PERAN ARLI DALAM PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT YANG BERDAULAT DAN BERKELANJUTAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Luas Lautan Indonesia Total Indonesia s Waters a. Luas Laut Teritorial b. Luas Zona Ekonomi Eksklusif c.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Definisi dan Batasan Wilayah Pesisir

10. Pemberian bimbingan teknis pelaksanaan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di wilayah laut kewenangan daerah.

KONTRIBUSI UNTUK INDONESIA POROS MARITIM DUNIA. Kerangka Rencana Strategis Perum Perindo

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia

I. PENDAHULUAN. negara Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

CC. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN

UPAYA PENGEMBANGAN MINAPOLITAN KABUPATEN CILACAP MELALUI KONSEP BLUE ECONOMY

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

VI. KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT

POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

Terlaksananya kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan. Terlaksananya penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang memiliki pulau dengan panjang garis pantai

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan (sustainabel development) merupakan alternatif pembangunan yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah rumput laut. Rumput

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Berkembangnya perkebunan kopi dari waktu ke waktu dapat memunculkan kekhawatiran terhadap kelestarian kawasan hutan di Aceh Tengah dan Bener Meriah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional

PERATURAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 49/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumput laut. Menurut Istini (1985) dan Anggraini (2004),

Ekonomi Pertanian di Indonesia

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

I. PENDAHULUAN. Pengembangan kelapa sawit telah memberikan dampak yang sangat positif bagi

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 97/M-IND/PER/8/2010 TENTANG

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Pertanian (SIPP) yaitu: terwujudnya sistem pertanianbioindustri

BAB I PENDAHULUAN. karena PR mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu instansi tersebut.

SISTEM PENYULUHAN PERIKANAN MENUNJANG INDUSTRIALISASI KP SEJUMLAH MASUKAN PEMIKIRAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan

Sistem konektivitas pelabuhan perikanan untuk menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri pengolahan ikan

DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2017, No Perjanjian Perdagangan Internasional adalah perjanjian dalam bentuk dan nama tertentu yang dibuat secara tertulis untuk meningkatka

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2017 TENTANG TIM PERUNDING PERJANJIAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

Pemantapan Sistem Penyuluhan Perikanan Menunjang lndustrialisasi Kelautan dan Perikanan: Isu dan Permasalahannya serta Saran Pemecahannya 1

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

a. Pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dalam wilayah kewenangan kabupaten.

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan pasal 1 ayat (6) menyatakan bahwa buah lokal adalah semua jenis buahbuahan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG SISTEM BUDIDAYA PERTANIAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO

PENDAHULUAN. laut yang sangat besar untuk dikembangkan, luas potensi budidaya laut

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

PERAN ARLI DALAM PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT YANG BERDAULAT DAN BERKELANJUTAN SAFARI AZIS Ketua Umum Asosiasi Rumput Laut Indonesia Didirikan : 25 Mei 1989 Disahkan: Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 6 Tahun 2014 Anggota Luar Biasa (ALB) Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Bisik-bisik PRL Literasi CTI CFF # 2 : MENGELOLA RUANG LAUT UNTUK BUDIDAYA RUMPUT LAUT YANG BERDAULAT DAN BERKELANJUTAN DI KAWASAN SEGITIGA KARANG (CORAL TRIANGLE AREA) 29 Juni 2020

SEJARAH PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT INDONESIA Penelitian dan pengembangan budidaya rumput laut di kawasan Asia Tenggara dimulai pada awal tahun 1960an di Filipina ketika Prof. Maxwell Doty, University of Hawaii yang difasilitasi oleh perusahaan Amerika Serikat, Marine Colloids Corp. mencari sumber baru untuk Carrageenan. Budidaya rumput laut jenis Eucheuma cottonii (Kappaphycus alvarezii) diperkenalkan dan tidak berselang lama, pembudiyaan "carrageenophyte" berkembang dan menyebar ke seluruh wilayah Filipina.

ASOSIASI RUMPUT LAUT INDONESIA ARLI yang beranggotakan pembudidaya, pengolah/prosesor/industri, pedagang, eksportir, akademisi dan penggiat Rumput Laut merupakan wadah untuk : 1. Meningkatkan profesionalisme dan kemampuan anggota dalam menjalankan usaha, melakukan penelitian dan pengembangan serta menjalin kerjasama yang saling menguntungkan, adil dan wajar baik antar sesama anggota asosiasi dan fihak lainnya. 2. Melakukan koordinasi, komunikasi, konsultasi serta merupakan lembaga intermediasi kepentingan daya saing pelaku usaha Rumput Laut dari Hulu ke Hilir dengan institusi pendukung yakni Pemerintah dan lembaga lainnya serta membina hubungan kerjasama dengan luar negeri. 3. Menjalankan Misi Pembangunan Ekonomi, Kesejahteraan Rakyat dan Pengembangan Sumber Daya Alam serta Kelestarian Lingkungan.

ASOSIASI RUMPUT LAUT INDONESIA PEMBUDIDAYA PROSESOR (INDUSTRI PENGOLAH RUMPUT LAUT) EKSPORTIR ORGANISASI TERKAIT RUMPUT LAUT AKADEMISI Bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSKP) dan Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) berkaitan dengan sosialisasi dan pelatihan SKP (Sertifikat Kelayakan Pengolahan) dan HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) dan mewajibkan anggota ARLI yang merupakan pelaku usaha rumput laut untuk memiliki kedua sertifikat tersebut

PROGRAM KERJA ARLI 1. Menyelenggarakan edukasi, penyuluhan, latihan, seminar, kunjungan kerja dan konsultasi mengenai masaalah budidaya & pengolahan Rumput Laut, sertifikasi, perizinan serta hal-hal lain yang bermanfaat untuk anggota. 2. Memperluas hubungan kerjasama domestik maupun internasional. 3. Memberikan masukan kepada pemerintah dalam hal peraturan perundangan yang berkaitan dengan Daya Saing Industri (Hulu dan Hilir) Rumput Laut Nasional. 4. Memperjuangkan kepentingan dan melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan aspirasi yang tidak bertentangan dengan maksud dan tujuan organisasi. 5. Melakukan kegiatan Penelitian dan Pengembangan Rumput Laut secara mandiri bersama anggota, pemerintah beserta pemerintah provinsi, kabupaten dan kota disamping perguruan tinggi maupun lembaga / organisasi internasional.

PERAN ARLI DALAM PENGEMBANGAN HULU HILIR RUMPUT LAUT INDONESIA

PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT Pelatihan dan Pengembangan Budidaya Rumput Laut dalam rangka Program Ekonomi Hijau di Papua dan Papua Barat

PENGEMBANGAN DAN PENELITIAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT YANG MELIBATKAN WANITA DAN AKADEMISI

PERAN SERTA WANITA DALAM BUDIDAYA DAN PROSES PRODUKSI RUMPUT LAUT

SOSIALISASI DAN PELATIHAN

PERAN ARLI 23 rd International Seaweed Symposium, Jeju Island, Korea. ARLI participated in oral presentation to present the actual conditions of Indonesian Seaweed Hydrocolloids

Fuzhou Mengikuti Pameran Kelautan dan Perikanan atas Undangan dari Kedutaan melalui Atase Perdagangan dan bekerja sama dengan CAIA

Peningkatan Ekspor

ARLI berpartisipasi dalam misi Penyelenggaraan the 21 st International Seaweed Symposium (ISS) 2013 di Bali

ARLI berpartisipasi dalam misi Perdagangan, Investasi dan Pariwisata yang dipimpin langsung oleh Presiden RI, Bapak Joko Widodo di Beijing, Tiongkok pada tahun 2014.

ARLI menandatangani Nota Kesepahaman dengan Seaweed Industry Association of the Philippines di Manila pada tahun 2014

ARLI berpartisipasi dalam pelaksanaan the 7th ASEAN Seaweed Industry Club (ASIC) Meeting, di Makassar pada tahun 2015.

MEMPERJUANGKAN KEPENTINGAN INDUSTRI RUMPUT LAUT ARLI bersama dengan Kementerian dan Lembaga terkait serta para stakeholders dari Negara lain (MARINALG International, SIAP, ASIC, dll) saling bekerja sama untuk membela Karaginan dan Agar-agar supaya tetap dinyatakan sebagai bahan organik Evaluasi 5 tahunan terhadap karaginan dan agar-agar dari National List of USDA (United State Department of Agriculture) on seaweed-derived hydrocolloids (carrageenan and agar) as Organic Product (In April 2018, Carrageenan and Agar were relisted in the National List of USDA as Organic Product)

ARLI mengkampanyekan Indonesian Seaweed For The World dalam forum the 22nd International Seaweed Symposium (ISS) di Copenhagen, Denmark pada Juni 2016

Penandatanganan Nota Kesepahaman dengan China Algae Industry Association terkait Perdagangan, Penelitian dan Pengembangan Hulu dan Hilir pada tahun 2019.

ARLI berpartisipasi dalam misi Perdagangan, Investasi dan Pariwisata bersama Menteri Koordinator Kemaritiman dan Ketua Umum KADIN INDONESIA ke Washington DC, Amerika Serikat, 2017.

ARLI bersama KADIN INDONESIA mengikuti Rombongan Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM ke Republic of Nauru dan the States of Micronesia dalam rangka menjalin hubungan ekonomi dengan negara-negara Kepulauan Pasifik, 2018.

ARLI bersama KADIN INDONESIA mengikuti Rombongan Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM ke Republic of Nauru dan the States of Micronesia dalam rangka menjalin hubungan ekonomi dengan negara-negara Kepulauan Pasifik, 2018.

POTENSI GEOGRAFIS INDONESIA Keragaman rumput laut: 791 spesies berdasarkan Ekspedisi Siboga oleh Van Bosse (1899-1900) 201 spesies rumput laut hijau, 138 spesies rumput laut coklat dan 452 spesies rumput laut merah (Atmadja and van Rein, 2014) Letak geografis dan luas wilayah, jenis rumput laut yang beragam, perbedaan musim (barat dan timur) serta jumlah penduduk menjadikan Indonesia memiliki karakteristik khusus yang menunjang perkembangan produksi rumput laut di wilayah Coral Triangle.

Rumput Laut Komersil Indonesia Rumput laut yang dibudidayakan di Indonesia Perlu Diperhatikan Spesies rumput laut daerah tropis dan subtropis tidak sama. Contoh: Nori merupakan produk dari rumput laut subtropis (Pyropia) Eucheuma cottonii Eucheuma spinosum Gracilaria verrucosa Alga merah Alga merah Alga merah Yang belum/sudah mulai dibudidayakan di Indonesia Gelidium sp. Sargassum sp. Caulerpa sp. Codium sp. Ulva sp. Alga merah Alga coklat Alga hijau

Rumput Laut yang Dibudidaya Budidaya Rumput Laut jenis GRACILARIA sp. di tambak dan muara sungai [air payau] Budidaya Rumput Laut jenis KAPPAHYCUS sp./eucheuma sp. di pesisir pantai dan pulau [air asin]

Produk Turunan Rumput Laut (Potensi) Produk turunan Pemanfaatan global rumput laut terbesar adalah sebagai Hidrokoloid

Lokal dan Internasional

Mata Rantai Produksi, Pengolahan dan Aplikasi Hasil Olahan Rumput Laut sebagai Hidrokoloid ATC (Alkali Treated Cottonii) SRC (Semi Refined Carrageenan) Eucheuma Gracilaria Refined Carrageenan ATG (Alkali Treated Gracilaria) Agar-agar Sargassum Alginat & Fukoidan INOVASI (Research & Development)

RUMPUT LAUT SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN NASIONAL 1. Rumput laut merupakan penggerak utama (prime mover) perekonomian rakyat pesisir dan kepulauan 2. Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang memerlukan komoditas unggulan sebagai pemersatu bangsa Rumput Laut sebagai sumber kemakmuran dan pemersatu bangsa

DIMENSI RUMPUT LAUT SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN NASIONAL Ekosistem Biologi Sosial dan Ekonomi Sebagai referensi carbon credit Bersama mangrove sebagai penyeimbang zat hara Fast-renewable resource (45 hari) RUMPUT LAUT KOMODITAS STRATEGIS NASIONAL Bersifat artisanal dengan hak ulayat Non-corporate Perilaku tradisional Petani/pembudidaya merupakan owner Kesehatan Kaya vitamin, mineral dan serat Sifat fungsional yang unik sehingga bermanfaat bagi industri pangan dan non pangan Hukum dan Budaya Hukum sosial: Traditional Right Hukum corporate tidak berlaku Politik Pemersatu bangsa (tumbuh subur di daerah perbatasan atau pulaupulau terluar) Tolak ukur kedaulatan rakyat Areal pertahanan nasional * berdasarkan kajian dari Manajemen Sumber Daya Pantai, Universitas Diponegoro

BEBERAPA HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM INDUSTRI RUMPUT LAUT, YAITU : Faktor alam seperti kondisi cuaca berupa angin kencang, ombak tinggi, hujan dan adanya penyakit dapat mempengaruhi proses penanaman, pengeringan serta distribusi rumput laut kering. Hal ini kemudian akan mempengaruhi kualitas serta kuantitas rumput laut yang dihasilkan. Ancaman dari Amerika Serikat yang akan melakukan delisting Karaginan dan Agar dari daftar makanan organik perlu dicermati dan ditentang oleh pemerintah secara serius. Indonesia mengekspor rumput laut Eucheuma dan Gracilaria kering sebanyak 50% dari kebutuhan dunia dan 70% di dalamnya ke Negara Cina. Cina mengekspor Karaginan ke Amerika Serikat dan Negara-negara Eropa. Apabila delisting tersebut berhasil maka secara tidak langsung ekspor rumput laut Indonesia akan mengalami kesulitan. Masih kurangnya pengenalan dan pemahaman masyarakat tentang apa yang dimaksud dengan produk-produk turunan rumput laut (perlu edukasi tentang mata rantai dari hulu ke hilir) serta lemahnya pasar lokal bagi produk turunan Rumput Laut. Adanya konflik dengan sektor pariwisata, perhubungan, perindustrian dan pembangkit listrik di pesisir pantai terkait Tata Ruang Pemanfaatan Wilayah dan pencemaran di lokasi budidaya akibat adanya aktivitas manusia, contohnya dari pariwisata

SARAN TINDAK (REKOMENDASI) JANGKA PENDEK 1. Sosialisasi rumput laut untuk menyamakan persepsi bahwa ruput laut bukan merupakan produk corporate, dimensi-dimensi yang berpengaruh terhadap kepentingan nasional harus dipahami oleh para birokrat. 2. Mempertimbangkan rencana kebijakan yang berdampak terhadap serapan atau pemasaran rumput laut kering (bea keluar ekspor, hilirisasi, atau nilai tambah yang tidak berdaya saing). 3. Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka kebijakan bea keluar dan pelarangan ekspor harus memperhatikan kelayakan kesejahteraan para pelaku artisanal. 4. Hilirisasi dan nilai tambah harus merupakan bagian dari hasil rekayasa atau teknologi yang menghasilkan produk yang berdaya saing, aman bagi manusia dan aman bagi lingkungan. Sebaliknya, tidak digunakan sebagai slogan semata tanpa memperhatikan kelayakan hidup masyarakat ulayat. 5. Membangun Peta Panduan (Road Map) agar hilirisasi dan inovasi berjalan secara paralel sehingga penyerapan bahan baku tidak mengganggu kehidupan artisanal petani rumput laut (sesuai dengan visi dan misi). 6. Memfasilitasi penyerapan rumput laut di pulau-pulau perbatasan dengan menyertakan kegiatan logistik kapal Angkatan Laut RI.

SARAN TINDAK (REKOMENDASI) JANGKA PANJANG 1. Mengembangkan inovasi industri non hidrokoloid (non pangan) untuk kebutuhan non konsumsi sudah harus diwacanakan di lembaga-lembaga riset nasional, agar penyerapan rumput laut dalam negeri makin nyata dan masyarakat pesisir dan kepulauan akan stabil di dalam mata pencahariannya. 2. Research and Development harus integrated dengan program kerja industri, bukan lagi merupakan biaya tapi investasi jangka panjang. 3. Perkembangan budidaya rumput laut secara ekstensif diimplikasikan dengan mendasari budidaya yang benar dan aman bagi manusia dan lingkungan.

PENUTUP Beberapa hal yang mampu mengancam kedaulatan dan keberlanjutan industri Hulu dan Hilir rumput laut Indonesia baik dari dalam maupun luar negeri, yaitu sebagai berikut : 1. Isu pemanfaatan pupuk serta bibit yang dimodifikasi secara genetik dapat berakibat pada diragukannya status organik dari rumput laut. 2. Traceability dari bibit rumput laut yang digunakan. Misalkan, jika merupakan hasil dari kultur jaringan, maka perlu diperhatikan prosedur persiapan bibit tersebut selama di laboratorium, apakah penggunaan medium yang diperkaya, apakah sudah melalui tahapan aklimatisasi dan uji kelayakan, apakah bibit yang dihasilkan sesuai dengan standar yang ada dan mendapat legitimasi dari lembaga yang kompeten dan kredibel. 3. Kebijakan pemerintah yang masih belum adanya sinkronisasi yang berkaitan dengan rumput laut, sehingga menimbulkan kebingungan, kesulitan serta mengurangi efisiensi dalam praktek perdagangan di lapangan. 4. Ulasan 5 tahunan terkait status Organik dari hidrokoloid yang berasal dari rumput laut, yaitu karaginan dan agar-agar. 5. Masih banyak terjadi black campaign terhadap karaginan di media sosial. 6. Adanya hidrokoloid pengganti yang berasal dari tanaman darat atau organisme lainnya (guar gum, xanthan, gellan, locust, acacia gum dan lainnya) yang mampu menggantikan hidrokoloid dari rumput laut (karaginan dan agar-agar).

Terima Kasih