Struktur Histologi dan Histmorfometri Kulit Babi Landrace

dokumen-dokumen yang mirip
Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis

Paryono/Anatomi/Poltekkes Surakarta TUJUAN PEMBELAJARAN :

ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit

I PENDAHULUAN. 2 bagian yaitu kulit luar (epidermis) dan kulit bagian dalam (dermis). Saat tubuh

Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut:

Luka dan Proses Penyembuhannya

Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri

Buletin Veteriner Udayana Vol. 3 No.1. :9-15 ISSN : Pebruari 2011 STUDI HISTOLOGI LIMPA SAPI BALI

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2

SISTEM EKSKRESI MANUSIA 2: INTEGUMEN. by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta

Buletin Veteriner Udayana Vol. 2 No.2. : ISSN : Agustus 2010 STUDI HISTOLOGI USUS BESAR SAPI BALI

Identifikasi Daging Ayam Broiler Dengan Pengamatan Struktur Histologis Identification of Broiler Meat With Histological Methods. Filphin Adolfin Amalo

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN

Struktur Anatomi Dan Fungsi Kulit Manusia Anatomi Kulit.

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT SUPRAVITAL EPITELIUM MUKOSA MULUT

MAKALAH STRUKTUR HEWAN

Struktur dan Fungsi Sistem Integumen. Program Studi Ilmu Keperawatan Univ.INDONUSA Esa Ungul

KULIT SEBAGAI ORGAN PROTEKSI DAN ESTETIK

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Struktur Hewan dengan judul Jaringan Epitel yang disusun oleh: Nama : Lasinrang Aditia Nim : K

GAMBARAN HISTOPATOLOGI HATI DAN GINJAL BABI LANDRACE YANG DIBERI PAKAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) DARI PERAIRAN TERCEMAR TIMBAL (Pb) SKRIPSI

1.ANATOMI KULIT Lapisan Epidermis

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh,

STRUKTUR HISTOLOGI DAN HISTOMORFOMETRI ERITROSIT, LIMFOSIT, DAN MONOSIT SAPI BALI PASCA PEMBERIAN MINERAL

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

PERBANDINGAN TINGKAT AUTOLISIS ANTARA OTOT DAN HATI SAPI BALI PADA BEBERAPA PERIODE WAKTU PENGAMATAN SKRIPSI

NI Luh Gde Sumardani

ABSTRAK. PENGARUH BUBUK KULIT TELUR AYAM PETERNAK (Gallus gallus domesticus) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT Swiss-Webster JANTAN

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER KULIT

B. Struktur Kulit Ikan

Jaringan Hewan A. Jenis jaringan Hewan

PERAN PRESSURE GARMENT DALAM PENCEGAHAN JARINGAN PARUT HIPERTROFIK PASCA LUKA BAKAR

Penuntun praktikum histologi cell and genetics

Jaringan adalah struktur yang dibentuk oleh kumpulan sel yang mempunyai sifat-sifat morfologi dan fungsi yang sama. Jaringan Dasar pada hewan

KESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU

The Integumentary System. Nurfitri Bustamam, SSi, MKes, MPdKed.

Perawatan Kulit Wajah Manual Pada Kulit Berjerawat (Acne)

DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... ABSTRACT... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB 1 PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai masa kehidupan pertama ekstrauterin sampai dengan usia 28

Anatomy and physiology of the skin

Anatomy and physiology of the skin. Suwarmi, M.Sc, Apt

5 KINERJA REPRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kebutuhan gizi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikembangbiakkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Menurut

KULIT DAN TURUNANNYA. Dr. Lia Damayanti, MBiomed, SpPA Dept. Histologi FKUI

NARASI KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PEMATERI TEMA ANATOMI FISIOLOGI BAGI KADER KESEHATAN DALAM ORIENTASI PIJAT BAGI KADER KESEHATAN SE-DIY

IDENTIFIKASI DAGING SAPI BALI DENGAN METODE HISTOLOGIS

MODUL PROBLEM BASED LEARNING KELAS REGULER SISTEM INDRA KHUSUS

POTENSI BABI BALI DALAM PENYEDIAAN DAGING DI BALI

ABSTRAK. PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS DERMAL 28 HARI MINYAK ROSMARINI (Rosmarinus officinalis L.) PADA TIKUS PUTIH BETINA

PENYEMBUHAN LUKA INSISI SECARA MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS-WEBSTER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jaringan Tubuh. 1. Jaringan Epitel. 2. Jaringan Otot. 3. Jaringan ikat/penghubung. 4. Jaringan Saraf

SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG 2013

Pertumbuhan Dimensi Lebar Tubuh Pedet Sapi Bali

BAB VIII. Fungsi Indera Peraba

ORGANISASI SEL, JARINGAN, ORGAN DAN SISTEM ORGAN SERTA KONSEP HOMEOSTATIS TUBUH. Dr. KATRIN ROOSITA, SP., MSi.

KECEPATAN KESEMBUHAN LUKA INSISI YANG DIBERI AMOKSISILIN DAN DEKSAMETASON PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) SKRIPSI

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu.

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan percobaan post-test only control group design. Pengambilan hewan

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu - 19 o c

TEKNOLOGI KULIT I. KULIT MENTAH A.ASPEK UMUM B.SIFAT UMUM KULIT MENTAH C.SIFAT FISIK KULIT MENTAH D.SIFAT KIMIA KULIT MENTAH

Studi Biofarmasetik Sediaan melalui Kulit

PRAKTIKUM JARINGAN DASAR

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN DASAR SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu 4 o C

INTEGUMENTARY System. Laboratorium Anatomi Histologi FK UB

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

F.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kacang hijau (Phaseolus radiatusl.) merupakan salah satu komoditas

PENGARUH PEMBERIAN GETAH TANAMAN PATAH TULANG SECARA TOPIKAL TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIS DAN KETEBALAN LAPISAN KERATIN KULIT

Struktur Histologi Dan Histomorfometri Granulosit Pada Sapi Bali Pasca Pemberian Mineral

HISTOFISIOLOGI KULIT

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

Histologi Dari Melanosit

Prevalensi Trematoda di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Universitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Biofarmasetika sediaan perkutan

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

ABSTRAK. UJI TOKSISITAS SUBKRONIS DERMAL MINYAK ROSMARINI (Rosmarinus officinalis L) PADA TIKUS WISTAR DENGAN PARAMETER HEMATOLOGI DAN BIOKIMIAWI

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

STUDI PERBANDINGAN KUALITAS ORGANOLEPTIK DAGING BABI BALI DENGAN DAGING BABI LANDRACE

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh

Penampilan Reproduksi Induk Babi Landrace yang Dipelihara Secara Intensif di Kabupaten Badung

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama seperti sapi Bali betina. Kaki bagian bawah lutut berwarna putih atau

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi bila dibandingkan dengan sapi lainnya seperti sapi ongole, sapi

bio.unsoed.ac.id II. TELAAH PUSTAKA

TEAM BASED LEARNING MODUL. Diberikan pada Mahasiswa Semester V Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH :

Buletin Veteriner Udayana Vol. 2 No.1. :1-9 ISSN : Pebruari 2010

Tujuan Instruksional Umum Tujuan Instruksional Khusus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTIKUM. : Histoteknik : Selly Oktaria Tanggal Praktikum : 14 September 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Meksiko Selatan, Amerika Tengah, dan benua Amerika yang beriklim tropis.

SEL, JARINGAN, ORGAN, DAN SISTEM ORGAN

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE

Transkripsi:

Struktur Histologi dan Histmorfometri Kulit Babi Landrace (HISTOLOGICAL STRUCTURE AND HISTOMORPHOMETRY OF LANDRACE PIGS SKIN) Ni Made Nina Apriani 1, Ni Luh Eka Setiasih 2, Luh Gde Sri Surya Heryani 3 1 Mahasiswa Pendidikan Sarjana Kedokteran Hewan, 2 Laboratorium Histologi Veteriner, 3 Laboratorium Anatomi dan Embriologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana Jl. P.B. Sudirman, Denpasar, Bali, Indonesia, 80234; Telp/Fax: (0361) 223791 e-mail : ninapriani@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur histologi dan histomorfometri kulit babi landrace. Penelitian ini menggunakan tiga sampel kulit babi landrace dengan umur enam sampai tujuh bulan yang diambil pada regio lumbo dorsalis dan abdominal ventralis masing masing babi. Sampel diambil dari tempat pemotongan babi daerah Petang, Badung. Pembuatan preparat menggunakan pewarnaan Hematoxylin Eosin (HE) dilakukan di Balai Besar Veteriner Denpasar. Hasil yang diperoleh adalah kulit tersusun atas tiga lapisan yaitu epidermis, dermis dan hipodermis. Lapisan epidermis tersusun atas empat lapisan yaitu stratum basale, spinosum, granulosum, dan corneum. Lapisan dermis babi landrace tersusun atas stratum papilare dan retikulare. Dermis tersusun dari jaringan ikat padat, serabut kolagen, folikel rambut, kelenjar sebasea, kelenjar sudorifera (sweat gland), musculus arector pili dan pembuluh darah. Hipodermis tersusun atas jaringan ikat longgar dan jaringan adiposa serta ditemukan folikel rambut dan kelenjar sudorifera (sweat gland). Ketebalan lapisan epidermis babi landrace regio lumbo dorsalis 108,650 µm dan pada regio abdominal ventralis yaitu 91,136 µm. Rata rata ketebalan dermis babi landrace regio lumbo dorsalis 3352,885 µm dan pada regio abdominal ventralis 2269,999 µm. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan histomorfometri epidermis regio lumbo dorsalis lebih tebal dari regio abdominal ventralis. Kata- kata kunci: kulit; babi landrace; struktur histologi; histomorfometri ABSTRACT The purpose of this study was to determined the histological and histomorphometric structure of landrace pig skin. This study used three samples of landrace pig skin aged six to seven months taken in the dorsal and abdominal ventral regions of each pig. Samples were taken from the slaughterhouse in the Petang, Badung. Hematoxylin Eosin (HE) staining for histological slides was done at the Balai Besar Veteriner Denpasar. The results obtained were the skin was composed of three layers, namely the epidermis, dermis and hypodermis. The epidermis layer was composed of four layers, namely the stratum basale, spinousum, granulosum, and corneum. The dermis layer of landrace pigs was composed of papillary and reticulare stratum. The dermis was composed of dense connective tissue, collagen fibers, hair follicles, sebaceous glands, sudorifera glands (sweat glands), arector pili musculus and blood vessels. The hypodermis was composed of loose connective tissue, adipose tissue, hair follicles and sudorifera glands (sweat glands). The thickness of the epidermal layer of landrace pigs in the dorsal lumbo region is 108,650 µm and in the ventral abdominal region is 91,136 µm. The average thickness of the dermis of dorsalis region is 3352,885 µm and 2269,999 595

µm in the dorsal lumbar region of landrace pigs. Based on the results of the study, it can be concluded that the epidermis histomorphometry of the dorsal lumbo region is thicker than the ventral abdominal region. Keywords: skin; landrace pigs; histological structure; histomorphometry PENDAHULUAN Babi merupakan jenis ternak non ruminansia sebagai penyumbang protein yang telah diakui seluruh dunia (Kojo et al., 2014). Masyarakat memelihara babi untuk memenuhi kebutuhan akan daging dan untuk kepentingan adat dan tradisi masyarakat di beberapa daerah salah satunya di Pulau Bali (Sumardani dan Ardika, 2016). Babi landrace merupakan salah satu spesies babi impor yang banyak dikembangkan di Indonesia termasuk di Bali karena pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan babi bali (Soewandi, 2013). Kulit sebagai organ terluar dan terbesar tubuh memiliki fungsi penting yaitu sebagai pelindung dari agen biologis, fisik, bahan kimia, termoregulasi, metabolisme dan rangsangan (Davison et al., 2018). Fungsi tersebut berkaitan erat dengan struktur histologi dan komponen dari kulit tersebut. Penelitian mengenai gangguan kulit pada babi telah banyak dilaporkan yaitu penyakit erysipelas, streptococcus, dan scabies dengan prevalensi cukup tinggi yaitu sebesar 20% sampai 80% (Damriyasa et al., 2004) namun, data data dasar mengenai struktur histologi dan histomorfometri kulit babi normal masih terbatas, berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai struktur histologi dan histomorfometri kulit babi landrace sebagai data data dasar dan kepentingan diagnostik. MATERI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan sampel berupa kulit babi landrace dari tiga ekor babi yang berumur enam sampai tujuh bulan yang diambil dari tempat pemotongan babi di Jalan Jempiring, Desa Darmasaba, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Sampel diambil dari regio pada tubuh babi yaitu regio lumbo dorsalis dan regio abdominal ventralis (Razvi et al., 2015). Sampel diambil dengan ukuran 1x1x1 cm. Sampel diambil saat dilakukan pemotongan hewan ditempat pengambilan sampel dan segera dimasukkan dalam pot kecil kemudian direndam dengan larutan neutral buffered formalin (NBF) 10%, untuk mengawetkan sampel sebelum dilakukannya pembuatan preparat, preparat histologi dibuat menggunakan pewarnaan HE mengacu pada metode yang digunakan oleh Luna (1968) dilakukan di Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar. Struktur histologi diamati pada lima lapang pandang dengan pembesaran lensa objektif 4x, 10x, dan 40x, sedangkan 596

histomorfometri diukur menggunakan carl zeiss teaching microscope dengan pembesaran lensa objektif 5x dan 20x (Suwiti et al., 2015), dilaksanakan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Data dikumpulkan dari hasil pengamatan struktur histologi lapisan kulit epidermis, dermis dan hipodermis sedangkan histomorfometri diperoleh dengan mengukur ketebalan lapisan epidermis dan dermis. Data yang diperoleh dari penelitian ini kemudian dianalisis. Data struktur histologi disajikan secara deskriptif kualitatif, sedangkan data histomorfometri disajikan secara deskriptif kuantitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur histologi kulit babi landrace terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis dan hipodermis (Gambar 1). E D Hp 40X Gambar 1. Struktur histologi kulit babi landrace. Epidermis (E), Dermis (D), Hipodermis (Hp) (HE, 40X). Epidermis babi landrace regio lumbo dorsalis dan abdominal ventralis tersusun atas empat lapisan yaitu stratum basale yang berbatasan langsung dengan lapisan dermis, stratum papilare, spinosum, granulosum dan corneum. Epidermis regio lumbo dorsalis terdiri atas lima sampai 14 lapisan sel dan regio abdominal ventralis terdiri atas lima sampai 11 lapisan sel (Gambar 2). Dermis babi landrace tersusun atas dua lapisan yaitu lapis superfisial (stratum papillary) dan lapisan dalam (stratum reticulary) tanpa adanya batas yang jelas (Gambar 3). Stratum papillary berbatasan dengan epidermis bagian stratum basale tersusun atas serabut 597

kolagen dan memiliki ketebalan yang lebih tipis daripada statum reticulary. Stratum reticulary babi landrace lebih kasar dan lebih pekat daripada stratum papillary karena mengandung berkas serabut kolagen besar, pada lapisan ini ditemukan adanya kelenjar minyak (glandula sebacea), folikel rambut, pembuluh darah dan musculus arrector pilli (Gambar 4). A Ss E A Ss A Ss Sg Sc PD RD Sb Ss 100X 400X PD B B Ss E Ss Sc Sg RD Ss Sb 100X 400X Gambar 2. Struktur histologi epidermis babi landrace. Epidermis (E), Papillary Dermis (PD), Reticulary Dermis (RD), Stratum basale (Sb) Stratum spinosum (Ss), Stratum granulosum (Sg), Stratum corneum (Sc). A = regio lumbo dorsalis, B = regio abdominal ventralis (HE). Dermis babi landrace ditemukan adanya folikel rambut, kelenjar sebaseus yang tersebar lebih banyak pada regio lumbo dorsalis daripada regio abdominal ventralis, pembuluh darah arteri, musculus arrector pilli dan pada dermis regio lumbo dorsalis juga ditemukan kelenjar sudorifera (Gambar 4). Hipodermis babi landrace ditemukan adanya 598

jaringan ikat longgar, jaringan lemak, folikel rambut dan kelenjar sudorifera. (Gambar 5). Epidermis babi landrace tersusun atas epitel skuamous komplek berkeratin, dengan empat lapisan yaitu stratum basale, spinosum, granulosum, dan korneum. Renaudeau et al. (2006) menyatakan epidermis kulit babi tersusun atas empat lapisan. Stratum lucidum tidak dapat ditemukan karena hanya ditemukan pada kulit daerah planum nasale dan telapak kaki. Stratum basale merupakan lapisan paling basal yang tersusun atas satu lapis sel kuboid atau silindris yang bersifat basofilik. E PD RD 100X Gambar 3. Struktur Histologi Kulit Babi Landrace. Epidermis (E), Papillary Dermis (PD),Reticulary Dermis (RD), (Panah Ungu = Jaringan Ikat Kolagen), (Panah Biru muda = Sel Mast di Lapisan Dermis), (HE, 100X). Stratum spinosum tersusun atas sel kubis polygonal atau sedikit gepeng dengan inti di tengah. Stratum spinosum terletak diatas stratum basale tersusun atas beberapa lapis sel, pada babi landrace regio lumbo dorsalis ditemukan tiga sampai 11 lapis sel, regio abdominal ventralis tiga sampai delapan lapis sel. Maneenooch et al. (2018) menyatakan rata rata jumlah lapisan sel stratum spinosum pada babi adalah tujuh lapisan sedangkan (Gayakee et al. 2008) menyatakan terdapat 10 12 lapisan sel stratum spinosum pada babi. Stratum granulosum merupakan lapisan sel berbentuk polygonal gepeng dengan granula basofilik dan inti ditengah pada babi landrace ditemukan 1 lapisan sel granulosum Maneenooch et al. (2018) menyatakan pada babi sel granulosum tersusun atas satu sampai dua lapisan sel. Stratum corneum merupakan lapisan terluar yang tersusun atas banyak lapisan sel sel mati tanpa inti sitoplasmanya tergantikan oleh keratin. Sel sel yang berada di permukaan merupakan sisik zat tanduk yang terhidrasi kemudian akan terkelupas (Kalangi, 2013). 599

A1 A2 Sd Sd Fr KS Fr 40X 40X A3 A4 Fr Tm Ap KS En 100X Ar 400X B1 fr B2 Tm Ks En 40X Ar 100X B3 B4 Ap Fr Fr KS 100X 100X Gambar 4. Struktur histologi dermis babi landrace. Musculus Arrector pilli (Ap), Folikel rambut (Fr), Kelenjar Sebasea (KS), Arteri (Ar), Kelenjar Sudorifera (Sd), Endothelium (En), Tunika Muscularis (Tm), A1,2,3,4 = regio lumbo dorsalis, B1,2,3,4 = regio abdominal ventralis (HE). 600

C C1 me KS lm Jl 40X 400X D fr D1 lm me Jl fr KS sr 40X 400X Gambar 5. Struktur histologi hipodermis. Kelenjar sudorifera (KS), Lumen (lm), Sel sekretori menjulur ke lumen (sr), Mioepitel (me), Folikel rambut (fr), Jaringan lemak (Jl). C, C1 = regio lumbo dorsalis, D, D1 = regio abdominal ventralis (HE). Tabel 1. Rata rata ± SD tebal lapisan kulit babi landrace Lapisan Tebal (µm) Lumbo Dorsalis Abdominal Ventralis Epidermis 108,650/1±/15,595 91,136 ± 5,566 Dermis 3352,885 ± 185,349 2269,999 ± 692,937 Tebal lapisan epidermis kulit cukup bervariasi dan dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu spesies, ras, jenis kelamin, dan lokasi kulit (Davison et al., 2018). Morris dan Hopewell (1990) melaporkan babi memiliki tebal epidermis 30 μm - 100 μm sementara Meyer et al. (1978) menyatakan 70 μm - 140 μm pada babi yorkshire dan Davison et al. (2018) menyatakan 35 μm - 146 μm pada babi Large White, lokal Windsnyer dan Kolbroek. Hasil penelitian pada babi landrace tebal lapisan epidermis pada regio lumbo dorsalis 108,650±5,595 µm dan abdominal ventralis 91,136±5,566 µm (Tabel 1) hal ini sejalan dengan penelitian penelitian sebelumnya mengenai rentangan ketebalan epidermis babi. Tebal lapisan ini memiliki peran penting dalam toleransi panas. Penelitian pada sapi dan 601

kerbau dikatakan hewan yang memiliki tebal epidermis lebih tipis memiliki toleransi panas yang lebih baik daripada hewan dengan epidermis tebal (Saravanakumar dan Thiagarajan, 1992). Hasil berbeda dinyatakan oleh Renaudeau et al. (2006) bahwa tebal lapisan epidermis tidak berpengaruh terhadap toleransi panas pada babi large white dan babi creole. Babi landrace memiliki lapisan papilare lebih tipis dibandingkan dengan lapisan retikulare karena folikel rambut, kelenjar sebasea, pilli otot ditemukan pada stratum retikulare, sementara pada kuda tersusun sebaliknya (Obayes, 2016). Secara histologi pada dermis juga ditemukan kumpulan sel mast. Sel mast merupakan sel yang berperan dalam proses inflamasi (Renaudeau et al., 2006). Folikel rambut ditemukan pada seluruh bagian tubuh kecuali pada daerah telapak kaki, kuku, glans penis, hubungan mukokutaneus, dan puting susu serta dapat diklasifikasikan dalam beberapa tipe yaitu folikel rambut primer dan folikel rambut sekunder. Folikel rambut selalu berhubungan dengan kelenjar sebasea, kelenjar sudorifera dan pili otot (Dellmann dan Brown, 1992). Pili otot selalu berhubungan dengan kelenjar sebasea, biasanya berada disekitar folikel rambut pada lapisan dermis (Kapadnis dan Bhosle, 2005). Pada babi landrace ditemukan folikel rambut tunggal dengan kelenjar sebasea dan pili otot yang berkaitan pada bagian dermis sedangkan folikel rambut tunggal yang berkaitan dengan kelenjar sudorifera ditemukan pada bagian hipodermis. Dellmann dan Brown (1992), juga menyatakan bahwa babi memiliki folikel rambut tunggal, kuda dan sapi juga memiliki folikel rambut tunggal dan tersebar merata sedangkan anjing memiliki folikel rambut gabungan. Kelenjar sebasea dapat berbentuk sederhana, bercabang atau majemuk. Kelenjar ini berfungsi menghasilkan sebum yang disekresikan ke permukaan kulit, umumnya berkaitan dengan folikel rambut namun pada tempat tertentu yang tidak memiliki folikel rambut yaitu pada anus sekresi kelenjar langsung bermuara pada kulit melalui suatu saluran (Dellmann dan Brown, 1992). Pada babi landrace ditemukan kelenjar sebasea yang bercabang dan majemuk serta tidak ditemukan kelenjar yang berbentuk sederhana. Kelenjar sebasea tersusun atas sel sel kuboid yang mengandung tetesan lemak. Kelenjar sudorifera (sweat gland) atau kelenjar keringat diklasifikasikan dalam dua tipe yaitu apokrin dan merokrin (Sumena et al., 2010). Pada babi landrace ditemukan kelenjar tipe apokrin pada daerah regio lumbo dorsalis maupun regio abdominal ventralis. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan pada babi yorkshire yaitu ditemukan kelenjar tipe apokrin pada regio dorsalis, lateral dan ventral tubuh dan kelenjar merokrin hanya 602

ditemukan pada kulit bagian planum nasal hidung (Sumena et al., 2010). Kelenjar apokrin yang paling tidak aktif terdapat pada kambing dan kucing. Kelenjar apokrin berbentuk kantung sederhana dengan lumen luas dan tersusun atas epitel kubus sampai silinder selapis. Penyebaran kelenjar sudorifera pada babi landrace dapat ditemukan pada lapisan stratum retikulare dermis dan pada hipodermis. Penelitian pada babi menyatakan kelenjar keringat pada babi domestik tidak berfungsi secara efektif untuk terrmoregulasi (Debeer et al., 2013). Tebal lapisan dermis kulit babi landrace pada regio lumbo dorsalis adalah 3352,885 ± 185,349 µm, regio abdominal ventralis 2269,999 ± 692,937 µm dermis pada bagian lumbo dorsalis lebih tebal daripada bagian abdominal ventralis pada babi landrace (Tabel 1). Hal ini sesuai dengan Davison et al. (2018) yang melaporkan dermis babi Large White regio dorsalis lebih tebal yaitu 4500 µm dari regio abdominal ventralis 2600 µm. Razvi et al. (2015) juga melaporkan bahwa kambing bakerwali memiliki kulit yang lebih tipis pada bagian abdomen daripada bagian dorsalis. Hipodermis tersusun atas jaringan adiposa dan ikat longgar. Kelenjar sudorofera dan folikel rambut juga ditemukan pada hipodermis babi landrace, baik pada regio lumbo dorsalis dan abdominal ventralis. Tebal lapisan lemak pada hipodermis dipengaruhi oleh genetik dan pakan, aktivitas dan hormonal hewan tersebut. (Renaudeau et al., 2006). Tebalan lapisan hipodermis dapat mencapai ¼ kali tebal dari kulit itu sendiri (Saka et al., 1997). Oleh karena itu tebal lapisan tersebut tidak diukur pada penelitian ini. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur histologi kulit babi landrace pada regio lumbo dorsalis dan abdominal ventralis tersusun atas epidermis, dermis dan hipodermis. Histomorfometri epidermis regio lumbo dorsalis lebih tebal dari regio abdominal ventralis. SARAN Saran dari penulis adalah perlu dilakukan penelitian menggunakan sample size yang lebih banyak, pengambilan pada regio yang lebih lengkap dan dilakukan pewarnaan khusus untuk indentifikasi sel sel dan jaringan yang belum terlihat dengan pewarnaan HE. 603

UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Balai Besar Veteriner (BBVET) Denpasar, Tempat pemotongan babi di Jalan Jempiring, Desa Darmasaba, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Provinsi Bali yang telah memfasilitasi penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Damriyasa IM, Failing, Volmer R, Zahner H, Bauer C. 2004. Prevalence, risk factor and economic importance of infestations with Sarcoptes scabiei and Haematopinus suis in sows of pig breeding farms in Hesse, Germany. Medical and Veterinary Entomology. 18(4): 361-367. Davison M, Monica, Kennedy HE. 2018. Comparison of the histology of the skin of the Windsnyer, Kolbroek and Large White pigs. Journal of the South African Veterinary Association. 89: 2224-9435. Debeer S, Luduec L, Kaiserlian JB, Laurent D, Nicolas P, Dubois JF. 2013. Comparative histology and immunohistochemistry of porcine versus human skin. European Journal of Dermatology. 23(4): 456 466. Dellmann HD, Brown EM. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner. 3 rd ed. Vol 1. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). Gayakee DE, Ladukar ON, Zade BA, Mainde UP, Dalvi RS. 2008. Histoarchitecture of skin of wild pig (Sus scrofa). Indian J Field Vet. 3:30 31. Kalangi SJR. 2013. Histofisiologi Kulit. Jurnal Biomedik. 5(3): 12-20. Kapadnis PJ, Bhosle NS. 2004. Microscopic Anatomy of the Integument of Osmanabadi Goat. Indian Vet Journal. 81: 912-914. Kojo RE, Panelewen VVJ, Manase MAV, Santa N. 2014. Efisiensi Penggunaan Input Pakan dan Keuntungan pada Usaha Ternak Babi di Kecamatan Tateran Kabupaten Minahasa Selatan. Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado. Jurnal Zootek 34(1): 62-74. Luna LG. 1968. Manual Histologic Staining Methods of Pathology. 3 rd ed. New York, Toronto, London, Sydney: The Blakiston Division Mc Graw-hill Book Company. Maneenooch KI, Richardson KC, Loewa A, Hedtrich S, Kaessmeyer S, Plendi J. 2018. Histological and functional comparisons of four anatomical regios of porcine skin with human abdominal skin. Anatomia Histologia Embryologia. 1: 1-11. Meyer W, Schwarz R, Neurand K. 1978. The skin of domestic mammals as a model for the human skin, with special reference to the domestic pig. Current Problems in Dermatology. 7:39 52. Morris GM, Hopewell JW. 1990. Epidermal cell kinetics of the pig: A review. Cell and Tissue Kinetics. 23: 271 282. Obayes AK. 2016. Histological Study for Skin of Horse. Tikrit Journal of Pure Science. 21 (1): 31-35. Razvi R, Shalini S, Kamal S, Rohin S. 2015. Histomorphological and histochemical studies on the different layers of skin of Bakerwali goat. Journal of Applied Animal Research. 43(2): 208 213. Renaudeau D, Smeken ML, Henrin M. 2006. Differences in skin characteristics in European (LargeWhite) and Caribbean (Creole) growing pigs with reference to thermoregulation. Animal Research. 55(3): 209-217. 604

Saka IK, Suranjaya IG, Budiarta IG. 1997. Efek Jenis Kelamin Terhadap Susut Bobot Badan dan Beberapa Karakter Karkas Sapi Bali di Rumah Potong Umum Pesanggaran, Denpasar. Media Veteriner. 4(3). Saravanakumar VR, Thiagarajan M, 1992. Comparison of sweat glands, skin characters and heat tolerance coefficients amongst Murrah, Surti and non-descript buffaloes. Indian Journal of Animal Sciences. 62: 625 628. Soewandi BDP, Sumadi, Hartatik T. 2013. Estimasi output babi di Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Buletin Peternakan. 37: 165-172. Sumardani NLG, Ardika IN. 2016. Populasi dan Performa Reproduksi Babi Bali Betina di Kabupaten Karangasem Sebagai Plasma Nutfah Asli Bali. Majalah Ilmiah Peternakan. 19(3): 105 109. Sumena KB, Lucy KM, Chungath JJ, Ashok N, Harshan KR. 2010. Regional Histology of The Subcutaneous Tissue And The Sweat Glands Of Large White Yorkshire Pigs. Tamilnadu J. Veterinary & Animal Sciences. 6(3): 128-135. Suwiti NK, Suastika, IP, Swacita IBN, Besung INK. 2015. Studi Histologi dan Histomorfometri Daging Sapi Bali dan Wagyu. Jurnal Veteriner. 16(3): 432 438. 605