BAB II KEROPOS TULANG (OSTEOPOROSIS)
|
|
- Yuliana Halim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KEROPOS TULANG (OSTEOPOROSIS) Bab kedua ini memberikan penjelasan umum tentang tulang dan keropos tulang, meliputi definisi keropos tulang, struktur tulang, metabolisme tulang, fungsi tulang, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan tulang dan keropos tulang Definisi Keropos Tulang Sejarah mencatat bahwa osteoporosis pertama kali diketahui di Mesir pada tahun 990 SM. Istilah osteoporosis sendiri berasal dari kata Yunani kuno osteon, yang berarti tulang, dan poros yang berarti pori-pori. Kedua kata tersebut menggambarkan perubahan kondisi jaringan tulang yang terjadi sebagai akibat adanya penyakit tulang ini. Terdapat beberapa definisi dari keropos tulang atau osteoporosis yang dicetuskan para ahli. Namun, definisi keropos tulang atau osteoporosis yang sering atau umum digunakan adalah: Kondisi tulang yang ditandai dengan rendahnya massa tulang dan kemunduran arsitektur mikro dari jaringan tulang yang berakibat meningkatnya kerapuhan tulang dan kerentanan patah tulang. Menopause yang terjadi pada perempuan menyebabkan turunnya kadar estrogen dalam tubuh. Kekurangan hormon estrogen berkaitan erat dengan penurunan tingkat penyerapan kalsium dan kepadatan tulang. Oleh karena itu, kelompok ini memiliki resiko tinggi terkena osteoporosis dan mengalami patah tulang.
2 Keropos tulang adalah penyakit yang berlangsung secara tersembunyi. Keropos tulang memburuk secara bertahap dan diam-diam tanpa menunjukkan gejala dan keluhan apapun hingga suatu ketika terjadi patah tulang. Patah tulang hanyalah salah satu tanda yang tampak dari keropos tulang. Di samping patah tulang, keropos tulang ternyata juga dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut, antara lain: rasa sakit, rusaknya bentuk tulang atau perubahan postur tubuh, ketergantungan kepada orang lain, berkurangnya fungsi peredaran darah, pernapasan, serta pencernaan, cacat, bahkan dapat menyebabkan kematian Fungsi Tulang Sebagaimana organ-organ atau bagian-bagian tubuh lainnya, tulang diciptakan dengan fungsi-fungsi tertentu. Fungsi tulang meliputi hal-hal sebagai berikut, yaitu: 1. Tulang memberikan bentuk pada tubuh manusia 2. Tulang menyokong otot-otot dan bersama otot menjadi perangkat motorik atau pergerakan 3. Tulang melindungi organ-organ dalam tubuh 4. Tulang sebagai gudang untuk kalsium dan mineral-mineral penting lain, seperti fosfor dan magnesium. Sebagai tempat penyimpanan kalsium, tulang menyimpan 99% dari kalsium yang terdapat di dalam tubuh. Sisanya 1% dilepaskan dalam sirkulasi darah dan penting untuk fungsi-fungsi tubuh yang sangat vital, mulai dari kontraksi otot, fungsi saraf sampai dengan mekanisme penggumpalan darah Struktur Tulang Terdapat dua tipe tulang, yaitu cortical dan trabecular/cancellous. Tulang cortical membentuk 80% massa tulang dan hanya 20% pada permukaan tulang. Tulang cortical kebanyakan terdapat pada tulang peripheral atau tepian seperti pada radius
3 dan ulna. Tulang trabecular kebanyakan terdapat pada tulang axial dan membentuk struktur rumah lebah dalam ruang tulang. Tulang trabecular membentuk 20% massa tulang dan sebagian besar permukaan tulang. Tulang trabecular memiliki metabolisme aktif. Oleh karena itu, pergantian tulang memberi efek lebih besar pada tulang trabecular dibandingkan pada tulang cortical. Pada tulang normal, sekitar 25% dari volume tulang anatomis adalah jaringan tulang dan 75% adalah sumsum tulang dan lemak. Proporsi ini bervariasi antara bagianbagian tulang yang berbeda. Dari 25% jaringan tulang, hanya 60% mineral tulang dan sisanya 40% bagian organik, utamanya collagen. Sumsum tulang mengandung stroma, sel-sel lemak, pembuluh darah dan beberapa jaringan limpa. Sumsum tulang kuning banyak mengandung sel-sel lemak, sedangkan sumsum tulang merah banyak mengandung elemen jaringan sel darah merah. Pada keropos tulang, volume tulang (ukuran tulang) tidak berubah, tetapi cortical terlihat berlubang-lubang atau berpori dan trabecular menipis, bahkan dapat hilang. Tulang kalkanea atau tulang tumit adalah salah satu contoh jenis tulang trabecular Metabolisme dan Pertumbuhan Tulang Seiring dengan berjalannya waktu, tulang mengalami kerusakan akibat dari penggunaannya. Untuk menjaga kesehatannya, tulang memerlukan perbaikan. Perbaikan tulang ini umum disebut bone remodeling process. Bone remodeling process adalah proses yang berkesinambungan, jaringan tulang secara terus menerus dirusak dan kemudian dibentuk kembali. Pergantian ini diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan untuk memperbaiki kerusakan kecil yang terjadi akibat tekanan setiap hari. Disamping itu, hal tersebut dibutuhkan untuk memelihara fungsi tubuh sebagaimana mestinya.
4 Sel-sel yang terlibat dalam bone remodelling process adalah: 1. Sel-sel osteoclast. Sel osteoclast dibentuk dari sel-sel darah tertentu. Sel-sel ini memiliki kemampuan untuk memberikan respon terhadap rusaknya tulang. Sel-sel ini membuat lubang-lubang pada tulang dan melepaskan sedikit kalsium ke dalam aliran darah yang dibutuhkan untuk fungsi-fungsi vital tubuh. 2. Sel-sel osteoblast. Sel osteoblast dibentuk oleh sel-sel tulang. Sel-sel ini memiliki fungsi sebagai pembangun tulang. Sel-sel ini membangun kembali tulang dengan cara mengisi lubang-lubang dengan collagen, kristal kalsium dan fosfor. Pada proses pergantian tulang, osteocytes (sel osteoblast yang belum dewasa), mendeteksi kerusakan tulang dan mengirim sinyal yang menstimulasi diferensiasi dan pengaktifan osteoclast. Diperlukan waktu 3 pekan bagi osteoclast untuk menghancurkan atau menyerap tulang sampai kedalaman tertentu. Setiap kali tercapai kedalaman tersebut, sinyal dikirim untuk menstimulus diferensiasi dan aktifasi dari osteoblast. Osteoblast mengeluarkan collagen dan protein-protein matriks yang lain untuk membentuk osteoid (tulang baru) dan menstimulus mineralisasi tulang secara berurutan. Proses pembangunan tulang ini memakan waktu sekitar 3 sampai 4 bulan. Perbedaan waktu penghancuran dan pembangunan tulang merupakan defisit tulang dalam tubuh yang disebut remodelling space. Setiap tahun, sekitar 10% - 30% dari tulang dewasa dibangun lagi dengan cara ini. Keseimbangan osteoclast dan osteoblast dikendalikan oleh suatu campuran dari hormon-hormon dan faktor-faktor kimia. Puncak masa tulang merupakan waktu dimana kerapatan massa tulang maksimal tercapai bagi setiap individu. Lebih dari 90% puncak massa tulang tercapai pada usia 18 tahun dengan penyempurnaan dicapai sampai usia 35 tahun. Pencapaian puncak
5 massa tulang yang tinggi adalah penting. Semakin tinggi puncak massa tulang maka semakin rendah resiko untuk mencapai ambang patah atau keadaan dimana patah tulang akan terjadi. Pencapaian puncak massa tulang dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini, yaitu: Jenis kelamin Hormon Keturunan Etnis atau ras Aktifitas fisik dan olahraga Asupan gizi Empat faktor pertama adalah faktor-faktor yang tidak dapat diubah oleh manusia, sedangkan perbaikan pada faktor olahraga dan asupan gizi dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya osteoporosis sejak dini. Olahraga yang dilakukan seiring dengan terjadinya pembentukan tulang adalah penting untuk membantu pengendapan tulang yang tergantung pada tegangantegangan yang diberikan pada tulang. Kurangnya olahraga selama pembentukan tulang menyebabkan pembebanan kurang optimal dan mengurangi massa tulang. Massa tulang mulai menurun pada usia sekitar 40 tahun dengan laju kira-kira 0,5% per tahun. Selama periode menjelang menopause dan antara 5-7 tahun setelah menopause, perempuan akan mengalami peningkatan laju berkurangnya massa tulang hingga kira-kira 3-5% per tahun. Perioda berkurangnya massa tulang ini secara langsung dihubungkan dengan hilangnya hormon estrogen. Setelah perioda ini, laju pengurangan tulang melambat lagi menjadi 0,5-1% per tahun. Berkurangnya massa tulang pada pria konsisten pada laju 0,5-1% per tahun. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian puncak massa tulang juga mempengaruhi laju
6 berkurangnya atau hilangnya tulang (bone loss). Faktor-faktor tambahan yang disebut sebagai penyebab sekunder (secondary causes) yang dapat mempercepat laju bone loss antara lain, yaitu: Nikotin Kafein Alkohol Terapi steroid Myeloma Skeletal metastases Operasi pada pencernaan (gastric surgery) Terapi anticonvulsant Thyrotoxicosis Proses penghancuran dan pembangunan kembali tulang oleh sel-sel osteoclast dan osteoblast merupakan suatu sistem yang seimbang dan terhubung sempurna. Namun, sejalan dengan bertambahnya umur manusia atau terjadinya kondisi-kondisi tertentu, keseimbangan sistem ini rusak dan kedua proses ini menjadi tidak sejalan. Peningkatan aktifitas osteoclast menyebabkan penghancuran tulang lebih banyak dan/atau lebih dalam, sedangkan kecepatan osteoblast untuk membangun kembali tulang tidak cukup cepat untuk mengisi semua lokasi tulang yang dihancurkan Klasifikasi Keropos Tulang Keropos tulang atau osteoporosis diklasifikasi menjadi yang utama atau primer dan yang sekunder. Keropos tulang primer berhubungan dengan penuaan dan berkurangnya fungsi gonadal, sedangkan keropos tulang sekunder berhubungan dengan penyakit kronis, terapi obat, atau gaya hidup.
7 Kekeroposan tulang primer dapat dibagi menjadi Tipe-1 yang terlihat paling banyak pada wanita-wanita yang telah menopause dan Tipe-2 yang terjadi pada pria dan wanita berusia di atas 75 tahun. Keropos tulang Tipe-1 disebabkan tejadinya pergantian tulang yang cepat. Berkurangnya kadar estrogen yang terjadi saat menopause memacu bertambahnya jumlah dan umur dari osteclast, sehingga menambah luas dan dalam bagian tulang yang harus dibangun kembali. Tulang trabecular memiliki metabolisme yang lebih aktif dibandingkan tulang cortical, sehingga mengalami kehilangan yang lebih banyak. Pada masa ini, sering terjadi kasus patah tulang belakang dan pergelangan tangan. Keropos tulang Tipe-2 terjadi pada usia di atas 75 tahun. Keropos tulang pada kelompok populasi ini terjadi karena berkurangnya penyerapan kalsium dan pengaktifan vitamin D, rusaknya fungsi osteoblast, berkurangnya umur osteoblast, dan berkurangnya produksi hormon kelamin. Tulang-tulang cortical dan trabecular sama-sama terpengaruh oleh faktor-faktor tersebut. Pada masa ini, terjadi peningkatan kasus patah tulang pada manula Hubungan Massa Tulang dan Kekuatan Tulang Bone mass atau massa tulang adalah petunjuk penting dari kekuatan tulang. Penelitian terhadap trabecular bone dari spine telah menunjukkan korelasi positif antara kekuatan kompresi dan rasio berat abu tulang terhadap volume. Hubungan yang serupa antara tekanan dan isi mineral tulang telah diteliti pada bagian femur neck. Namun, variasi massa tulang memperkirakan hanya 40% sampai 50% dari variasi kekuatan tulang dalam penelitian-penelitian. Hal ini menunjukkan pentingnya aspek kualitatif dari struktur tulang (bone microarchitecture) )dalam menunjukkan kekuatan tulang.
8 Kerusakan-kerusakan kualitas struktur tulang tersebut dapat dibagi menjadi: Kelelahan yang terakumulasi. Hal ini adalah penyebab utama kerusakan dalam bahan yang terstruktur. Pembebanan berulang dari tulang pada tingkattingkat tarikan di bawah kekuatan patah menghasilkan kerusakan seperti ini. Bahan tulang berbeda dari banyak material lain yang memiliki inersia dua arah karena: o Tulang adalah campuran bahan organik dan anorganik. Karakteristik struktur ini membatasi perkembangan retak-retak akibat kelelahan. o Tulang memiliki suatu kemampuan perbaikan, mengambil atau mengganti bahan yang rusak. Respon perlindungan dari tulang ini bisa menjadi rusak karena terlambatnya deteksi kerusakan tulang atau tumpulnya respon osteocyte. Perubahan mekanis bahan tulang karena penuaan. Bukti yang mendukung perubahan-perubahan yang terhubung umur pada arsitektur tulang berasal dari penelitian-penelitian tentang struktur trabecular bone menggunakan CT beresolusi tinggi. Penelitian-penelitan ini menunjukkan suatu hubungan pengurangan jumlah batang-batang dan lempeng trabecular terhadap umur. Perubahan-perubahan struktur ini dapat mempengaruhi kualitas mekanikal dari trabecular bone. Osteomalcia. Osteomalcia adalah kegagalan atau tertundanya mineralisasi dari matriks tulang yang baru terbentuk. Hal ini memiliki potensi merusak tulang. Patah tulang kadangkal terjadi oada tempat-tempat dengan matriks yang buruk dimineralisasi dan osteomalcia sering ditemukan pada pasien dengan patah tulang pinggang.
9 2.7. Diagnosis Keropos Tulang Tujuan utama diagnosa osteoporosis adalah untuk mencegah kerusakan tulang atau patah tulang akibat osteoporosis. Keropos tulang atau osteoporosis terjadi apabila kerapatan massa tulang berkurang ke suatu kondisi dimana dapat terjadi patah tulang oleh tekanan yang lemah. Kondisi ini disebut sebagai ambang patah. World Health Organization atau WHO merekomendasikan urutan penentuan resiko patah, yaitu: 1. Pengukuran kerapatan massa/mineral tulang (BMD, Bone Mass/Mineral Density) menggunakan DXA/DEXA. Pengukuran dilakukan pada tulang pinggul/pinggang. 2. BMD pasien dibandingkan dengan referensi BMD orang yang normal. WHO mendefinisikan referensi BMD sebagai rata-rata dari BMD pinggul/pinggang wanita etnis Kaukasia yang belum mengalami menopause. 3. Resiko patah tulang diperkirakan dengan melihat simpangan baku (SD, standard deviation) BMD pasien terhadap BMD referensi puncak massa tulang. Setiap 1 simpangan baku di bawah normal sama dengan naiknya kelipatan 2,5 dari resiko patah pata tulang pinggul/pinggang. Pada tahun 1994, WHO merekomendasikan kriteria klasifikasi keropos tulang (osteoporosis) berdasarkan pada pengukuran kerapatan massa/mineral tulang (BMD) dari tulang belakang, pinggang, atau lengan. Hasil pengukuran dalam unit penyimpangan baku (SD) terhadap kondisi normal yang disebut T-score dan Z-score. Hubungan BMD (dalam gr/cm 2 ) dan T-score dapat dilihat dari persamaan di bawah ini: BMDs BMD( MEAN) yn T _ scores = (2.1) BMD( SD) yn
10 dimana: T_score s : T-score subyek BMD s : BMD subyek BMD(MEAN) yn : BMD rata-rata dari kelompok puncak massa tulang BMD(SD) yn : simpangan baku BMD kelompok puncak massa tulang T-score adalah perbandingan BMD pasien terhadap BMD rata-rata dari populasi puncak massa tulang yang berjenis kelamin dan beretnis sama. WHO telah menetapkan ukuran-ukuran berikut ini untuk menunjukkan tingkat keropos tulang dan tingkat resiko patah: 1. Jika T-score lebih besar dari -1, rapat massa tulang masih normal 2. Jika T-score berada di antara -1 dan -2,5, rapat massa tulang rendah dan disebut sebagai osteopenia. 3. Jika T-score lebih kecil dari -2,5, subyek telah mengalami osteoporosis. 4. Jika T-score lebih kecil dari -2,5 dan disertai adanya patah tulang, subyek mengalami keropos tulang parah (severe osteoporosis). Definisi osteoporosis, osteopenia, dan normal dimaksudkan untuk mengidentifikasi pasien pada resiko tinggi, sedang, atau rendah dari patah tulang. Disamping T-score, terdapat pula parameter Z-score yang merupakan perbandingan BMD pasien terhadap BMD rata-rata dari populasi yang sama umurnya, sama jenis kelaminnya, dan sama etnis/ras-nya. Bila referensi adalah dari populasi wanita Kaukasia dewasa, maka referensi tidak dapat digunakan untuk pria, anak-anak, atau wanita yang bukan etnis Kaukasia.
11 Pengelompokan penyakit tulang didasarkan pada informasi radiografi, biokimia, dan biopsi. Pengukuran mineral tulang tidak dapat menggantikan salah satu dari ketiga pengujian tersebut untuk membuat diagnosa yang khusus. Namun, pengukuran kerapatan mineral tulang dapat menambahkan informasi-informasi sebagai berikut: Perkiraan apakah kerapatan mineral tulang berada dalam rentang normal dan derajat keabnormalan dapat dikuantisasi. Penggunaan hasil-hasil pengukuran untuk memperkirakan resiko patah tulang. Perkiraan laju hilangnya tulang dengan interval pengukuran 1-2 tahun. Oleh karena itu, pengukuran mineral tulang ditempatkan pada garis depan dalam diagnosa penyakit tulang. Pengukuran mineral tulang berfungsi untuk mendeteksi subyek dengan massa tulang rendah dan memiliki resiko patah tulang tinggi. Diagnosa penyakit tulang meliputi posedur-prosedur sebagai berikut: Pengukuran kerapatan tulang untuk melihat seberapa parah tulang yang mengalami keropos. Pembuatan foto sinar-x untuk melihat apakah terjadi patah tulang. Pengujian laboratorium untuk melihat adalah penyebab sekunder keropos tulang.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit kronik yang ditandai dengan pengurangan massa tulang yang disertai kemunduran mikroarsitektur tulang dan penurunan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang. menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia. Osteoporosis merupakan penyakit ditandai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab pertama atau bab pendahuluan ini memberikan penjelasan tentang latar belakang penelitian yang dilakukan, rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup masalah, dan metodologi penelitian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di Indonesia. Jumlah usia lanjut di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai kemajuan dalam segala aspek kehidupan manusia saat ini telah meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi maupun dalam bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan mudah retak atau patah. Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya
Lebih terperinciEFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI
EFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI PERSYARATAN UNTUK MENDAPATKAN GELAR SARJANA SAINS ILMU TERAPAN FISIOTERAPI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteoporosis merupakan penyakit yang paling umum terjadi pada tulang, penyakit ini ditandai dengan penurunan kepadatan tulang dan peningkatan risiko terjadinya patah
Lebih terperinciLATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT
LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT Tulang yang kuat benar-benar tidak terpisahkan dalam keberhasilan Anda sebagai seorang atlet. Struktur kerangka Anda memberikan kekuatan dan kekakuan yang memungkinkan
Lebih terperinciOSTEOPOROSIS DEFINISI
OSTEOPOROSIS DEFINISI Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit
Lebih terperinciTulang Rawan. Struktur Dasar, Tipe dan Lokasi
Tulang Rawan Struktur Dasar, Tipe dan Lokasi Suatu tulang rawan memiliki khondrosit yang tersimpan di dalam ruangan (lacunae) dalam matriks ekstraselular. Tulang rawan mengandung banyak air (menyebabkannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya (WHO, 2004). Jumlah populasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut (lansia) merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya (WHO, 2004). Jumlah populasi lansia di Indonesia meningkat
Lebih terperinciKetetapan resmi terkini ISCD tahun 2013 (pasien anak-anak) Dibawah ini adalah ketetapan resmi ISCD yang telah diperbaruhi tahun 2013
Ketetapan resmi terkini ISCD tahun 2013 (pasien anak-anak) Dibawah ini adalah ketetapan resmi ISCD yang telah diperbaruhi tahun 2013 Gugus tugas tenatng kemungkinan resiko patah tulang serta definisi osteoporosis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kopi dapat digolongkan sebagai minuman
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kopi 1. Pengertian kopi Kopi merupakan salah satu minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kopi dapat digolongkan sebagai minuman psikostimulant
Lebih terperinciMANFAAT KEBIASAAN SENAM TERA PADA WANITA TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG DI DUSUN SOROBAYAN, GADINGSARI, SANDEN, BANTUL SKRIPSI
MANFAAT KEBIASAAN SENAM TERA PADA WANITA TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG DI DUSUN SOROBAYAN, GADINGSARI, SANDEN, BANTUL SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mendapatkan gelar Sarjana
Lebih terperinciGambaran Kepadatan Tulang Wanita Menopause Pada Kelompok X di Bandung
Gambaran Kepadatan Tulang Wanita Menopause Pada Kelompok X di Bandung Adam BH Darmawan, Slamet Santosa Bagian Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Abstrak Osteoporosis
Lebih terperinciOsteoporosis. Anita's Personal Blog Osteoporosis Copyright anita handayani
Osteoporosis Mengapa Masalah Osteoporosis Pasca Menopause Akhir-Akhir Ini Menjadi Masalah? - Menghadapi tahun 2010-an terjadi peningkatan harapan hidup wanita sampai usia 70 tahun dan - Pada usia 2000-
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daur hidup manusia akan melewati fase usia lanjut (proses penuaan). Proses penuaan merupakan hal yang tidak dapat dihindari, dimana mulai terjadi perubahan fisik dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pembentukan tulang. Salah satu penyakit yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembentukan tulang didalam tubuh disebut Osteogenesis. Pembentukan tulang terdiri dari penyerapan dan pembentukan yang terjadi secara terus menerus atau selalu
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran
30 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Konsumsi pangan merupakan faktor penentu yang penting dalam menentukan status kepadatan tulang khususnya pada saat pertumbuhan seperti pada masa remaja.
Lebih terperinciPEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK
ETIOLOGI Kadar hormon tiroid dan paratiroid yang berlebihan dapat mengakibatkan hilangnya kalsium dalam jumlah yang lebih banyak. Obat-obat golongan steroid pun dapat mengakibatkan hilangnya kalsium dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup pada masa dewasa awal sebagai masa transisi dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu perhatian khusus adalah masalah
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN
PENELITIAN HUBUNGAN POLA HIDUP TERHADAP KEJADIAN BUNGKUK OSTEOPOROSIS TULANG BELAKANG WANITA USIA LANJUT DI KOTA BANDAR LAMPUNG Merah Bangsawan * Osteoporosis adalah suatu keadaan berkurangnya kepadatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berakibat pada rendahnya kepadatan ( densitas ) tulang. Orang-orang acap kali
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Osteoporosis Osteoporosis adalah suatu kondisi berkurangnya massa tulang secara nyata yang berakibat pada rendahnya kepadatan ( densitas ) tulang. Orang-orang acap
Lebih terperinciABSTRAK FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB OSTEOPOROSIS. Paulus Budi Santoso ( ) Pembimbing : David Gunawan T., dr
ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB OSTEOPOROSIS Paulus Budi Santoso (0210186) Pembimbing : David Gunawan T., dr Osteoporosis merupakan new communicable disease yang banyak dibicarakan, dan menyerang terutama
Lebih terperinciTulang dan sendi merupakan kerangka tubuh yang menyebabkan tubuh dapat berdiri tegak,
WIJUMA CL Tulang dan sendi merupakan kerangka tubuh yang menyebabkan tubuh dapat berdiri tegak, Tempat melekatnya otot-otot sehingga memungkinkan jalannya pembuluh darah, Tempat sumsum tulang dan syaraf
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kalsium Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh. Kalsium dibutuhkan di semua jaringan tubuh, khususnya tulang. Sekitar 99% kalsium tubuh berada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umum dijumpai diusia tua. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada perempuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Degenerasi sendi pada osteoarthritis (OA) adalah gangguan sendi yang paling umum dijumpai diusia tua. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada perempuan daripada laki-laki.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pencegahannya. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di indonesia kesadaran akan osteoporosis masih rendah, terutama dalam pencegahannya. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif di mana terjadi proses
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS TINJAUAN TEORI 1. Definisi Osteoporosis adalah penyakit metabolisme tulang yang cirinya adalah pengurangan massa tulang dan kemunduran mikroarsitektur tulang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengindraan terhadap suatu objek tertantu yang terjadi melalui panca indra manusia yaitu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertantu yang terjadi melalui panca indra manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang pada tahap awal belum
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang pada tahap awal belum memberikan gejala-gejala yang diketahui (asymtomatic disease). Osteoporosis baru diketahui ada apabila
Lebih terperinciLEMBARAN KUESIONER. Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit osteoporosis
LEMBARAN KUESIONER Judul Penelitian : Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit osteoporosis pada wanita premenopause di Komplek Pondok Bahar RW 06 Karang Tengah Tangerang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Aktivitas Fisik a. Definisi Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik
Lebih terperinciPatogenesis dan Metabolisme Osteoporosis pada Manula
Patogenesis dan Metabolisme Osteoporosis pada Manula Hikmat Permana Sub Bagian Endokrinologi dan Metabolisme Bagian Ilmu Penyakit Dalam RS Perjan Hasan Sadikin FK Universitas Padjadjaran Bandung Osteoporosis
Lebih terperinciOleh: Yudik Prasetyo Dosen IKORA-FIK-UNY
LATIHAN BEBAN BAGI PENDERITA OSTEOPOROSIS Oleh: Yudik Prasetyo Dosen IKORA-FIK-UNY Abstrak Osteoporosis ialah keadaan berkurangnya massa tulang, sehingga keropos dan mudah patah. Puncak massa tulang pada
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA
HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA 1 Yasinta Ema Soke, 2 Mohamad Judha, 3 Tia Amestiasih INTISARI Latar Belakang:
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Obesitas atau kegemukan merupakan kondisi kelebihan bobot badan akibat penimbunan lemak yang melebihi 20% pada pria dan 25% pada wanita dari bobot badan normal. Kondisi tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan global dan telah muncul sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko untuk kanker, hipertensi, hiperkolesterolemia,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam
Lebih terperinciSKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: REISYA NURAINI J
HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI ZAT BESI DAN VITAMIN C DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI KARTASURA 1 KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Osteoporosis adalah kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteoporosis adalah kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan mudah retak atau patah. Osteoporosis sering menyerang mereka yang telah berusia lanjut
Lebih terperinciCalcium Softgel Cegah Osteoporosis
Calcium Softgel Cegah Osteoporosis Calcium softgel mampu mencegah terjadinya Osteoporosis. Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai dengan menurunnya massa tulang (kepadatan tulang) secara keseluruhan.
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. berhentinya siklus menstruasi disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami
1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan menopause sebagai berhentinya siklus menstruasi disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami atresia terus meningkat,
Lebih terperinciSMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA
JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA Tubuhmu memiliki bentuk tertentu. Tubuhmu memiliki rangka yang mendukung dan menjadikannya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan semakin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua
Lebih terperinciBAB 5 HASIL Osteoporosis. Proporsi kasus osteoporosis dan osteoporosis berat terlihat pada gambar. berikut:
BAB 5 HASIL 5.1. Osteoporosis berikut: Proporsi kasus osteoporosis dan osteoporosis berat terlihat pada gambar Gambar 5.1. Gambaran Distribusi Kasus Menopause Osteoporosis berdasarkan Kriteria WHO di MTIE
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok Pengetahuan tentang merokok yang perlu diketahui antara lain meliputi definisi merokok, racun yang terkandung dalam rokok dan penyakit yang dapat ditimbulkan oleh rokok.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan
Lebih terperinciNutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati
Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian lipid Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa organik
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Karakteristik dasar subyek penelitian Penelitian dilakukan sejak 22 Juni 2016 sampai 1 Agustus 2016 di Puskesmas Pandak I Bantul. Sampel penelitian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Distribusi umur Umur pasien kelompok fraktur intertrochanter adalah 69,7 + 3,7 tahun, sedangkan umur kelompok fraktur collum femur adalah 72,5 + 5,8 tahun. Didapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia (hampir 2% dari berat total tubuh) dan kebanyakan bergabung dengan unsur fosfor menjadi kalsium
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Osteoporosis Secara harfiah kata osteo berarti tulang dan kata porosis berarti berlubang atau dalam istilah populer adalah tulang keropos. Zat kapur, kalsium adalah mineral terbanyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan adalah masalah kompleks yang merupakan hasil dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. Datangnya penyakit merupakan
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI
HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Minat dan kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut semakin
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minat dan kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut semakin meningkat yaitu tidak lagi terbatas pada tumpatan dan pencabutan gigi, namun salah satunya adalah perawatan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Jumlah pekerja pelintingan rokok di PT. Djitoe Indonesia Tobako
BAB V PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan Jumlah pekerja pelintingan rokok di PT. Djitoe Indonesia Tobako Surakarta sebanyak 119 orang yang semua berjenis kelamin perempuan dan jumlah yang dijadikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tulang yang sehat adalah tulang yang kuat dan tidak mudah patah. Kekuatan tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus terjadi seiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma sehat merupakan modal pembangunan kesehatan, yang dalam jangka panjang mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan melalui upaya
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fleksibilitas 2.1.1. Definisi fleksibilitas Fleksibilitas mengacu pada kemampuan ruang gerak sendi atau persendian tubuh. Kemampuan gerak sendi ini berbeda di setiap persendian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang jantung. Organ tersebut memiliki fungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Kelainan pada organ tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi pola konsumsi gizi dan aktivitas fisik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja mengalami peningkatan kebutuhan gizi karena pertumbuhan yang sangat cepat. Tetapi masukan zat gizi mereka sering tidak sesuai dengan kebiasaan makan karena kelompok
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0
37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari
Lebih terperinciDiabetes tipe 2 Pelajari gejalanya
Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Unit Percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Unit Percobaan Karakteristik unit percobaan yang diambil dalam penelitian ini meliputi usia saat mengikuti penelitian, daerah asal dan rata-rata jumlah kiriman uang dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa remaja puncak pertumbuhan masa tulang (Peak Bone Massa/PBM)
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa remaja puncak pertumbuhan masa tulang (Peak Bone Massa/PBM) yang menyebabkan kebutuhan kalsium paling tinggi pada masa ini dibandingkan dengan tahapan-tahapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani siklus hidupnya membutuhkan makanan untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Kebutuhan zat gizi bagi tubuh meliputi kebutuhan akan zat gizi makro dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi Susu pada saat remaja terutama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi Susu pada saat remaja terutama dimaksudkan untuk memperkuat tulang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pada zaman modern ini, seluruh dunia mengalami pengaruh globalisasi dan hal ini menyebabkan banyak perubahan dalam hidup manusia, salah satunya adalah perubahan gaya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah penyimpangan progresif, fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh untuk mempertahankan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya
Lebih terperinciBAB II PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS PADA USIA DEWASA Definisi Osteoporosis
BAB II PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS PADA USIA DEWASA 1.1 Perihal Osteoporosis 2.1.1 Definisi Osteoporosis Kata osteoporosis berasal dari bahasa yunani yaitu osteo yang berarti tulang dan porous yang berarti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol merupakan konstituen utama membrane plasma dan lipoprotein plasma. Senyawa ini sering ditemukan sebagai ester kolesteril, dengan gugus hidroksil di posisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan
Lebih terperinciKOMPOSISI TUBUH LANSIA I. PENDAHULUAN II.
KOMPOSISI TUBUH LANSIA I. PENDAHULUAN Lansia merupakan salah satu bagian dari siklus hidup manusia yang menjadi tahap akhir dari kehidupan. Pada lansia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular
Lebih terperinciTHALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010
THALASEMIA A. DEFINISI Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Akibatnya penderita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambaran asupan...,rindu Rachmiaty, FKM UI, 2009
27 BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang Nutrisi olahraga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan akan menjadi salah satu faktor penentu prestasi atlit. Untuk dapat menghasilkan kualitas performa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kejadian Osteoporosis terutama pada lansia akan mempunyai dampak yang sangat buruk bagi penderitanya. Osteoporosis pada lansia akan mengakibatkan terjadinya fraktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur. diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025 yaitu 73,7 tahun.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara dan kesejahteraan rakyat adalah meningkatnya usia harapan hidup, hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perimenopause adalah suatu fase dalam proses menua (aging) yaitu ketika seorang wanita mengalami peralihan dari masa reproduktif ke masa nonreproduktif. Pada fase ini,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lupus Eritematosus Sistemik atau yang dikenal juga dengan Systemic lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit reumatik autoimun yang ditandai adanya inflamasi yang tersebar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. insidensi tertinggi terjadi pada usia antara tahun. Fraktur ini terjadi lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Insidensi fraktur collum femur meningkat sejalan dengan meningkatnya usia; insidensi tertinggi terjadi pada usia antara 70 80 tahun. Fraktur ini terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara
Lebih terperinciKanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang, masalah gizi kurang masih banyak ditemukan, khususnya
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi di Indonesia yaitu gizi lebih dan gizi kurang. Sebagai negara berkembang, masalah gizi kurang masih banyak ditemukan, khususnya difisiensi zat gizi mikro.
Lebih terperinciApa itu Kalsium (Ca)?
19 Sumber Makanan yang Mengandung Kalsium Tinggi Selain Susu - Selama ini kita mengenal bahwa susu adalah sumber kalsium tertinggi. Tapi tahukah anda, masih banyak makanan lainnya yang mengandung kalsium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Penurunan tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan- perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Usia tulang merupakan indikator utama untuk menilai maturitas tulang
21 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Usia tulang merupakan indikator utama untuk menilai maturitas tulang yang digunakan dari kelahiran sampai dewasa. Dengan menentukan usia tulang, berarti menghitung
Lebih terperinci2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas perairan, dan mempunyai laut serta potensi perikanan yang sangat besar. Oleh
Lebih terperinci