BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi seorang anak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari



dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. belum baik. Hal tersebut dapat dilihat dari kecenderungan tingginya angka putus

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor penting yang secara langsung memberikan kontribusi

I. PENDAHULUAN. kepribadiaannya sesuai dengan nilai - nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaannya telah mencanangkan programprogram

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena anak putus sekolah menjadi suatu keprihatinan pada saat ini. Ketika kita

BAB I PENDAHULUAN. usaha manusia dalam rangka memajukan aktivitas. Pendidikan sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan baik fisik maupun mental untuk mencapai pemenuhan hak-hak

Jumlah anak usia sekolah setingkat SMP (jiwa)

BAB I PENDAHULUAN. relasi antar individu yang kompleks Selain para penjual dan pembeli yang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih tinggi dari pada yang tidak berpendidikan.

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam di sektor pertanian dan perkebunan. Adapun produksi di

BAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak merupakan salah satu bagian dari tujuan mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang paling penting bagi semua anak. Sebab

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan. kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi generasi penerus keluarga yang bisa dibanggakan kelak. Oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sering kita jumpai dijalanan banyak anak-anak yang masih dibawah umur

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia.

1. PENDAHULUAN. negara di dunia yang memiliki potensi sumber daya alam terbesar di sektor

BAB I PENDAHULUAN. kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan serta dididik sampai menjadi dewasa. Kewajiban suami selain menafkahi ekonomi keluarga, juga diharapkan menjadi

BAB I PEDAHULUAN. pesisir, desa Rantau Panjang ini juga merupakan desa tertua di Kecamatan Pantai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sesuatu hal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam/bertani, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Nilai sosial budaya dan norma sosial yang berlaku di masyarakat Indonesia

I. PENDAHULUAN. Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia,

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Petani

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terpisahkan dan pada hakikatnya bersinergi terhadap pembangunan

pengolahan produksi serta menunjang pembangunan wilayah (Antonius,1993).

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan SDM yang optimal demi meningkatkan pembangunan. pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini di karenakan tidak

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), tentu persaingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghendaki berbagai penyelenggaraan pendidikan dengan program-program

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan sebuah proses penyempurnaan diri yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat hadir di Indonesia di tengah-tengah

BAB II BEBERAPA BIDANG PERMASALAHAN GAMPONG. peserta KKN ke masyarakat. Sebagai pengabdian diri kepada masyarakat,

I. PENDAHULUAN. Kegiatan untuk mengembangkan potensi tersebut harus dilakukan secara

I. PENDAHULUAN. keberadaan pekerja anak telah memberikan kontribusi dalam perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanah dari Allah SWT, Setiap orang tua menginginkan anakanaknya

I. PENDAHULUAN. Pembangunan bidang pendidikan bertujuan menghasilkan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan klasifikasi tipologi kabupaten/kota dan analisis autokorelasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Globalisasi dan kemajuan teknologi adalah hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja tingakat SMP termasuk dalam periode remaja awal. Pada masa ini

I. PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan

Kata Kunci: Aksesibilitas dan Partisipasi Masyarakat, Pendidikan Dasar 9 Tahun, dan Daerah Perbatasan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Beeby (1982) mengatakan bila tingkat pendidikan tinggi maka

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi Negara Indonesia beberapa tahun terakhir ini sangat. memprihatinkan. Begitu banyak permasalahan yang menimpa sebagian besar

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bangsa Indonesia bisa maju maupun juga tidak itu

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan tidak dapat di pisahkan dari kehidupan. Sifatnya mutlak dari

STRATEGI PEMBERDAYAAN USAHA RUMAHAN BERBASIS POTENSI LOKAL UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, yang selanjutnya terwujudlah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan. sumber daya manusia. Karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. negaranya, salah satunya yaitu dalam bidang pendidikan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik pada tahun 2010, jumlah penduduk

I. PENDAHULUAN. Industri merupakan serangkaian kegiatan mengolah bahan mentah atau bahan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

BAB I PENDAHULUAN. bahkan menjadi tolak ukur kemajuan Negara. Secara umum, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan semakin modernnya teknologi yang berkembang di sektor

BAB I PENDAHULUAN. nilai tambah (value added) yang lebih tinggi pada berbagai. pendapatan masyarakat dan akhirnya mengurangi kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia

Analisis Sosial Budaya yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. lapangan tidak begitu adanya. Pengangguran terdidik bagi para lulusan

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. 1 Universitas Indonesia. Analisis pelaksanaan..., Rama Chandra, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. keluarga juga tempat dimana anak diajarkan paling awal untuk bergaul dengan orang lain.

PERANAN PENERAPAN METODE IQRO TERHADAP HASIL BELAJAR WARGA BELAJAR KEAKSARAAN FUNGSIONAL DASAR MERPATI. Irliana Faiqotul Himmah 13

BAB II GAMBARAN LOKASI DESA BANGUN. km, sedangkan jarak Desa ke Ibukota kabupaten sekitar 15 km. Jarak dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. depan dipercayakan. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai usaha atau keinginan yang dilakukan dengan sengaja dan teratur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sebuah proses dan sekaligus sistem yang

A. Gambaran Umum Lokasi KKN

II TINJAUAN PUSTAKA. Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dikatakan sebagai sebuah kebutuhan bagi setiap orang,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi seorang anak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari persoalan mencerdaskan anak bangsa. Melalui pendidikan dapat diasah dengan seperangkat pengetahuan untuk memiliki kesadaran dan kemauan yang positif dalam menemukan dan merumuskan tujuan untuk dirinya di masa-masa mendatang. Pembangunan pendidikan di Indonesia telah menunjukkan hasil yang lumayan besar. Wajib belajar Sembilan tahun yang di dukung pembangunan infrastruktur sekolah dan diteruskan dengan wajib belajar Sembilan tahun adalah program sektor pendidikan yang diakui cukup sukses. Kasus tinggal kelas, terlambat masuk sekolah dasar, anak putus sekolah dan ketidakmampuan untuk meneruskan sekolah kejenjang yang lebih tinggi merupakan hal yang paling banyak menjadi sorotan dalam dunia pendidikan. (www.cetak.kompas.com,2009). Putus sekolah merupakan masalah yang sangat penting untuk dibicarakan dan dicari jalan keluarnya. Permasalahannya putus sekolah di Indonesia bukan masalah kecil. Sebagaimana kita ketahui bersama, jumlah anak yang putus sekolah di Indonesia dewasa ini angkanya tidak puluhan orang tetapi sudah mencapai ribuan orang, ini bukan angka yang kecil. Dalam penyelesaian masalah anak putus sekolah ini, bukanlah tanggung jawab satu, dua orang atau suatu instansi saja. Tetapi semua orang dan semua lembaga bertanggung jawab pada masalah ini. Jika masalah anak 1

2 putus sekolah ini tidak ditangani dengan cepat dan tepat, maka akan berdampak buruk bagi perekonomian Indonesia dan sosial bangsa pun akan terganggu. Dengan banyaknya anak putus sekolah akan berdampak kepada pengangguran karena kemampuan yang dimiliki anak putus sekolah tersebut tidak mencukupi untuk mengisi lapangan pekerjaan yang semakin canggih dan membutuhkan keahlian khusus. Maka, angka pengangguran pun akan bertambah. Jadi, bagaimana Indonesia bisa dan mampu bersaing dengan Negara-negara maju, sedangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia masih jauh ketinggalan dari Negara-negara maju. Keinginan pemerintah untuk membebaskan anak-anak usia sekolah dari ancaman buta huruf dan putus sekolah kemungkinan belum bisa terwujud. Walaupun sudah dicanangkan program BOS dengan menggratiskan biaya sekolah, tapi hal ini belum sepenuhnya menjamin ketuntasan masalah putus sekolah bagi anak. Ada beberapa faktor yang bersifat struktural sehingga angka putus sekolah di Indonesia tetap tinggi. Indonesia adalah Negara yang sebagian besar penduduknya tinggal di derah pedesaan dan sebahagian kecil yang tinggal di daerah perkotaan, hal ini mencerminkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara yang agraris yaitu Negara pertanian. Diketahui bahwa dalam masayrakat agraris kehidupan masyarakat masih bergantung pada hasil produksi tanah sebagai hasil produksi pokok dan memiliki corak yang homogen dalam pertanian yaitu sebagai petani, (Yayuk, Yuliati 2003:2).

3 Berdasarkan hal yang diterangkan di atas maka peneliti tertarik untuk meliti mengenai anak putus sekolah khususnya di kecamatan peneliti sendiri yaitu di Kecamatan Purba. Kecamatan Purba adalah salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Simalungun, yang akan menjadi daerah peneliti. Hal ini dikarenakan karena Kecamatan Purba ini merupakan salah satu kecamatan yang memiuliki tingkat anak putus sekolah yang lumayan tinggi. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yang menjadi hal yang melatarbelakangi mengapa jumlah anak putus sekolah itu sangat tinggi di Kecamatan Purba. Tabel 1.1 Berikut Ini Beberapa Kelurahan Di Kecamatan Purba Yang Memiliki Angka Anak Putus Sekolah Yang Cukup Tinggi No Nama Kelurahan Jumlah Anak Putus Sekolah 1 Kinalang 30 2 Purba Sipinggan 20 3 Tanoh tinggir 20 4 Urung Purba 20 Sumber Data : KCd Dikjar Kecamatan Purba Kecamatan Purba Dalam Angka 2013 Adapun faktor-faktor yang menyebabkan jumlah anak putus sekolah dikecamatan Purba ini sangatlah tinggi hal ini dikarenakan diantaranya karena faktor ekonomi yang di kecamatan ini masih bertumpu pada pertanian dan masih banyak derah yang bergantung pada kondisi cuaca dan iklim yang mengakibatkan apabila cuaca dan iklim tidak bagus maka hasil pertanian akan berkurang dan akan terjadi kelesuan ekonomi yang mengakibatkan ekonomi di masyarakata atau ekonomi penduduk akan menjadi lemah dan biaya untuk pendidikan akan semakin berkurang

4 sehingga niat seorang anak untuk melanjutkan sekolah atau pendidikan akan tertunda. Kemudian faktor selanjutnya adalah faktor social budaya dimana faktor ini berkaitan kepada lingkungan social anak yaitu dimana anak tersebut tinggal dibesarkan dan dimana dia bergaul dengan anak seusianya, di Kecamatan Purba ini banyak anak putus sekolah akibat lingkungan pergaulan yang salah dimana kurangnya control atau kendali dari orang tua terhadap anak sehingga mengakibatkan anak memiliki lingkungan pergaulan yang salah dan menjadi penghambat dalam menlanjutkan pendidikannya karena terpengaruh oleh lingkungan social atau pergaulan yang kurang baik. Jumlah sekolah di Kecamatan Purba ini juga tergolong masih sedikit sehingga kebanyakan penduduk memilih untuk melanjutkan sekolah mereka keluar daripada di daerah Purba. Jarak sekolah ke tempat tinggal para siswanya juga tergolong dikatakan jauh sehingga hal ini memungkinkan para siswa menjadi malas pergi ke sekolah karena mereka harus menempuh jarak yang jauh sehingga ketika sudah sampai di sekolah kemungkinan mereka berada pada kondisi badan yang tidak memungkinkan untuk melakukan aktivitas belajar dengan maskimal dan baik lagi dikarenakan sudah lelah ketika sampai disekolah.

5 Tabel 1.2 Berikut Ini Adalah Data Jumlah Sekolah Di Kecamatan Purba No. Nagori/Kelurahan Tingkatan Sekolah SD SMP SMA Jumlah Sekolah 1 Kinalang 3 - - 3 2 Tiga Runggu 9 1 1 11 3 Purba Tengah 2 - - 2 4 Pematang Purba 3 - - 3 5 Purba Sipinggan 2 1-3 6 Urung Purba 2 - - 2 7 Tanoh Tinggir 1 - - 1 8 Purba Dolog 1 - - 1 9 Saribu Jandi 2 - - 2 10 Huta Raja 1 - - 1 Jumlah Sekolah 26 2 1 28 Sumber Data : KCd Dikjar Kecamatan Purba Kecamatan Purba Dalam Angka 2013 Dari data di atas dapat kita lihat bahwa jumlah sekolah yang sangat minim di Kecamatan Purba ini sangat tidak berimbang dengan jumlah penduduk usia sekolah yang ada yang ada di Kecamatan Purba ini. Jumlah sekolah yang sangat sedikit dan jauh dari tempat tinggal penduduk sekitar mengakibatkan banyak nya angka putus sekolah di kecamatan purba ini, di antaranya dikarenakan oleh faktor Sosial ekonomi yakni dimana besarnya atau mahalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk dapat mengenyam dunia pendidikan dalam hal transportasi kesolah. Sosial budaya yang menganggap bahwa anak lelaki lebih penting untuk disekolahkan dan berbagai masalah dalam lingkungan sosial juga menjadi penyebab tingginya angka putus sekolah Karena lingkungan sosial ini sangatlah berpengaruh penting dalam penentu arah pendidikan seorang anak usia sekolah.

6 Hal ini bukanlah sepenuhnya kesalahan dari masyarakat, namun pemerintah juga harus berbenah. Maka dari itu diperlukan suatu usaha yang berorientasi pada suatu usaha yang berorientasi pada pelatihan, penyuluhan, dan peningkatan jumlah lapangan pekerjaan di Kec.Purba, Kab. Simalungun. Mengingat di Kec. Purba jumlah lapangan kerja yang paling mayoritas adalah sebagai petani atau bahkan buruh tani, padahal hasil daripada pertanian di Kec. Purba ini bisa jadikan berbagai lapangan kerja seperti industry bubuk kopi, industry makan ringan, dan sebagainnya akan tetapi masyarakat dan juga pemerintah kurang memberdayakan hasil pertanian yang begitu bagus dan memadai di tempat ini Sejumlah studi telah menyebutkan bahwa kemiskinan merupakan faktor yang mendominasi terhambatnya siswa untuk mendapatkan pendidikan secara utuh. Hal ini dikarenakan orang tua siswa tidak mampu memberikan fasilitas lengkap kepada anaknya untuk bersekolah. Siswa dari keluarga miskin terpaksa membantu orang tuanya mencari nafkah untuk mencukupi biaya kehidupan mereka. Bahkan terjadang orang tuanyalah yang meminta mereka untuk berhenti sekolah agar bisa membantu secara penuh dalam mencari nafkah. Mereka pun kebanyakan menjadi buruh upahan atau menjadi pedangan asongan di jalanan. Anak pun merasa terbebani dengan masalah ekonomi ini sehingga mengganggu kegiatan belajar dan kesulitan mengikuti pelajaran. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merasa tertarik untuk meneliti bagaimana Sosial ekonomi, Sosial budaya, dan lingkungan geografis

7 mempengaruhi tingkat anak putus sekolah dan sekaligus alasan penulis memilih judul: Analisis Pengaruh Sosial ekonomi, Sosial budaya, dan Lingkungan Geografis Terhadap Tingkat Anak Putus Sekolah Di Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun. 1.2 Indentisifikasi Masalah Berdasarkan beberapa uraian yang telah dikemukakan di atas maka diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Faktor ekonomi menjadi salah satu faktor yang menyebabkan anak putus sekolah. 2. Latar belakang matapencaharian dan status ekonomi orang tua menjadi salah satu faktor penyebab anak putus sekolah. 3. Lingkungan sosial atau lingkungan anak berinteraksi dengan teman-teman sebayanya menjadi penyebab anak putus sekolah sebagai akibat dari salah pergaulan. 4. Pengaruh sosial budaya masih menjadi salah satu penyebab anak putus sekolah, dikarenakan masih adanya anutan pada sistem patrilinear sehingga mengakibabtkan adanya kecenderungan orang tua untuk lebih focus menyekolahkan anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. 5. Jarak sekolah yang jauh dari tempat tinggal siswa menyebabkan timbulnya kemalasan anak untuk bersekolah. 6. Jumlah sekolah yang masih sangat sedikit di Kecamatan Purba.

8 1.3 Batasan Masalah a. Sosial ekonomi pada masyarakat Kec.Purba yang mengacu pada sistem pertanian dimana seorang anak harus membantu orangtua mencari nafkah sehingga menyebabkan putus sekolah. b. Sosial Budaya pada masyarakat Kec.Purba masih menganut system patrilinear dan lingkungan sosial yang mempengaruhi tingginya tingkat anak putus sekolah. c. Letak Geografis Sekolah yang Jauh sehingga menyebabkan anak menjadi malas untuk bersekolah. d. Tingkat putus sekolah yang tinggi disebabkan oleh pengaruh Sosial ekonomi, Sosial budaya dan Lingkungan geografis. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh Sosial ekonomi terhadap tingkat putus sekolah di kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun? 2. Apakah ada pengaruh Sosial budaya tehadap tingkat putus sekolah di kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun? 3. Apakah ada pengaruh lingkungan geografis terhadap tingkat putus sekolah di kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun?

9 4. Apakah ada pengaruh Sosial ekonomi, Sosial budaya, dan lingkungan geografis terhadap tingkat putus sekolah di Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan penelitian di atas, maka penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui pengaruh Sosial ekonomi terhadap tingkat putus sekolah di kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun. 2. Untuk mengetahui pengaruh Sosial Budaya tehadap tingkat putus sekolah di kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun. 3. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan geografis terhadap tingkat putus sekolah di kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun. 4. Untuk mengetahui pengaruh Sosial ekonomi, Sosial budaya, dan lingkungan geografis terhadap tingkat putus sekolah di kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini mempunyai tiga mamfaat utama. Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat praktis yakni dapat menjadi masukan khususnya bagi pemerintah setempat untuk menangani masalh putus sekolah sehingga dapat meningkatkan pendidikan. 2. Manfaat teoritis diharapakan dapat menambah wawasan ilmu penegtahuan dan mengaplikasikan teori yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan,

10 untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Medan (UNIMED). 3. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi peneliti lain pada masalah yang sama atau berkaitan dengan masalah yang sama pada kecamatan yang sama.