ARAH DAN KEBIJAKAN FISKAL JANGKA MENENGAH 2015-2019



dokumen-dokumen yang mirip
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

RINGKASAN APBN TAHUN 2017

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

1. Tinjauan Umum

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

Perekonomian Suatu Negara

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN bulan April 2017

LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN bulan September 2017

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

Analisis Perkembangan Industri

BAB III PROSPEK EKONOMI TAHUN 2004

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010

BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

CATATAN ATAS ASUMSI MAKRO DALAM RAPBN

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2005

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

Laporan Perekonomian Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Pidato Presiden - Penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU APBN serta..., Jakarta, 16 Agustus 2016 Selasa, 16 Agustus 2016

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009

Kondisi Perekonomian Indonesia Terkini

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. KETERANGAN PERS Pokok-Pokok UU APBN-P 2016 dan Pengampunan Pajak

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

Perkembangan Ekonomi Terkini Dan APBN Januari 2016

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

SURVEI PERSEPSI PASAR

Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF SUMBER PEMBIAYAAN DALAM APBN

Diskusi Terbuka INFID

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Gambar...

BAB I PENDAHULUAN. Perumusan masalah menjelaskan mengenai butir-butir permasalahan yang akan

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Kondisi Perekonomian Indonesia

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko Kode Poss 38364

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu negara seperti Indonesia. Belanja Pemerintah tersebut dipenuhi

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kebijakan Penganggaran TA 2018

KEBIJAKAN EKONOMI INDONESIA

Mencari Harga BBM Yang Pantas Bagi Rakyat Indonesia

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

Subsidi dan Tata Kelola Keuangan Negara: Inefektif dan Manipulatif

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2007 REPUBLIK INDONESIA

STAN KEBIJAKAN FISKAL PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA. oleh: Rachmat Efendi

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2016 REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ARAH DAN KEBIJAKAN FISKAL JANGKA MENENGAH 2015-2019 Paparan Menteri Keuangan Rakorbangpus Penyusunan Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 Jakarta, 25 November 2014

TOPIK BAHASAN 1. Pendahuluan 2. Perkembangan Perekonomian Terkini dan Proyeksi Jangka Menengah 3. Arah dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal 2015-2019 4. Penutup 2

PENDAHULUAN 1. Dengan ditetapkannya Pemerintah Baru, perlu disusun RPJMN 2015-2019, sesuai dengan visi misi Presiden 2014-2019, dengan tetap memperhatikan tahapan pencapaian sasaran jangka panjang dalam RPJPN 2005-2025 2. RPJMN 2015-2019 harus sejalan dengan arah dan pokok-pokok kebijakan Fiskal jangka menengah 3. Kebijakan fiskal jangka menengah disusun dengan memperhatikan perkembangan dan proyeksi perkonomian, baik global maupun domestik 4. Arah Umum Kebijakan Fiskal 2015-2019 a. Stabilisasi makro & mendorong pertumbuhan ekonomi ; b. Redistribusi pendapatan; c. Penyediaan barang publik, meredam kegagalan pasar & mengantisipasi ketidakpastian ekonomi 3

2. Perkembangan Perekonomian Terkini dan Proyeksi Jangka Menengah

Dinamika perekonomian global berdampak pada ekonomi domestik, dengan prospek pertumbuhan di 2015 membaik 25 20 15 10 5 0-5 Pertumbuhan Vol Impor Mitra Dagang Utama RI (%) Tiongkok Euro area Japan ASEAN-5 2010 2011 2012 2013 2014f 2015f Tujuan Ekspor Non Migas RI (rata rata 2012-2013) Lainnya, 33.6% India, 8. 4% AS, 9.8% ASEAN, 20.2% Uni Eropa, 11.4% Tiongkok merupakan negara tujuan ekspor RI yang penting. Perlambatan ekonomi Tiongkok menimbulkan risiko bagi ekspor RI Tiongkok 13.9% Jepang, 11.0% Consensus forecast Agustus 2014 450 Investasi Ekuitas EM Asia (US$ Miliar) Investasi Portofolio Investasi Langsung 400 350 79 89 44 72 300 322 250 324 321 322 200 2012 2013 2014f 2015f Tren arus modal masuk ke emerging market cenderung menurun, mendorong persaingan likuiditas yang makin ketat. Risiko tapering off dan kenaikan FFR ke depan akan memperketat likuiditas dan arus modal masuk di EM, meskipun masih terdapat likuiditas yang berasal dari Eropa 5

Update Perekonomian Indonesia (1) Nilai Tukar IHSG Inflasi Indikator Harga Minyak Mentah Indonesia Kinerja Per 31 Desember 2013 : Rp12.171/USD depresiasi 19,54%(ytd) Per 2 Januari 2014: Rp12.160 depresiasi 0,09% (ytd) Per 24 November 2014: Rp12.122 apresiasi 0,55% (ytd) Periode 2 Jan 24 November 2014 Terkuat Rp11.271/USD -- Terlemah Rp12.267/USD Per 31 Desember 2013 : 4.274,18 melemah 0,98% (ytd) Per 2 Januari 2014: 4.327,27 menguat 15,5% (ytd) Per 21 November 2014: 5.112,05 menguat 19,60% (ytd) Periode 2 Jan 7 November 2014 Tertinggi 5.246,5 Terendah 4.175,81 Inflasi sepanjang tahun 2013 sebesar 8,38% (ytd, yoy), rata-rata inflasi 2013: 6,97%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata 2012: 4,28% (SBH 2007) Inflasi Oktober 2014 : 0,47% (mtm), 4,19% (ytd) atau 4,83% (yoy) Per Oktober 2014 ICP mencapai US$83,7 per barel Per Januari 2014 ICP mencapai US$105,8 per barel Rata-rata tahun 2013 sebesar US$105,9 per barel Arus Modal Masuk Total capital inflow 2013 sebesar Rp36,0T. Saham = net outflow 20,6T; SUN net inflow 53,3T; SBI = net inflow 3,3T. Selama Oktober 2014: Saham outflow Rp3,20 triliun, SUN Inflow Rp12,49 triliun Di pasar SUN, posisi kepemilikan asing per 19 November 2014 adalah sebesarrp464,18t Yield SUN Per 31 Des 2013: Yield SUN 10Y 8,47%, Yield SUN 5Y 8,07%. Per 2 Jan 2014: Yield SUN 10Y 8,57%, Yield SUN 5Y 8,09% Per 24 November 2014: Yield SUN 10Y 7,73%, Yield SUN 5Y 7,62% Periode 1 Jan 24 November 2014 : Yield SUN 10Y Tertinggi 9,18% -- Terendah 7,73% Yield SUN 5Y Tertinggi 8,67% -- Terendah 7,56% 6

Update Perekonomian Indonesia (2) Indikator Pertumbuhan PDB Investasi Langsung Perdagangan Internasional Neraca Pembayaran Kinerja Q3-2014: 5,01% (yoy) Q2-2014: 5,12% (yoy) Q1-2014: 5,21% (yoy). Sepanjang 2013 : 5,78% (yoy). PDB nonmigas 6,3%, PDB migas -2,8%. Sepanjang 2012 : 6,23% (yoy). PDB nonmigas 6,8%, PDB migas -3.3% Realisasi PMA/PMDN Q3 2014 mencapai Rp119,9T atau naik 16,34% (yoy) PMA : Rp78,3T naik 16,9%(yoy) PMDN : Rp41,6T naik 24,2%(yoy) Realisasi PMA/PMDN s.d. Triwulan III 2014 mencapai Rp342,7T atau naik 16,8% (yoy) PMA : Rp228,3T naik 14,6%(yoy) PMDN : Rp114,4T naik 21,6%(yoy) Jan Des 2013: Ekspor tumbuh -3.93% (yoy). Impor tumbuh -2,64% (yoy) September 2014 : Ekspor naik 3,87% (yoy) menjadi US$15,28 miliar, sementara impor turun 0,23% (yoy) menjadi US$15,55 miliar. Defisit neraca perdagangan sebesar US$270 juta. Jan-Sep 2014 : ekspor turun 0,93% (yoy) menjadi US$132,71 miliar, sementara impor turun 4,26% (yoy) menjadi US$134,37 miliar. Defisit perdagangan sebesar US$1,68 miliar. Pada Q1-2014, defisit transaksi berjalan kembali menyempit menjadi US$4.2 miliar (2.0% PDB) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar US$4.3 miliar (2.1% PDB). Surplus transaksi modal dan finansial turun menjadi US$7.8 miliar yang berasal dari defisit investasi lainnya. Q2 2014 surplus NPI meningkat dari US$2,1 miliar pada Q1 menjadi US$4,3 miliar. Membaiknya kinerja NPI tersebut ditopang oleh transaksi modal dan finansial yang mencatat peningkatan surplus yang signifikan. 7

Asumsi dasar ekonomi makro, 2014-2015 2014 2015 Indikator APBNP Outlook APBN Outlook a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,5 5,1 5,8 5,8 b. Inflasi (%, yoy) 5,3 7,3 4,4 4,7 c. Tingkat bunga SPN 3 bulan (%) 6,0 5,9 6,0 6,2 d. Nilai tukar (Rp/US$) 11.600 11.900 11.900 12.000 e. Harga Minyak Mentah Indonesia (US$/barel) 105 99 105 95 f. Lifting Minyak (ribu barel per hari) 818 798 900 900 g. Lifting Gas (ribu barel setara minyak per hari) 1.224 1.216 1.248 1.248 8

Pertumbuhan ekonomi Domestik dalam jangka menengah diperkirakan akan terus meningkat 14 12 10 8 6 5.176 4 2 0 12.768 6.221 Indikator Ekonomi Global 2.818 3.100 4.000 3.939 3.500 3.200 3.400 5.258 5.618 5.655 5.736 5.625 4.000 3.950 3.949 3.926 3.878 2010 2011 2012 2013 2014f 2015f 2016f 2017f 2018f 2019f Pertumbuhan Ekonomi Volume Perdagangan Membaiknya prospek ekonomi global ke depan akan turut mempengaruhi perkembangan ekonomi domestik Pemulihan ekonomi global dan stabilitas yang terjaga akan menciptakan permintaan pasar global yang kuat Perbaikan demand global turut mendorong peningkatan aktivitas perdagangan dunia. Stabilitas ekonomi global akan mampu menciptakan pasar keuangan dan likuiditas global yang lebih baik stabilitas arus modal dan nilai tukar antar negara 0.08 0.075 0.07 0.065 0.06 0.055 0.05 0.045 0.04 4.629% Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Outlook MTBF 6.224% 6.486% 6.264% 5.781% 5.300% 5.600% 5.900% - 6,5% 6.200% -7,0% 6.500% -7,4% 2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 2017* 2018* Peningkatan pertumbuhan ekonomi domestik ke depan dipengaruhi antara lain: Perbaikan kinerja neraca perdagangan Indoesia Membaiknya demand global dan MTP Meningkatnya peran ekspor manufaktur yang lebih berdaya saing Peningkatan kegiatan investasi Program dan pembangunan infrastruktur terus berjalan Pasar yang luas menjadi penarik minat investor Konsumsi dalam negeri yang tetap tinggi Stabilitas ekonomi Bonus Demografi dan Peningkatan Middle Income 9

0.09 0.08 0.07 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.01 0 2.780% Laju inflasi dalam jangka menengah diperkirakan mengalami penurunan selaras dengan lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan, sementara nilai tukar bergerak stabil dengan kecenderungan menguat 6.960% Inflasi: Outlook MTBF 3.790% 4.300% 8.380% 5.300% 4.400% 3.00% -5,0% 3.00% -5,0% 2.500% -4,5% 2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 2017* 2018* 12500 12000 11500 11000 10500 10000 9500 9000 8500 8000 10,408 Nilai Tukar: Outlook MTBF 9,087 8,779 9,384 10,452 11,700 11,900 11,400-12.000 11,200-11.800 11,000-11.600 2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 2017* 2018* Inflasi inti masih dapat dijaga stabil pada kisaran 4,2%, sementara tekanan inflasi yang bersumber pada volatile food dan administered price perlu dikendalikan agar tidak memberikan dampak negatif terhadap inflasi ke depan. Pemerintah terus meningkatkan koordinasi dengan Bank Indonesia untuk mengendalikan dampak potensi tekanan inflasi yang ada. Meningkatkan dan menjaga kelancaran arus distribusi barang kebutuhan (infrastruktur) Meningkatkan dan menjaga pasokan dan ketersediaan bahan pangan (program ketahanan pangan, operasi pasar) Melaksanakan pengendalian konsumsi energi guna mengurangi ketergantungan pada importasi BBM bersubsidi Nilai tukar dalam jangka menengah diperkirakan akan cenderung terapresiasi Perbaikan kinerja dan daya saing sektor riil akan berdampak positif pada posisi neraca perdagangan, dan pada gilirannya berdampak positif pada cadangan devisa dan nilai tukar Tingkat inflasi yang terjaga akan turut mengurangi risiko tekanan depresiasi Kepercayaan investor dan daya tarik perekonomian domestik terus mendorong terjadinya FDI Program program financial deepening dan financial inclusion akan mendorong peran pemupukan modal dalam negeri dan mengurangi ketergantungan modal asing, khususnya dalam pasar saham 10

0.08 0.07 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.01 0 4.800% Suku bunga SPN 3 Bulan dalam jangka menengah diperkirakan mengalami penurunan, sementara perkembangan harga ICP diperkirakan bergerak pada kisaran US$100-US$110 per barel serta memiliki ketidakpastian yang tinggi. Suku Bunga SPN 3 Bulan: Outlook MTBF 3.200% 4.500% 5.800% 6.200% 5,0% - 7,0% 5,0%- 7,0% 4,5% - 6,5% 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 2017* 2018* Penurunan suku bunga SPN 3 Bulan dalam jangka menengah dipengaruhi beberapa hal: Kesehatan fiskal dan stabilitas ekonomi yang semakin terjaga Perbaikan kinerja pasar uang dalam negeri, termasuk dampak financial deepening dan financial inclusion Masih tingginya minat investor pada instrumen obligasi negara 120 110 100 90 80 70 60 ICP: Outlook MTBF 112 113 106 105 105 110 100 79 62 2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 2017* 2018* Faktor yg mendorong kenaikan harga minyak: Kenaikan pertumbuhan ekonomi dunia terutama negara emerging market akan mendorong permintaan minyak Pasokan minyak non-opec relatif stabil Risiko geopolitik berasal dr ketegangan di Timur Tengah Faktor yg mendorong penurunan harga minyak: Kenaikan permintaan minyak akan mendorong kenaikan produksi OPEC Upaya-upaya untuk mengurangi efek negatif bahan bakar fosil Peran gas yang semakin besar sebagai sumber energi selain minyak Peningkatan pemakaian energi alternatif 11

1000 950 900 850 800 750 700 650 600 550 500 944 954 Selama beberapa tahun ke depan lifting minyak masih tetap dihadapkan dengan tantangan usia sumur minyak yang sudah tua, sementara lifting gas masih memiliki peluang yang cukup baik Lifting Minyak: Outlook MTBF 899 860 825 804 845 900 850 800 750 750 700 2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 2017* 2018* 1350 1300 1250 1200 1150 1100 1050 1000 1195 1224 Lifting Gas: Outlook MTBF 1269 1260 1215 1224 1248 1300 1250 1250 1225 1300 1250 2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 2017* 2018* Lifting minyak diperkirakan masih dapat meningkat hingga 2016 (bersumber pada puncak kapasitas Blok Cepu). Namun pada periode selanjutnya produksi akan menurun dan tidak mampu menutupi penurunan usia sumur-sumur lain yang sudah tua. Untuk meningkatkan kapasitas produksi dan lifting dibutuhkan penemuan sumur sumur minyak baru lain. Potensi lifting gas lebih baik, mengingat cadangan gas Indonesia yang masih besar 12

Asumsi dasar ekonomi makro, 2016-2019 Indikator 2016 2017 2018 2019 a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 6,3-6,9 6,8-7,4 7,2-7,8 6,7-8,3 b. Inflasi (%, yoy) 3,0-5,0 3,0-5,0 2,5-4,5 2,5-4,5 c. Tingkat bunga SPN 3 bulan (%) 5,0-7,0 5,0-7,0 4,5-6,5 4,5-6,5 d. Nilai tukar (Rp/US$) 11.750-12.150 11.700-12.100 11.650-12.050 11.600-12.000 e. Harga Minyak Mentah Indonesia (US$/barel) 85-105 86-106 87-107 87-107 f. Lifting Minyak (ribu barel per hari) 850-900 750-800 700-750 700-709 g. Lifting Gas (ribu barel setara minyak per hari) 1.250-1.280 1.225-1.300 1.250-1.300 1.265-1.272 13

3. Arah dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal 2015-2019

Formulasi Kebijakan Fiskal Dinamika Perekonomian Tantangan & Isu Strategis Sasaran & Target Pembangunan Arah Kebijakan Fiskal Menyediakan barang Stabilisasi makro publik, korektif 1 & Pertumbuhan 2 eksternalitas, kegagalan 3 ekonomi pasar, kepastian ekonomi Redistribusi pendapatan & perlindungan sosial 15

Potensi Indonesia untuk bertumbuh. Dengan sumber daya alam, usia penduduk produktif dan tenaga kerja terdidik, Indonesia memiliki potensi untuk lepas landas Jumlah Populasi besar, Peningkatan Angkatan Kerja Produktif Jumlah penduduk peringkat 4 dunia, Ekonomi terbesar di Asia Tenggara Bonus Demografi, peningkatan rasio angkatan kerja Bertumbuhnya kelompok Middle Income Keragaman budaya Sumber Daya Alam berlimpah Kinerja Makroekonomi yang stabil dan kuat Batubara, gas bumi, mineral Komoditi pertanian: CPO, karet Tanah yang subur dan laut yang kaya Pertumbuhan ekonomi relatif stabil di kisaran 6%, volatilitas pertumbuhan yang sangat rendah Investasi infrastruktur yang meningkat Tren peningkatan investasi langsung Laju inflasi yang cukup terkendali Pengelolaan Fiskal yang Prudent Defisit Anggaran Pemerintah 3% PDB Manajemen Pengelolaan Utang 16

Tantangan APBN (1) Pendapatan Negara 1. Target penerimaan perpajakan tahun 2011-2013 tidak tercapai, dan diperkirakan target tahun 2014 juga tidak tercapai. 2. Tax ratio berada pada kisaran 11-12% dari PDB 3. Potensi PNBP terutama di bidang SDA nonmigas (minerba dan perikanan) perlu digali 4. Lifting minyak cenderung menurun, namun lifting gas cenderung meningkat triliun rupiah 1600,0 18,49 penerimaan perpajakan tahun 2008-2015 persen 20,00 1400,0 18,00 1200,0 1000,0 13,31 14,11 14,51 11,06 11,26 15,44 15,54 15,67 15,79 15,83 12,21 12,38 12,38 11,77 11,90 16,00 14,00 12,00 800,0 10,00 600,0 400,0 609,2 658,7 619,9 652,0 743,3 723,3 878,7 873,9 980,5 1.016,2 1.077,3 1.148,4 1.246,1 1.380,0 8,00 6,00 4,00 200,0 2,00 0,0 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 APBNP APBN Target Realisasi Tax Ratio (%) Tax Ratio termasuk SDA migas dan Pajak Daerah (%) - - - 17

Tantangan APBN (2) Belanja Pemerintah Pusat 1. Fiscal space APBN masih terbatas: komposisi belanja negara didominasi oleh belanja mengikat yang bersifat wajib (seperti belanja pegawai, belanja barang operasional, subsidi, pembayaran bunga utang, dan transfer ke daerah). 2. Penyerapan anggaran belanja negara belum optimal nilai tambah terhadap ekonomi tidak seperti yang diharapkan 3. Kualitas belanja masih perlu ditingkatkan perbaikan struktur (efisien, produktif, risiko terkendali, dan berkelanjutan Transfer ke Daerah 1. Porsi PAD dalam APBD perlu ditingkatkan. 2. Peningkatan efektivitas dan kualitas Belanja Daerah. 3. Transparansi dan Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah perlu ditingkatkan. 2.500 2.000 1.500 1.000 500 0 82% 82% Komposisi Belanja Negara, 2008-2015 85% 85% 86% 77% 80% 80% 80% 89% 88% 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 APBNP 77% 91% 92% 80% 81% 2015 APBN Belanja Wajib Belanja Tidak Wajib Belanja Wajib (% thd BN) Belanja Wajib (% thd Pendapatan) Triliun Rupiah Perkembangan Belanja K/L 2010-2014 700 600 500 400 300 200 100 90,9 90,5 89,3 93,7 95,6 100% 50% 0% (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 *) Perkiraan Realisasi 2014 2010 2011 2012 2013 2014 * 0 18

Tantangan APBN (3) Defisit dan Pembiayaan 1. Menurunkan tingkat defisit APBN 2. Menurunkan rasio utang terhadap PDB 3. Pembiayaan anggaran dari non-utang semakin terbatas. 4. Keseimbangan primer dalam realisasi APBNP 2012-2013 negatif berdampak pada kesinambungan fiskal 6,1 24,4 (triliun Rp) (%) (%) 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 24,0 26,1 26,2 24,4 26,2 25,6 25,6 24,0 25,6 25,6 10 2011 2012 2010 2013 2011 2014 2012 2015 2013 2014 2015 erian Keuangan Rasio Utang terhadap PDB, 2010-2015 Outstanding Utang PDB Outstanding Rasio Utang thd PDB PDB (RHS) Rasio Utang thd PDB (RHS) Sumber: Kementerian Keuangan 27 25 23 21 19 17 15 Rp triliun 100 50 0-50 -100-150 -200-250 84.3 27 25 23-4.1 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 21-88.6 19 17 Keseimbangan Primer dan Surplus/Defisit, 2008-2015 5.2 41.5-46.8 8.9-84.4-52.8-153.3 Surplus/Defisit 15 Keseimbangan Primer -98.6-106.0-93.9-211.7-241.5-245.9 19

Arah dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBNP 2015 Pendapatan Negara a. Optimalisasi penerimaan perpajakan, melalui penggalian potensi penerimaan perpajakan secara sektoral b. Peningkatan PNBP SDA (mineral dan batu bara), perikanan, dan laba BUMN Belanja Negara a. Melanjutkan penghematan belanja tidak produktif seperti perjadin, konsinyering di hotel, dll b. Pendanaan atas program-program Presiden baru, khususnya untuk pembangunan infrastruktur dan program-program sosial (program keluarga produktif) c. Peningkatan alokasi DAK dan dana desa Defisit dan Pembiayaan Anggaran a. Defisit < 2,21 persen terhadap PDB (Defisit APBN 2015) b. Pengendalian rasio utang terhadap PDB c. Memanfaatkan pinjaman luar negeri secara selektif, terutama untuk bidang infrastruktur dan energi, dan mempertahankan kebijakan negative net flow. 20

Rencana Penggunaan Penghematan Subsidi BBM Bidang Fokus 1. Infrastruktur Pangan, Transportasi Publik, Energi, Maritim, dan Kelautan, Komunikasi dan informasi (mendukung e-government). 2. Pendidikan Meningkatkan Kualitas Pendidikan 3. Kesehatan Perbaikan coverage layanan (demand side), Perbaikan layanan kesehatan (supply side) 4. Perlindungan Sosial Membangun Keluarga Produktif, termasuk mempertahankan daya beli kelompok masyarakat miskin. Lanjutan kompensasi kenaikan harga BBM bersubsidi sekitar Rp14 T. 5. Transfer Ke Daerah Penguatan pembangunan Desa, dan Pembangunan daerah tertinggal. 6. Lain-lain Pengurangan carry over subsidi BBM dan listrik. Pengurangan defisit anggaran. 21

Arah dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal 2016-2019 a. Kebijakan Belanja Negara i. Pemantapan reformasi birokrasi dalam rangka peningkatan pelayanan publik ii. Mempertahankan kesejahteraan aparatur negara/pensiun dan efisiensi belanja barang (flat policy, pembatasan perjalanan dinas, seminar, konsinyering dan sejenis); iii. Penguatan Daya saing pembangunan Infrastruktur listrik, jalan, pelabuhan, bandara, irigasi) dan penguatan SDM (Pendidikan, Kesehatan, Ketenagakerjaan, UMKM); iv. Mendukung pencapaian kedaulatan Pangan dan energi mendorong produktifitas pertanian dan pengembangan energi baru dan terbarukan v. Mendukung Stabilisasi Pertahanan dan keamanan Nasional (Penegakan hukum, MEF dengan memberdayakan industri dalam negeri, Maritim) vi. Affirmative policy dukungan pembangunan didaerah perbatasan, terpencil dan terluar (infrastruktur, pendidikan, kesehatan) melalui peningkatan DAK vii. Dukungan pemenuhan secara bertahap amanat UU No.6 tahun 2014 (Dana Desa); b. Kebijakan Pendapatan Negara Perpajakan: tax ratio mengarah 16% (termasuk migas dan pajak daerah) Peningkatan PNBP: PNBP SDA, PNBP lainnya dan laba BUMN. c. Kebijakan Pembiayaan Anggaran Defisit ditargetkan terus menurun hingga 1% Primary balance positif. Rasio utang terhadap PDB menurun (sekitar 24% di 2019). 22

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR Pembangunan Infrastruktur diarahkan untuk mengatasi bottleneck infrastruktur dengan prioritas untuk mendukung pencapaian sasaran di bidang: 1. Pangan 2. Energi 3. Maritim dan Kelautan 4. Pariwisata Secara kewilayahan, pembangunan Infrastruktur diprioritaskan untuk kawasan: 1. Desa dan Perdesaan 2. Daerah Pinggir 3. Kawasan Timur Menggali potensi pendanaan dengan mengutamakan sumber-sumber pendanaan kreatif termasuk Kerjasama Pemerintah dan Swasta: 1. Partisipasi swasta 2. Peran aktif BUMN 3. APBN murni 23

PENUTUP 1. Diperkirakan kondisi perekonomian nasional akan membaik seiring dengan membaiknya perekonomian global, untuk itu perlu dilakukan stimulus melalui pembangunan infrastruktur, investasi, serta perbaikan iklim usaha dan investasi (one stop perijinan) 2. Perlunya koordinasi antara pihak-pihak yang terkait, dalam hal: a. Kesinambungan RPJMN 2015-2019 dengan RPJPN 2005-2025, dengan mempertimbangkan pencapaian visi misi Presiden baru (nawacita), serta b. Penyusunan sasaran-sasaran perekonomian jangka menengah c. Kebijakan-kebijakan strategis yang dapat berpengaruh terhadap kapasitas fiskal jangka menengah (seperti kebijakan bidang energi) d. Kesesuaian antara kebutuhan dan kapasitas pendanaan pembangunan jangka menengah 3. Perlunya meningkatkan sinkronisasi antara Perencanaan Pembangunan Nasional dengan Perencanaan Pembangunan Daerah 4. Dukungan segenap komponen Pemerintahan atas kebijakan-kebijakan peningkatan kualitas belanja negara (seperti pengalihan subsidi BBM, serta penghematan belanja pejalanan dinas, konsinyering kepada belanja-belanja yang lebih produktif) sangat diperlukan untuk efektivitas pelaksanaannya menjaga fiscal sustainability dalam jangka panjang 24

TERIMA KASIH 25

Dampak pada Pertumbuhan PDB 2014 Realisasi pertumbuhan PDB q1 q3 2014 q1: 5.21% q2: 5.12% q3: 5.01% Laju Pertumbuhan q1 - q3 2014: 5.1% Proyeksi pertumbuhan PDB 2014 setelah memperhitungkan dampak kenaikan harga serta kompensasi kenaikan harga BBM: 5.1% Dampak pada Pertumbuhan PDB 2015 DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI Kebijakan penyesuaian harga BBM Rp2000/liter (premium dan solar) saving sekitar Rp120 T (2014: Rp9.4 T dan 2015: 110.2 T) Selain itu juga dilakukan kebijakan penghematan belanja operasional (rapat, perjalanan dinas dll) Saving 2015: Rp110.2 T Infrastruktur dasar: Maritim Ketahanan Pangan Perlindungan Sosial: Kartu Indonesia Pintar Kartu Indonesia Sehat Kartu Keluarga Sejahtera Transfer ke Daerah Diantaranya Dana Desa Dengan realokasi belanja ke yang lebih produktif tersebut, pertumbuhan ekonomi 2015 diperkirakan dapat mencapai 5.8% Mengurangi Defisit APBN 26

DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI DAN KEMISKINAN.. (1) 4% 3% 3% 2% 2% 1% 1% 0% -1% -1% 1.03% 3.29% 1.12% 1.18% 2.09% 1.19% 2011 - J M M J INFLASI BULANAN (mtm) 2011-2015 23 Juni 2013 : Kenaikan harga BBM bersubsidi +33% 17 November 2014 : Kenaikan harga Premium +31% & Solar +36% S N 2012-J M M S N 2013-J M M S N 2014-J M M J J J %, mtm S N 2015-J yoy/eop: 3,79% 1. Dampak kenaikan harga BBM diperkirakan akan terdistribusi dalam 3 bulan, yaitu sebesar 2,52%. 2. Harga pangan merupakan salah satu komponen yang terpengaruh oleh kenaikan harga BBM. Dalam komponen poverty line, kontribusi pangan adalah 57%. Dengan demikian penduduk miskin merupakan kelompok masyarakat yang rentan terkena dampak kenaikan harga BBM terutama dari makanan. Untuk itu Pemerintah akan menjaga pasokan dan kelancaran distribusi bahan pangan dalam rangka menjaga inflasi bahan pangan. 3. Total jumlah penduduk miskin yang terjkena dampak kebijakan ini diperkirakan sebesar 64,3 juta atau setara dengan 15,5 juta RTS. 4. Untuk mengatasi dampak tersebut Pemerintah telah mendesain jaring pengaman sosial dalam bentuk program KIP, KIS, KKS, serta Kartu Simpanan Keluarga Sejahtera (KSKS) yang meliputi 15,5 juta RTS. 4,30% 8,38% Perkiraan :7,3%-7,6% Commodities Proportion (%) Consumer s Price Index Poverty Line Rice 5 29 Other foods 15 28 Processed food 17 8 Housing 26 17 Clothes 7 4 Health 4 3 Education 7 4 Transportation 19 7 Total 100 100 27

Inflasi (% dari periode sebelumnya) DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI DAN KEMISKINAN.. (2) 20 15 10 5 0 Poverty Basket 7.26 6.96 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Mar-13 Sep-13 3.97 CPI 5.9 7.85 5.02 PENDUDUK BERPENGHASILAN 40% TERBAWAH (PERKIRAAN) Pekerja Rentan: 47,3 juta Masy Miskin tanpa aset: 17 juta Sumber: Bappenas 28

Dampak Penyesuaian Harga BBM tahun 2014 Kenaikan tingkat Inflasi sekitar 2,52% dalam 3 bulan berjalan Pertumbuhan Ekonomi sekitar 5,1% dalam tahun 2014 Penghematan anggaran Subsidi BBM sekitar Rp9 T dalam tahun 2014, dan sekitar Rp90 T Rp140 T dalam tahun 2015 (tergantung asumsi harga minyak dan Kurs Rupiah) Perbaikan kualitas pembangunan nasional (memacu Pertumbuhan ekonomi, pengurangan Pengangguran dan Kemiskinan), peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan efisiensi kegiatan ekonomi nasional yang lebih sustainable dalam jangka panjang Perbaikan ketahanan Energi nasional Penghematan konsumsi BBM Pengurangan Impor BBM Memacu pengembangan energi alternatif (non BBM) 29