KONSEP PURCHASING POWER PARITY DALAM PENENTUAN KURS MATA UANG



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

Kondisi Paritas Internasional

BAB 9 HUBUNGAN KURS VALAS DAN INFLASI

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar Amerika Serikat Periode 2004Q.!-2013Q.3

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

Kondisi Paritas Internasional dan Penentuan Nilai Tukar

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB 3 TRANSAKSI MATA UANG ASING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

PURCHASING POWER PARITY DAN INTEREST RATE PARITY Sebelum membahas teori-teori yang mendasari penelitian yaitu, parity Purchasing Power parity, dan

I. PENDAHULUAN. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter atau bank sentral mempunyai tujuan

MAKALAH NERACA PEMBAYARAN. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perekonomian Indonesia Yang Dibina Oleh Ibu Dra. Sudarti, M.Si.

Pengaruh Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS terhadap Neraca Pembayaran di Indonesia Periode

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

BAB 8 HUBUNGAN KURS VALAS DENGAN INFLASI DAN TINGKAT BUNGA

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

PENGANTAR (LANJUTAN )

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

AKUNTANSI MULTINASIONAL TRANSAKSI MATA UANG ASING MATERI AKL 1, RABU 25 DESEMBER 2013

DEVISA DAN KESEIMBANGAN DAN KETIDAKSEIMBANGAN NERACA PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Bab 6 TRANSAKSI INTERNASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi. Terhadap Kurs Rupiah Tahun Teknik analisis yang digunakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

Penentuan Nilai Tukar Mata Uang Asing dengan Menerapkan Konsep Paritas Daya Beli

BAB 1 PENDAHULUAN. maka meningkatkan juga aktivitas perdagangan international. Beberapa aktivitas

Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP. Trisnadi Wijaya. STIE MDP 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki mata uang yang menunjukkan harga-harga barang dan

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark. NILAI TUKAR DAN NERACA PEMBAYARAN MEET-11

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata

PENENTUAN TINGKAT KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SERIKAT DI PASAR VALUTA ASING INDONESIA (PERIODE )

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

SEBUAH TEORI MAKROEKONOMI PEREKONOMIAN TERBUKA

NERACA PEMBAYARAN, KURS VALUTA ASING DAN KEGIATAN PEREKONOMIAN TERBUKA SRI SULASMIYATI, S.SOS., MAP

Perekonomian Indonesia

Sistem Moneter Internasional

Ilmu Il Ek E o k n o omi o Nilai Tuk T ar PIEw11 1

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai pengaruh selisih M2, selisih GDP,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap

ii Ekonomi Internasional

ANALISIS KURS VALUTA ASING YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING (PMA), EKSPORT, DAN PENGELUARAN PEMBANGUNAN DI JAWA TIMUR SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

NERACA PERDAGANGAN DAN NERACA PEMBAYARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2000) Michael P Todaro, Ekonomi Untuk Negara Berkembang (Bumi Aksara:

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman era globalisasi ini persaingan perekonomian antar negara semakin

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

MATERI IX: PASAR VALUTA ASING (THE FOREIGN EXCHANGE MARKET) Selama ini hanya output, tidak membahas uang/moneter Pasar valas (valuta asing)

BAB I PENDAHULUAN. Dibandingkan dengan negara-negara maju, Indonesia sangatlah tertinggal

Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional

BAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB VII Perdagangan Internasional

PARITAS DAYA BELI DAN TINGKAT BUNGA

Perekonomian Terbuka

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.7, No.1, (Juli 2013), 2. (Bogor, Ghalia Indonesia, 2005), 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar valuta asing atau foreign exchange market (valas, forex, FX,

PILIHAN KEBIJAKAN MAKRO DALAM PEREKONOMIAN TERBUKA. Iswanto Staf Pengajar Akademi Maritim Yogyakarta ( AMY ) ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tukar bebas. Salah satu karakteristik dari nilai tukar paska era Bretton-Woods adalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURS MATA UANG SUATU NEGARA

2. Derivasi Atau Perolehan Kurva BP (Neraca Pembayaran BOP)

BAB I PENDAHULUAN. pikuknya kehidupan globalisasi, tentu saja tidak bijaksana membiarkan harta

Penentuan Forward Rate (FR)

PERTEMUAN 13 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

Transaksi NPI terdiri dari transaksi berjalan, transaksi modal dan finansial.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi yang mengguncang Asia. Krisis ekonomi tersebut menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

NERACA PEMBAYARAN ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

ANALISIS STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESA. Seasoned equity offerings (SEO) merupakan penawaran saham tambahan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. yang dialami sebagian besar emiten, penurunan aktivitas dan nilai transaksi, serta kesulitan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah tempat bertemunya antara pihak yang memiliki

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

Transkripsi:

KONSEP PURCHASING POWER PARITY DALAM PENENTUAN KURS MATA UANG Yovita Vivianty Indriadewi Atmadjaja Dosen Fakultas Ekonomi Prodi Manajemen Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi ABSTRAKSI Salah satu konsep penentuan kurs valuta asing adalah Purchasing Power Parity (PPP). Dasar konsep PPP adalah bahwa perbandingan nilai suatu mata uang ditentukan oleh daya beli uang tersebut terhadap barang dan jasa di masing-masing negara. Terdapat 2 sudut pandang dalam konsep PPP yaitu PPP absolut dan PPP relatif. Dalam perkembangannya, konsep PPP banyak mendapat kritik dan mengalami kegagalan dalam penerapannya, seperti adanya hambatan perdagangan internasional, adanya komoditi yang tidak diperdagangkan secara internasional, persaingan tidak sempurna, adanya ketidakseimbangan neraca transaksi berjalan, dan tingkat harga yang cenderung tegar dalam jangka pendek. Kata Kunci: ekonomi keuangan internasional, kurs valuta asing, purchasing power parity ABSTRACT One concept of foreign exchange rates determination is Purchasing Power Parity (PPP). Basic concept of PPP is that the comparison of the value of a currency is determined by the purchasing power of money for goods and services in each country. There are two viewpoints on the concept of PPP, i.e. absolute PPP and relative PPP. In its development, many criticized the PPP concept and a failure in its implementation, such as the existence of barriers to internasional trade, non-traded goods internationally, imperfect competition, an imbalance in the current account, and the sticky price level in the short term. Keywords: international financial economics, foreign exchange rates, purchasing power parity. PENDAHULUAN Kurs mata uang timbul karena adanya perdagangan internasional. Perdagangan internasional diperlukan dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi suatu negara dan adanya kenyataan bahwa suatu negara tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, sehingga negara tersebut harus mendatangkan barang kebutuhannya dari negara lain. Sehingga setiap negara melakukan kegiatan ekspor dan impor. Kegiatan ini akan menimbulkan lalu lintas pembayaran internasional. Dalam melakukan pembayaran internasional diperlukan suatu konversi antara mata uang negara satu dengan mata uang negara lain. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan mata uang yang digunakan oleh masing-masing negara yang melakukan perdagangan. Konversi atau nilai tukar mata uang negara satu dengan mata uang negara lainnya tersebut dinamakan kurs mata uang. Atau dengan kata lain untuk mata uang Indonesia, misalnya, kurs menunjukkan berapa nilai rupiah yang harus dibayarkan untuk satu mata uang asing, dan berapa nilai rupiah yang akan diterima jika seseorang menjual satu mata uang asing. Pada dasarnya kurs dikatakan dalam keseimbangan (kurs yang berlaku sesuai dengan yang diharapkan) apabila kurs tersebut mencerminkan adanya angka perbandingan antara nilai suatu mata uang dengan nilai mata uang negara lain yang ditentukan oleh daya belinya masing-masing. Perbandingan ini disebut Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity = PPP). Konsep PPP ini menjadi dasar dalam menentukan apakah kurs yang berlaku realistis atau tidak. 49

50 ANALISA, Vol. 1, No. 1, April 2013: 49 53 KONSEP PPP Konsep Purchasing Power Parity (PPP) pertama kali dikemukakan oleh ahli ekonomi Swedia, Gustav CasselI pada tahun 1918. Konsep ini menekankan hubungan keseimbangan jangka panjang antara kurs dengan tingkat bunga, di mana kurs mata uang mencerminkan perbandingan antara tingkat harga di suatu negara dengan tingkat harga negara lain. Dasar konsep PPP adalah bahwa perbandingan nilai suatu mata uang ditentukan oleh daya beli uang tersebut terhadap barang dan jasa di masingmasing negara. Konsep PPP dapat dilihat dalam 2 (dua) sudut pandang, yaitu PPP absolut dan PPP relatif. Dalam sudut pandang PPP absolut, kurs mata uang merupakan pencerminan dari rasio tingkat harga dalam negeri terhadap tingkat harga luar negeri atau dapat dirumuskan sebagai persamaan berikut: P S P * Di mana S = kurs valuta asing P = harga dalam negeri P* = harga luar negeri Misalkan harga 1 kilogram kentang di Amerika Serikat adalah $1, sedangkan di Indonesia harganya Rp. 9.500, hal ini berarti kurs rupiah terhadap dolar adalah $1 = Rp. 9.500. Persamaan PPP absolut dapat diubah menjadi: P = S x P* Persamaan di atas dikenal sebagai Hukum Satu Harga (Law of One Price) yang menyatakan bahwa untuk barang yang sama dijual dengan harga yang sama di semua negara. Jika harga dalam negeri lebih tinggi daripada harga luar negeri, akan mengakibatkan adanya kenaikan jumlah impor karena harga luar negeri relatif lebih murah sehingga kurs terdepresiasi. Akibat kurs terdepresiasi, harga dalam negeri akan turun sampai terjadi keseimbangan antara dua harga tersebut. Penyimpangan dari konsep ini dapat mengarah pada keadaan arbitrase. Arbitrase merupakan kegiatan dalam mengambil keuntungan dengan memanfaatkan informasi mengenai perbedaan harga suatu barang di pasar yang berbeda. Seorang arbitrator akan membeli barang dari pasar yang memiliki harga yang rendah (pasar A) dan akan menjual kembali barang tersebut ke pasar lain yang memiliki harga yang lebih tinggi (pasar B), sehingga ia akan memperoleh keuntungan. Namun keadaan ini tidak akan berlangsung dalam jangka panjang, karena adanya kenaikan permintaan barang di pasar A, maka harga barang di pasar A tersebut akan mengalami kenaikan. Dan sebaliknya, harga barang di pasar B akan mengalami penurunan karena adanya kenaikan penawaran. Kondisi ini akan berlanjut sampai dengan hukum satu harga terpenuhi atau harga barang di kedua pasar menjadi sama. PPP relatif menyatakan bahwa persentase perubahan kurs merupakan selisih antara persentase perubahan tingkat harga (tingkat inflasi) dalam negeri dengan perubahan tingkat harga (tingkat inflasi) luar negeri atau dengan persamaan: % S = % P - % P* Dimana, % S = persentase perubahan kurs % P = persentase perubahan tingkat harga dalam negeri % P* = persentase perubahan tingkat harga luar negeri Contoh, jika persentase perubahan tingkat harga atau inflasi Indonesia sebesar 6 persen per tahun dan persentase perubahan tingkat harga atau inflasi Amerika Serikat sebesar 2 persen per tahun, maka berdasarkan PPP relatif kurs

Atmadjaja: Konsep Purchasing Power Parity Dalam Penentuan Kurs Mata Uang 51 rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akan terdepresiasi sebesar 3%. Konsep PPP menggunakan asumsi adanya pasar komoditi yang efisien, dalam arti tidak adanya hambatan perdagangan internasional (tarif dan kuota), nbiaya transportasi, komoditi yang diperdagangkan secara internasional harus homogen, dan tidak adanya kesempatan untuk melakukan arbitrase. KRITIK-KRITIK TERHADAP KONSEP PPP Terdapat beberapa kritik yang dilontarkan terhadap konsep PPP, yaitu pertama, menyangkut adanya hambatan perdagangan internasional, yaitu adanya tarif dan kuota serta adanya biaya transportasi, sehingga diduga menimbulkan penyimpangan kurs keseimbangan dari konsep PPP. Kedua, menyangkut terbatasnya variabel yang digunakan dalam menentukan kurs valuta asing (dalam konsep PPP hanya tingkat harga yang digunakan sebagai variabel), sementara banyak variabel lain yang dapat menentukan tingkat kurs, namun tidak diperhitungkan dalam konsep PPP, contohnya tingkat suku bunga, penawaran uang dan pendapatan nasional. Ketiga, adalah kritik yang berhubungan dengan tingkat harga yang digunakan, apakah menggunakan indeks harga konsumen atau indeks harga pedagang besar. Secara teoritis, tingkat harga yang dimaksud adalah indeks harga umum. Namun, data indeks harga umum tidak tersedia, sehingga digunakan indeks harga konsumen atau indeks harga pedagang besar sebagai proxi dari tingkat harga. KEGAGALAN KONSEP PPP Konsep PPP mengalami kegagalan dalam penerapannya. Ada 5 penjelasan mengenai kegagalan tersebut, yaitu adanya hambatan perdagangan internasional, adanya komoditi yang tidak diperdagangkan secara internasional (nontraded goods), persaingan tidak sempurna, adanya ketidakseimbangan neraca transaksi berjalan, dan tingkat harga yang cenderung sticky dalam jangka pendek. a. Hambatan perdagangan internasional Alasan mendasar yang menyebabkan konsep PPP mengalami kegagalan adalah karena adanya biaya transportasi. Biaya ini menyebabkan perbedaan harga untuk barang yang sama di pasar yang berbeda. Dengan kata lain, hal ini menyimpang dari hukum satu harga dan akan menyebabkan kondisi arbitrase, jika harga yang berlaku ternyata lebih tinggi daripada harga ditambah biaya transportasi. Dalam keadaan demikian, negara yang menetapkan harga lebih tinggi akibat adanya biaya transportasi akan memiliki kurs yang bernilai lebih tingi (overvalued) daripada ketentuan kurs berdasarkan PPP. Selain biaya transportasi, hambatan perdagangan berupa tarif dan kuota juga menyebabkan kegagalan konsep PPP. Hampir setiap negara memberlakukan sistem tarif terhadap komoditi yang akan masuk ke negaranya. Hal ini ditujukan untuk melindungi produksi dalam negeri. Proteksi yang banyak dilakukan adalah proteksi terhadap sektor pertanian. Tarif merupakan pengenaan pajak bagi komoditi impor, sedangkan kuota merupakan pembatasan jumlah komoditi impor. Baik tarif dan kuota menyebabkan kenaikan harga komoditi impor. Di negara yang memberlakukan tarif atau kuota, kurs yang berlaku akan lebih tinggi dari ketentuan konsep PPP (overvalued). Perbedaan pemberlakuan pajak masing-masing negara juga merupakan faktor yang menyebabkan kegagalan konsep PPP. Negara yang menerapkan pajak lebih tinggi dibanding negara lain memiliki kurs berlaku yang lebih tinggi dari kurs yang ditentukan dalam konsep PPP. Hal ini terjadi karena harga komoditi dalam negeri akan relatif lebih tinggi

52 ANALISA, Vol. 1, No. 1, April 2013: 49 53 dibandingkan dengan harga komoditi yang sama di luar negeri. b. Komoditi yang tidak diperdagangkan dalam perdagangan internasional Perdagangan jasa merupakan komoditi yang tidak diperdagangkan secara internasional, namun dimasukkan dalam perhitungan indeks harga. Di negara-negara maju, harga jasa, misalkan biaya sewa dan tenaga kerja, lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara berkembang. Hal inilah yang menyebabkan penilaian kurs valuta asing yang terlalu rendah (undervalued) di negara-negara berkembang, karena indeks harga di negara maju jauh lebih tinggi daripada negara berkembang. c. Kompetisi tidak sempurna (imperfect competition) Adanya kompetisi yang tidak sempurna menyebabkan perbedaan harga barang yang diperdagangkan di setiap negara. Perbedaan ini mengakibatkan penyimpangan konsep PPP. Perbedaan harga barang yang diperdagangkan di setiap negara dapat terjadi karena perusahaan memiliki kemampuan untuk menerapkan harga yang berbeda di pasar yang berbeda. Teori diskriminasi harga menyatakan bahwa suatu perusahaan akan memaksimalkan keuntungan dengan meragamkan harga berdasarkan elastisitas permintaan suatu barang. Elastisitas permintaan menunjukkan bahwa bagaimana perubahan jumlah barang yang diminta apabila harga barang tersebut mengalami perubahan. Jika harga suatu barang meningkat 10 persen dan jumlah barang yang diminta turun kurang dari 10 persen, maka permintaan untuk barang ini dikatakan inelastis. Jika harga naik sebesar 10 persen, dan jumlah barang yang diminta turun lebih dari 10 persen, maka permintaan untuk barang ini dikatakan elastis. Penerimaan penjualan meningkat mengikuti kenaikan harga barang yang memiliki permintaan inelastis dan akan turun mengikuti kenaikan harga barang yang memiliki permintaan elastis. Perusahaan yang menerapkan diskriminasi harga dapat memaksimalkan penerimaannya dengan menerapkan harga yang lebih tinggi di negara yang memiliki permintaan inelastis dibandingkan dengan negara yang memiliki permintaan lebih elastis. Hal ini akan mengakibatkan penilaian kurs yang terlalu tinggi (overvalued) di negara yang memiliki permintaan elastis. d. Ketidakseimbangan neraca transaksi berjalan (current account imbalances) Alasan lain yang menyebabkan harga barang dapat berbeda di setiap negara adalah karena kurs merefleksikan perdagangan internasional bukan hanya menyangkut barang dan jasa tapi juga aktiva finansial (financial assets). Pendekatan PPP dalam mengevaluasi kurs hanya berdasarkan peranan perdagangan komoditi internasional dan mengabaikan perdagangan aktiva. Padahal perdagangan aktiva juga memiliki peranan penting dalam menentukan penawaran dan permintaan valuta asing. Pada gilirannya, aliran aktiva antar negara berkaitan dengan posisi neraca transaksi berjalan masingmasing negara. Neraca transaksi berjalan mengukur aliran barang, jasa, pendapatan investasi dan transfer unilateral internasional. Negara yang memiliki defisit transaksi berjalan akan menarik kapital dari negara lain untuk menutup defisit. Dalam hal ini, negara yang melakukan lebih banyak pembelian dari negara lain (impor) daripada penjualan (ekspor) tersebut akan membiayai defisitnya dengan pinjaman dana dari pihak lain. Sebaliknya, suatu negara yang memiliki surplus transaksi berjalan akan melakukan investasi di negara lai\n. Negara dengan defisit transaksi berjalan cenderung memiliki nilai kurs yang lebih tinggi (overvalued)

Atmadjaja: Konsep Purchasing Power Parity Dalam Penentuan Kurs Mata Uang 53 dibandingkan dengan ketentuan konsep PPP. e. Dalam jangka pendek, tingkat harga cenderung sticky. Konsep PPP tidak dapat bekerja secara seketika, tetapi memerlukan waktu yang cukup lama, karena dalam jangka pendek tingkat harga cenderung sticky. Sehingga dalam jangka pendek, konsep PPP mengalami penyimpangan. Konsep PPP hanya menunjukkan hubungan keseimbangan jangka panjang antara kurs dengan tingkat harga. PENUTUP Konsep Purchasing Power Parity mencerminkan hubungan jangka panjang antara kurs mata uang dan tingkat harga. Konsep ini terdiri dari 2 pengertian, yaitu pengertian PPP absolut yang menyatakan bahwa kurs mata uang merupakan rasio dari tingkat harga dalam negeri terhadap tingkat harga luar negeri dan yang kedua adalah pengertian PPP relatif yang menyatakan bahwa persentase perubahan kurs mata uang merupakan selisih antara persentase perubahan tingkat harga (tingkat inflasi) dalam negeri dengan persentase perubahan tingkat harga (tingkat inflasi) luar negeri. Meskipun konsep PPP merupakan konsep penting untuk menentukan keseimbangan jangka panjang di pasar valuta asing, konsep ini banyak mendapat kritik dan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga dalam penerapannya mengalami kegagalan. Faktor-faktor penyebab kegagalan konsep PPP antara lain, karena adanya hambatan perdagangan internasional, adanya komoditi yang tidak diperdagangkan secara internasional, kompetisi yang tidak sempurna, ketidakseimbangan neraca transaksi berjalan dan tidak harga yang cenderung sticky dalam jangka pendek. Kegagalan penerapan konsep PPP mendorong para ahli untuk melakukan penyempurnaan. Penyempurnaan konsep PPP dengan memasukkan unsur tingkat suku bunga dan unsur jumlah uang beredar ke dalam model. DAFTAR PUSTAKA Boediono. 2001. Ekonomi Internasional. Seri Simposis Pengantar Ilmu Ekonomi No.3. Edisi Pertama. Cetakan Kedua puluh dua. BPFE. Yogyakarta. Hady H. 2001. Ekonomi Internasional Buku II, Teori dan Kebijakan Keuangan Internasional. Cetakan III. Ghalia Indonesia. Jakarta. Hadi H. 2001. Valas untuk Manajer. Cetakan IV. Ghalia Indonesia. Jakarta. Madura J. 2000. International Financial Management. 6 th Edition. West Publishing Company.