PEMBELAJARAN MAKROMOLEKUL: PEMBUATAN HIDROLISAT PROTEIN

dokumen-dokumen yang mirip
I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

PENGARUH AKTIVATOR SISTEIN DAN NATRIUM KLORIDA TERHADAP AKTIVITAS PAPAIN

Lampiran 1 Metode pengujian aktivitas protease (Walter 1984)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015 di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KINETIKA REAKSI ENZIMATIS

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

KARAKTERISASI ENZIM PROTEASE DARI GETAH TANAMAN BIDURI (Calotropis gigantea) HASIL EKSTRAKSI MENGGUNAKAN AMONIUM SULFAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

Tabel 3. Hubungan antara berbagai tingkat kejenuhan ammonium sulfat (0-80%) dengan aktivitas spesifik enzim selulase. Aktivitas Unit (U/mL)

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan determinasi tanaman.

THE ADDITION EFFECT OF THE METAL ION K + ON THE PAPAIN ENZYME ACTIVITIES

PENGUJIAN STABILITAS ENZIM BROMELIN YANG DIISOLASI DARI BONGGOL NANAS SERTA IMOBILISASI MENGGUNAKAN KAPPA KARAGENAN

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

laporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret

KARAKTERISASI ENZIM PROTEASE DARI GETAH TANAMAN BIDURI (Calotropis gigantea) HASIL EKSTRAKSI MENGGUNAKAN AMONIUM SULFAT

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan enzim protease, yaitu pada produksi keju. tinggi sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi pada tubuh manusia.

Analisa Protein. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

PENENTUAN AKTIVITAS SPESIFIK HEKSOKINASE DARI LIMBAH ANGGUR PISANG BIJI.

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

III. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

Tabel 4. Hubungan antara berbagai tingkat kejenuhan ammonium sulfat (0-100%) dengan aktivitas unit enzim selulase. No Fraksi Aktivitas Unit (U/mL)

BAB I PENDAHULUAN. tanaman terutama hasil pertanian dan rempah-rempah. Hal ini didukung oleh

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di

PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis

ABSTRAK. Kata Kunci : Amilase, Zea mays L., Amonium sulfat, Fraksinasi, DNS.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu pengekspor buah nanas yang menempati posisi

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN...

BAB III METODE PENELITIAN. Pendidikan Biologi FPMIPA UPI dan protease Bacillus pumilus yang diperoleh

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

4 Hasil dan Pembahasan

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

Lampiran 1 Prosedur uji aktivitas protease (Walter 1984, modifikasi)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

DETERMINATION of OPTIMUM CONDITION of PAPAIN ENZYME FROM PAPAYA VAR JAVA (Carica papaya )

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

R E A K S I U J I P R O T E I N

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari Oktober. penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Lampung.

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

LAPORAN PRAKTIKUM DINAMIKA KIMIA JUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN LAJU REAKSI IODINASI ASETON DALAM SUASANA ASAM. Nama : SantiNurAini NRP :

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

PRODUKSI ENZIM MANANASE

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol

BAB III METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kalibrasi Termokopel

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Sintesis Protein Mikroba dan Aktivitas Selulolitik Akibat

Kurva Kalibrasi Larutan Standar Bovine Serum Albumine (BSA) Absorbansi BSA pada berbagai konsentrasi untuk menentukan kurva standar protein yaitu:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr.

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis)

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

ISOLASI PROTEASE DARI BUAH LABU SIAM (Sechium edule (Jacq.) Sw.) DENGAN TEKNIK SALTING OUT MENGGUNAKAN GARAM AMMONIUM SULFAT

UJI KUALITATIF ETANOL YANG DIPRODUKSI SECARA ENZAMATIS MENGGUNAKAN Z. MOBILIS PERMEABEL

BAB III METODE PENELITIAN

3 Metodologi Percobaan

x100% LAMPIRAN PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Ganjyal et al., 2006; Shimelis et al., 2006)

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

3-027 PEMBELAJARAN MAKROMOLEKUL: PEMBUATAN HIDROLISAT PROTEIN Kelly Sinaga 1, Zeily Nurachman 2 1,2 Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pelita Harapan, Karawaci Program Studi Kimia Kelompok Keahlian Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Bandung E-mail : kelly.sinaga@uph.edu ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membuat bahan pembelajaran fungsi enzim dalam metabolisme dan materi makromolekul di sekolah menengah melalui eksperimen pembuatan hidrolisat protein dengan papain. Diharapkan penelitian ini mampu memberi manfaat dalam membantu guru memberikan contoh nyata aplikasi peranan enzim dan materi makromolekul dalam kehidupan sehari-hari. Enzim yang digunakan dalam penelitian ini adalah protease. Protease dari pepaya dikenal sebagai papain. Hidrolisis protein dengan papain kasar menghasilkan hidrolisat protein. Pada penelitian ini, aktivitas papain diuji terhadap substrat kasein dan penentuan konsentrasi protein hasil hidrolisis dilakukan dengan metode Lowry. Hasil yang diperoleh adalah nilai aktivitas spesifik papain sebesar 7,93 U/mg,. Dari hasil kinetika reaksi enzim diperoleh nilai konstanta Michaelis-Menten (K M) papain 0,028% dengan V maks = 0.75 gram/menit. Kegiatan meneliti dengan topik pembuatan hidrolisat protein ini dapat dipakai sebagai bahan penyusunan model pembelajaran materi peranan enzim dan makromolekul di Sekolah Menengah Atas. Pengalaman meneliti seperti mengisolasi enzim kasar dari bahan alam dan menguji kinetika reaksi enzim merupakan praktik yang dapat diajarkan kepada siswa sehingga mereka dapat memahami pelajaran biologi mengenai peranan enzim dan makromolekul lebih baik. Penelitian ini juga dapat membantu atau menguatkan pemahaman materi ajar lain seperti laju reaksi, ikatan kimia, dan reaksi kimia organik sehingga tercipta pembelajaran biologi yang terpadu dengan pembelajaran lainnya. Kata kunci : enzim, protease, papain, protein, pembelajaran terpadu PENDAHULUAN Materi fungsi enzim di Sekolah Menengah Atas merupakan materi yang berkaitan dengan struktur dan fungsi enzim dalam metabolisme. Materi tersebut juga berkaitan dengan materi makromolekul seperti karbohidrat, protein dan lemak. Materi fungsi enzim dan makromolekul ini terdapat pada kelas XII semester 1 pada kurikulum mata pelajaran Biologi, yang mencakup pembahasan tentang struktur serta fungsi enzim dan makromolekul serta keterkaitan enzim dalam proses metabolisme makromolekul. Salah satu materi makromolekul yang menjadi bahan ajar di Sekolah menengah Atas adalah protein. Enzim yang bertindak untuk menghidrolisis protein disebut sebagai protease, misalnya pepsin, tripsin, kimotripsin, dan renin. Protease yang diperoleh dari getah pepaya dinamakan papain. Hasil hidrolisis protein ini menghasilkan fragmen rantai oligopeptida pendek yang disebut sebagai hidrolisat protein. Proses hidrolisis protein oleh protease secara kuantitatif dapat diamati di laboratorium melalui uji kadar proteinnya. Bahan ajar enzim merupakan bagian yang terintegrasi dari materi pembelajaran metabolisme makromolekul pada pendidikan tingkat menengah. Namun, sebagian besar waktu di kelas hanya digunakan dalam menjelaskan struktur, fungsi, dan kerja enzim sebagai biokatalis. Sangat sedikit eksperimen tentang enzim diajarkan di sekolah (St- Vincent dan Dickman, 2004). Penelitian ini bertujuan untuk membuat bahan pembelajaran enzim dan makromolekul melalui eksperimen pembuatan hidrolisat protein dengan papain. Diharapkan penelitian ini mampu memberi manfaat dalam membantu guru memberikan

contoh nyata aplikasi peranan enzim dan materi makromolekul dalam kehidupan seharihari. Eksperimen ini juga dapat membantu atau menguatkan pemahaman materi ajar lain secara terpadu seperti laju reaksi, ikatan kimia, dan reaksi kimia organik. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia, FMIPA, Institut Teknologi Bandung. Peralatan yang digunakan adalah: tabung reaksi; gelas kimia; spektrofotometer sinar tampak dan alat-alat yang mendukung penelitian. Bahan yang digunakan adalah getah pepaya, aquabides, NaCl, etanol, kasein, KH 2 PO 4, K 2 HPO 4, asam trikloro asetat dan semua zat untuk uji aktivitas kuantitatif merupakan zat yang berderajat pro-analis (pa). Tahap-tahap yang dilakukan adalah : 1. Isolasi Papain dari Getah Pepaya Pengambilan getah buah dilakukan pada buah yang tergantung pada batang pokoknya berumur 2,5 3 bulan. Getah ditambah dengan NaCl, dibiarkan selama 2 3 jam lalu campuran disentrifuga. Endapan yang diperoleh dilarutkan dalam aquabides, lalu disentrifuga kembali. Supernatan dilarutkan dalam etanol lalu disaring. Endapan yang diperoleh merupakan papain yang kemudian dikeringkan dan disimpan pada suhu ruang. 2. Uji Aktivitas Papain Campuran reaksi enzim, substrat kasein, dan buffer fosfat diinkubasi lalu dihentikan dengan penambahan TCA (asam trikloroasetat) dan didinginkan. Endapan dipisah melalui sentrifugasi. 3. Penentuan Kadar Protein dengan Metode Lowry Larutan protein standar yang digunakan adalah BSA (albumin serum sapi) dengan metode Lowry. Kurva standar kalibrasi protein dibuat dengan cara mengalurkan data A 750 terhadap konsentrasi BSA (µg/ml). Untuk penentuan kadar sampel hidrolisat protein, larutan standar BSA diganti dengan larutan sampel. HASIL DAN PEMBAHASAN Prinsip pemisahan papain dari getah pepaya adalah menggunakan metode pengendapan garam. Banyak protein yang memiliki sifat sukar larut pada konsentrasi garam tinggi. Peristiwa ini dinamakan efek salting out. Konsentrasi garam pada pengendapan protein berbeda antara protein satu dengan protein lainnya. Hasil isolasi yang baik akan memberikan serbuk papain berwarna putih. Jika papain berubah warna menjadi putih kekuningan atau kecoklatan, maka aktivitas papain berkurang. Dari 126,6 g getah pepaya, papain yang, diperoleh adalah sebanyak 0,509 g (rendemen 0,4% (b/b)). Pada percobaan lain, 1,250 gr papain diperoleh dari 84,8 g getah pepaya (rendemen 1,47% (b/b)). Papain dari kedua isolat tersebut memberikan aktivitas protease terhadap kasein, dengan aktivitas proteolitik percobaan 1 lebih rendah dari percobaan 2. Perbedaan aktivitas ini disebabkan oleh waktu penyadapan getah agak lebih panas (siang hari) sehingga kualitas getah berkurang. Rendemen hasil isolasi papain dengan metode ini sekurang-kurang sebesar 3% terhadap jumlah getah pepaya. Pada penelitian ini, rendemen papain yang diperoleh cukup kecil. Ini dapat disebabkan karena garam NaCl yang digunakan tidak cukup murni. Warna papain yang dihasilkan putih kecoklatan. Serbuk papain yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 1.

Gb. 1 Serbuk Papain Aktivitas Papain pada kasein Aktivitas papain hasil isolasi diuji dengan menggunakan substrat kasein. Kurva standar protein dapat dilihat pada Gambar 2. Kurva standar kalibrasi protein digunakan untuk menentukan kadar sampel protein yang dilakukan dalam penelitian ini. 0.700 0.600 0.500 A 750 nm 0.400 0.300 0.200 y = 0.002x + 0.066 R² = 0.998 0.100 0.000 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 BSA ( g) Gb. 2 Kurva standar kalibrasi protein Kurva perubahan kadar hidrolisat protein yang terbentuk dari hasil hidrolisis kasein dengan papain terhadap waktu ditunjukkan pada Gambar 3. Aktivitas hidrolisis kasein meningkat secara linear pada rentang 0 2 menit. Artinya laju reaksi awal (V 0 ) papain dapat ditentukan dari kemiringan kurva antara kadar protein (g) dan waktu reaksi (menit). Kadar hidrolisat protein tidak bertambah secara signifikan setelah 20 menit. Ini berarti laju reaksi hidrolisis mendekati nol. Pada saat produk terbentuk dari sebuah reaksi kimia, seringkali produk ini kemudian bereaksi dengan zat lain atau mungkin dengan reaktan. Dengan adanya reaksi sekunder maka analisis kinetika menjadi kompleks, sehingga dikembangkan teknik mengukur laju reaksi pada kecepatan awal, yaitu laju dimana reaksi baru dimulai (t = 0) dan produk belum terbentuk. Besarnya nilai laju awal dapat dipakai untuk menentukan aktivitas papain. Untuk mengonversi laju awal menjadi unit aktivitas papain digunakan persamaan: Unit aktivitas = Laju awal Volume reaksi/volume enzim Aktivitas spesifik (U/mg) didefinisikan sebagai unit aktivitas papain tiap mg protein. Laju awal yang diperoleh dari kurva pada Gambar 3 adalah 3,783 g/menit. Artinya, nilai aktivitas papain yang diperoleh adalah 56,7 U atau nilai aktivitas spesifik sebesar 7,93 U/mg.

Produk (g) 0.000 Gb. 3 Aktivitas papain terhadap kasein 2% Kinetika reaksi papain Dalam penelitian ini, kinetika reaksi hidrolisis kasein oleh papain dilakukan pada beragam konsentrasi kasein. Pengamatan laju reaksi ini dilakukan dengan menggunakan konsentrasi enzim konstan. Kurva hidrolisis berbagai konsentrasi kasein ditunjukkan pada Gambar 4. Laju awal reaksi dari tiap-tiap variasi konsentrasi kasein ditentukan dari garis singgung kurva pada Gambar 4 pada waktu 0 menit. 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 Kasein 3% Kasein 2,5% Kasein 1,5% Kasein 1% Kasein 2% 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 Waktu (Menit) Gb. 4 Aktivitas papain terhadap berbagai konsentrasi kasein Besarnya nilai laju awal yang diperoleh pada berbagai konsentrasi kasein ditampilkan dalam Tabel 1. Tampak bahwa semakin tinggi konsentrasi substrat maka laju reaksi awal juga semakin besar. Ini mengindikasikan bahwa konsentrasi enzim yang diuji belum jenuh terhadap substrat sehingga penambahan substrat akan meningkatkan laju kerja enzim. Tabel 1. Laju awal reaksi papain pada berbagai konsentrasi kasein Konsentrasi Kasein (%) V 0 (gram/menit) 1 0,194 2 0,296 3 0,398 1,5 0,256

2,5 0,349 Persamaan Michaelis-Menten merupakan persamaan dasar dalam kinetika enzim. Nilai V maks sangat sulit didapatkan secara teliti langsung dari grafik aluran V 0 dengan [S] karena meskipun konsentrasi substrat sangat tinggi, nilai V maks sebagian besar dibawah nilai seharusnya. Metode yang lebih baik dalam menentukan nilai V maks dan K M adalah menggunakan persamaan Lineweaver-Burk, yang merupakan kebalikan dari persamaan Michaelis-Menten. Pada penelitian ini, penentuan nilai (K M ) papain menggunakan kurva laju reaksi terhadap konsentrasi kasein sulit dilakukan karena enzim belum jenuh terhadap substrat. Oleh karena itu, penetapan nilai K M dan laju reaksi maksimum (V maks ) dilakukan dengan menggunakan kurva Lineweaver-Burk (kurva 1/V 0 vs 1/[S]) seperti ditampilkan pada Gambar 5. 1/V 0 (menit/g) 6.000 5.000 4.000 3.000 y = 0.038x + 1.321 R² = 0.994 2.000 1.000 0.000-60.00-40.00-20.00 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 1/S (100/g) Gb. 5 Kurva Lineweaver-Burk dari aktivitas papain Dari kurva pada Gambar 5 diperoleh persamaan linear y = 0,038x + 1,321. Kurva memotong sumbu y ketika x = 0 tepat pada titik 1,321. Titik potong kurva pada sumbu y menunjukan nilai dari 1, sehingga diperoleh nilai Vmaks = 0,75 g/menit. Lalu ketika V maks kurva memotong sumbu x pada saat nilai y = 0 tepat pada titik 34,7 yang merupakan nilai dari 1 maka nilai KM = 0,028%. Selain itu nilai K M juga dapat dihitung K M berdasarkan kemiringan kurva yang merupakan nilai dari K V M maks. Nilai K M yang diperoleh dari kerja papain terhadap kasein cukup kecil. Ini mengindikasi bahwa papain memiliki afinitas yang baik terhadap substrat kasein. Pada kondisi ini, siswa juga dapat melihat bagaimana perbedaan konsentrasi substrat memberikan laju reaksi hidrolisis yang berbeda. Dengan demikian, para siswa dapat memahami bahwa tiap enzim memiliki kemampuan menghidrolisis yang berbeda terhadap substrat yang berbeda pula. Pembelajaran kontekstual Pendekatan CTL (contextual teaching and learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dan terapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

Metode pembelajaran ini berpusat pada siswa (student centered). Pengalaman belajar siswa dapat diperoleh selama proses belajar dengan metode-metode pembelajaran yang telah diterapkan. Dalam hal ini, guru bertindak sebagai fasilitator agar siswa dapat memperoleh pengalaman belajarnya masing-masing. Uniknya, dengan strategi pembelajaran yang sama diterapkan pada siswa dapat menciptakan pengalaman belajar yang berbeda bagi tiap siswa. Namun guru tetap bisa mendesain model pembelajaran dimana tujuan-tujuan utama yang harus tercapai dapat diraih oleh semua siswa. Berkaitan dengan materi pembelajaran enzim dan makromolekul, pada sekolah tingkat menengah atas, materi ini mendapat bagian pada semester 1 kelas XII. Artinya, siswa yang akan mempelajari materi ini merupakan siswa yang paling dewasa menurut tingkat sekolah menengah. Sejauh ini pembelajaran makromolekul hanya berlangsung di kelas dimana para guru mentransfer ilmu tentang enzim dan makromolekul sebagian besar dengan metode ceramah. Hal ini mengakibatkan para siswa cenderung menghafal materi daripada memahami atau bahkan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Materi enzim merupakan materi yang sangat aplikatif dalam kehidupan seharihari. Namun, materi ini belum mendapat banyak perhatian pada lingkungan Sekolah Menengah Atas. Hal ini dapat disebabkan karena sulitnya memberi contoh nyata pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pada kenyataannya banyak enzim yang dapat kita peroleh dengan mudah dan cukup murah dari lingkungan sekitar. Melalui penelitian mengenai enzim seperti ini, maka diharapkan siswa mendapatkan pemahaman materi tentang enzim dan aktivitasnya. Beberapa aspek penting yang bisa digali untuk materi ajar melalui penelitian ini antara lain konsep tentang unit aktivitas dan aktivitas spesifik enzim, laju reaksi melalui konsep laju awal reaksi, kinetika enzim yang menunjukkan efektifitas masing-masing enzim yang juga dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran terpadu. Melalui nilai aktivitas enzim maka siswa dapat memahami bahwa tiap enzim memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menghasilkan produk. Dapat pula dihitung berapa banyak produk yang dihasilkan tiap unit enzim yang digunakan berdasarkan laju awal reaksi. Aktivitas spesifik enzim menunjukkan bahwa konsentrasi protein tidak sama dengan konsentrasi enzim. Dengan demikian, para siswa bisa mendapatkan pemahaman bahwa aktivitas spesifik memberikan gambaran berapa jumlah enzim yang harus digunakan untuk menghasilkan sejumlah produk. Laju reaksi awal sangat baik dalam memberikan pemahaman bagi siswa tentang laju reaksi. Laju reaksi awal dalam penelitian ini ditentukan dari kemiringan kurva aktivitas enzim terhadap substrat. Melalui aktivitas ini maka siswa dapat memperoleh pemahaman lebih baik tentang laju reaksi dengan menghitung banyaknya produk yang dihasilkan untuk tiap satuan waktu. Kinetika enzim merupakan materi pengembangan lebih lanjut mengenai materi ajar enzim bagi siswa Sekolah Menengah Atas. Para siswa dapat menghitung nilai-nilai K M dan V maks untuk tiap enzim serta memahami bahwa nilai-nilai tersebut memberikan gambaran mengenai kemampuan kerja enzim. Dengan demikian, para siswa dapat mengetahui bahwa tiap enzim memiliki batas konsentrasi jenuh terhadap substrat yang nilainya spesifik untuk masing-masing enzim. Kekhasan ini terutama berkaitan dengan afinitas enzim terhadap masing-masing substrat dan menemukan bahwa tiap enzim memiliki kesukaan substrat tersendiri. Banyak aspek pendidikan yang dapat diraih dalam proses yang dilakukan pada penelitian ini. Tugas guru adalah bagaimana menjadi fasilitator selama proses

pembelajaran berlangsung mulai dari membuat rancangan pembelajaran, memfasilitasi siswa dan membantu siswa menemukan aspek pengetahuan dalam tiap data yang dihasilkan. Metode pembelajaran yang diimplementasikan juga dapat berbeda bergantung kepada karakter siswa, sekolah dan pengetahuan yang ingin disampaikan melalui masing-masing percobaan. Dengan demikian, diharapkan melalui proses menemukan pengetahuan sendiri, para siswa dapat membangun pemahaman lebih baik terhadap materi enzim. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa topik mengenai proses pembuatan hidrolisat protein dapat dijadikan materi praktik pembelajaran fungsi enzim dan makromolekul di tingkat Sekolah Menengah Atas, khususnya yang berkaitan dengan materi sifat-sifat enzim, laju reaksi, dan kinetika enzim. Dalam penelitian ini diperoleh nilai aktivitas papain = 56,7 U dan nilai aktivitas spesifiknya 7,93 U/mg. Dari uji kinetika papain maka diperoleh nilai V maks = 0,75g/menit dan K M = 0,028 %. Agar dapat dikembangkan menjadi bahan ajar yang utuh untuk tingkat sekolah menengah khususnya sekolah menegah atas maka tahap-tahap penelitian ini perlu diramu menjadi sebuah prosedur eksperimen sederhana. Perlu dipikirkan lebih lanjut metode-metode yang lebih sederhana sehingga keterbatasan alat di Sekolah Menengah Atas tidak menjadi penghambat utama dalam implementasi hasil penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Arends, R.I., Wenitzky, N.E., dan Tannenboum, M.D. 2001. Exploring teaching: An introduction to education. New York: McGraw-Hill Companies. Burden, P.R., dan Byrd, D.M. 1996. Method for effective teaching (2 nd edition). Boston: Allyn and Bacon. Cornely, K., Crespo, E., Early, M., Kloter, R., Levesque, A., Pickering, M. 1999. Kinetics of papain: An introductory biochemistry laboratory experiment. J. Chem. Educ, 76, 644 645. Joyce, B. dan Weil, M. 1980. Model of teaching. New Jersey: Prentice-Hall Inc. Nitsawang, S., Hatti-Kaul, R., Kanasawud, P. 2006. Purification of papain from Carica papaya latex: Aqueous two-phase extraction versus two-step salt precipitation. J. Enzyme Microb. Technol., 39, 1103 1107. Voet, D.J., Voet, J.G, dan Pratt, C.W. 2008. Principles of Biochemistry. United States: John Wiley and Sons. DISKUSI Penanya 1 : Andin Irsadi (Bio FMIPA UNNES) Pertanyaan : Proses pembuatan hidrolisat protein membutuhkan waktu berapa lama dan kompetensi dasar untuk pembelajaran terpadu seperti apa?. Jawaban : Proses pembuatan hidrolisat protein dapat dibuat menjadi proyek bagi para siswa dan membutuhkan waktu kurang lebih 1 minggu. Kompetensi dasar : Siswa mampu memahami fungsi dan struktur enzim dalam metabolisme, memahami konsep laju reaksi dan ikatan kimia.

Penanya 2 : Hasruddin Pertanyaan : Bagaimana penerapan di tingkat SMA karena adanya keterbatasan alat? Jawaban : Untuk isolasi enzim dapat menggunakan enzim kasar sehingga tidak perlu menggunakan sentrifugasi. Untuk pengukuran absorbansi bisa menggunakan reagen tes uji makanan dalam kadar tertentu dan tetap sehingga bisa membandingkan perbedaan konsentrasi protein melalui perbedaan kepekaan warna.