Reprint: JURNAL ILMU-ILMU PERAIRAN DAN PERIKANAN INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. perikanan laut yang sangat besar. Sebagai negara maritim, usaha budidaya laut

IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN KERAPU (Epinephelus sp.) PASCA TERJADINYA HARMFULL ALGAL BLOOMS (HABs) DI PANTAI RINGGUNG KABUPATEN PESAWARAN ABSTRAK

KERAGAMAN DAN KEBERADAAN PENYAKIT BAKTERIAL DAN PARASITIK BENIH KERAPU MACAN

PARASITES IDENTIFICATION ON CORAL GROUPER (Plectropomus reolatus) IN FLOATING NET CAGE IN PAGIMANA SUB-DISTRICT OF BANGGAI REGENCY

II. TINJAUAN PUSTAKA

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

Inventarisasi, Prevalensi dan Intensitas Ektoparasit Pada Ikan Kerapu (Epinephelus sp.) di Keramba Jaring Apung Perairan Teluk Hurun Lampung

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI EKTOPARASIT PADA IKAN KERAPU CANTANG

Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Gelondongan Ikan Kancra (Labeobarbus douronensis) pada Padat Tebar yang Berbeda

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) kelas induk pokok (Parent Stock)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGENDALIAN INFESTASI EKTOPARASIT Dactylogyrus sp. PADA BENIH IKAN PATIN (Pangasius sp.) DENGAN PENAMBAHAN GARAM DAPUR

UJI RESISTENSI TERHADAP VIRUS VNN PADA BEBERAPA SPESIES IKAN EKONOMIS Test of VNN Virus Resistance In Several Economic Fish Species

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. Ikan bawal air tawar (Colossoma macopomum) merupakan ikan yang

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

INVENTARISASI PARASIT PADA IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI PERAIRAN TELUK MUARA BARU, JAKARTA UTARA

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch) kelas benih sebar

HAMA DAN PENYAKIT IKAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Intensitas Trichodina sp pada Ukuran Ikan Nila yang Berbeda

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 2: Benih

APLIKASI BUDIDAYA KERAPU BEBEK, Cromileptes altivelis DI TELUK EKAS KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

PERTUMBUHAN CALON INDUK IKAN BERONANG Siganus guttatus TURUNAN PERTAMA (F-1) DENGAN BOBOT BADAN YANG BERBEDA

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:

PARASIT PADA IKAN HIAS AIR TAWAR (IKAN CUPANG, GAPI DAN RAINBOW) Parasites in Fresh Water Ornamental Fish (Cupang, Guppy and Rainbow Fish)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

276 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : ISSN:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk

Pengendalian Monogenea pada benih ikan Nila gift 31

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam dunia internasional kerapu dikenal dengan nama grouper yang

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

PENENTUAN PEMBERIAN PAKAN DAN UKURAN BENIH SAAT TEBAR PADA PEMBESARAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)

NO. 26/MPP.Booklet/2013. Penanganan Hama dan Penyakit padaa Ikan Kakap Putih PENYUSUN: FAHRUR RAZI, SST

Infestasi parasit pada benih ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) di Karamba Jaring Apung Balai Sea Farming, Kepulauan Seribu Jakarta

I. PENDAHULUAN. ekonomis penting yang terdapat di perairan Indonesia. Ikan kerapu bernilai gizi

3.5.1 Teknik Pengambilan Sampel Uji Daya Hambat Infusa Rimpang Kunyit Terhadap E. coli dan Vibrio sp. Pada Ikan Kerapu Lumpur

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran,

ASPEK PRODUKSI, BUDIDAYA IKAN KERAPU DENGAN KARAMBA JARING APUNG

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

I. PENDAHULUAN. pada tahun Ikan nila merupakan ikan konsumsi air tawar yang diminati oleh

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

MAKALAH BUDIDAYA KAKAP PUTIH (Lates calcarifer)

Di dalam pelaksanaannya, petugas karantina ikan hams mengetahui jenisjenis

Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor 16680, Indonesia 2) Balai Karantina Ikan, Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jakarta, Indonesia

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

Ganjar Adhy Wirawan 1 & Hany Handajani 2

ABSTRACT PENDAHULUAN. Berita Biologi, Volume 7, Nomor 5. Agustus 2005

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ikan mas tergolong dalam jenis ikan air tawar. Ikan mas terkadang juga

S. Mulyati, M. Zairin Jr., dan M. M. Raswin

Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor

Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi

BUDIDAYA IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcalifer, Bloch) DI KERAMBA JARING APUNG

I. PENDAHULUAN. patin termasuk komoditi yang memiliki prospek cerah untuk dibudidayakan. Hal

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2009, hlm 1 14 ISSN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

USAHA PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN KERAPU SUNU, Plectropomus leopardus DI INDONESIA

PEMANFAATAN ULANG LIMBAH ORGANIK DARI SUBSTRAK Tubifex sp. DI ALAM. Reusing of Organic Waste from Tubifex sp. Substrate in nature

Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bawal air tawar (Collosoma sp.) dengan laju debit air berbeda pada sistem resirkulasi

Enlargement of Selais (Ompok hypopthalmus) With fish meal Containing Thyroxine (T 4 ) Hormone

PEMBENIHAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus)

III. METODE PENELITIAN. kerapu macan ini berada di perairan sekitar Pulau Maitam, Kabupaten Pesawaran,

PEMANFAATAN KOMPOS KULIT KAKAO (Theobroma cacao) UNTUK BUDIDAYA Daphnia sp. ABSTRAK

Enlargement of Selais (Ompok hypopthalmus) With fish meal Containing Thyroxine (T4) Hormones. Fisheries and Marine Science faculty Riau University

PENGARUH SALINITAS TERHADAP PERKEMBANGAN PARASIT PADA BENIH GURAMI, Osphronemus goramy

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI. Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A

MK Teknologi Pengendalian Dan Penanggulangan Penyakit Dalam Akuakultur

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK)

MIKROHABITAT PARASIT Diplectanum sp. PADA INSANG IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus FORSSKAL) DI KARAMBA JARING APUNG

III. BAHAN DAN METODE

PENDEDERAN KERAPU MACAN, Epinephelus fuscoguttatus, PADA HATCHERI SKALA RUMAH TANGGA

Benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar

Benih udang windu Penaeus monodon (Fabricius, 1798) kelas benih sebar

BAB I PENDAHULUAN. benih dan untuk membina usaha budidaya ikan rakyat dalam rangka

PENGARUH JENIS DAN WAKTU PEMBERIAN PAKAN TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN KERAPU MACAN

Mahmudin Arbie 1), Dr. Ir. Syamsuddin MP 2), Mulis S.Pi, M.Sc 3).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

PENDAHULUAN. Perkembangan usaha budidaya ikan air tawar di Indonesia. merupakan salah satu sektor usaha yang sangat potensial, sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ikan kerapu (Epinephelus sp.) merupakan jenis ikan air laut yang

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.47/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA MERAH NILASA

PENGEMBANGAN DAN APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK BUDIDAYA IKAN KERAPU MACAN, Epinephelus fuscoguttatus DI KERAMBA JARING APUNG

PEMELIHARAAN IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) YANG DIBERI PAKAN PELET DAN IKAN RUCAH DI KERAMBA JARING APUNG

PRODUKTIVITAS BEBERAPA JENIS IKAN LAUT YANG DIBUDIDAYA DALAM KERAMBA JARING APUNG

EFISIENSI PENGGUNAAN PLANKTON UNTUK PEMBENIHAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) PADA HATCHERI SKALA RUMAH TANGGA

MODUL: PEMELIHARAAN INDUK

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Udayana, Denpasar. Alamat (Diterima Juli 2017 /Disetujui September 2017) ABSTRAK

Transkripsi:

Reprint: JURNAL ILMU-ILMU PERAIRAN DAN PERIKANAN INDONESIA ISSN 0854-3194 Juni 2004, Jilid 11, Nomor 1 Halaman 1 4 Derajat Infestasi Ektoparasit Hirudinea Piscicola sp pada Ikan Kerapu Macan Epinephelus fuscoguttatus (Forsskal, 1775) dan Kerapu Sunu Plectropomus Maculatus (Bloch, 1790) (Degree of Infestation of Hirudinea Piscicola sp. Ectoparasit on Brown Marbled Grouper Epinephelus fuscoguttatus (Forsskal, 1775) and Spotted Coral Trout Plectropomus maculatus (Bloch, 1790)) Susanti Diani, Pramu Sunyoto dan Edward Danakusumah Alamat Penyunting dan Tata Usaha: Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor - Jl. Lingkar Akademik, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Wing C, Lantai 4 - Telepon (0251) 622912, Fax. (0251) 622932. E-mail : jippi@centrin.net.id Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional No. 22/DIKTI/Kep /2002 tanggal 8 Mei 2002 tentang Hasil Akreditasi Jurnal Ilmiah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Tahun 2002, Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia (JIPPI) diakui sebagai jurnal nasional terakreditasi.

DERAJAT INFESTASI EKTOPARASIT HIRUDINEA Piscicola sp PADA IKAN KERAPU MACAN Epinephelus fuscoguttatus (FORSSKAL, 1775) DAN KERAPU SUNU Plectropomus maculatus (BLOCH, 1790) ABSTRAK (Degree of infestation of Hirudinea Piscicola sp. Ectoparasit on Brown Marbled Grouper Epinephelus fuscoguttatus (Forsskal, 1775) and Spotted Coral Trout Plectropomus maculatus (Bloch, 1790)) Susanti Diani 1, Pramu Sunyoto 1 dan Edward Danakusumah 1 Penelititian ini dilakukan untuk mengidentifikasi jenis parasit dan mengetahui derajat infestasi ektoparasit Hirudinea Piscicola sp. pada ikan kerapu macan Epenephelus fuscoguttatus dan ikan kerapu sunu Plectropomus maculatus yang dipelihara dalam tangki 10 m 3 dan 3 m 3 dalam kondisi laboratorium. Delapan ekor ikan kerapu macan dan 30 ekor ikan kerapu sunu dengan kisaran bobot tubuh masing-masing 5.0-7.7 kg (panjang total 66.0-78.1 cm) dan 0.1-0.6 kg (20.5-34.4 cm) diambil sebagai contoh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi Piscicola sp. pada ikan kerapu macan dan kerapu sunu masing-masing adalah 100% dengan intensitas pada masing-masing ikan adalah 228 dan 45 ekor parasit per ekor ikan. Kata kunci: ABSTRACT Derajat infestasi, hirudinea, kerapu macan (Epenephelus fuscoguttatus), kerapu sunu (Plectropomus maculatus). The study was carried out at the Bojonegara Research Assessment Instalation for Agricultural Technology. The aims of this study was to identify and to know the degree of infestation of hirudinea ectoparase Piscicola sp. on the grouper Epinephelus fuscoguttatus and the coral trout Plectropomus maculatus reared in 10 m 3 and 3 m 3 tanks, respectively. Eight fishes of grouper (the weight range from 5.0 to 7.7 kg and the total length ranges from 66.0 to 78.1 cm) and thirty fishes of coral trout (the weight range from 0.1 to 0.6 kg and the total length ranges from 20.5 to 34.4 cm) were sampled and investigated for the occurrence of the parasite. The results of the study showed that the prevalences of Piscicola sp. on grouper and coral trout were 100%, with the intensity of 228 and 45 parasities per fish respectively. Key Words: Degree of Infestation, Hirudinea, grouper (Epinephe1us fuscoguttatus), coral trout (P1ectropomus maculatus). PENDAHULUAN 1 Laboratorium Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Bojonegara-Serang. Ikan kerapu macan Epinephelus fuscoguttatus dan kerapu sunu Plectropomus maculatus merupakan ikan laut komoditas ekspor yang mempunyai harga pasar tinggi dan potensial dibudidayakan. Kedua jenis ikan ini hidup di perairan karang. Ikan ini mendiami perairan tropis dan subtropis (Leis, 1986 dan Kohno et al, 1990). Usaha budidaya kedua jenis ikan ini belum dilakukan secara intensif. Usaha yang banyak dilakukan nelayan masih berupa kegiatan penampungan sementara hasil tangkapan di laut. Ikan-ikan ini ditampung dalam Keramba Jaring Apung (KJA) sebelum dijual ke eksportir. Masalah utama pembesaran adalah ketersediaan benih yang masih tergantung hasil penangkapan di alam. Di beberapa perairan, upaya pembesaran ikan ini menghadapi masalah serius yaitu serangan hama dan penyakit. Dari segi ekonomi, masalah serangan hama penyakit dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar. Serangan hama dan penyakit dapat mengakibatkan penurunan produksi dan kualitas ikan bahkan kematian total (Diani, 1992a). Sebagian besar jenis-jenis parasit yang dapat menyerang ikan kerapu dan menimbulkan kerugian yang tidak sedikit adalah jenis ektoparasit seperti golongan Protozoa, Platyhelminthes dan Crustacea. Salah satu kasus kematian induk ikan kerapu sunu sebesar 50% yang disebabkan oleh parasit Cryptocaryon sp. telah didokumentasikan (Diani 1992b). Di lain tempat, pernah pula 1

2 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2004, Jilid 11, Nomor 1: 1-4 terjadi kematian benih ikan kerapu lumpur yang disebabkan parasit Diplectanum sp. dan Trichodina sp. (Diani 1995). Di Sumatera Utara, kasus kematian ikan kerapu terjadi dalam keramba penampungan dengan kerugian yang cukup besar yang diduga disebabkan virus (Rukyani et al, 1993). Di Sulawesi Selatan, kematian ikan kerapu umumnya terjadi akibat stres dan akibat penanganan (handling) yang kurang baik mulai dari penangkapan, pengangkutan sampai perla - kuan di jaring apung (Rukyani, 1994). Menurut Foo et al (1985), kematian ikan kerapu disebabkan serangan bakteri Streptoccocus. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan mengetahui derajat infestasi ektoparasit Hirudinea Piscicola sp. yang menginfeksi ikan kerapu macan dan kerapu sunu. Selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam upaya pencegahan dan penanggulangannya. BAHAN DAN METODA Bahan yang diteliti berupa 8 ekor ikan kerapu macan dengan bobot tubuh antara 5.0-7.7 kg dengan panjang total antara 66.0-78.1 cm dan 30 ekor ikan kerapu sunu dengan bobot tubuh antara 0.1-0.6 kg dengan panjang total antara 20.5-34.4 cm. Ikan kerapu macan dan sunu dipelihara dalam tangki beton (volume 10 m 3 dan 3 m 3 ) yang dialiri air laut sebanyak 200% volume per hari serta aerasi secukupnya. Ikan uji berasal dari hasil penangkapan di perairan Teluk Banten dan Kepulauan Seribu. Pemeliharaan ikan menggunakan air laut yang telah disaring dengan sand filter. Pakan yang diberikan adalah campuran ikan rucah dan cumicumi sebanyak 2-5% bobot tubuh per hari. Kotoran yang berada di dasar tangki dibersihkan dengan cara menyipon setiap hari. Pengambilan contoh parasit dilakukan terhadap ikanikan yang tampak tidak sehat. Ciri ikan yang tidak sehat memiliki tanda-tanda sebagai berikut: berenang tidak aktif, nafsu makan berkurang, serta sering menggosok-gosokkan tubuhnva ke dinding tangki. Ciri-ciri tersebut dipertegas dengan adanya gumpalan merah kehitam-hitaman berumbai yang menempel pada sebagian permukaan tubuh dan pada sebagian rongga mulut. Ikan-ikan yang tidak sehat ditangkap dan dibius Ethylene glycol monophenyl ether (C 10 H 8 O 2 ), dosis 100 ppm selama 10-15 menit sampai tertidur. Pemeriksaan parasit mengikuti metode Hoffman (1967), Fernando et al (1972), Kennedy (1979) dan Zafran et al, (1998), untuk selanjutnya dianalisis tingkat serangan ektoparasit. Parameter yang diukur adalah prevalensi, yang dinyatakan dalam %, yaitu banyaknya i- kan yang diinfestasi parasit dari populasi ikan yang diamati dan intensitas yaitu rata-rata jumlah parasit yang menginfestasi per ikan. Pengamatan kualitas air dilakukan satu minggu sebelum dan saat ikan-ikan menunjukkan tanda-tanda sakit. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pemeriksaan terhadap ikan kerapu macan dan kerapu sunu yang sakit menunjukkan adanya satu jenis ektoparasit Piscicola sp. yang menginfeksi permukaan tubuh dan rongga mulut (Tabel 1 dan 2). Tabel 1. Intensitas Ektoparasit Piscicola sp. yang Ditemukan pada Ikan Kerapu Macan Epinephelus fuscoguttatus. Ikan yang Ternfeksi No. Panjang Bobot Total (cm) (kg) 1. 73.2 6.5 2. 67.5 5.6 3. 68.0 5.0 4. 70.0 6.0 5. 78.1 7.7 6. 69.0 5.6 7. 69.0 5.3 8. 69.5 6.2 Intensitas Piscicola sp. pada Permukaan Rongga Mulut 271 8 168 3 279 16 132 5 211 2 327 14 216 6 151 2 1 766 56 Parasit yang ditemukan pada bagian kulit permukaan tubuh dan rongga mulut ikan kerapu macan dan kerapu sunu dikenal dengan nama lintah dari phylum Annelida, kelas Hirudinea, famili Piscicolidae dan spesies Piscicola sp. (Roberts, 1978). Parasit ini mempunyai panjang total antara 1.20-19.30 mm dan lebar 0.10-1.42 mm, serta berwarna kehitam-hitaman. Parasit i- ni pernah ditemukan menempel pada ikan kerapu lumpur dan kakap putih (Diani et al, 1995). Parasit Piscicola sp. memiliki tubuh yang beruas. nya dilengkapi 2 buah alat penghisap (sucker). Alat penghisap yang pertama terletak di bagian kepala (anterior sucker) dan yang kedua ukurannya lebih besar terletak di bagian

Diani, S., P. Sunyoto dan E. Danakusumah, Derajat Infestasi Ektoparasit Hirudinea Piscicola sp 3 punggung (posterior sucker). Hewan ini memiliki bentuk mata di bagian kepala (Roberts, 1978). Sachlan (1952) mengatakan bahwa parasit ini mempunyai panjang 2 cm dan lebar 3 mm serta berwarna merah. Tabel 2. Intensitas Ektoparasit Piscicola sp. yang Ditemukan pada Ikan Kerapu Sunu Plectropomus maculatus Ikan yang Terifeksi No. Panjang Total (cm) Bobot (kg) Intensitas Piscicola sp. pada Permukaan Rongga Mulut 1. 30.5 0.380-38 2. 32.0 0.360 2 22 3. 29.4 0.370 3 53 4. 26.5 0.240 1 31 5. 28.0 0.260 3 51 6. 32.1 0.450-19 7. 26.8 0.260-56 8. 27.2 0.240-69 9. 26.5 0.160 14 98 10. 31.2 0.400-21 11. 27.5 0.300-45 12. 32.0 0.420-16 13. 34.0 0.500-57 14. 30.0 0.245-17 16. 32.0 0.415-35 17. 28.2 0.320-33 18. 23.7 0.145 7 69 19. 27.5 0.250-35 20. 26.0 0.230. - 71 21. 31.2 0.360-31 22. 31.0 0.380-71 23. 27.5 0.230-54 24. 20.5 0.100-35 25. 26.0 0.220-60 26. 34.0 0.470-33 27. 34.4 0.300 8 62 28. 27.7 0.260-28 29. 34.4 0.560-22 30. 32.7 0.470 8 29 31. 27.1 0.260-46 Kabata (1985) mengatakan bahwa parasit Piscicola sp. ditemukan terutama menyerang i- kan laut dan beberapa spesies ikan air tawar. Setiap jenis parasit biasanya mempunyai habitat tertentu pada organ inang sebagai tempat hidupnya (Fernando et al, 1972). Menurut Brotowidjoyo (1987), tingkat serangan ektoparasit terhadap inangnya terbagi dalam dua tingkat yaitu infestasi (tahap awal serangan) dan infeksi (tahap perusakan jaringan). Berdasarkan pendapat tersebut maka ikan kerapu macan dan kerapu sunu yang dipelihara dalam tangki bervolume 10 m 3 dan 3 m 3 tergolong dalam dua tingkat serangan. Pertama, bagian rongga mulut kerapu macan dan kerapu sunu serta kulit permukaan tubuh kerapu sunu tergolong terserang parasit pada tingkat infestasi, sehingga bagian tersebut belum mengalami kerusakan jaringan. Kedua, bagian permukaan kulit tubuh kerapu macan dan rongga mulut sudah mengalami kerusakan jaringan (luka) setelah parasit Piscicola sp. terlepas dari tubuhnya. Keadaan seperti ini dapat dilihat dari nilai intensitas Piscicola sp. pada masing-masing organ yang diinfestasi (Tabel 1 dan 2). Pada kerapu macan, intensitas Piscicola sp. pada kulit permukaan tubuh terutama pada bagian dekat e- kor berkisar antara 143-327 spesimen dengan intensitas rata-rata 220.75 spesimen per ekor i- kan. Sedangkan intensitas parasit pada rongga mulut dalam jumlah lebih kecil berkisar antara 2-16 spesimen dengan intensitas rata-rata 7.0 spesimen per ekor ikan, atau dapat dikatakan intensitas Piscicola sp. pada kerapu macan ratarata 227.75 spesimen/inang (ikan) dan prevalensi 100 %. Pada kerapu sunu, intensitas Piscicola sp. pada kulit permukaan tubuh berkisar antara 0-14 spesimen dengan intensitas rata-rata 1.53 spesimen per ekor ikan. Sedangkan intensitas parasit pada rongga mulut dalam jumlah lebih besar yaitu antara 16-98 spesimen dengan intensitas rata-rata 43.57 spesimen/inang (ikan) dan prevalensi 100%. Dengan nilai prevalensi 100% dan nilai intensitas parasit sebesar 227.75 per ekor ikan pada kerapu macan dapat dikatakan belum menyebabkan kematian ikan tetapi baru dapat menyebabkan ikan sakit. Demikian juga dengan nilai prevalensi 100% dan intensitas parasit sebesar 45.10 per ekor ikan pada kerapu sunu belum menyebabkan kematian ikan, hanya dapat menyebabkan ikan sakit. Diduga, parasit Piscicola sp. yang menginfeksi ikan kerapu macan dan kerapu sunu sudah melekat pada tubuhnya dan dibawa sejak ditangkap dari perairan Teluk Banten dan Kepulauan Seribu. Dengan adanya perubahan lingkungan atau pergantian musim dan kondisi ikan yang menurun maka parasit tersebut dapat berkembang biak dengan cepat. Timbulnya epizootik atau wabah penyakit merupakan hasil interaksi antara agen penyakit, inang (ikan) dan keadaan lingkungan yang dapat terjadi apabila keseimbangan lingkungan terganggu. Dalam kondisi

4 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2004, Jilid 11, Nomor 1: 1-4 lingkungan yang sehat, hubungan ketiga faktor tersebut biasanya dalam keadaan seimbang, sehingga tidak menimbulkan penyakit. Sachlan (1952) menjelaskan bahwa di Eropa epidemi parasit ini sering terjadi dan rata-rata 30-40 parasit menginfeksi satu ekor ikan yang ditemukan pada insang, mata, mulut dan kulit tubuh. Ikan yang terinfeksi parasit ini terlihat seperti terserang penyakit anemia dan bobot tubuhnya herkurang sehingga dapat menyebabkan kematian ikan. Paperna (1980) menjelaskan bahwa rata-rata 26 parasit ditemukan pada 1 ekor ikan, tetapi pernah juga ditemukan lebih dari 100 parasit menginfeksi satu ekor ikan. Selanjutnya dikatakan ikan yang terinfeksi berat oleh parasit ini terlihat sangat kekurangan sel darah merah (hyperanemia) dan mengalami pendarahan (haemorhages). Post (1983) mengatakan bahwa parasit ini lebih suka menempel pada kulit dan insang serta tidak mempunyai inang tertentu. Tingkat kerusakan tergantung dari banyaknya parasit yang menempel. Selanjutnya dikatakan bahwa ikan-ikan kecil biasanya lebih mudah terserang karena kurang mampu menghindari dan kondisi tubuhnya tidak kuat sehingga jumlah parasit yang menempel pada tubuh dan insang jauh lebih banyak dan menyebabkan kematian. Penanggulangan parasit Piscicola sp. dapat dilakukan melalui perendaman dengan Cu Cl 2 sebanyak 5 ppm selama 15 menit atau Cu SO 4 5H 2 O sebanyak 0.5 ppm selama 5-6 jam (Paperna, 1980). Selain itu dapat pula dilakukan perendaman dalam formalin 200 ppm selama 30-60 menit (Roberts 1978). Pengamatan kualitas air di dua tangki pemeliharaan adalah sebagai berikut: oksigen terlarut 5.4-5.6 ppm, temperatur 27-20 C, salinitas 33-34 ppt dan derajat keasaman (ph) 7.9-8.2. Parameter kualitas air tersebut masih dalam nilai yang aman dan dapat ditolelir ikan kerapu macan dan kerapu sunu (Boyd, 1981). UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ahmad Makmur dan Pipit Afifah yang telah membantu melakukan kegiatan penelitian. PUSTAKA Brotowidjoyo, M.D. 1987. Parasit dan Parasitisme, Edisi I. Media Press. Jakarta. 330p. Boyd, C. E. 1981. Water Quality in Warmwater Fish Pond. Auburn University, Agricultural Experiment Station, Alabama. 359 p. Diani, S. 1992a. Kasus Cryptocaryoniasis pada Ikan Kakap Putih (Lates calcarifèr) di Sub Balai Penelitian Budidaya Pantai, Bojonegara. Majalah Parasitologi Indonesia, 5(2): 113-115. Diani, S. 1992b. Pengamtan dan Pengobatan Penyakit Bintik Putih pada Ikan Kerapu Sunu (Plectropomus spp). Warta Balitdita, 4(2): 22-23. Diani, S. 1995. Kematian Benih Ikan Kerapu Lumpur (Epinephelus suillus) yang terinfeksi oleh Diplectanum sp. dan Trichodina sp. Majalah Parasitologi Indonesia, 8(1): 43-47. Fernando, C. H., J. L. Furtado, A. V. Gussey, G. Hanek and A. A. Kahonge. 1972. Methods for Study of Freshwater Fish Parasites. University of Warterloo. Waterloo, Ontario Canada. 76p. Foo, J. T. W., B. Ho and T. J. Lam. 1985. Mass Mortality in Siganus canaliculatus Due to Streptoccocal Infection. Aquaculture, 49: 185-195. Hoffman, G. L. 1967. Parasites of North American Freshwater Fishes. University of California Pres. Berkeley and Los Angeles. USA. 486p. Kabata, Z. 1985. Parasiter and Diseases of Fish Cultured in the Fishes. Taylor and Francis, London and Philadelphia, 318p. Kennedy. J. M. 1979. Basic Method of Specimen Preparation in Parasitology. International Development Research Centre. 44p. Kohno, H., M. Duray and P. Sunyoto. 1990. A Field Guide to Groupers of Southeast Asia. Puslitbangkan. 27p. Leis, J. M. 1986. Larva Development in Four Species of Indo-Pasific Coral Trout, Plectropomus on analysis of the Relationship of the Genus. Bulletin of marine Science, 38(3): 525-528. Paperna, I. 1980. Parasites, Infection and Diseases of Fish in Arfica. Food and Agriculture Organization of the United Nation, Rome, 216p. Rukyani, A., P. Taufik dan H. Yuliansyah. 1993. Laporan Survai Kasus Kematian Ikan Kerapu (Grouper) di Daerah Sumatera Utama. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Badan Litbang Pertanian. 11p. Rukyani, A. 1994. Patogen Sebagai Kendala Utama dalam Pengembangan Usaha Perikanan di Sulawesi Selatan. Makalah disajikan pada Rapat Teknis Evaluasi dan Pembahasan Program Penelitian pada tanggal 5-7 Mei 1994 di Balitkandita Maros. 9p. Roberts, R.J. 1978. Fish Pathology. Bailliere Tindall. London. 318p. Sachlan, M. 1952. Notes of Parasites of Freshwater Fishes in Indonesia Contribution of the Inland Fisheries. Research Stations, Bogor, No. 2: 60p. Zafran, D. Roza, I. Koesharyani, F. Johny and K. Yuasa. 1998. Manual for Fish Diseases Diagnosis. Gondol Station for Coastal Fisheries & JICA. 44p.