RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH



dokumen-dokumen yang mirip
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Pemerintah Provinsi Bali

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

SUMMARY RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA BARAT (PROVINCIAL GOVERNMENT ACTION PLAN) TAHUN 2011

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH JEMBER TAHUN ANGGARAN 2016

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PENANAMAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Komplek Perkantoran Jl.

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

ANALISIS KEMANDIRIAN FISKAL DALAM UPAYA MENDUKUNG PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB V PENDANAAN DAERAH

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018

Daftar Tabel Data Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

8.1. Keuangan Daerah APBD

D A F T A R I S I Halaman

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2015

[A.1] PENYUSUNAN KUA DAN PPAS. 1. Berdasarkan Peraturan Gubernur tentang RKPD dan Peraturan Menteri Dalam

BAB III ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Merangin. Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Pertumbuhan yang telah dicapai dari berbagai kebijakan akan memberi dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, dan mengurangi angka pengangguran

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

Analisis Isu-Isu Strategis

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA Catatan atas Laporan Keuangan Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014 dan 2013

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

kapasitas riil keuangan daerah dapat dilihat pada tabel berikut:

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI KALBAR

BAB 2. Kecenderungan Lintas Sektoral

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Transkripsi:

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 1. Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kondisi makro ekonomi Kabupaten Kebumen Tahun 2010 mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan hasil perhitungan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan Tahun 2000, pertumbuhan ekonomi Tahun 2010 mencapai 4,15% (empat koma lima belas persen), lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 3,94% (tiga koma sembilan puluh empat persen). Namun demikian, pada Tahun 2011, diperkirakan pertumbuhan ekonomi hanya berkisar di angka 4,04% (empat koma nol empat persen). Bila laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kebumen digunakan sebagai dasar dalam evaluasi kinerja sektor-sektor ekonomi, maka kinerja per sektoral dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu : a. Kelompok pertama adalah sektor yang berhasil mencapai pertumbuhan di atas rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kebumen, terdiri dari sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan dan sektor pengangkutan dan komunikasi. b. Kelompok kedua adalah sektor yang berhasil mencapai pertumbuhan positif walaupun masih di bawah rata-rata, terdiri dari sektor pertanian serta sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Inflasi Tahun 2011 mencapai 4,52% (empat koma lima puluh dua persen) (y-o-y), lebih rendah dari tahun sebelumnya yang berada pada level 8,08% (delapan koma nol delapan persen). Struktur ekonomi suatu daerah terlihat dari distribusi sektoral masing-masing lapangan usaha. Pada Tahun 2011, Kabupaten Kebumen masih didominasi oleh sektor agraris. Hal ini ditandai dengan kontribusi sektor pertanian terhadap total Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan Tahun 2011 masih cukup tinggi, yaitu sebesar 37,10 % (tiga puluh tujuh koma sepuluh persen), walaupun nampak adanya tren penurunan dari tahun-tahun sebelumnya. Jika melihat konfigurasi distribusi sektoral di Kabupaten Kebumen Tahun 2010 dan 2011, tidak terlihat adanya pergeseran struktur ekonomi, di mana sektor primer masih mendominasi. Sehingga pertumbuhan ekonomi yang didasarkan pada perubahan struktural tidak terjadi. Dilihat dari produktivitas sektoral, sektor pertanian merupakan sektor yang paling tidak efisien. Hal ini ditunjukkan

oleh rasio nilai tambah bruto sektor pertanian dengan tenaga kerja yang terlibat nilainya sangat kecil yaitu hanya Rp.3.192.910,00 (tiga juta seratus sembilan puluh dua ribu sembilan ratus sepuluh rupiah) per tahun atau sebesar Rp.266.080,00 (dua ratus enam puluh enam ribu delapan puluh rupiah) per bulan per tenaga kerja. Sedangkan sektor yang paling efisien atau yang paling tinggi tingkat produktivitasnya adalah sektor pengangkutan dan komunikasi yaitu sebesar Rp.16.291.440,00 (enam belas juta dua ratus sembilan puluh satu ribu empat ratus empat puluh rupiah) per bulan per tenaga kerja, diikuti oleh sektor konstruksi, sektor industri pengolahan, jasa-jasa dan sektor perdagangan hotel dan restoran masing-masing sebesar Rp.12.650.000,00 (dua belas juta enam ratus lima puluh ribu rupiah), Rp.8.427.000,00 (delapan juta empat ratus dua puluh tujuh ribu rupiah), Rp.6.253.220,00 (enam juta dua ratus lima puluh tiga ribu dua ratus dua puluh rupiah), dan Rp.4,368.080,00 (empat juta tiga ratus enam puluh delapan ribu delapan puluh rupiah). Terjadi penurunan pada jumlah penduduk miskin di Kabupaten Kebumen. Prosentase jumlah penduduk miskin adalah sebesar 22,71% (dua puluh dua koma tujuh puluh satu persen) dari jumlah penduduk Tahun 2010. Berbeda halnya dengan jumlah pengangguran di Kabupaten Kebumen, yang menurut data statistik mengalami kenaikan. Pada Tahun 2011, jumlah pengangguran adalah 37.385 (tiga puluh tujuh ribu tiga ratus delapan puluh lima) orang. Jika dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kebumen selama tiga tahun terakhir, kinerja beberapa sektor ekonomi menunjukkan pertumbuhan yang melambat. Salah satunya adalah sektor pertanian yang merupakan sektor penyerap tenaga kerja terbesar. Anomali cuaca sebagaimana disebut di atas, selain berpengaruh terhadap sub sektor tanaman pangan, sub sektor perikanan juga terkena dampak dari anomali tersebut karena hasil tangkapnya yang menurun. Pendapatan masyarakat di Kabupaten Kebumen secara umum dapat dilihat dari besaran pendapatan per kapita. Angka tiga tahun terakhir, dari Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2011 selalu meningkat. Berdasarkan harga konstan Tahun 2000, Tahun 2011 pendapatan per kapita masyarakat Kebumen sebesar Rp. 2.422.794,86 (dua juta empat ratus dua puluh dua ribu tujuh ratus sembilan puluh empat koma delapan puluh enam rupiah), naik dari pendapatan perkapita pada Tahun 2010 sebesar Rp. 2.347.458,71 (dua juta tiga ratus empat puluh tujuh ribu empat ratus lima puluh delapan koma tujuh puluh satu rupiah). Adapun pencapaian indikator-indikator makro ekonomi regional Tahun 2010-2013 dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini :

Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Kebumen Tahun 2010-2013 REALISASI TAHUN BERTAMBAH/ PROYEKSI TAHUN NO. INDIKATOR MAKRO SATUAN 2010 2011* (BERKURANG) 2012 2013 1. PDRB (Harga Berlaku) (Rp) Juta 6.484.032,52 7.062.781,00 629,891.34 7,743,692.84 8,513,535.94 2. PDRB (Harga Konstan) (Rp) Juta 2.945. 829,46 3,064,715,00 118,885.54 3,190,368.32 3,324,682.82 3. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi/PDRB % 10.74 8.74-2 9.83 9.94 Harga Berlaku 4. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi/PDRB % 4.15 4.04-0.11 4.1 4.21 Harga Konstan Tahun 2000 5. Tingkat Inflasi % 8.08 4.52-3.08 5.5. 5.5 6. Struktur PDRB Pendekatan Produksi atau Sektoral a.pertanian % 37,28 37.1-0.18 36.79 38.15 b.pertambangan dan Penggalian % 7,16 7.31 0.15 7.43 7,89 c.industry Pengolahan % 9,95 10.04 0.09 10.09 10.61 d.listrik, Gas dan Air Bersih % 0,74 0.74 0 0.74 0.77 e. Konstruksi % 3,72 3.69-0.03 3.65 3.78 f. Perdagangan, Hotel dan Restoran % 11,33 11.32-0.01 11.27 11.76 g.pengangkutan dan Komunikasi % 4,55 4.58 0.03 4.59 4.81 h.keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan % 4,51 4.44-0.07 4.36 4.49 i. Jasa-Jasa % 20,75 20.73-0.02 20.66 21.52 7. Produktivitas Sektoral yang merupakan rasio antara Nilai Tambah Bruto (NTB) setiap sektor terhadap jumlah tenaga kerja di sektor yang bersangkutan a. Sektor Pertanian (Rp) 3.192,91 3.265.60 72.69 3.338,28 3.410,96 b. Sektor Industri Pengolahan (Rp) 8.427,35 8.439,91 12.56 8.452,46 8.465,02 c. Sektor Konstruksi (Rp) 12.650,07 12.685,84 35.77 12.721,60 12.757,37 d. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (Rp) 4.368,08 4.513,06 144.98 4.658,03 4.803,01 e. Sektor Angkutan dan Komunikasi (Rp) 16.291,44 16.984,71 693.27 17.605,98 18.263,25 f. Sektor Jasa-jasa (Rp) 6.253,82 6.825,27 571.44 7.396,72 7.968.17

NO. INDIKATOR MAKRO SATUAN REALISASI TAHUN BERTAMBAH/ PROYEKSI TAHUN 2010 2011* (BERKURANG) 2012 2013 8. Struktur PDRB Pendekatan Pengeluaran (Konsumsi Rumah Tangga, Konsumsi Pemerintah, Investasi, dan Kegiatan Perdagangan Luar Negeri) 9. Besaran ICOR (Incremental Capital Out Ratio) % 4 4 0 4 4 10. Jumlah Penduduk Miskin % 22,71 21,37 (1,34) 20,03 19,37 11. Jumlah Pengangguran Persen 8,02 7,125 (0,895) 7,85 8,02 12. Disparitas Pendapatan Regional yang dilihat dari perbedaan : a. Pendapatan Perkapita (Rp) 2.347.458,71 2.422.794,86 72.684.84 2.495.478,70 2.570.343,07 b. Kemampuan Investasi c. Besaran Indeks Pembangunan Manusia % 71.12 71.79 0.67 72.46 73.13 13. Berbagai macam besaran rasio dan perbandingan-perbandingan a. Pajak Daerah terhadap PDRB % 0,0018 0,0018 0 0,0018 0,0018 b. Biaya pendidikan, kesehatan, penelitian dan sebagainya terhadap PDRB c. Perbandingan Penerimaan Pemerintah Daerah (PAD dan Dana Perimbangan terhadap PDRB) Sumber : Data diolah Keterangan : *) Data Sementara % 0,12 0,12 0 0,12 0,12

2. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2013 dan Tahun 2014 Tantangan dan prospek perekonomian daerah Tahun 2013 dan Tahun 2014 didasarkan pada kajian analisis kondisi ekonomi makro saat ini dengan mempertimbangkan faktor internal dan eksternal yang terjadi di masa yang akan datang. Perekonomian di Kabupaten Kebumen pada Tahun 2013 tentunya tidak terlepas dari perekonomian nasional yang masih akan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pengelolaan arus modal (capital inflow) dan nilai tukar (exchange rate). Pasar bebas dan arus globalisasi perdagangan masih merupakan tantangan bagi kita untuk terus meningkatkan kualitas baik pada aspek produk maupun aspek sumber daya manusia. Krisis ekonomi yang mulai melanda sebagian Eropa dan bahkan Amerika dapat merupakan ancaman bagi perekonomian daerah, baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung. Setidaknya kelesuan ekonomi di kawasan Eropa dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional, yang akan berdampak pula pada pertumbuhan ekonomi daerah. Sementara itu, tingkat pengangguran dan angka kemiskinan di Kabupaten Kebumen yang masih cukup tinggi, memaksa pemerintah untuk terus meningkatkan laju pertumbuhan sektor riilnya. Hal yang harus menjadi perhatian sehubungan hal tersebut di atas, antara lain adalah perlunya pemerintah menciptakan iklim investasi yang semakin kondusif serta menyediakan sarana prasarana dan infrastruktur yang memadai. Hal ini diharapkan akan dapat merangsang sektor riil untuk terus bertumbuh. Dukungan pemerintah terhadap sektor berbasis pertanian dan industri kecil juga masih sangat dibutuhkan. Langkah yang juga perlu diupayakan adalah untuk terus menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan di kalangan masyarakat, sehingga masyarakat Kebumen akan mampu bertahan walau dalam guncangan krisis sekalipun. Pembangunan ekonomi Kabupaten Kebumen diarahkan pada pengembangan perekonomian berbasis pertanian yang didukung oleh Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi yang tangguh dan sinergis, dan peningkatan sarana parasarana pendukung perdagangan. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kebumen pada Tahun 2013 diproyeksikan 4,21% (empat koma dua puluh satu persen), sementara angka laju inflasi diperkirakan berada pada kisaran 5,5%-6,5% (lima koma lima persen sampai dengan enam koma lima persen), dengan perkiraan Incremental Capital Output Ratio sebesar 4 (empat) dan Produk Domestik Regional Bruto menurut lapangan usaha berdasarkan harga berlaku diprediksikan dapat mencapai kurang lebih Rp. 8.513.535.940.000 (delapan trilyun lima ratus tiga belas milyar lima ratus tiga puluh lima juta sembilan ratus empat puluh ribu rupiah).

Kebutuhan investasi Pembentukan Modal Tetap Bruto yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 4,21% (empat koma dua puluh satu persen) dengan asumsi ICOR 4 (empat) diperkirakan akan mencapai Rp.3.079.372.400.000,00 (tiga trilyun tujuh puluh sembilan milyar tiga ratus tujuh puluh dua juta empat ratus ribu rupiah). Investasi ini mencakup investasi swasta (perusahaan dan rumah tangga) sebesar 49,65% (empat puluh sembilan koma enam puluh lima persen), serta investasi pemerintah (Kabupaten) sebesar 50,35% (lima puluh koma tiga puluh lima persen). Untuk mendorong tercapainya pemenuhan kebutuhan investasi swasta dan berkembangnya sektor riil, diperlukan berbagai kebijakan pemerintah yang meliputi penciptaan iklim kondusif bagi dunia usaha, promosi terpadu, dorongan program intermediasi perbankan, kepastian hukum untuk dunia usaha, peningkatan produktivitas tenaga kerja, serta penyediaan infrastruktur yang memadai. B. Arah Kebijakan Keuangan Daerah 1. Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan Berdasarkan data series Tahun 2010-2012, secara keseluruhan pendapatan daerah mengalami peningkatan dengan persentase kenaikan yang cenderung fluktuatif. Dari berbagai komponen pendapatan daerah, sumber utama penerimaan daerah adalah Dana Perimbangan. Hal menjadi sebuah rambu-rambu peringatan bagi Pemerintah Daerah mengenai perlunya upayaupaya terobosan untuk mencari sumber-sumber alternatif pendapatan lainnya yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi sumber penerimaan daerah, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap Dana Perimbangan. Sebaliknya, dari tahun ke tahun penerimaan daerah yang berasal Pendapatan Asli Daerah menunjukkan kecenderungan pertumbuhan yang cenderung menurun. Hal ini, antara lain disebabkan oleh pemanfaatan sumber-sumber potensi Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Kebumen yang sudah mengalami kejenuhan, seperti contoh potensi sumber daya alam yang menjadi sumber pendapatan daerah dari Bahan Galian C seperti batu kali, pasir dan hasil tambang lainnya di daerah utara Kabupaten Kebumen, yang saat ini lebih banyak memberi akses negatif dengan biaya ekonomi tinggi yang diakibatkan oleh rusaknya lingkungan dan prasarana wilayah, bila dibandingkan dengan pendapatan daerah yang diterima. Proporsi Pendapatan Asli Daerah terhadap pendapatan daerah turun dari 6,01% (enam koma nol satu persen) pada Tahun 2010 menjadi sebesar 6,00% (enam koma nol persen) pada Tahun 2012. Sementara proporsi Dana Perimbangan pada Tahun 2010 sebesar 77,18% (tujuh puluh tujuh koma delapan belas persen) naik menjadi 79,85% (tujuh puluh sembilan koma delapan puluh lima persen) pada Tahun 2012. Secara rata-rata, peningkatan Pendapatan Asli Daerah selama kurun waktu Tahun 2010-2012 sebesar 8,68% (delapan koma enam puluh delapan persen),

sedangkan dana perimbangan rata-rata naik sebesar 12,32% (dua belas koma tiga puluh dua persen). Realisasi pendapatan Tahun 2010-2011 dan target pendapatan daerah dalam kurun waktu Tahun 2012-2014, tercantum pada tabel berikut :

NO. URAIAN Tabel 3.2. Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Kabupaten Kebumen Tahun 2010-2014 JUMLAH REALISASI TAHUN 2010 REALISASI TAHUN 2011 TAHUN 2012 PROYEKSI/ TARGET TAHUN 2013 PROYEKSI/ TARGET TAHUN 2014 1.1 Pendapatan Asli Daerah 58.742.305.659 73.415.428.031 79.175.978.000 87.131.917.937 95.211.869.479 1.1.1 Pajak Daerah 12.765.969.116 17.326.903.745 17.665.000.000 20.433.533.912 22.883.049.354 1.1.2 Retribusi Daerah 35.326.711.417 16.479.814.297 21.489.931.000 25.006.180.876 29.518.341.970 1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan 1.957.480.427 2.754.419.696 2.900.352.000 3.163.799.907 3.635.235.693 Daerah yang Dipisahkan 1.1.4 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 8.692.144.699 36.854.290.293 37.120.695.000 38.528.403.242 39.175.242.461 1.2 Dana Perimbangan 754.913.123.541 856.994.931.591 1.053.257.905.000 1.198.355.083.500 1.268.563.847.909 1.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi 46.296.623.541 45.863.492.591 46.932.568.000 47.034.225.380 47.780.828.113 Hasil Bukan Pajak 1.2.2 Dana Alokasi Umum 642.797.600.000 731.980.739.000 906.222.007.000 1.051.217.528.120 1.120.679.689.796 1.2.3 Dana Alokasi Khusus 65.818.900.000 79.150.700.000 100.103.330.000 100.103.330.000 100.103.330.000 1.3 Lain-Lain Pendapatan Daerah 164.441.772.272 342.767.527.075 186.632.797.000 251.915.698.731 197.199.811.462 yang Sah 1.3.1 Hibah 41.878.372.450 117.637.460.200 724.165.000 - - 1.3.2 Dana Darurat - - - - - 1.3.3 Bagi Hasil Pajak dari Provinsi 29.624.781.239 39.736.748.669 29.241.213.000 34.886.802.731 40.532.392.462 dan dari Pemerintah Daerah Lainnya 1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 70.683.265.800 95.198.962.400 102.908.755.000 163.270.232.000 163.270.232.000

NO. URAIAN 1.3.5 Bantuan Keuangan dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya 1.3.6 Bagi Hasil Retribusi dari Provinsi REALISASI TAHUN 2010 REALISASI TAHUN 2011 JUMLAH TAHUN 2012 PROYEKSI/ TARGET TAHUN 2013 PROYEKSI/ TARGET TAHUN 2014 21.900.362.000 90.070.390.000 53.708.165.000 53.708.165.000 53.708.165.000 354.990.783 123.965.806 50.499.000 50.499.000 50.499.000 Jumlah Pendapatan Daerah 978.097.201.472 1.273.177.886.697 1.319.066.680.000 1.537.402.700.169 1.621.337.005.850 Sumber : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Kebumen, Tahun 2012 (Data Diolah)

Untuk Tahun 2013, pendapatan daerah diproyeksikan mencapai Rp.1.537.402.700.169,00 (satu trilyun lima ratus tiga puluh tujuh milyar empat ratus dua juta empat ratus delapan puluh ribu sembilan puluh sembilan rupiah), dibandingkan target Tahun 2012 sebesar Rp.1.319.066.680.000,00 (satu trilyun tiga ratus sembilan belas milyar enam puluh enam juta enam ratus delapan puluh rupiah), maka terdapat peningkatan pendapatan daerah sebesar 16,55% (enam belas koma lima puluh lima persen). Proyeksi pendapatan daerah Tahun 2013 ini telah mempertimbangkan peningkatan penerimaan dari sektor pajak daerah yang mengalami kenaikan tarif atau pergeseran sesuai dengan Undang-Undang 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dana perimbangan serta bagi hasil pajak dari Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang dikelola oleh Kabupaten Kebumen. 2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah a. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah Kebijakan Keuangan Daerah Tahun 2013 diarahkan melalui upaya peningkatan pendapatan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah dan dana perimbangan. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk meningkatkan pendapatan daerah antara lain : 1) meningkatkan Pendapatan Daerah dengan intensifikasi dan ekstensifikasi; 2) meningkatkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah dalam upaya peningkatkan kontribusi secara signifikan terhadap Pendapatan Daerah; 3) memantapkan Kelembagaan dan Sistem Operasional Pemungutan Pendapatan Daerah; 4) meningkatkan koordinasi secara sinergis di bidang Pendapatan Daerah dengan Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Satuan Kerja Perangkat Daerah Penghasil; dan 5) meningkatkan pengelolaan asset dan keuangan daerah. Adapun kebijakan pendapatan untuk meningkatkan Dana Perimbangan sebagai upaya peningkatan kapasitas fiskal daerah adalah dengan meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dalam perencanaan dan pelaksanaan Dana Perimbangan. b. Arah Kebijakan Belanja Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Pada dasarnya terdapat dua jenis belanja menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, yaitu belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung

merupakan belanja yang tidak memiliki keterkaitan secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang meliputi belanja pegawai, belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga. Belanja langsung merupakan belanja yang memiliki keterkaitan secara langsung dengan program dan kegiatan yang meliputi belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal. Selama kurun waktu Tahun 2010-2012, Belanja Tidak Langsung yang terdiri dari belanja pegawai dan tunjangan, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan kabupaten/kota, belanja sosial, belanja subsidi, dan belanja hibah, menunjukkan tren yang terus meningkat persentasenya. Sementara itu, pada Belanja Langsung, untuk belanja pegawai dan belanja modal menunjukkan tren peningkatan yang berfluktuasi, sedangkan untuk barang dan jasa menunjukkan tren yang terus meningkat. Dalam kurun waktu tersebut, terlihat bahwa komposisi rata-rata Belanja Tidak Langsung adalah 73,69% (tujuh puluh tiga koma enam puluh sembilan persen) dan Belanja Langsung sebesar 26,31% (dua puluh enam koma tiga puluh satu persen). Dengan kecenderungan semakin meningkatnya kebutuhan belanja pegawai (gaji dan tunjangan), pemenuhan belanja pelayanan administrasi perkantoran (fixed cost), belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan, serta pemenuhan dana cadangan daerah, di sisi lain peningkatan pendapatan daerah tidak sebanding dengan kebutuhan belanja daerah, mengakibatkan kemampuan riil keuangan daerah cenderung semakin menurun. Di sisi yang lain, Pemerintah Kabupaten Kebumen, juga memiliki kewajiban untuk melaksanakan kegiatan multiyears dan melaksanakan program-program yang terutama berorientasi pada peningkatan kesejahteraan serta perekonomian masyarakat Kabupaten Kebumen, sehingga pencapaian target Indeks Pembangunan Manusia dan Millenium Development Goal s dapat tercapai sesuai yang direncanakan. Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah Tahun 2013 disusun dengan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan dengan memperhatikan prestasi kerja setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsinya. Ini bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanan anggaran serta menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran dalam belanja program/kegiatan. Kebijakan belanja daerah Tahun 2013 tetap diarahkan untuk mendukung pencapaian target menjadi daerah agrobisnis, diperlukan perencanaan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pencapaian

agrobisnis. Dengan perencanaan anggaran yang konsisten dan fokus, diproyeksikan pencapaian target menjadi daerah agrobisnis tercapai pada Tahun 2025. Perencanaan pembangunan yang mendukung pencapaian daerah agrobisnis diarahkan untuk memperkuat peningkatan sumber daya manusia, ekonomi, infrastruktur, dan suprastruktur. Kebijakan belanja daerah Tahun 2013 diupayakan dengan pengaturan pola pembelanjaan yang proporsional, efisien dan efektif, antara lain : 1) tujuan utama pengalokasian anggaran adalah untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat oleh karena itu akan terus dilakukan peningkatan program-program yang berorientasi pada masyarakat dan berupaya melaksanakan realisasi belanja daerah yang efektif dan efisien, dengan mendorong proses penetapan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah secara tepat waktu; 2) meningkatkan kualitas belanja daerah melalui pola perencanaan dan penganggaran yang berbasis kinerja dengan pendekatan prioritas pembangunan yang disertai sistem pelaporan yang makin akuntabel; 3) mengalokasikan kebutuhan belanja fixed cost, regular cost, dan variable cost secara terukur dan terarah, yaitu: a) pemenuhan kebutuhan dasar dalam menjamin keberlangsungan operasional kantor; b) pengalokasian kebutuhan belanja kegiatan yang bersifat rutin sebagai pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang meliputi kegiatan koordinasi, fasilitasi, konsultasi, sosialisasi, pengendalian dan evaluasi, dan perencanaan; dan c) pengalokasian kebutuhan belanja kegiatan yang mendukung program-program pembangunan yang menjadi prioritas tahun ketiga dalam tahapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2010-2015, antara lain : i. peningkatan kualitas sumber daya manusia; ii. peningkatan sarana dan prasarana dasar wilayah; iii. Peningkatan Kelompok Usaha Bersama Masyarakat; dan iv. Penyiapan Jaringan Kerja untuk Upaya Pemasaran d) pengalokasian kebutuhan anggaran kegiatan multiyears yang diprioritaskan untuk dilaksanakan pada Tahun 2013. Realisasi belanja daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2010-2011 dan target Tahun 2012-2014 selengkapnya dapat dilihat dalam tabel 3.3 sebagai berikut :

NO. URAIAN Tabel 3.3. Realisasi dan Proyeksi/Target Belanja Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2010-2014 JUMLAH REALISASI TAHUN 2010 REALISASI TAHUN 2011 APBD TAHUN 2012 PROYEKSI/ TARGET PADA TAHUN 2013 PROYEKSI/ TARGET PADA TAHUN 2014 2.1 Belanja Tidak Langsung 2.1.1 Belanja Pegawai 690.003.199.565 769.462.896.120 872.185.489.000 1.021.807.199.414 1.037.199.443.087 2.1.2 Belanja Bunga - - - - - 2.1.3 Belanja Subsidi - - - - - 2.1.4 Belanja Hibah 21.251.590.969 9.231.600.500 58.954.022.000 1.300.000.000 1.300.000.000 2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 32.901.266.268 33.933.371.467 27.087.663.000 47.914.712.000 45.601.454.000 2.1.6 Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa 2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/ Kota dan Pemerintahan Desa 937.174.633 1.657.643.970 2.147.950.000 2.147.950.000 2.147.950.000 38.139.252.004 40.441.489.335 50.923.864.000 57.499.500.000 57.499.500.000 2.1.8 Belanja Tidak Terduga - - 500.000.000 2.508.750.329 500.000.000 Jumlah Belanja Tidak Langsung 783.232.483.439 854.727.001.392 1.011.798.988.000 1.132.458.111.743 1.144.248.347.087 2.2 Belanja Langsung 2.2.1 Belanja Pegawai 28.683.871.435 41.957.268.890 39.578.160.000 48.152.553.523 56.204.697.329 2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 79.363.841.373 133.782.040.669 106.573.490.000 153.535.896.025 179.210.403.890 2.2.3 Belanja Modal 118.771.773.531 188.374.188.141 220.424.037.000 216.188.956.452 252.340.405.112 Jumlah Belanja Langsung 226.819.486.339 364.113.497.700 366.575.687.000 417.877.406.000 487.755.506.331 Sumber Total Belanja 1.010.051.969.778 1.218.840.499.092 1.378.374.675.000 1.550.335.517.743 1.632.003.853.418 : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2011, Data Diolah

Sedangkan prediksi persentase pagu indikatif belanja langsung berdasarkan urusan kewenangan Pemerintah Daerah Tahun 2013 dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 3.4. Prediksi Persentase Pagu Indikatif Belanja Langsung Berdasarkan Urusan Kewenangan Pemerintah Daerah Tahun 2013 NO. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH PERSENTASE Non Urusan (Rutin) 18,71 Urusan Wajib 1 Pendidikan 18,76 2 Kesehatan 24,64 3 Pekerjaan Umum 13,90 4 Perumahan Rakyat 1,77 5 Penataan Ruang 0,04 6 Perencanaan Pembangunan 0,82 7 Perhubungan 0,41 8 Lingkungan Hidup 1,02 9 Pertanahan 0,02 10 Kependudukan dan Catatan Sipil 1,19 11 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 0,10 12 Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera 0,54 13 Sosial 0,28 14 Ketenagakerjaan 0,21 15 Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 0,23 16 Penanaman Modal 0,02 17 Kebudayaan 0,02 18 Pemuda dan Olahraga 0,16 19 Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri 1,19 20 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi 4,84 Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian 21 Ketahanan Pangan 0,75 22 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 0,58 23 Statistik 0,14 24 Kearsipan 0,02 25 Komunikasi dan Informatika 0,64 26 Perpustakaan 0,07 Urusan Pilihan 1 Pertanian 0,92 2 Kehutanan 0,41 3 Energi dan Sumberdaya Mineral 2,60 4 Pariwisata 0,76 5 Kelautan dan Perikanan 1,24 6 Perdagangan 2,90 7 Industri 0,06 8 Ketransmigrasian 0,05

3. Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah Pembiayaan daerah meliputi penerimaan pembiayaan daerah dan pengeluaran pembiayaan daerah. Kebijakan pembiayaan daerah timbul karena jumlah pengeluaran lebih besar daripada penerimaan sehingga terdapat defisit. Sumber penerimaan pembiayaan daerah berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, transfer dari dana cadangan, penyertaan modal, pembayaran hutang pokok yang jatuh tempo. Struktur pembiayaan daerah Kabupaten Kebumen pada Tahun 2013 untuk sumber penerimaan tidak hanya berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu saja, namun juga harus diupayakan untuk mendapatkan sumber-sumber lain seperti telah disebutkan di atas. Sedangkan untuk pengeluaran pembiayaan daerah direncanakan antara lain terdiri dari penyertaan modal, pembayaran pokok utang yang jatuh tempo, dan pemberian pinjaman daerah. Untuk meningkatkan potensi pembiayaan daerah yang diarahkan untuk pendanaan pembangunan yang berorientasi profit, Pemerintah Kabupaten Kebumen terus melakukan langkahlangkah penguatan kapasitas Satuan Kerja Pemerintah Daerah dan Badan Usaha Milik Daerah. Pertimbangan untuk melakukan langkah-langkah tersebut antara lain : a. dalam upaya meningkatkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah Kabupaten Kebumen, maka dialokasikan dana penyertaan modal kepada Badan Usaha Milik Daerah sesuai dengan kebutuhan, kebijakan Pemerintah Daerah dan ketersediaan dana. Penyertaan modal ini telah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penyertaan Modal Daerah Pemerintah Kabupaten Kebumen kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kabupaten Kebumen; b. Pemerintah Daerah dapat melakukan akselerasi/percepatan pembangunan (khususnya melalui peningkatan pelayanan publik); c. adanya unsur keterlibatan/peran serta masyarakat dalam pembangunan daerah akan menjadi daya dukung tersendiri bagi Pemerintah Daerah; dan d. peningkatan ekonomi daerah melalui penyediaan layanan umum yang menunjang aktivitas perekonomian. Hasil analisis dan perkiraan sumber-sumber penerimaan pembiayaan daerah dan realisasi serta proyeksi penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah selama kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir, proyeksi/target Tahun 2013 dan 2014 dalam rangka perumusan arah kebijakan pengelolaan pembiayaan daerah disajikan dalam tabel 3.4 berikut.

NO. URAIAN 3.1 Penerimaan Pembiayaan 3.1.1 Sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SILPA) Tabel 3.5. Realisasi dan Proyeksi/Target Pembiayaan Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2010-2014 JUMLAH REALISASI TAHUN 2010 REALISASI TAHUN 2011 TAHUN 2012 PROYEKSI/ TARGET PADA TAHUN 2013 PROYEKSI/ TARGET PADA TAHUN 2014 60.090.337.532 26.512.445.899 66.597.099.000 21.282.817.574 13.766.847.568 3.1.2 Pencairan dana cadangan - - - - - 3.1.3 Hasil penjualan kekayaan daerah - - - - - yang dipisahkan 3.1.4 Penerimaan pinjaman daerah 3.250.000.000 - - - - 3.1.5 Penerimaan kembali pemberian 3.250.000.000 335.342.500 - - - pinjaman 3.1.6 Penerimaan piutang daerah - - - - - Jumlah Penerimaan Pembiayaan 66.590.337.532 26.847.788.399 66.597.099.000 21.282.817.574 13.766.847.568 3.2 Pengeluaran pembiayaan 3.2.1 Pembentukan dana cadangan - - - - - 3.2.2 Penyertaan modal (investasi) daerah 1.587.000.000 1.250.000.000 4.400.000.000 8.350.000.000 3.100.000.000 3.2.3 Pembayaran pokok utang 3.250.000.000-2.889.104.000 - - 3.2.4 Pemberian pinjaman daerah 3.250.000.000 - - - - Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 8.087.000.000 1.250.000.000 7.289.104.000 8.350.000.000 3.100.000.000 Sumber Jumlah Pembiayaan Netto 58.503.337.532 25.597.788.399 59.307.995.000 12.932.817.574 10.666.847.568 : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Kebumen, Tahun 2012 (Data Diolah)

Pembiayaan daerah Kabupaten Kebumen dalam kurun waktu Tahun 2010-2014, memperlihatkan bahwa penerimaan pembiayaan daerah selama ini sebagian besar bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya. Besaran sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya yang relatif besar ini, terutama disebabkan karena efisiensi penggunaan anggaran. Besaran sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya Kabupaten Kebumen selama Tahun 2010-2012 menunjukkan kecenderungan/tren menurun, yang dapat diartikan bahwa deviasi/kesenjangan antara perencanaan pendapatan dan belanja daerah dengan pelaksanaannya semakin mengecil. Hal ini menunjukkan bahwa proses perencanaan daerah telah dilaksanakan secara lebih cermat sehingga tingkat pelaksanaannya berjalan lebih optimal.