PENGEMBANGAN INDUK NILA DI WILAYAH MINAPOLITAN DALAM UPAYA MENDUKUNG INDUSTRI PERIKANAN BUDIDAYA.



dokumen-dokumen yang mirip
TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA. T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

Percobaan membuat induk ikan Bermutu tinggi sistem Alir Prosedur

BREEDING PROGRAM PRODUKSI NILA KELAMIN JANTAN. Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi 2004

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah

HASIL DAN PEMBAHASAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

Meningkatkan Wirausaha Budidaya Ikan. Lele Sangkuriang. (Lingkungan Bisnis)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 5: Produksi kelas pembesaran di kolam

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 3 : Produksi induk

PENERAPAN SELEKSI FAMILI F3 PADA IKAN NILA HITAM (Oreochromis niloticus)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN UDANG GALAH SIRATU

I. P E N D A H U L U A N

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

PENTINGNYA POPULASI KONTROL INTERNAL DALAM EVALUASI KEBERHASILAN PROGRAM SELEKSI

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN AGRIBISNIS PRODUKSI SUMBERDAYA PERAIRAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GABUS HARUAN

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER

Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA

BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK. drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Perlakuan Perendaman (%)

Gambar 3. Kolam yang diperguanak untuk Percontohan

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 52/MEN/2004 T E N T A N G PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA JICA SEBAGAI VARIETAS BARU

SILABUS MATAPELAJARAN TEKNIK PEMBENIHAN IKAN (PAKET KEAHLIAN BUDIDAYA IKAN)

USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan)

Produksi ikan nila (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas pembesaran di kolam air tenang

LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

Teknik Budidaya Lobster (Cherax quadricarinatus) Air Tawar di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Tatelu

Peningkatan Produktifitas Usaha Lele SANGKURIANG (Clarias sp.) Ade Sunarma

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad

PENDAHULUAN Ikan Nila (Oreochromis sp.) merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang mendapat perhatian besar bagi usaha perikanan terutama

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock)

Benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) JAYASAKTI

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 2: Produksi induk kelas induk pokok (Parent Stock)

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

KAJIAN USAHATANI PEMBENIHAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI DESA SUKASIRNA KECAMATAN SUKALUYU, KABUPATEN CIANJUR

Produksi ikan patin pasupati (Pangasius sp.) kelas pembesaran di kolam

BREEDING PROGRAM PRODUKSI NILA KELAMIN JANTAN DI BALAI BUDIDAYA AIR TAWAR (BBAT) SUKABUMI ABSTRAK

tersebut dengan baik, karena materi bahan ajar noncetak berisi uraian yang sifatnya pendalaman dan pengayaan dari materi bahan ajar cetak.

Pembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda

PERTUMBUHAN CALON INDUK IKAN BERONANG Siganus guttatus TURUNAN PERTAMA (F-1) DENGAN BOBOT BADAN YANG BERBEDA

METODOLOGI PENELITIAN

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

II. BAHAN DAN METODE

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

Produksi induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 2 : Benih

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN UDANG GALAH GI MACRO II

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) NIRWANA III

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

III. BAHAN DAN METODE

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

PENGELOLAAN INDUK IKAN NILA. B. Sistematika Berikut adalah klasifikasi ikan nila dalam dunia taksonomi : Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata

KARYA ILMIAH MERAIH SUKSES DENGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

BUDIDAYA IKAN JILID 1

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan

II. BAHAN DAN METODE

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

Pematangan Gonad di kolam tanah

Transkripsi:

PENGEMBANGAN INDUK NILA DI WILAYAH MINAPOLITAN DALAM UPAYA MENDUKUNG INDUSTRI PERIKANAN BUDIDAYA. Yudi Yustiran ¹), Ena Sutisna ²), Sophan³) 1, 2) Perekayasa Muda di Balai Budidaya Air Tawar Jambi (BBAT Jambi) 3) Teknisi Litkayasadi Balai Budidaya Air Tawar Jambi (BBAT Jambi) Jl. Lingkar Selatan RT 24 Kel Paal Merah, Kec. Jambi Selatan Kota Jambi E-mail : Yudi_Yurisha@yahoo.com Abstrak Ketersediaan kualitas dan kuantitas induk merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh petani/upr saat ini. Salah satu upaya memperbaikinya adalahmendistribusikan induk unggul untuk merecovery atau meremajakan induk-induk yang digunakan oleh UPR. Faktor pembatas dalam memproduksi induk dalam jumlah banyak adalah dalam hal transportasi dan distribusi, dimana salah satu solusinya adalah memproduksi induk di lokasi distribusi (insitu). Sebagai langkah untuk optimalisasi serta pendayagunaan sarana dan prasarana, maka BBAT Jambi melakukan kerjasama teknis dengan BBI Musi Rawas untuk memproduksi calon induk nila danmendistribusikan ke UPR di Kabupaten Musi Rawas.Pada tahun 2010dilakukan proses perbanyakan di BBI Musirawas, selain untuk meremajakan induk juga memberikan bimbingan teknis mengenai penerapan SPO 08 di BBI dan UPR. Calon induk yang didistribusikan sebanyak 30 paket. Untuk mengoptimakan lahan yang ada, pada tahun 2011 proses perbanyakan dilakukan di BBAT Jambi sedangkan pembesarannya di BBI Musirawas. Selama proses pembesaran dan seleksi di BBI Musirawas diperoleh calon induk sebanyak 45 paket yang terdiri dari 13.500 ekor betina dan jantan 4.500 ekor. Calon induk yang dihasilkan kemudian didistribusikan ke kelompok tani/upr untuk dibesarkan lebih lanjut menjadi induk-induk nila yang siap pijah untuk memenuhi kebutuhan benih unggul di wilayah Sumatera Selatan dan sekitarnya sehingga dapat mendukung program industri perikanan budidaya. Kata kunci : Induk, Peremajaan, Distribusi, Industri.

TILAPIA BROODSTOCK DEVELOPMENT IN MINAPOLITAN AREAS TO SUPPORT THE AQUACULTURE INDUSTRY Yudi Yustiran *¹), Ena Sutisna ²), Sophan ³) 1, 2) Perekayasa Muda di Balai Budidaya Air Tawar Jambi (BBAT Jambi) 3) Teknisi Litkayasa di Balai Budidaya Air Tawar Jambi (BBAT Jambi) Jl. Lingkar Selatan RT 24 Kel Paal Merah, Kec. Jambi Selatan Kota Jambi E-mail : Yudi_Yurisha@yahoo.com ABSTRACT Availability of quality and quantity of the broodstock is one of the problems faced by farmers / UPR to day. One effort to fix it is to distribute superior broods to recover or rejuvenate broodstock used by the UPR. Limiting factor in producing stem in large quantities is in terms of transportation and distribution, one solution is to produce the broods in the location of the distribution (in situ). As a step to the optimization and utilization of facilities and infrastructure, the Jambi BBAT technical cooperation with BBI Musi Rawas tilapia broodstock to produce and distribute to the UPR in Musi Rawas. In 2010 performed at BBI Musirawas propagation process, in addition to rejuvenate the broods also provides technical guidance on the application of SPO 08 in BBI and UPR. Prospective broods is distributed as many as 30 packets. To optimized existing land, in 2011 the process of multiplication performed in Jambi BBAT Musirawas while magnifying power of BBI. During the process of enlargement and selection on Musirawas BBI acquired the prospective broods as much as 45 packets consisting of 13.500 females and 4500 males. Prospective broods is then distributed to farmer groups / UPR to be raised further to indigo broods are ready to breed the needs seed in South Sumatra and its surrounding areas so as to support the aquaculture industry. Keywords: Broodstock, Recovery, Distribution, Industrial.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang KabupatenMusiRawastelah lama dikenalsebagaisalahsatusentrabudidaya air tawar yang merupakan kawasan minapolitan di Pulau Sumatera.Posisinya yang strategisdan kondisi alam yang mendukung (ketersediaan sumber air) sangat layakuntuk memproduksi ikan dalam jumlah yang besar. Kabupaten Musi Rawas juga mensuplai kebutuhan benih ke provinsi di sekitarnya. Salah satu upaya memperbaiki kualitas induk nila yang digunakan UPR di Kabupaten Musi Rawas adalah mendistribusikan induk unggul untuk merecovery atau meremajakan induk-induk yang digunakan oleh UPR. Faktor pembatas dalam memproduksi induk dalam jumlah banyak adalah dalam hal transportasi dan distribusi, dimana salah satu solusinya adalah memproduksi induk di lokasi distribusi (insitu). Sementara itu adanya instansi daerah yang mempunyai keterkaitan dan kepentingan terhadap pemenuhan stok induk yaitu BBI Musi Rawas dimana sarana dan prasarana yang dimilikinya cukup memadai untuk melakukan produksi calon induk nila. Sebagai langkah untuk optimalisasi serta pendayagunaan sarana dan prasarana tersebut maka pada tahun 2010 BBAT Jambi melakukan kerjasama teknis dengan BBI Musi Rawas untuk memproduksi calon induk nila dan telah didistribusikan ke UPR di Kabupaten Musi Rawas sebanyak 30 paket. Kondisi yang sering ditemui di UPR adalah manajemen induk yang tidak sesuai standar sehingga mempercepat penurunan kualitas induk. Sebagai upaya meminimalkan kondisi tersebut maka pada tahun 2011 dilakukan monitoring dan diseminasi manajemen induk yang telah terdistribusi ke UPR. Selain itu untuk upaya pemenuhan kebutuhan calon induk secara mandiri di Kabupaten Musi Rawas maka dilakukan asistensi teknik produksi calon induk di UPR yang mempunyai kelayakan segi teknis dan sarana pendukungnya. 1.2. Tujuan Melakukan monitoring induk nila hasil produksi di BBAT Jambi dan BBI Musi Rawas serta diseminasi produksi calon induk nila di BBI/UPR dalam upaya mendorong pemenuhan kebutuhan calon induk secara mandiri di Kabupaten Musi Rawas.

II. BAHAN DAN METODA 2.2. Metoda 2.2.1. Monitoring Induk di UPR Monitoring induk di UPR adalah kegiatan yang lanjutan yang bertujuan untuk memantau kualitas induk yang didistribusikan dan produksinya pada tahun 2011. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara dengan pihak UPR yang menerima induk serta memberikan asistensi untuk meningkatkan produksi benihnya guna mendukung pemenuhan kebutukan benih di pembudidaya. Data-data yang diambil dimasukan ke dalam kolom yang sudah kita siapkan kemudian dibahas dan dianalisa kekurangannya. Hasil dari analisa disampaikan kepada UPR untuk diperbaiki metode produksinya guna peningkatan yang lebih baik. 2.2.2. Induk dan Pemeliharaannya Pemeliharaan induk dilakukan dalam kolam berukuran 250 m2, dalam proses pemeliharaan induk diberi pakan yang berprotein 28-30%, sebanyak 3% per hari dari biomassa dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali. Untuk mengoptimalkan proses pematangan gonadnya pemeliharaan induk dilakukan terpisah antara induk jantan dan betina. Pematangan gonad dilakukan untuk mendapatkan induk-induk betina yang benar-benar siap untuk memijah dan tingkat kematangan gonadnya seragam. Ciri-ciri induk yang baik dan siap pijah adalah sebagai berikut: a. Bobot tubuh induk lebih dari 200 500 g b. Badan induk harus tinggi dan gemuk, perbandingan antara tinggi badan terhadap panjang standar adalah 1 : 2,3-2,5 c. Induk telah memiliki tanda-tanda induk siap pijah, antara lain: sehat, tidak cacat, bentuk tubuh proporsional, dan siap pijah yang ditandai abdomen membesar pada induk betina, dan pada induk jantan apabila abdomen ditekan ke arah alat kelamin, mengeluarkan sperma. d. Perbandingan induk jantan dan betina adalah 1 :1 ekor e. Padat tebar induk dalam wadah pemijahan adalah 1 kg/m 2 2.2.3. Pemijahan dan Panen Larva Proses pemijahan dilakukan dengan cara pemijahan alami di mana induk betina yang matang gonad ditebar terlebih dahulu. Seminggu kemudian baru dilakukan penebaran induk jantan. Wadah berupa kolam tanah dengan kepadatan 1 kg/m 2. Penebaran induk dilakukan setelah induk diseleksi dari kolam pemeliharaan induk. Jumlah induk yang dipijahkan minimal 250 pasang (SPO 08), dengan perbandingan antara jantan dan betina adalah 1:1. Selama proses pemijahan, induk diberikan pakan sebanyak 1% dari biomassa dengan frekuensi pemberian 3 kali Induk akan memijah setelah hari ke-10 sejak penebaran, larva akan dipanen pada hari ke-15, pemanenan dilakukan secara bertahap dengan menggunakan serok/tangkul.

2.2.4. Pemeliharaan larva Pendederan I adalah kegiatan pemeliharaan dari ukuran larva sampai dengan menjadi benih dengan ukuran 3-5 cm. Pemeliharaan larva ini dilakukan selama satu bulan (4 minggu), dengan pemberian pakan berupa pakan benih berprotein 28-30%sebanyak 50-75% dari biomassa, dengan frekuensi pemberian 3-5 kali/hari. Setelah pemeliharaan selama 1 bulan dilanjutkan pemeliharaan selama 2-3 bulan di kolam pendederan berukuran 500 m 2 dengan kepadatan 20 ekor/m 2. Pakan yang diberikan berupa pellet dengan variasi ukuran dari crumble sampai pellet ikan dewasa sebanyak 5-10% dari biomassa, dengan frekuensi 3 kali pemberian pakan. Dari pendederan ini, diharapkan akan menghasilkan calon induk dengan ukuran rata-rata 30 50 g/ekor (>12 cm) dan telah dapat diseleksi jantan dan betina. Selama pemeliharaan benih disampling untuk mengambil data panjang dan berat pada awal tebar dan akhir pemeliharaan (panen), untuk kemudian diseleksi berdasarkan ukuran, dan jenis kelamin (jantan dan betina). 2.2.5. Pembesaran di Kolam Kegiatan pembesaran di kolam merupakan lanjutan dari pendederan adalah memelihara benih yang telah diseleksi berdasarkan ukuran (>12 cm) dan jenis kelamin, benih tersebut dipelihara dalam kolam berukuran 500 m2 dengan kepadatan 40 ekor/m 2 selama 3-4 bulan atau mencapai ukuran calon induk yaitu 200 g/ekor. Dalam pembesaran ini pakan yang diberikan berupa pellet dengan protein antara 28-30% dengan frekuensi 3 kali pemberian sebanyak 3-5% dari biomassa. Pada kegiatan pembesaran ini dilakukan sampling setiap bulan dimulai pada awal penebaran benih sampai akhir masa pembesaran. Setelah dipelihara selama 3-4 bulan, pada saat panen calon induk telah mencapai rerata ukuran 200 gr/ekor sehingga siap untuk didistribusikan ke petani (UPR) dan BBI yang memerlukan. 2.2.5. Proses Seleksi Proses seleksi dilakukan beberapa tahap, dengan melakukan pengurangan populasi dan pengambilan ikan-ikan dengan pertumbuhan terbaik sesuai dengan SPO 08 dalam Lampiran 2. (Maskur dkk, 2004). 2.3. Parameter yang diukur Panjang Bobot Jumlah ikan jantan Jumlah ikan betina Jumlah ikan yang ditebar Jumlah ikan yang dipanen

2.4. Parameter yang diuji - Pertumbuhan - Kelangsungan hidup (SR) - Data distribusi calon induk DIAGRAM PROSEDUR PERBANYAKAN CALON INDUK IKAN NILA Induk Min. 400 ekor PEMATANGAN GONAD PEMATANGAN GONAD Induk Min. 400 ekor PEMIJAHAN MASAL Populasi induk minimal dalam satu kolam = 250 betina : 250 jantan Induk memijah dalam waktu bersamaan minimal 100 pasang PANEN LARVA Hari ke-12 14 pemijahan Pop. Larva Sub Populasi PEMBESARAN I Sub Populasi Min. 100000 ekor Afkir Max 50% Calon Induk Afkir Max 50% Calon Induk INDUK, > 250 g PEMBESARAN II INDUK, > 200 g PEMBESARAN II Gambar 1. Digram alir prosedur perbanyakan calon induk ikan nila Penjelasan gambar : 1. atau = Input atau output 2. = Proses kegiatan 3. = Penghubung tahapan 4. = Kurva distribusi ukuran

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Monitoring dan asistensi. Monitoringdilakukan terhadap UPR yang mempunyai induk induk ikan nila, yang berasal dari BBAT Jambi. Kegiatan monitoring ini dilakukan setiap dua bulan sekali untuk melihat pemeliharaan induk dan proses produksi benih yang dilakukan oleh UPR. Selama kegiatan ini telah dilakukan monitoring ke beberapa UPR, adapun nama-nama unit pembenihan rakyat dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Nama-nama Unit Pembenihan Rakyat No Nama Alamat 1 Suryadi Desa Tegalrejo Kec. Tugumulyo 2 Sunarto Desa Ketuan Jaya Kec. Muara Beliti 3 Sudarmoko Desa Tegalrejo Kec. Tugumulyo 4 Supardiman Desa G1 Mataram Kec. Tugumulyo 5 Sriyanto Desa G1 Mataram Kec. Tugumulyo Gambar 1 Gambar 2 Gambar 1 dan 2 saat monitoring Hasil monitoring dapat dapat dilihat pada Tabel 2. Melihat dari data hasil monitoring yang telah dilakukan pada umumnya pembudidaya tidak melakukan manajemen induk secara benar. Dalam proses produksi tidak dilakukan pematangan induk secara terpisah antara induk jantan dan betina. Setelah panen benih induk ditampung dalam hapa selama 2 7 hari selanjutnya dipijahkan lagi tanpa dipisah antara induk jantan dan betina. Sebaiknya pemeliharaan induk jantan dan betina dilakukan secara terpisah untuk proses pematangan gonad selama 15-20 hari, hal ini untuk menghindari terjadinya pemijahan liar, memberikan waktu kepada induk untuk mengembalikan energinya setelah pemijahan, memudahkan dalam tahap penyeleksian induk yang sudah dan yang belum memijah dan mematangkan kembali telur dan sperma induk sehingga didapatkan telur yang berkualitas baik. Pebandingan jantan dan betina untuk pemijahan setiap pembudidaya berbeda beda jantan 1 ekor : betina 3 10 ekor. Pembudidaya yang menggunakan betina dengan jumlah banyak mempunyai alasan kalau jantan terlalu banyak dapat mengganggu betinanya dan menyebabkan air kolam manjadi lebih keruh.

Untuk panen larva jarang yang melakukan umumnya melakukan panen benih ukuran 2-3 cm, selama pemeliharaan untuk mencapai ukuran tersebut induk masih ada pada kolam yang sama. Sehingga tidak dapat diketahui persentase kelangsungan hidup (SR) larva atau benih selama pemeliharaan. Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 1 dan 2 : gambar hapa tempat pemeliharaan induk di UPR Gambar 3 : gambar pembudidaya sedang panen benih dan induk Gambar 4 : gambarpembudidaya sedang menampung induk setelah panen

Tabel 2 : Data monitoring di UPR No Nama Alamat Jumlah induk (ekor) Pemeliharaan induk secara (jantan, betina) Lama pematangan induk (hari) Rasio pemijahan Produksi persiklus panen (ekor) Pisah Campur Larva Benih 1 Suryadi 2 Sunarto 3 Sudarmoko 4 Supardiman 5 Sriyanto D, Tegalrejo, Tugu Mulyo Ketuan Jaya, Muarabeliti D, Tegalrejo, Tugu Mulyo G1 Mataram, Tugumulyo G1 Mataram, Tugumulyo 1600 Campur 7 1 : 3 150000 Benih 2400 Campur 2 1 : 3 237500 Benih 1600 Campur 5 1 : 10 112500 Larva 1200 Campur 3 1 : 6 65000 Benih 1600 Campur 2 1 : 5 30000 Benih

3.2. Perbanyakan Calon Induk di BBI U Musi Rawas a. Produksi Benih Untuk Calon Induk Induk yang digunakan untuk perbanyakan calon induk nila JICA yang ada di BBAT Jambi, dengan jumlah jantan yang ada sebanyak 300 ekor dan induk betina sebanyak 600 ekor dengan ukuran 250 300 gram. Untuk kegiatan pematangan dam pemijahan induk nila dilakukan di BBAT Jambi. Pemijahan dilakukan pada bulan Maret dengan jumlah induk yang dipijahkan sebanyak 250 ekor betina dan jantan 250 ekor. Setelah induk memijah dilakukan pemanenan larva ikan nila secara bertahap menggunakan serok halus pada pagi dan sore hari. Hasil dari pemijahan mendapatka larva sebanyak100.390ekor dan dilakukan pendederan I, pemeliharaan selama 30 hari untuk digunakan sebagai benih calon induk. Dari hasil pendederan I didapatkan benih sebanyak 70.105ekor (SR 70 %), selanjutnya dilakukan pendederan II sebanyak 54.360 ekor benih ukuran 3-8 cm untuk di besarkan di BBI Musi Rawas menjadi calon induk. Benih yang ukuran dibawah 3 cm sebanyak 10.085ekor dan ukuran besar lebih dari 8 cm sebanyak 3.660ekor di afkir. Tujuan diambilanya ukuran yang menengah supaya didapatkan calon induk dengan kualitas baik dan jumlah calon induk betina yang mencukupi. Benih didapatkan dari hasil selaksi ukuran kemudian dibesarkan dikolam pembesaran hingga mencapai ukuran 100-150 gram per ekor dan siap untuk didistribusikan. b. Seleksi calon Induk Benih yang ditebar sebanyak 54.360 ekor setelah dipelihara dan dipanen mendapatkan benih sebanyak 39.804 ekor. Seleksi calon induk dilakukan untuk benih ukuran 8-12 cm pada ukuran ini dipisahkan antara jenis kelamin jantan dan betina, hasil seleksi didapatkan 15.901 ekor betina dan jantan 23.903 ekor namun dari jumlah tersebut hanya diambil 5.500 ekor jantan untuk dibesarka dan sisanya di afkir sesuai dengan kebutuhan. Benih tersebut dibesarkan sampai ukuran calon induk dengan bobot antara 100-150 gram/ekor. Setelah calon induk ikan nila telah mencapai bobot ukuran yang diharapkan dan siap untuk didistribusikan ke UPR di wilayah Kabupaten Musi Rawas. Secara singkat proses produksi calon induk yang dilakukan dapat dijelaskan dalam diagram alur sebagai berikut.

Tebar Benih calin ukuran 3-8 cm 54.360 ekor Panencalin ukuran 8-12 cm 39.804 ekor Tebar Jantancalin ukuran 8-12 cm 23.903 ekor Jantan calin diambil 5.500 ekor sisanya diafkir Panen Jantancalin 4.925 ekor, diambil 4.500 ekor sisanya 425 ekor afkir Tebar Betinacalin ukuran 8-12 cm 15.901ekor Panen calin betina 14.350 ekordiambil 13.500, sisanya 850 afkir Panen calon Induk distribusi rata-rata bobot 100 gram/ekor, betina sebanyak 13.500 dan jantan 4.500 ekor Gambar. Diagram alur proses produksi ikan nila JICA di BBI U Musi Rawas pada tahun2011 C. Pembesaran Pada tahap pembesaran ini ditebar benih calon induk nila sebanyak 15.901 ekor betina dan jantan 5.500 ekor. Dari jumlah benih calon induk yang ditebar setelah dipanen didapatkan calon induk betina sebanyak 14.350 ekor dan jantan 4.925 ekor. Data pertumbuhan dapat dilihat pda tabel 3. Tabel 3 : Data pertumbuhan panjang dan berat calon induk selama pemeliharaan. Sampling ke 1 2 3 4 5 Dilihat data dari Panjang (rata-rata) 12.61 13.6 14.58 17.61 19.66 Berat (rata-rata) 38.6 47.7 65.13 122.77 156.67 pertumbuhan pada tabel diatas menunjukan bahwa laju pertumbuhan calon induk ikan nila selama pemeliharaan sesuai dengan SNI

Tabel 4 : Derajat kelangsungan hidup (SR) selama pemeliharaan No Tebar awal Panen SR (%) Keterangan 1 100.370 70.105 70 PD I 2 54.360 39.804 73 PD II 3 15.901 14.350 90 Pembesaran 4 5.500 4925 90 Pembesaran d.distribusi calon Induk Calon induk ikan nila hasil prosuksi di BBI U Musi Rawas Kabupaten Musi Rawas didistribusikan untuk UPR dikawasan Minapolitan Kabupaten Musi Rawas. Kegiatan ini menghasilkan calon induk 45 paket yang terdiri dari 13.500 ekor betina dan jantan 4.500 ekor, dari hasil calon induk ikan nila tersebut didistribusikan ke kelompok UPR dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5 : Nama kelompok yang menerima calon induk nila Jenis Kelamin No Nama Kelompok Alamat Betina (ekor) Jantan (ekor) Jumlah (Paket ) 1 Pasundan 2 Pasundan I 3 Pasundan II Desa A Widodo, Kec Tugumulyo Desa A Widodo, Kec Tugumulyo Desa A Widodo, Kec Tugumulyo 1500 500 5 3000 1000 10 3000 1000 10 4 Retas Mandiri Desa Air Satan, Kec Muarabeliti 3000 1000 10 5 Sidodadi Desa Ketuan Jaya, Kec Muarabeliti 3000 1000 10

IV. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dari kegiatan monitoring produksi benih dan managemen pembudidaya/upr di kabupaten Musi Rawas ada dua poin penting yang harus dibenahi yaitu : Umumnya pembudidaya tidak melakukan manajemen induk secara benar. Karena keterbatasan kolam, maka pematangan induk tidak dilakukan secara terpisah antara induk jantan dan betina, induk hanya ditampung dalam hapa selama 2 7 hari selanjutnya dipijahkan sehingga berpengaruh terhadap siklus produksi benih selanjutnya dan penurunan kuallitas induk. Pebandingan jantan dan betina untuk pemijahan setiap pembudidaya berbeda beda jantan 1 ekor : betina 3 10 ekor. Untuk panen larva jarang yang melakukan dengan cara menyerok larva, umumnya melakukan panen benih ukuran 2-3 cm. Sehingga tidak dapat diketahui persentase kelangsungan hidup (SR) larva atau benih selama pemeliharaan. Kegiatan perbanyakan induk yang dilakukan pada tahun 2011 lebih banyak menghasilkan calon induk dibanding pada tahun 2010. Akibat Keterbasan sarana dan prasaran di BBI U, maka belum siap untuk melakukan pemijahan untuk perbanyakan induk tetapi bisa untuk pembesaran calon induk. Untuk selanjutnya yaitu pada tahun 2012 kerjasama dengan BBI/UPR di daerah minapolitan difokuskan pada pembesaran calon induk sedangkan pemijahannya dilakukan di BBAT Jambi.

DAFTAR PUSTAKA Maskur, Hanif, S., Sucipto, A., Handayani, D.I., Yuniarti, T., 2004. Standar Prosedur Operasional Pemuliaan (Genetic Improvement) Ikan Nila. Pusat Pengembangan Induk Ikan Nila Nasional. Balai Budiaya Air Tawar Sukabumi. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan. Sukabumi. Mubinun, Miftahul, J., Irma, M.H., Boyun, H., Masazaku, T., 2005. Manual Produksi Induk Ikan Nila. Balai Budidaya Air Tawar Jambi dan JICA. Syofan, Boyun H., Syarifuddin, Solaiman. 2009. Peremajaan Mutu Induk Nila di Kabupaten Musi Rawas. Laporan Tahunan Pengembangan Kawasan. Balai Budidaya Air Tawar Jambi. Jambi.