Febri Kusnanto Agus Sutanto HRA Mulyani. Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Lampung E-mail : ebibiologi@yahoo.



dokumen-dokumen yang mirip
BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. B.

PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, harus memenuhi kebutuhan akan pangan. 1. mengalami penguraian, sehingga nilai gizi dan kelezatannya akan

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

KUALITAS TEPUNG BERAS SEBAGAI BAHAN BAKU CAMPURAN RAGI TEMPE (Rhizopus oligosporus) DILIHAT DARI HASIL PRODUKSI TEMPE KEDELAI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

PERBANDINGAN BERAT KACANG KEDELAI BERGERMINASI DAN BIJI NANGKA DAN KONSENTRASI LARU PADA PEMBUATAN TEMPE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. daerah Palangka Raya, yaitu laboratorium Balai POM (Balai Pengawas

Pemanfaatan Limbah Biji Nangka sebagai Bahan Alternatif dalam Pembuatan Tempe

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. Cempedak Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik. Proses fermentasi tempe dimulai dari fase pertumbuhan cepat (0-30 jam

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

PENGOLAHAN KEDELAI MENJADI TEMPE KEJO SECARA SEDERHANA

PENGARUH JENIS KEDELAI, WAKTU DAN SUHU PEMERAMAN TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN TEMPE KEDELAI

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan tetapi sebagian besar biasanya diperoleh dari karbohidrat dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

T E M P E 1. PENDAHULUAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17%

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen di Bidang Teknologi Pangan

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEMPE YANG TAHAN DISIMPAN. Disusun Oleh :

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kadar Air (%) Tempe Dengan Penambahan Tepung Belut dan Variasi Konsentrasi Usar Tempe

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

Penggunaan Tepung Tempe, Tepung Kedelai dan Campurannya. sebagai Media Usar Tempe

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PEMBUATAN TEMPE. Disusunoleh: Nama: Yulia Nur Isnaini Kelas : S1 TI 2I NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Dalam SNI tempe didefinisikan sebagai produk makanan

KADAR PROTEIN DAN KUALITAS TEMPE KOMPOSISI KORO BENGUK DAN BEKATUL PADA VARIASI DAUN PEMBUNGKUS

BAB I PENDAHULUAN. Karbohidrat dalam gadung juga didominasi oleh pati, tetapi jumlah pati

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

Kerja Enzim Katalase

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

STUDI PEMBUATAN TAHU DARI BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk.) DENGAN PENAMBAHAN CaSO 4 DAN LAMA PENGGUMPALAN

III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi DIAH AYU FITRIANI

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB III METODE PENELITIAN. biji cempedak ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, dimana. kriteria tertentu yang diharapkan dalam penelitian.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

BAB V PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan Parameter

BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. antara kacang-kacangan tersebut, kedelai paling banyak digunakan sebagai bahan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analis Kesehatan

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pola konsumsi pangan di Indonesia saat ini belum sesuai dengan. Harapan (PPH) merupakan rumusan komposisi pangan yang ideal yan g

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

OLEH: YULFINA HAYATI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian melalui eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI

UJI SERAT, PROTEIN SERTA ORGANOLEPTIK TEMPE BIJI TURI (Sesbania grandiflora) DENGAN PENAMBAHAN JAGUNG (Zea mays) DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

M. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

BAB I PENDAHULUAN. Beras adalah salah satu bagian paling penting di dunia untuk konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. tropis terutama di Indonesia, tanaman nangka menghasilkan buah yang

BAB III METODOLOGI A.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB III METODE I II III BKK1 U1 U2 U3 BKH2 U1 U2 U3 BKK3 U1 U2 U3 BKH4 U1 U2 U3 BKK5 U1 U2 U3 BKH6 U1 U2 U3 BKHKK7 U1 U2 U3 BKHKK8 U1 U2 U3

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

PENGARUH VARIASI WAKTU PERENDAMAN DAN PENAMBAHAN SODA KUE (NaHCO 3 ) TERHADAP KADAR ASAM SIANIDA TEMPE KORO BENGUK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diinkubasi dengan pembungkus daun Jati (Tectona grandis L.). Koji lamtoro yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium kimia Analis Kesehatan,

II. Tujuan : Setelah melakukan percobaan ini praktikan dapat mengetahui proses pembuatan dan proses fermentasi pada tape singkong.

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V METODOLOGI Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat Pembuatan Lem Tembak. No. Nama Alat Jumlah. 1. Panci Alat Pengering 1. 3.

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

III. BAHAN DAN METODE

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK BONGGOL DAN KULIT NANAS PADA PROSES FERMENTASI TEMPE

PRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON

BAB III METODE PENELITIAN

YUWIDA KUSUMAWATI A

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia

Transkripsi:

PENGARUH WAKTU FERMENTASI TERHADAP KADAR PROTEIN DAN DAYA TERIMA TEMPE DARI BIJI KARET (Hevea brasiliensis) SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI SMA PADA MATERI BIOTEKNOLOGI PANGAN Febri Kusnanto Agus Sutanto HRA Mulyani Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Lampung E-mail : ebibiologi@yahoo.com Abstract: The purposes of this study were 1) To determine the variation of which produces the best tempe manufacture of rubber seeds. 2) To determine the effect of fermentation on protein content in soybean seeds produced rubber. 3) To determine the effect of fermentation on the quality of flavor, color, odor, and texture of tempeh rubber seeds produced by organoleptic tests. 4) To determine the effect of fermentation on the application of research and the protein content of soybean seeds receive the rubber as the source of the material studied biology at the Food Biotechnology. Data results showed that the fermentation of soybean protein affect the levels of rubber seed (Hevea brasiliensis) is seen with Fhit (5.5147)> Ftab 5% (4.07) and test results of the Real Honest Differences (BNJ) to the protein content of soybean seeds rubber (Hevea brasiliensis) show that the treatment time of 36 h fermentation significantly different from treatment of 60 hours and 72 hours. The treatment time of 36 hours of fermentation produces the highest protein levels by an average of 8.5939%. Kata kunci: Waktu fermentasi, kadar protein tempe, daya terima. Tempe merupakan makanan tradisional yang telah lama dikenal di Indonesia. Makanan tersebut dibuat dengan cara fermentasi atau peragian. Pembuatannya merupakan industri rakyat sehingga hampir setiap orang dapat dikatakan mampu untuk membuat tempe sendiri. (Sarwono, 2008:1). Pembuatan tempe membutuhkan bahan baku 1iji karet. Hal ini dikarenakan biji karet mengandung protein yang cukup tinggi, dan zat makanan lain (karbohidrat, lemak, air, dan abu) yang hampir sama dengan kedelai. Dengan tingginya kadar zat makanan pada biji karet maka ketika dibuat tempe, maka zat-zat makanan tersebut akan lebih mudah dicerna. Menurut Sarwono (2008:53-55). Tempe merupakan sumber protein yang nilainya setara dengan daging. Dalam 100 g tempe segar mengandung 18,3 g protein. Sedangkan dalam 100 g daging mengandung 18,8 g dan dalam 100 g telur mengandung 12,2 g protein. Karena kadar HCN maksimal pada tempe biji karet tidak ada dalam refenrensi, maka penulis menganalogikan dengan kadar HCN pada umbi singkong yang meracuni atau tidak meracuni jika dikonsumsi. BIOEDUKASI, VOLUME 4, NOMOR 1, MEI 2013 21

Tabel 1. Kadar HCN dan kategori pada umbi No. Kadar HCN Kategori 1 < 50 ppm Tidak meracun 2 50-100 ppm Meracun 3 > 100 ppm Sangat meracun Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk memanfaatkan biji karet sebagai bahan pengganti kedelai untuk membuat tempe dengan menvariasikan waktu fermentasi dan menganalisis kadar protein serta daya terima pada setiap variasi waktu fermentasi. Dengan permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1) Variasi waktu fermentasi mana yang menghasilkan tempe terbaik untuk pembuatan tempe biji karet? 2) Bagaimana pengaruh fermentasi pada kadar protein tempe yang dihasilkan? 3) Bagaimana pengaruh fermentasi pada uji organoleptik (rasa, warna, bau dan tekstur) dari tempe yang dihasilkan? 4) Bagaimana penerapan penelitian pengaruh fermentasi pada kadar protein dan daya terima tempe biji karet sebagai sumber belajar biologi pada materi bioteknologi pangan? Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat: 1) Bagi masyarakat dapat digunakan sebagai petunjuk dalam membuat tempe dari biji karet dan kandungan gizinya dapat diketahui masyarakat luas. 2) Bagi pengajar khususnya guru dapat digunakan sebagai sumber belajar biologi dalam kajian Bioteknologi Pangan. 3) Dapat dijadikan bahan informasi dalam penelitian yang berkaitan. METODE Dalam penelitian ini penulis menggunakan eksperimen dengan waktu yang digunakan yaitu 36 jam sebagai kontrol. Sedangkan waktu 48 jam, 60 jam, dan 72 jam sebagai perlakuan. Cara Kerja a. Memecah biji karet agar didapatkan isi dari biji karet yang diinginkan sebanyak 1,2 kilogram dan memilih isi biji karet yang berkualitas baik. b. Menuangkan biji karet ke dalam panci dan diberi air secukupnya. Merebus isi biji karet selama kurang lebih 15 menit. c. Setelah direbus kurang lebih 15 menit, air yang tersisa didalam panci di buang. Setelah itu diletakkan kedalam keranjang lalu ditiriskan. d. Membersihkan isi biji karet tersebut lalu dicuci sampai bersih. e. Merendam semua isi biji karet selama 36 jam. Diganti sebanyak tiga kali dalam sehari.. f. Merebus lagi isi biji karet selama kurang lebih 30 menit. g. Lalu tiriskan isi biji karet hingga benar-benar kering. h. Setelah dingin, ditaburkan ragi tempe sebanyak 0.2 % dari bobot biji karet. Mengaduk rata. i. Menyiapkan plastik dengan ukuran sesuai selera, memasukkan 100 gram isi biji karet ke dalam plastik. j. Menutup plastik dengan rapat bisa dilakukan dengan api lilin. k. Kemudian melubangi plastik yang telah berisi tempe dengan menggunakan jarum yang berukuran besar untuk setiap sisi atas dan sisi bawah. BIOEDUKASI, VOLUME 4, NOMOR 1, MEI 2013 22

l. Menyimpan tempe di dalam lemari dan diberi alas yang memungkingkan adanya sirkulasi udara pada bagian bawah bungkusan tempe. m. Memfermentasikan selama 36 jam sebagai kontrol, 48 jam sebagai perlakuan pertama, 60 jam sebagai perlakuan kedua dan 72 jam sebagai perlakuan ketiga dengan masing-masing ulangan sebanyak 3x. n. Tempat yang akan digunakan untuk membuat tempe terlebih dahulu dipantau suhu sekitar 30 0 C dan kelembapan 70-80% yang sesuai untuk pertumbuhan kapang tempe. Penentuan Kadar Protein (Metode Gunning) a. Menimbang 0,5 1,0 gr bahan yang telah dihaluskan dan memasukkan kedalam labu Kjelahl, menambahkan 10 gr K 2 S atau Na 2 SO 4 anhidrat, dan 10 15 ml H 2 SO 4 pekat. Kalau distruksi sukar dilakukan perlu ditambah 0,1 0,3 gr CuSO 4 dan dikocok. b. Kemudian melakukan distruksi diatas pemanas listrik dalam lemari asam. Mula-mula dengan api kecil, setelah asap hilang api dibesarkan, pemanasan diakhiri setelah cairan menjadi jernih sedikit kebiruan. c. Dibuat perlakuan blanko, yaitu perlakuan di atas tanpa contoh. d. Setelah dingin, menambahkan 100 ml aquades kedalam labu kjeldhal, serta larutan NaOH 45% sampai cairan basis. Memasang labu Kjeldhal dengan segera pada alat Distilasi. e. Memanaskan labu Kjeldhal sampai amonia menguap semua, menampung distilat dalam erlenmeyer berisi 25 ml HCl 0,1 N yang sudah diberi indikator fenolfptalein 1% beberapa tetes. Mengakhiri distilasi setelah distilat tertampung sebanyak 150 ml atau setelah distilat yang keluar tidak berbasis. f. Kelebihan HCl 0,1N dalam distilat dititrasi dengan larutan NaOH 0,1N hingga warna merah muda, mencatat jumlah NaOH yang digunakan. Uji Organoleptik Penilaian ini meliputi warna, rasa, bau, dan tekstur yang ditentukan dengan uji kesukaan panelis konsumen. Panelis ini bersifat sangat umum dan tidak dapat ditemukan berdasarkan daerah atau kelompok tertentu. Keputusan diambil setelah hasilnya dikumpulkan dan dirata-rata. Penilaian ini ditentukan dengan uji scoring dan uji hedonik, yaitu warna, bau, rasa, tekstur, dan daya terima. HASIL Data hasil pengujian lama fermentasi biji karet terhadap kadar protein tempe biji karet dapat dilihat pada tabel 2, 3, dan 4. Data pendamping yang digunakan adalah Kadar asam sianida (HCN). Untuk uji kadar HCN dilakukan terhadap empat sampel dari masing-masing perlakuan. PEMBAHASAN Dari hasil uji kadar protein dan uji kadar asam sianida, terlihat bahwa semakin lama fermentasi maka kadar protein dan kadar asam sianida akan turun. Penurunan kadar protein disebabkan Selama proses fermentasi pada biji tersebut, enzim yang dihasilkan oleh kapang dapat menghidrolisis protein yang terkandung di dalamnya. BIOEDUKASI, VOLUME 4, NOMOR 1, MEI 2013 23

Tabel 2. Data hasil kadar protein tempe biji karet No. Kode sampel Titrasi Protein Total Ratarata sampel (gr x 10) blanko sampel (%) (%) 1 BL 1 5,244 27,0 21,9 8,5146 25,7816 8,5939 2 BL 2 5,447 27,0 21,8 8,3580 3 BL 3 5,798 27,0 21,1 8,9090 4 48 1 5,075 27,0 22,1 6,8799 22,1082 7,3694 5 48 2 5,981 27,0 22,3 8,4531 6 48 3 5,815 27,0 22,5 6,7752 7 60 1 5,312 27,0 22,7 7,0871 21,4642 7,1547 8 60 2 5,552 27,0 22,6 6,9884 9 60 3 5,969 27,0 22,0 7,3887 10 72 1 5,030 27,0 22,8 7,3103 21,4226 7,1409 11 72 2 5,568 27,0 22,6 6,9185 12 72 3 5,720 27,0 22,3 7,1938 Keterangan : BL 1, BL 2, BL 3 : Lama fermentasi 36 jam 48 1, 48 2, 48 3 : Lama fermentasi 48 jam 60 1, 60 2, 60 3 : Lama fermentasi 60 jam 72 1, 72 2, 72 3 : Lama fermentasi 72 jam Tabel 3. Data uji organoleptik tempe biji karet Perla- Warna Aroma Rasa Tekstur Daya terima kuan Jmlh Rata2 Jmlh Rata2 Jmlh Rata2 Jmlh Rata2 Jmlh Rata2 A 33 3 28 2,5455 29 2,6364 30 2,7273 34 3,0909 B 37 3,3636 27 2,4545 32 2,9091 33 3 38 3,4545 C 33 3 30 2,7273 26 2,3636 39 3,5455 29 2,9091 D 39 3,5454 35 3,1818 32 2,9091 34 3,0909 36 3,2727 Tabel 4. Data kadar asam sianida (HCN) biji karet No Sampel Kadar HCN (mg/gr) 1. BL = fermentasi 36 jam 0,0103 2. 48 = fermentasi 48 jam 0,0117 3. 60 = fermentasi 60 jam 0,0104 4. 72 = fermentasi 72 jam 0,0086 BIOEDUKASI, VOLUME 4, NOMOR 1, MEI 2013 24

Protein yang terhidrolisis akan berubah menjadi asam amino yang juga bermanfaat bagi tubuh karena protein di dalam tubuh akan diubah menjadi asam-asam amino juga suhu tinggi dalam proses pembuatan, seperti yang dikemukakan oleh Sorenson dan Hesseltine (1986) dalam anonimus (2010) bahwa, Rhizopus oligosporus menghasilkan enzim-enzim protase. Perombakan senyawa kompleks protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana adalah penting dalam fermentasi tempe, dan merupakan salah satu faktor utama penentu kualitas tempe, yaitu sebagai sumber protein nabati yang memiliki nilai cerna yang amat tinggi. Kandungan protein yang dinyatakan sebagai kadar total nitrogen memang tidak berubah selama fermentasi perubahan terjadi atas kadar protein terlarut dan kadar asam amino bebas. Sedangkan kadar asam sianida turun karena fermentasi dan perendaman. Kadar HCN tempe biji karet ini sudah jauh berkurang dari kadar HCN biji karet yang berkisar sebesar 330 mg/100 gr atau 3,3 mg/gr atau 33000 ppm, seperti yang dikemukakan oleh Tim penulis (2008:33) bahwa, Dari hasil analisis diketahui kadar proteinnya sebesar 27 %, lemak 32,3%, air 3,6%, abu 2,4%, thiamin 450 µg, karoten dan tokoferol 250 µg, dan sianida sebanyak 330 mg dari setiap 100 g bahan. Kadar asam sianida tersebut masih belum aman untuk dikonsumsi. Namun, ketika biji karet diolah menjadi tempe dengan diberikan perlakuan perendaman dan fermentasi dalam proses pembuatannya terlihat bahwa kadar HCN mengalami hidrolisis oleh air. Penelitian lain menyebutkan bahwa untuk mengurangi kadar HCN dapat menggunakan perendaman dengan air kapur (Ca(OH) 2 ). Seperti yang dijelaskan Djaafar (2009:195-196) bahwa HCN yang terbentuk akan berikatan dengan Ca pada Ca(OH) 2, membentuk Ca(CN) 2 yang mudah larut dalam airreaksi yang terjadi adalah: CaO + H 2 O Ca(OH) 2 2HCN+Ca(OH) 2 Ca(CN) 2 +2H 2 O Dari keempat perlakuan, yang direkomendasikan untuk dikembangkan di masyarakat menurut uji organoleptik adalah pembuatan tempe biji karet dengan perlakuan 72 jam. Hal ini dikarenakan, hasil uji organoleptik fermentasi 72 jam memberikan nilai yang terbaik dari semua perlakuan. Salah satunya adalah tekstur tempe yang semakin lunak karena proses fermentasi, seperti yang dikemukakan oleh Menurut Anonimus (2011) dalam Hidayat (2006) bahwa Selama proses fermentasi pada pembutan tempe, biji karet akan mengalami perubahan fisik terutama tekstur. Tekstur biji karet akan semakin lunak karena terjadi penurunan selulosa menjadi bentuk yang lebih sederhana. Sedangkan Soewarno, 1985 (dalam Astuti 2009:19) menyatakan bahwa, Daya terima seseorang terhadap suatu produk makanan tergantung pada tingkat kesukaan, tempat tinggal dan kondisi kesehatan baik jasmaniah maupun rohaniyah. Sedangkan faktor kesukaan dari suatu produk makan berkaitan dengan bagaimana suatu produk dapat memberi daya tarik tersendiri, sehingga semakin baik daya terima seseorang, semakin tinggi tingkat kesukaan dan semakin tinggi tingkat kepuasan seseorang terhadap suatu produk. Selain itu, pengujian organoleptik dengan panelis konsumen dalam hal ini mahasiswa bertujuan untuk pembukaan wawasan kepada mahasiswa bahwa pangan tidak harus yang mahal dan umum, tetapi dengan perlakuan tertentu, yang tadinya tidak BIOEDUKASI, VOLUME 4, NOMOR 1, MEI 2013 25

bermanfaat atau tidak bisa dikonsumsi menjadi dapat dikonsumsi. Selain itu, dengan diversifikasi pangan ini, diharapkan dapat menumbuhkan keinginan untuk memanfaatkan benda yang tidak bermanfaat menjadi benda yang bermanfaat, baik benda konsumsi atau bukan. Untuk mengatasi hal tersebut penurunan kadar protein dan daya terima, perlakuan yang mungkin dapat dilakukan adalah perebusan dengan suhu yang tidak terlalu tinggi (tidak lebih dari 70 0 C), perendaman yang lama 48 jam, dan fermentasi yang tidak terlamu lama (±60 jam), perlakuan tersebut dilakukan agar tempe yang dihasilkan mempunyai kandungan protein yang tinggi dan kadar asam sianida yang rendah. Daya terima yang kurang dari tempe biji karet ini, menurut penulis diakibatkan karena saat pengujian organoleptik yang menggunakan panelis konsumen, menguji tempe yang di goreng tetapi tidak diberi bumbu, sehingga panelis menganggap secara keseluruhan kurang suka, bahkan ada yang tidak suka. Menurut Winarno (1997:171) menyatakan Suatu bahan yang dinilai bergizi, enak, dan teksturnya sangat baik tidak akan dimakan apabila memiliki warna yang tidak sedap dipandang atau memberi kesan telah menyimpang dari warna yang seharusnya. Hasil penelitian ini, dapat dijadikan sebagai sumber belajar biologi dalam materi Bioteknologi Pangan. Karena penelitian ini menerapkan penggunaan mikroorganisme untuk produksi bahan pangan, yaitu penggunaan mikroorganisme (jamur atau kapang) yang melakukan fermentasi biji karet dalam proses pembuatan tempe biji karet. Penerapan dalam proses pembelajaran yaitu sebagai bahan diskusi ataupun sebagai bahan untuk eksperimen langsung. Pembelajaran yang menyangkut tentang lingkungan alam sekitar akan lebih menarik bagi siswa, karena biologi adalah ilmu yang mempelajari alam sekitar. Seperti yang dikemukakan oleh Sudjoko (1985:39) yang menyatakan bahwa: Biologi merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang mempunyai sarana studi yang menyakut isi alam. Dari objek biologi dapat diamati baik objek gejala benda atau gejala peristiwa yang timbul dari permasalahan-permasalahan dalam mempelajari biologi. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat menambah pengetahuan bahwa masih banyak bahan-bahan yang dianggap tidak bernilai yang dapat dijadikan bahan penunjang atau pengganti yang bernilai. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Ada pengaruh lama fermentasi tempe biji karet terhadap kadar protein tempe biji karet. Pada perlakuan lama fermentasi 36 jam menghasilkan kadar protein paling tinggi dengan rata-rata 8,5939 %. Dari keempat perlakuan, yang direkomendasikan untuk dikembangkan di masyarakat menurut uji organoleptik dan kadar asam sianida (HCN) adalah pembuatan tempe biji karet dengan perlakuan 72 jam. Hal ini dikarenakan, hasil uji organoleptik fermentasi 72 jam memberikan nilai yang terbaik dari semua perlakuan dan mempunyai kadar HCN paling kecil, yaitu 0,0086 mg/gr. Penelitian ini dapat diterapkan sebagai sumber belajar biologi pada materi Bioteknologi Pangan melalui Lembar Kerja Siswa (LKS), dalam kegiatan praktikum atau sebagai bahan diskusi siswa. BIOEDUKASI, VOLUME 4, NOMOR 1, MEI 2013 26

Saran Bagi peneliti, Perlu dilakukan penelitan lebih lanjut mengenai biji karet ini khususnya cara menghilangkan kulit ari yang menempel pada biji, Perlakuan yang disarankan adalah perebusan dengan suhu yang tidak terlalu tinggi (tidak lebih dari 70 0 C), perendaman yang lama 48 jam, dan fermentasi yang tidak terlamu lama (±60 jam). Perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh perendaman dengan air kapur (Ca(OH) 2 ) 0,3% terhadap kadar HCN dan daya terima tempe biji karet. Bagi guru, dapat digunakan sumber belajar melalui pengamatan secara langsung atau sebagai bahan diskusi oleh siswa. Bagi masyarakat, perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai diversifikasi pangan, seperti pemanfaatan biji karet dalam pembuatan tempe. DAFTAR RUJUKAN Anonimus. 2010. Potensi Sektor Perkebunan. (online). http://www.investasilampung. web.id. Diakses pada tanggal 10 November 2011 Anonimus. 2011. Penilaian Mutu Sensori Produk Perikanan. (online). Http://www.scribd.com. diakses tanggal 15 Maret 2012. Anwar, F. 1992. Pengolahan Pangan Tingkat Rumah Tangga. Bogor: Depdikbud, Ditjen Dikti IPB. Astuti, Nurita Puji. 2009. Sifat Organoleptik Tempe Kedelai Yang Dibungkus Plastik, Daun Pisang, dan Daun Jati. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Djaafar, Titiek F., Siti Rahayu, dan Murdijati Gardjito. 2009. Pengaruh Blanching dan Waktu Perendaman dalam Larutan Kapur terhadap Kandungan Racun pada Umbi dan Ceriping Gadung. Yogyakarta: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Hayati, Salma. 2009. Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap Kualitas Tempe Dari Biji Nangka (Artocarpus Heterophyllus) dan Penentuan Kadar Zat Gizinya. Medan: Universitas Sumatera Utara. Hidayat, Nur. 2009. Fermentasi Tempe. (online). http:// ptp2007.files. wordpress.com. Diakses tanggal 29 februari 2012. Nazarudin, dkk.1992. Karet. (online). http://id.wikipedia.org. Diakses tanggal 28 April 2011. Sarwono, B. 2008. Membuat Tempe dan Oncom. Jakarta : PT. Penebar Swadaya. Sudjoko. 1985. Pengajaran Biologi Secara Individual. Jakarta : Universitas Indonesia. Tim Penulis. 2008. Panduan Lengkap Karet. Jakarta:Penebar Swadaya. Wagiono. 2003. Menguji Kesukaan Secara Organoleptik. Jakarta: Depdiknas. Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Yanti, Dwi Eka. 2009. Diversifikasi Bahan Dasar Pembuatan Tempe. (online). http:// sentuhdengan cinta.blogspot.com di akses tanggal 29 Februari 2012. BIOEDUKASI, VOLUME 4, NOMOR 1, MEI 2013 27