Ketetapan resmi terkini ISCD tahun 2013 (pasien anak-anak) Dibawah ini adalah ketetapan resmi ISCD yang telah diperbaruhi tahun 2013



dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang pada tahap awal belum

BAB I PENDAHULUAN. mineral tulang disertai dengan perubahan mikroarsitektural tulang,

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang. menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia.

BAB II KEROPOS TULANG (OSTEOPOROSIS)

BAB V KESIMPULAN. Diajukan pada Laporan Akhir Kasus Longitudinal MS-PPDS I IKA FK-UGM Yogyakarta 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 2006).Insidensi LLA di Indonesia 2,5-4 kasus baru per anak sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit silent epidemic, yang

OSTEOPOROSIS DEFINISI

EFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di

PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EVALUASI DENSITAS MINERAL TULANG BERDASARKAN INDEKS MASSA TUBUH MENGGUNAKAN TEKNIK DUAL ENERGY X-RAY ABSORPTIOMETRY (DXA)

BAB III PROTOKOL PENANGANAN KANKER PROSTAT DENGAN EKSTERNAL BEAM RADIATION THERAPY (EBRT)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Para ahli tulang Indonesia sepakat bahwa dengan meningkatnya harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan 80% populasi akan mengalami nyeri punggung bawah pada

BAB I PENDAHULUAN. dalam pencegahannya. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit

STUDI KOMPARASI PENGUJIAN KEPADATAN MINERAL TULANG PHANTOM

BAB I PENDAHULUAN. insidensi tertinggi terjadi pada usia antara tahun. Fraktur ini terjadi lebih

Gambaran Kepadatan Tulang Wanita Menopause Pada Kelompok X di Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis adalah penyakit pengeroposan tulang yang banyak diderita

Epidemiologi Penilaian Status Gizi: Antropometri

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi

UJI KORELASI NILAI TEKSTUR CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL DIGITAL DENGAN NILAI KEPADATAN MASSA TULANG. Abstract. Intisari

BAB 5 HASIL Osteoporosis. Proporsi kasus osteoporosis dan osteoporosis berat terlihat pada gambar. berikut:

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Usia tulang merupakan indikator utama untuk menilai maturitas tulang

NILAI DIAGNOSTIK OSTEOPOROSIS SELF-ASSESMENT TOOL FOR ASIANS

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbanyak yang sering dijumpai pada anak. Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Karakteristik kasus menopause..., Herdiana Christanty Sihombing, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang belum dapat diselesaikan oleh negara-negara maju. dan berkembang di dunia. Studi pada tahun 2013 dari Institute for

Apakah Anda menderita nyeri. MAKOplasty. pilihan tepat untuk Anda

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

REHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH. Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah kebutuhan akan pelayanan radiologi yang berkualitas dengan jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berakibat pada rendahnya kepadatan ( densitas ) tulang. Orang-orang acap kali

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Spondylitis tuberculosis atau yang juga dikenal sebagai Pott s disease

numeric rating scale (NRS)

FORMULIR KLAIM CACAT TETAP TOTAL ATAU SEMENTARA

Osteoporosis Apakah tulang anda beresiko?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Fraktura Os Radius Ulna

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Osteoporosis merupakan masalah kesehatan nomor dua di dunia seperti yang dinyatakan oleh WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran asupan...,rindu Rachmiaty, FKM UI, 2009

BAB I. PENDAHULUAN. berhentinya siklus menstruasi disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. probabilitas klasik ( classical probability), probabilitas Bayes (Bayesian

PENGARUH FREKUENSI SENAM SENDI DAN TULANG (SENTUL) TERHADAP KEPADATAN MASSA TULANG DI KLUB SENAM RSO PROF. Dr. R. SOEHARSO SURAKARTA

SURAT KEPUTUSAN Nomor : Tentang Surat Penugasan Klinis dan Rincian Kewenangan Klinis Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB OSTEOPOROSIS. Paulus Budi Santoso ( ) Pembimbing : David Gunawan T., dr

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Osteoporosis berasal dari kata osteo (tulang) dan porous (keropos), yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker payudara merupakan diagnosis kanker yang paling sering terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi seperti otak manusia, sistem ini dapat mengambil keputusan layaknya

HTA Indonesia_2005_Penggunaan Bone Densitometry pada Osteoporosis_hlm 1/27 BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. bersinggungan dengan sinar gamma. Sinar-X (Roentgen) mempunyai kemampuan

LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid.

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI DI RSUP H. ADAM MALIK STUDI KASUS. CLOSED (R) NEGLECTED FRAKTUR FEMUR (Fx)

BAB I PENDAHULUAN. tulang dan osteoporosis di kehidupan selanjutnya (Greer et al,2006)

PENILAIAN MANDIRI TENTANG KOMPETENSI FISCM

Bab I. Pendahuluan. dibutuhkan. Tidak hanya untuk memudahkan proses penyimpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi pola konsumsi gizi dan aktivitas fisik

BAB I PENDAHULUAN. tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer

UPTD PUSKESMAS KAMPAR KIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi kalsium..., Endang Mulyani, FKM UI, 2009

BAB V HASIL. Universitas Indonesia

Abstract. Osteoporosis merupakan penyakit yang tersembunyi (silent disease) tanpa adanya tanda-tanda

BAB I PENDAHULUAN. jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang. Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan ilmu

LEMBARAN KUESIONER. Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit osteoporosis

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG PENCEGAHAN KEJADIAN JATUH PADA LANSIA DI KELURAHAN PAHLAWAN BINJAI

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk merupakan alasan untuk diperlukannya pelayanan Keluarga Berencana

ABSTRAK. Jimmy Wahyu Pembimbing: Aming Tohardi, dr. MS. Wawan Kustiawan, dr., SpRad., M. Kes., DFM.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berkecepatan tinggi seperti sekarang ini. Selain ltu insidensi trauma

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

Transkripsi:

Ketetapan resmi terkini ISCD tahun 2013 (pasien anak-anak) Dibawah ini adalah ketetapan resmi ISCD yang telah diperbaruhi tahun 2013 Gugus tugas tenatng kemungkinan resiko patah tulang serta definisi osteoporosis pada anak dan remaja Evaluasi kesehatan tulang anak dan remaja yang dengan pemberian terapi dapat menurunkan resiko patah tulang Penilaian : Cukup/Bagus B/C W Indikasi adanya osteoporosis bila terdapat satu atau beberapa kompresi fraktur pada vertebra (crush), tanpa adanya penyakit tulang atau akibat kecelakaan berat. Pemeriksaan BMD pada anak dan remaja tersebut memiliki nilai tambah. Penilaian : Cukup -B W Diagnosa osteoporosis pada anak dan remaja TIDAK boleh hanya berdasarkan pemeriksaan BMD belaka Penilaian : Buruk -C W Tanpa adanya kompresi fraktur (crush), diagnosa osteoporosis ditegakkan berdasarkan riwayat patah tulang yang bermakna di sertai nilai Z-score BMD nya -2.0. Yang dimaksud dengan riwayat patah tulang bermakna adalah salah satu atau lebih dari berikut ini : 1) dua atau lebih patah tulang panjang sebelum usia 10 tahun; 2) tiga atau lebih patah tulang panjang sampai usia 19 tahun. Nilai Z-score BMC/BMD > -2.0 tidak dapat menghilangkan kemungkinan kerapuhan tulang dan kenaikan resiko patah tulang Penilaian : Buruk -C W

Gugus tugas tentang interpretasi Dual Energy X-ray Absorptiometry serta pelaporannya pada anak dan remaja DXA adalah metode yang dianjurkan untuk mengukur nilai BMC dan areal BMD Penilaian : Bagus A W PA spine dan total body tanpa kepala (TBLH) adalah pemeriksaan yang dianjurkan untuk menghitung nilai BMC dan areal BMD pada kebayakan kasus anak-anak. Pemeriksaan tempat yang lain di sesuaikan dengan kebutuhan klinis. Penilaian : Cukup B W Femur tidak dapat digunakan karena ukurannya berbeda pada anak yang sedang berkembang dewasa Penilaian : Cukup B W Jika melakukan pemeriksaan ulangan. Batas waktu minimum adalah 6 12 bulan Penilaian : Cukup B W Pengukuran jaringan lunak pada total body mungkin berguna bagi kasus malnutrisi kronis atau adanya defisit otot dan tulang. Penilaian : Cukup -B W Data yang lengkap melibatkan sejumlah besar penduduk dari berbagai jenis kelamin, kelompok usia dan etnik/ras agar dapat mencakup seluruh variasi ukuran kepadatan tulang. Penilaian : Bagus A W Bila ada pergantian peralatan densitometry atau perangkat lunak, dibutuhkan data referensi terkini yang syah/valid untuk pergantian tersebut Penilaian: Bagus B W

Pada anak yang tumbuh terlambat atau bertubuh pendek, maka nilai BMC dan areal BMD dari Spine dan TBLH harus di sesuaikan. Untuk spine harus di sesuaikan dengan entah BMAD atau tinggi badan Z- scorenya. Untuk TBLH di sesuaikan dengan tinggi badan Z-scorenya Penilaian: Cukup B W Laporan dasar DXA harus meliputi informasi berikut ini : Pabrik DXA, model dan versi perangkat lunak; dokter pengirim; usia, jenis kelamin, ras, BB dan TB; riwayat medis terkait termasuk adanya patah tulang; indikasi klinis; Masukkan stadium Tanner dan usia tulang, jika tersedia; kwalitas tehnis; BMC dan areal BMD;MMC dan areal BMD dari Z-score; sumber data referensi untuk menghitung Z- score; penyesuaian perkembangan tubuh; dan kesimpulan. Rekomendasi periksa ulang baik waktu dan keperluannya bersifat optional Penilaian : Cukup C L Dalam pelaporan DXA untuk anak tidak boleh menggunakan nilai T- score Penilaian: Bagus A W Istilah osteoporosis tidak boleh dicantumkan dalam laporan DXa anak tanpa adanya riwayat patah tulang klinis yang bermakna Penilaian: Bagus B W Istilah osteopenia tidak digunakan dalam laporan DXA anak Penilaian: Cukup/Buruk C W Istilah low bone mass atau bone mineral density boleh digunakan bila nilai BMC atau areal BMD dari Z-score kurang atau sama dengan -2.0 SD Penilaian: Buruk C W

Laporan DXA ulangan harus sama dengan informasi dari laporan dasar. Sebagai tambahan cantumkan indikasi pemeriksaan ulangan, perbandingan tehnis, perubahan BB dan TB, serta perubahan nilai BMC dan areal BMD dari Z-score. Penilaian: Cukup C W Gugus tugas kesehatan tulang pada anak dan remaja dengan penyakit menahun yang mempengaruhi densitas tulang Pengukuran DXA termasuk salah satu program penilaian kesehatan tulang yang menyeluruh pada pasien dengan resiko patah tulang yang tinggi Penilaian: Bagus B W Pasien dengan penyakit tulang primer atau memiliki resiko penyakit tulang sekunder, pemeriksaan DXA perlu dilakukan agar intervensi yang kita berikan bermanfaat menurunkan resiko patah tulang, serta hasil DXA berpengaruh terhadap manajemen tersebut Penilaian: Cukup - B W Pemeriksaan DXA tidak boleh dilakukan bila kita tidak dapat menjamin bahwa posisi tubuhnya aman dan sesuai dengan seharusnya. Penilaian: Cukup - C W Gugus tugas Quantitative Computed Tomography pada anak dan remaja Tidak ada metode yang cocok untuk QCT yang dapat di terapkan bagi anak dan remaja Penilaian: Cukup - C W QCT, pqct dan HR-pQCT adalah tehnologi yang dipakai untuk penelitian adanya defisit massa tulang pada anak. Alat tersebut baru bermanfaat bila sudah tersedia data referensi serta para ahlinya.

Penilaian: Cukup - B W Adalah sangat penting bahwa protokol QCT pada anak yang menggunakan mesin CT scan memiliki penyebaran radiasi yang sesuai, phantom kalibrasi, serta perangkat lunak agar hasilnya optimal dan dosis radiasinya se sedikit mungkin Penilaian: Bagus - B W Bone Densitometry untuk bayi dan anak kecil DXA adalah metode Bone densitometry yang cocok untuk pemeriksaan pada bayi dan anak kecil Penilaian: Cukup - B W Spine DXA untuk mengukur BMC dan abmd dapat dilakukan serta diulang (monitoring) pada bayi dan anak kecil ( 0 5 Tahun) Penilaian: Cukup B W Total body DXA untuk mengukur BMC dan abmd dapat dimungkinkan dan diulang (monitoring) pada anak usia 3 tahun Penilaian: Cukup B W Total body DXA anak usia < 3 tahun sangat terbatas kegunaan klinisnya disebabkan kurangnya data referensi. Areal BMD tidak dapat dilakukan berhubung kesulitan positioning Penilaian: Cukup - C W Pengukuran forearm dan femur secara tehnik dapat dimungkinkan pada bayi dan anak kecil namun kurangnya informasi seperti metodologi, reproduksi dan data referensi menyebabkan kegunaan klinisnya saat ini belum di ketahui Penilaian: Cukup - C W

Pada bayi dan anak usia dibawah 5 tahun dampak dari pertumbuhan yang terlambat perlu di pertimbangkan pada kesimpulan hasil DXA, namun saat ini belum dapat dtetapkan. Penilaian: Cukup - C -- W