M (selalu menggunakan masker, menjaga jarak, dan selalu mencuci tangan) yang mana dengan menerapkan protokol kesehatan tersebut diharapkan masyarakat dapat terhindar dari penularan virus Covid-19 ketika berinteraksi dengan orangorang disekitarnya (Vira, 2021). Pada penelitian ini, responden dikategorikan memiliki peraturan protokol kesehatan baik dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan sebanyak 36 responden (81,1%) menyatakan ada peraturan ada peraturan wajib jaga jarak minimal 1 meter di tempat responden berdagang, sebanyak 42 responden (95,5%) menyatakan ada peraturan wajib memakai masker di tempat responden berdagang, dan sabanyak 33 responden (75,0%) menyatakan ada peraturan untuk mencuci tangan pakai sabun selama berdagang. Berdasarkan data tersebut, penulis berpendapat bahwa peraturan protokol kesehatan dalam tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 dimasa pandemi Covid-19 pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara sudah baik tetapi tidak ada hubungan antara peraturan protokol kesehatan dengan tindakan New Normal Covid-19. Hal ini disebabkan hasil uji statistik menunjukkan sebanyak 6 responden (13,6%) dengan kategori peraturan protokol kesehatan baik namun memiliki tindakan sedang dalam Adaptasi New Normal Covid-19.

108 Dalam penerapan protokol kesehatan, masyarakat mempunyai pertimbangan-pertimbangan dalam tindakannya. Tindakan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut didasarkan pilihan yang mereka ambil secara sadar maupun secara tidak sadar. Pada permasalahan ini tindakan yang lebih banyak dimunculkan oleh masyarakat yaitu tindakan afektif dan tindakan tradisional. Dimana tindakan afektif yang dimunculkan yaitu ketidakpercayaan masyarakat terhadap virus Covid-19, dan tindakan tradisional yang dimunculkan yaitu tidak terbiasa dalam menggunakan masker yang menyebabkan kesulitan bernafas sehingga masyarakat memutuskan untuk tidak menggunakan masker. Hal ini juga didukung penelitian yang dilakukan Anggreni & Adityarini (2020) hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar respondenyaitu sebanyak 94% tidak patuh terhadap protokol kesehatan di masa new normal dan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan remaja tentang Covid-19 dengan kepatuhan dalam menerapkan protokol kesehatan dimasa new normal dengan p value Spearman-rank 0,988 > 0,050. Perilaku penerapan protokol kesehatan saat ini memang seharusnya didasarkan kesadaran masyarakat sendiri, karena masyarakat yang sebenarnya mengetahui berbagai pengetahuan terkait protokol kesehatan ataupun pandemi COVID-19 namun tidak dapat melaksanakannya secara baik di dalam kehidupannya sehari-hari (Tentama, 2018) Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa peraturan protokol kesehatan tidak berhubungan dengan tindakan dalam Adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan dikarenakan adanya peraturan

109 protokol kesehatan tidak bisa menjamin pedagang menerapkanya karena masih ada yang dapat melanggar peraturan prtokol kesehatan tersebut. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan terhadap waktu, biaya, tenaga, keadaan pandemi covid-19 sehingga peneliti dalam penelitian ini yaitu pemilihan sampel yang menggunakan rumus slovin dengan persentase kelonggaran 15% sehingga sampel penelitian yang dilibatkan terbatas yaitu hanya 44 orang dan menurut pengamatan peneliti terdapat reponden yang memberikan jawaban tidak secara sungguh-sungguh dan kurang teliti terhadap pertanyaan yang ada serta kejujuran yang tidak menunjukkan keadaan sesungguhnya

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti tentang Adaptasi New Normal Covid-19 pada Pedagang di Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Gambaran karakteristik, faktor predisposing, enabling, reinforcing dalam New Normal Covid-19 pada Pedagang di Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota antara lain sebagai berikut: a. Gambaran umum Karakteristik responden; berdasarkan kelompok umur 26-45 tahun sebanyak 20 responden (45,5,%), berdasarkan jenis kelamin, yang paling dominan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 23 responden (52,3%), berdasarkan pendidikan terakhir yang paling dominan berasal dari SMP sebanyak 20 responden (40,8%) dan berdasarkan lantai tempat berjualan yang paling dominan pada lantai 1 sebanyak 26 responden (59,1%). b. Gambaran faktor predisposing pedagang dalam Adaptasi New Normal Covid-19, untuk gambaran pengetahuan yang paling dominan yaitu responden dalam kategori pengetahuan baik sebanyak 23 responden (52,3%), dan untuk gambaran dari sikap yang paling dominan yaitu responden dalam kategori sikap baik yaitu sebanyak 36 responden (81,8%). c. Gambaran faktor enabling (sarana dan prasarana yaitu ketersediaan fasilitas cuci tangan pakai sabun yang mudah diakses, ketersedian 110

111 pengaturan jarak antar lapak pedagang, ketersedian fasilitas pengecekan suhu sebelum memasuki pasar) pedagang dalam Adaptasi New Normal Covid-19 yang paling dominan yaitu responden dalam kategori sarana dan prasarana sedang sebanyak 27 responden (61,4%). d. Gambaran faktor reinforcing pedagang dalam Adaptasi New Normal Covid-19. Gambaran dari faktor dukungan pengelola pasar yang paling dominan yaitu responden dalam kategori dukungan peengelola pasar baik sebanyak 21 responden (47,7%), gambaran dari faktor dukungan lintas sektor yang paling dominan yaitu responden dalam kategori dukungan lintas sektor baik sebanyak 29 responden (65,9%), dari faktor peraturan protokol kesehatan yang paling dominan yaitu responden dalam kategori peraturan protokol kesehatan baik sebanyak 26 responden (40,9%). 2. Terdapat hubungan antara faktor predisposing (pengetahuan) pedagang dalam Adaptasi New Normal Covid-19 dengan p-value (0,047) 3. Tidak terdapat hubungan antara faktor predisposing (sikap) pedagang dalam Adaptasi New Normal Covid-19 dengan p-value (0,158) 4. Tidak terdapat hubungan antara faktor enabling (sarana dan prasarana) pedagang dalam Adaptasi New Normal Covid-19 p-value (0,789). 5. Terdapat hubungan antara faktor reinforcing (dukungan pengelola pasar) pedagang dalam Adaptasi New Normal Covid dengan p-value( 0,032), Akan tetapi tidak terdapat adanya hubungan dukungan lintas sektorp-value (0,408) dan tidak terdapat adanya hubungan perturan protokol dengan p-value (0,277).

112 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah antara lain: 1. Bagi Pedagang agar dapat selalu menerapkan New Normal dengan sangat baik dan aktif menyebarkan informasi kepada sesama pedagang yang belum mengetahui pentingnya menerapkan dan melaksanakan protokol kesehatan bersama dan menyebarkan informasi kepada sesama pedagang yang belum mengetahui adanya ketersediaan sarana dan prasarana dankepada pedagang yang sudah mengetahui agar lebih memanfaatkan dan menggunakan adanya ketersediaan sarana dan prasarana dalam new normal di pasar agar dapat terhindar dari penularan Covid-19. 2. Bagi Satgas Covid-19 dapat mengupayakan bantuan masker rutin bagi pedagang dan turun langsung meninjau agar tidak ada pedagang yang tidak menggunakan masker selama berjualan, kemudian meningkatkan fokus pengawasan dan edukasi pentingnya protokol kesehatan 3M (Memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan pakai sabun) dan memanfaatkan media informasi di pasar yaitu pengeras suara untuk selalu mengingatkan pedagang akan resiko terpapar Covid-19 apabila tidak mematuhi protokol kesehatan. 3. Bagi Kelurahan Pusat Pasar disarankan untuk selalu rutin dalam menginformasikan dan mengedukasi bersama satgas kelurahan tentang upaya pencegahan penularan Covid-19 pada pedagang dan turun langsung untuk mengimbau pedagang akan pentingnya mematuhi protokol kesehatan dalam

113 penerapan adaptasi kebiasaan baru di pasar dalam upaya menurunkan angka penularan Covid-19 di kota medan khususnya di kelurahan Pusat Pasar Medan. 4. Bagi Lintas Sektor (Dinas Kesehatan Kota Medan, aparat keamanan dan petugas kesehatan) diharapkan dapat melakukan evaluasi terhadap pelaksaan protokol kesehatan dalam Adapatasi New Normal sebagai pencegahan Covid- 19 lebih terjadwal dan teratur selain itu juga dalam melakukan evaluasi kepada pedagang juga dapat memberikan sosialisasi kepada pedagang agar tidak melanggar peraturan protokol kesehatan dan melaksanakan perilaku Adaptasi New Normal Covid-19 tidak hanya pada saat razia saja. 5. Bagi peneliti selanjutnya dapat digunakan sebagai referensi penelitian mengenai perilaku adaptasi New Normal Covid-19 khususnya pada pedagang pasar dan sebagai bahan pertimbanganuntuk peneliti selanjutnya agar lebih membahas mengenai faktor dukungan pengelola pasar karena dalam penelitian ini faktor dukungan pengelola pasar yang paling berhubungan terhadap perilaku new normal dikarenakan peran pengelola pasar sebagai pemimpin sangat mempengaruhi tindakan pedagang dalam melasaksanakan new normal dan agar mendapatkan hasil yang lebih baik disarankan menggunakan jumlah sampel yang lebih besar karena pada penelitian ini jumlah sampel terbatas.

Daftar Pustaka Allport, W. G. (1954). The nature of prejudice. United States of America: Addison-Wesley Publishing Company. Anggraeni, D., & Safitri, C. A. (2020). Hubungan pengetahuan remaja tentang covid-19 dengan kepatuhan dalam menerapkan protokol kesehatan di masa new normal. Hospital Majapahit, 12(2), 134-142. Arikunto, S. (2013). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rinneka Cipta. Azwar, S. (2002). Sikap manusia teori dan pengukurannya.yogyakarta : Pustaka Pelajar Badan Pusat Statistik. (2020). Survei COVID-19 Badan Pusat Statistik. Diakses dari https://covid-19.bps.go.id/ Case, A., & Deaton, A. (2017). Mortality and. Brookings Papers on Economic Activity, 1(1), 397 476. Chen N, Zhou M, Dong X, Qu J, Gong F, Han Y, et al. (2020). Epidemiological and clinical characteristics of 99 cases of 2019 novel coronavirus pneumonia in Wuhan, China: a descriptive study. Lancet, 395(10223), 507 13. CNN Indonesia. (2020). Pasar tradisional, momok klaster baru corona di RI dan China. Diakses pada https://www.cnnindonesia.com/ internasional/20200614 084019-106-513097/pasar-tradisional-momok-klaster-baru-corona-di-ri-danchina. Damsar. (2002). Sosiologi ekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Dewi, R. (2020). Pengetahuan dan sikap ibu hamil trimester iii terhadap pencegahan covid-19. Health Information: Jurnal Penelitian, 12(2), 131-141. Gaol, L. (2016). Teori stres: stimulus, respons, dan transaksional. Buletin Psikologi, 24(1), 1-11. Gerungan, W. A. (1991). Psikologi sosial. Bandung: PT. Eresco. Girsang, V. I., Harianja, E. S., & Purba, I. E. (2020). Pencegahan COVID-19 pada Pedagang Pasar Karya Wisata Kelurahan Gedung Johor. Jurnal Abdimas Mutiara, 1(2), 206-213. Diakses dari http://e-journal.sarimutiara.ac.id/index.php/jam/article/view/1519. Green, L. (1980). Health education: A diagnosis approach. The John Hopkins University: Mayfield Publishing Co. Green, L. W., & Kreuter, M. W. (1991). Health promotion planning an educational and environmental approach. London: Toronto Mayfield Publishing Company. 114

115 Mas amah. (2018). Adaptasi komunikasi masyarakat aasal pulau jawa di kota kupang (studi pada wali murid di SDN Angkasa Kota Kupang).Jurnal Communio, 7(6), 1217-1224. Mas udi, W., & Winanti, P. S. (2020). New normal : perubahan sosial ekonomi dan politik akibat covid-19. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Moenir. (1992). Manajemen pelayanan umum di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Mujiburrahman et al. (2020). Pengetahuan Berhubungan dengan Peningkatan Perilaku Pencegahan COVID-19 di Masyarakat. Jurnal Keperawatan Terpadu, 2(2), 130-140. Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu sesehatan masyarakat (prinsip-prinsip dasar). Jakarta: Rinneka Cipta. Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta: Rinneka Cipta. Notoadmojo, P. D. (2014). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Pawiliyah, Fernalia, Adriansyah, F., Saleh, & Yuliyanti, R. (2020). Sosialisasi Transaksi jual beli aman terhadap covid-19 memasuki fase new normal di Pasar Tradisional Kota Bengkulu.Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(2), 415-421. Putra, A. C., & Fitriani, S. (2020). Seri 2: fakta & mitos covid-19: informasi yang harus diketahui seputar coronavirus. Jakarta: Guepedia. Putri et al. (2021). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku masyarakat dalam pencegahan covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar Kecamatan Alam Barajo. MEDIC, 4(1), 146-153. Sa adah, U. (2017). Hubungan pengetahuan, ketersediaan sarana dan prasarana dengan penerapan phbs di SDN 12 Tarung Tarung Selatan Rao Pasaman Tahun 2018. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 21 25. Safira, N. (2021). Perilaku adaptasi pendatang di Kampung Inggris (Studi di Desa Pelem Tulungrejo Kecamatan Pare Kota Kediri). Disertasi, Universitas Muhammadiyah Malang). Salim, P., & Yenny, S. (2002). Kamus bahasa indonesia kontemporer. Jakarta: Modern English Press. Satuan Tugas COVID-19. (2020). Pedoman perubahan perilaku penanganan COVID-19. Jakarta : Satuan Tugas COVID-19 Setyobroto, S. (2002). Psikologi olahraga. Jakarta: Unit Percetakan UNJ. Shalihah, U. (2020). Hubungan beberapa faktor dengan perilaku pencegahan coronavirus disease (covid-19) pada pekerja pelaku mobilitas ulang alik di Kota Semarang Tahun 2020. 21(1), 1 9.

116 Siahaineinia, H. E., & Bakara, T. L. (2020). Persepsi masyarakat tentang penggunaan masker dan cuci tangan selama pandemi covid-19 di Pasar Sukaramai Medan. Wahana Inovasi, 9(1), 172-176. Silitonga, B. C. (2013). Perkembangan pusat pasar medan tahun 1970-2013. Disertasi, UNIMED. Diakses dari http://digilib.unimed.ac.id/18023/ Sugiharsono, et al. (2000). Dasar DasarEkonomi. Jakarta: Grafindo Media Pratama. Sugiyono. (2019). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukadana, A.(1983).Antropologi Ekologi. Surabaya : Airlangga University Press. Suppawittaya, P., Yiemphat, P., & Yasri, P. (2020). Effects of Social Distancing, Self-Quarantine and Self-Isolation during the COVID-19 Pandemic on People s Well -Being, and How to Cope with It. International Journal of Science and Healthcare Research, 5(1), 12 20. Supriyadi, Istanti, N., & Erlita, Y. D. (2021). Perilaku protokol kesehatan covid- 19 pada pedagang pasar tradisional. Jurnal Keperawatan, 13(1), 267-274. Suryahadi, A., Al Izzati, R., & Suryadarma, D. (2020). Estimating the impact of covid-19 on poverty in Indonesia. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 56(2), 175 192. Sutrisno, E. (2010). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Shuja, K. H., Aqeel, M., Jaffar, A., & Ahmed, A. (2020). COVID-19 pandemic and impending global mental health implications. Psychiatria Danubina, 32-35. Snyder, M. (1979). Self-monitoring processes. Advances in Experimental Social Psychology, 12, 85 128. Taufik, & Warsono, H. (2020). Birokrasi baru untuk new normal: tinjauan model perubahan birokrasi dalam pelayanan publik di era covid-19. Dialogue Jurnal Ilmu Administrasi Publik, 2(1), 1 18. Tjee, M. (2014). Perilaku adaptasi masyarakat menanggapi area parkir di jalur pejalan kaki (Studi Kasus di Kawasan Ruko Bisnis Solo Baru, Sukoharjo, Jawa Tengah).Komposisi: Jurnal Arsitektur, 10(6), 391-396. Tuwu, D. (2020). Kebijakan pemerintah dalam penanganan pandemi covid-19. Kendari: Universitas Halu Oleo. Utomo, T. D. (2013). Hubungan antara ketersediaan sarana dan prasarana usaha kesehatan sekolah dengan perilaku hidup sehat siswa kelas VI SD Negeri Mungkung Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo Tahun 2013. JKM, 66, 37 39.

117 Vira, Y. (2021). Edukasi pemerintah dalam penanggulangan covid-19. melalui media sosial di Kota Makassar. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Makassar. Wawan, & Dewi. (2010). Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku manusia. Yogyakarta : Nuha Medika. Wijoyo, H. (2021). Dosen inovatif era new normal. Jakarta: Insan Cendikia. Yulia, R., Hakim, L., Chairuni, A. R., & Rahmiati, T. M. (2021). Sosialisasi penggunaan masker dalam rangka mencegah covid-19 kepada pedagang di Pasar Tradisional Seutui, Banda Aceh. Abdi Dosen, 5(1), 130-135.. Yuliana et al. (2020). Corona virus diseases (Covid-19) sebuah tinjauan literature. Wellness and Healthy Magazine, 2(1).

Lampiran Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PERILAKU ADAPTASI NEW NORMAL COVID-19 PADA PEDAGANG DI PUSAT PASAR KECAMATAN MEDAN KOTA TAHUN 2021 Nama Responden : Nomor Responden : No. HP : A. Karakteristik Responden 1. Umur : 2. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan 3. Pendidikan Terakhir : 4. Lantai Tempat Berjualan : I II B. Pengetahuan 1. Apa yang Saudara/i ketahui mengenai Adaptasi Kebiasaan Baru (New Normal COVID-19)? a. Perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan COVID-19. (2) b. Perubahan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit tidak menular. c. Perubahan perilaku untuk kembali hidup normal tanpa adanya protokol kesehatan. 2. Menurut Anda, apakah manfaat dari penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru (New Normal COVID-19)? a. Tetap produktif dan aman dari penularan Covid-19. (2) b. Tetap beraktivtas normal seperti sebelum adanya COVID-19 c. Terhindar dari penyakit tidak menular. 3. Menurut saudara/i apa saja upaya pencegahan COVID-19 yang dapat dilakukan dengan Adaptasi Kebiasaan Baru (New Normal COVID-19)? 118

119 a. Mencuci tangan pakai sabun, memakai masker, menjaga jarak, mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang. (2) b. Mencuci tangan dan mengonsumsi vitamin sehari 3 kali. c. Memakai masker dan tidak merokok. 4. Berikut penggunaan masker yang benar selama berjualan adalah, kecuali? a. Menggunakan masker yang pas di wajah dan memungkinan bernapas dengan baik. b. Menggunakan masker menutupi hidung, mulut, dagu dan tidak menurunkan masker ke dagu dan leher. (2) c. Menggunakan masker kain dan sesekali menurunkan masker ke dagu. (2) 5. Apakah kegunaan memakai masker selama Adaptasi Kebiasaan Baru Baru (New Normal COVID-19)? a. Menjaga diri dari penularan COVID-19 dan tetap bisa berjualan. (2) b. Menjaga diri dari penyakit yang tidak menular dan tetap bisa berjualan. c. Menjaga diri dari penyakit dan Covid-19 6. Menurut saudara berapa waktu minimal yang tepat dan efektif mematikan kuman dalam mencuci tangan pakai sabun? a. 10-20 detik b. 30-40 detik c. 40-60 detik. (2) 7. Berapakah jarak minimal social distancing dalam Adaptasi Kebiasaan Baru (New Normal COVID-19) di pasar? a. 1-2 meter. (2) b. 3-4 meter c. 5-6 meter 8. Menurut Anda bagaimanakah cara batuk dan bersin yang benar? a. Menggunakan telapak tangan untuk menutupi mulut. b. Menggunakan tisu atau siku untuk menutupi mulut. (2) c. Menggunakan telapak tangan untuk menutupi mulut dan hidung. 9. Manakah menurut Anda hal yang harus dilakukan saat tiba dirumah setelah berjualan? a. Segera mencuci tangan sebelum masuk kedalam rumah. b. Segera mencuci kaki sebelum masuk kedalam rumah dan kontak dengan anggota keluarga dirumah. c. Segera mandi dan berganti pakaian sebelum kontak dengan anggota keluarga dirumah. (2) 10. Menurut anda salah satu penerapan Adaptasi Kebiasaan (New Normal COVID-19) selama berdagang di pasar adalah? a. Selalu mencuci tangan dan menghindari kerumunan dan mengingatkan sesama pedagang untuk menjaga jarak minimal 1 meter.

120 b. Selalu menjaga jarak dengan pembeli dan menghindari pedagang yang tidak menggunakan masker selama berjualan. c. Selalu menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan pakai sabun setelah bertransaksi dengan pembeli dan saling mengingatkan pembeli dan sesama pedagang untuk memakai masker dan menjaga jarak minimal 1 meter. (2) C. Sikap No Pertanyaan Setuju Tidak Setuju 1. Jika saya menerapakan New Normal Covid-19 selama 2 0 berjualan,saya yakin akan terhindar dari penularan virus Covid-19 2. Saya akan memilih diam dibandingkan menganjurkan orang 0 2 untuk menaati protokol kesehatan sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19 3. Saya akan menurunkan masker ke arah dagu saat saya 0 2 merasa tidak nyaman selama berjualan. 4. Jika saya menjaga jarak dengan pembeli minimal 1 meter 2 0,saya akan terhindar dari penularan Covid-19 5. Jika kondisi pasar sangat ramai dan sulit untuk menjaga jarak 0 2,saya akan tidak perduli dan ikut tidak menjaga jarak 6. Saya tidak akan mengingatkan pembeli dan pedagang lain 0 2 untuk menjaga jarak minimal 1 meter. 7. Jika tidak bisa mencuci tangan pakai sabun, maka dapat menggunakan handsanitizer. 2 0 8. Jika bersin dan batuk saya akan mencuci tangan 2 0 menggunakan sabun/handsanitizer dan menutup mulut dengan tissu atau siku lengan 9. Saya akan pergi berjualan sebelum memastikan kondisi kesehatan tubuh saya. 0 2 10. Saya akan cuci tangan pakai sabun atau menggunakan hansanitizer setelah melakukan transaksi jual beli. 2 0 D. Sarana dan Prasarana No. Pertanyaan Ya Tidak 1. Apakah tersedia fasilitas cuci tangan pakai sabun atau handsanitizer yang mudah diakses? 2 0

121 2. Apakah ada tersedia pengaturan jarak antar lapak pedagang dengan memberikan tanda khusus jaga jarak? 3. Apakah ada tersedia fasilitas pengecekan suhu sebelum memasuki pasar? 2 0 2 0 E. Dukungan Pengelola Pasar No. Pertanyaan Ya Tidak 1. Apakah anda mendapatkan dorongan dari pengelola pasar dalam melaksanakan New Normal Covid-19? 2. Apakah pengelola pasar melakukan pembersihan dan disinfeksi secara berkala pada area yang digunakan bersama? 3. Apakah pengelola pasar memberikan sosialisasi dan edukasi (surat pemberitahuan, pemasangan spanduk, poster, banner, whatsapp/sms blast, radioland kepada pedagang tentang pencegahan Covid-19? 2 0 2 0 2 0 F. Dukungan Lintas Sektor No. Pertanyaan Ya Tidak 1. Apakah lintas sektor (dinas kesehata,aparat keamanan dan petugas kesehatan) melakukan evaluasi dengan rapid test secara berkala kepada pedaganag? 2. Apakah lintas sektor (dinas kesehatan,aparat keamanan dan petugas kesehatan) membantu anda dalam pelaksanaan New Normal Covid-19? 3. Apakah lintas sektor membantu dalam masalah yang anda rasakan dalam menerapkan New Normal Covid-19? 2 0 2 0 2 0 G. Peraturan Tentang Protokol Kesehatan No. Pertanyaan Ya Tidak 1. Apakah ada peraturan wajib menjaga jarak minimal 1 meter di tempat anda berdagang? 2. Apakah ada peraturan wajib memakai masker di tempat anda berdagang? 2 0 2 0

122 3. Apakah ada peraturan mencuci tangan pakai sabun selama berdagang? 2 0 H. Tindakan No Pertanyaan Ya Tidak 1. Apakah Anda selalu menggunakan masker dan 2 0 menghindari menyentuh area wajah saat perjalanan dan selama berjualan? 2. Apakah Anda selalu menjaga jarak dengan pembeli dan pedagang lain selama berjualan? 2 0 3. Apakah Anda jarang melakukan upaya untuk 0 2 meminimalkan kontak dengan pembeli seperti penyediaan wadah khusus serah terima uang? 4. Apakah Anda mengingatkan pembeli dan sesama 2 0 pedagang untuk menggunakan masker? 5. Apakah Anda jarang melakukan pembersihan area dagang anda (termasuk meja dagang, pintu,etalase dan peralatan dagang) sebelum dan sesudah berjualan? 0 2 6. Apakah Anda mengingatkan pembeli dan sesama 2 0 pedagang untuk menjaga jarak minimal 1 meter. 7. Apakah Anda menutup mulut ketika bersin/batuk 0 2 menggunakan telapak tangan sebagai upaya pencegahan COVID-19? 8. Apakah anda segera mandi dan berganti pakaian saat 2 0 sampai dirumah sebelum kontak dengan anggota keluarga? 9. Apakah anda melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit 2 0 sehari? 10. Apakah anda istirahat yang cukup dengan tidur minimal 7 jam? 2 0

123 Lampiran 2. Master Data Penelitian NO Nama Karakteristik Pengetahuan Umur J. Kelamin P.Terakhir Lantai P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 1 ODORLINA RUMAPEA 2 0 2 1 0 0 2 2 2 0 2 0 2 2 2 ANITA SITUMORANG 1 0 2 1 2 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 LASMARIA BR.PANJAITAN 1 0 2 1 2 0 0 2 2 0 2 2 2 2 4 ASEP SUHENDI KABAN 1 1 1 1 0 2 2 0 2 2 2 2 2 2 5 GUSMIARTO 2 1 2 1 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 6 EMILIANA 3 0 2 1 2 2 2 2 0 2 2 0 2 2 7 NURLINA 1 0 2 1 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 8 SAURMA SITUMORANG 3 1 2 1 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 9 MARTA ULI DAME.S 3 0 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 10 ASRIL JONA PARNINGOTAN 2 1 1 1 2 0 2 2 0 2 2 2 2 2 11 ZURAIDAH SIAHAAN DRA 1 0 1 1 0 0 2 0 2 0 2 2 2 2 12 SUGIANTO 1 1 2 1 2 2 0 0 2 0 2 2 2 2 13 TENGKU NASBAH 1 1 2 1 2 0 0 2 2 0 2 2 2 2 14 MELIARNI HARAHAP 2 0 1 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 15 SYARIAH RAHMAYANI 2 0 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 16 SYABUDDIN SIRINGO-RINGO 3 1 2 1 2 0 0 2 0 0 2 2 2 2 17 NURBAINI SIAGIAN 2 0 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18 DEWANTARA SITANGGANG 3 1 2 1 2 0 0 2 2 0 2 2 0 2 19 SINDA MILEM 2 0 1 1 0 2 2 0 2 2 0 2 2 2 20 MESRINA 1 0 1 1 2 0 0 2 0 2 2 2 2 2 21 JULIANA Br.SIAGIAN 2 0 1 1 2 2 2 2 2 0 2 0 2 2

124 22 KOK PHIN 2 1 2 1 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 23 BACHTIAR 3 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 DONI 1 1 2 1 0 0 2 0 2 0 2 2 2 2 25 JUMIATI 2 0 1 1 2 2 0 2 0 0 2 0 2 2 26 FITRI DAWIYAH 2 0 1 1 0 2 2 0 2 2 2 0 2 2 27 HALIM EFENDY 2 1 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 0 2 28 HENDRY 3 1 1 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 29 ZAINAL EFFENDI 1 1 1 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 30 ROSMERI 3 0 1 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 31 HJ ASMAH 3 1 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 32 DENNY KOTO 2 1 1 2 2 2 0 2 0 2 2 0 2 2 33 NIAR KOTO 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 34 SANTUN NAPITUPULU 3 1 1 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 35 H YASRIL CHAN 2 1 1 2 0 2 2 2 0 2 2 2 0 2 36 ISHAK 1 1 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 37 GUSNIMAR GAUS 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38 LAMRO LAURENCIUS R 1 1 1 2 2 0 2 2 0 0 2 2 0 2 39 AFIAR TANJUNG 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 40 BAYU KURNIA 2 1 2 2 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 41 ERNAWATI 2 0 1 2 2 0 2 0 2 2 2 2 0 2 42 ELLIATI 3 0 2 2 2 2 0 2 2 0 0 2 2 2 43 SITI MARIAM 2 0 1 2 0 0 2 2 2 2 2 2 0 0 44 SRI ROSIYANTI 2 0 2 2 2 0 0 2 2 0 2 2 2 2 Sikap Sarana & Prasarana D.PengelolaPasar D.Lintassektor S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S&P1 S&P2 S&P3 PP1 PP2 PP3 LS1 LS2 LS3

125 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 0 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 0 2 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 0 0 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2

126 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 0 2 2 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 0 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 2 0 0 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 0 2 0 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 0 0 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 2 2 0 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 Peraturan PROKES Tindakan Jumlah Perkes Perkes 2 3 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 Pengetahuan Sikap Perkes 1 Sara Prasarana DUKPENG DUKLIN Prokes 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 2 12 16 4 4 6 6 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 16 16 4 6 4 6 0 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 14 18 6 4 6 4 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 16 14 6 6 4 6

127 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 12 18 4 6 4 6 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 16 16 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 14 18 6 6 6 6 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 16 16 4 4 6 4 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 20 18 6 6 6 6 2 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 16 18 2 6 6 6 2 2 0 2 2 2 2 0 2 0 0 2 2 12 20 6 6 4 4 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 14 16 4 4 6 6 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 14 20 4 4 4 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 18 20 4 6 6 4 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 0 0 0 16 16 4 4 4 4 2 2 2 0 2 2 0 2 2 2 2 2 0 12 16 6 6 6 6 0 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 20 14 2 4 6 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 12 16 4 6 6 6 2 2 0 0 2 0 2 2 2 2 2 0 2 14 20 6 0 4 4 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 14 18 4 4 6 6 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 2 2 16 16 6 0 6 6 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 16 14 6 6 4 6 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 20 16 6 4 6 6 2 2 2 0 0 2 2 2 2 0 2 2 2 12 18 4 0 6 6 2 2 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 12 18 6 6 6 6 2 2 0 0 2 2 0 2 2 2 2 2 2 14 16 6 4 6 4 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 14 16 4 6 6 4 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 16 16 6 6 6 4 2 0 2 0 2 0 2 0 2 2 2 2 2 18 16 4 2 6 4 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 16 16 4 4 6 4

128 0 2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 16 16 4 2 4 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 14 18 4 6 6 4 0 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 2 16 18 4 6 6 4 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 0 18 12 6 4 6 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 14 20 2 6 6 6 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 0 2 2 16 8 6 0 4 6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 20 20 4 6 6 6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 12 16 4 4 4 6 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 20 14 4 4 6 6 2 2 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 12 14 4 6 4 6 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 0 2 2 14 16 4 4 6 6 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 14 18 6 6 6 6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 12 14 2 6 4 6 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 14 16 6 4 2 6

129 Lampiran 3. Hasil Output SPSS HASIL UJI VALIDITAS & RELIABILITAS Pengetahuan Correlations Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pengetahuan Pengetahuan 1 Pearson Correlation Sig. (2- tailed) 1.138 -.203.049.071.049 -.203.049 1.000 **.138.452 *.466.281.797.710.797.281.797.000.466.012 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Pengetahuan 2 Pearson Correlation Sig. (2- tailed).138 1.200.707 **.315.707 **.200.707 **.138 1.000 **.437 *.466.288.000.090.000.288.000.466.000.016 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Pengetahuan 3 Pearson Correlation Sig. (2- tailed) -.203.200 1.094.169.094 1.000 **.094 -.203.200.406 *.281.288.619.373.619.000.619.281.288.026 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

130 Pengetahuan 4 Pearson Correlation Sig. (2- tailed).049.707 **.094 1.446 * 1.000 **.094 1.000 **.049.707 **.595 **.797.000.619.014.000.619.000.797.000.001 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Pengetahuan 5 Pearson Correlation Sig. (2- tailed).071.315.169.446 * 1.446 *.169.446 *.071.315.571 **.710.090.373.014.014.373.014.710.090.001 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Pengetahuan 6 Pearson Correlation Sig. (2- tailed).049.707 **.094 1.000 **.446 * 1.094 1.000 **.049.707 **.595 **.797.000.619.000.014.619.000.797.000.001 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Pengetahuan 7 Pearson Correlation Sig. (2- tailed) -.203.200 1.000 **.094.169.094 1.094 -.203.200.406 *.281.288.000.619.373.619.619.281.288.026 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Pengetahuan 8 Pearson Correlation Sig. (2- tailed).049.707 **.094 1.000 **.446 * 1.000 **.094 1.049.707 **.595 **.797.000.619.000.014.000.619.797.000.001

131 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Pengetahuan 9 Pearson Correlation Sig. (2- tailed) 1.000 **.138 -.203.049.071.049 -.203.049 1.138.452 *.000.466.281.797.710.797.281.797.466.012 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Pengetahuan 10 Pearson Correlation Sig. (2- tailed).138 1.000 **.200.707 **.315.707 **.200.707 **.138 1.437 *.466.000.288.000.090.000.288.000.466.016 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Jumlah Pengetahuan Pearson Correlation Sig. (2- tailed).452 *.437 *.406 *.595 **.571 **.595 **.406 *.595 **.452 *.437 * 1.012.016.026.001.001.001.026.001.012.016 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items.829 10

132 SIKAP Correlations Sikap 1 Sikap 2 Sikap 3 Sikap 4 Sikap 5 Sikap 6 Sikap 7 Sikap 8 Sikap 9 Sikap Jumlah Sikap 10 Sikap 1 Pearson Correlation 1.632 ** -.030.388 *.351.040 1.000 **.599 **.632 ** -.030.604 ** Sig. (2-tailed).000.875.034.057.834.000.000.000.875.000 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Sikap 2 Pearson Correlation.632 ** 1 -.190.446 *.139.443 *.632 **.780 ** 1.000 ** -.190.694 ** Sig. (2-tailed).000.314.014.465.014.000.000.000.314.000 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Sikap 3 Pearson Correlation -.030 -.190 1 -.164.053 -.030 -.030 -.005 -.190 1.000 **.398 * Sig. (2-tailed).875.314.385.782.875.875.978.314.000.029 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Sikap 4 Pearson Correlation.388 *.446 * -.164 1.479 **.388 *.388 *.441 *.446 * -.164.501 ** Sig. (2-tailed).034.014.385.007.034.034.015.014.385.005 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Sikap 5 Pearson Correlation.351.139.053.479 ** 1.088.351.247.139.053.428 * Sig. (2-tailed).057.465.782.007.645.057.188.465.782.018 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Sikap 6 Pearson Correlation.040.443 * -.030.388 *.088 1.040.388 *.443 * -.030.406 * Sig. (2-tailed).834.014.875.034.645.834.034.014.875.026

133 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Sikap 7 Pearson Correlation 1.000 **.632 ** -.030.388 *.351.040 1.599 **.632 ** -.030.604 ** Sig. (2-tailed).000.000.875.034.057.834.000.000.875.000 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Sikap 8 Pearson Correlation.599 **.780 ** -.005.441 *.247.388 *.599 ** 1.780 ** -.005.559 ** Sig. (2-tailed).000.000.978.015.188.034.000.000.978.001 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Sikap 9 Pearson Correlation.632 ** 1.000 ** -.190.446 *.139.443 *.632 **.780 ** 1 -.190.694 ** Sig. (2-tailed).000.000.314.014.465.014.000.000.314.000 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Sikap 10 Pearson Correlation -.030 -.190 1.000 ** -.164.053 -.030 -.030 -.005 -.190 1.398 * Sig. (2-tailed).875.314.000.385.782.875.875.978.314.029 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Jumlah Sikap Pearson Correlation.604 **.694 **.398 *.501 **.428 *.406 *.604 **.559 **.694 **.398 * 1 Sig. (2-tailed).000.000.029.005.018.026.000.001.000.029 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items.786 10

134 TINDAKAN Correlations Tindakan Tindakan Tindakan Tindakan Tindakan Tindakan Tindakan Tindakan Tindakan Tindakan Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tindakan Tindakan 1 Pearson Correlation 1.053 1.000 **.213.289 1.000 **.053.289.053.053.476 ** Sig. (2-tailed).780.000.258.122.000.780.122.780.780.008 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Tindakan 2 Pearson Correlation.053 1.053 -.193.123.053 1.000 **.123 1.000 ** 1.000 **.406 * Sig. (2-tailed).780.780.306.517.780.000.517.000.000.026 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Tindakan 3 Pearson Correlation 1.000 **.053 1.213.289 1.000 **.053.289.053.053.476 ** Sig. (2-tailed).000.780.258.122.000.780.122.780.780.008 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Tindakan 4 Pearson Correlation.213 -.193.213 1.123.213 -.193.123 -.193 -.193.406 * Sig. (2-tailed).258.306.258.517.258.306.517.306.306.026 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Tindakan 5 Pearson Correlation.289.123.289.123 1.289.123 1.000 **.123.123.550 ** Sig. (2-tailed).122.517.122.517.122.517.000.517.517.002

135 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Tindakan 6 Pearson Correlation 1.000 **.053 1.000 **.213.289 1.053.289.053.053.476 ** Sig. (2-tailed).000.780.000.258.122.780.122.780.780.008 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Tindakan 7 Pearson Correlation.053 1.000 **.053 -.193.123.053 1.123 1.000 ** 1.000 **.406 * Sig. (2-tailed).780.000.780.306.517.780.517.000.000.026 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Tindakan 8 Pearson Correlation.289.123.289.123 1.000 **.289.123 1.123.123.550 ** Sig. (2-tailed).122.517.122.517.000.122.517.517.517.002 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Tindakan 9 Pearson Correlation.053 1.000 **.053 -.193.123.053 1.000 **.123 1 1.000 **.406 * Sig. (2-tailed).780.000.780.306.517.780.000.517.000.026 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Tindakan 10 Pearson Correlation.053 1.000 **.053 -.193.123.053 1.000 **.123 1.000 ** 1.406 * Sig. (2-tailed).780.000.780.306.517.780.000.517.000.026 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Jumlah Tindakan Pearson Correlation.476 **.406 *.476 **.406 *.550 **.476 **.406 *.550 **.406 *.406 * 1 Sig. (2-tailed).008.026.008.026.002.008.026.002.026.026

136 N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items.810 10

HASIL UJI UNIVARIAT 137

138

139

HASIL UJI BIVARIAT 140

141

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian 142

Lampiran 5. Surat Selesai Penelitian 143

Lampiran 6. Dokumentasi 144