BAB 15 PENANGGULANGAN KEMISKINAN



dokumen-dokumen yang mirip
BAGIAN III AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN

BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS

BAB 7. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

TABEL 3.2 MATRIKS PRIORITAS PEMBANGUNAN

BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016

KET. Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN No AGENDA PROGRAM

BAB 24 PEMBANGUNAN PERDESAAN

PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG

Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) 1. Meningkatnya APK jenjang pendidikan tinggi

Anggaran (Sebelum Perubahan) , , ,00 98, , ,

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015

A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN.

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

Pemerintah Daerah Provinsi Bali BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

KEPALA DINAS. Subbagian Perencanaan Program. Bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus. Seksi. Kurikulum dan Pembelajaran

Dinas Kesehatan balita 4 Program Perencanaan Penanggulangan

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI) KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN PENDANAAN

REKAPITULASI ANGGARAN DAN REALISASI BERDASARKAN MISI PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG TAHUN 2012

DAFTAR PRIORITAS DAERAH DAN SASARAN KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2015

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

NO LD.27 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2008 TANGGAL 16SEPTEMBER 2008 DAFTAR URUSAN PEMERINTAHAN KABUPATEN GARUT

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH. 1. Menanggulangi kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan;

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011

REKAPITULASI HASIL EVALUASI KESELARASAN PROGRAM DALAM DOKUMEN PERENCANAAN TAHUN ANGGARAN 2016

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan

BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN

IDENTIFIKASI URUSAN RIIL YANG DILAKSANAKAN DI DAERAH KENDAL

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2010 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016

Lampiran Rekapitulasi Capaian Kinerja Tahun 2016

RPJM PROVINSI JAWA TIMUR (1) Visi Terwujudnya Jawa Timur yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

REVITALISASI KEHUTANAN

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN

RENCANA AKSI DAERAH PEMANFAATAN DANA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DI PROVINSI JAMBI

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VII ISU STRATEGIS DAN RENCANA AKSI DAERAH

D I N A S BIDANG SUMBER DAYA AIR SEKSI PENATAAN BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN SEKSI TEKNIK BANGUNAN GEDUNG DAN ARSITEKTUR KOTA

Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG REKAPITULASI PERUBAHAN BELANJA MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2015

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN BIDANG PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH SEKSI KEAKSARAAN DAN KESETARAAN SEKSI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN

KEPALA DINAS BIDANG PENDIDIKAN DASAR SEKSI PENGEMBANGAN DATA PENDIDIKAN SEKSI TAMAN KANAK-KANAK SEKSI SEKOLAH MENENGAH ATAS SEKSI SEKOLAH DASAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

Tabel 7.5 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Misi 5. INDIKATOR KINERJA (outcome)

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Lintas Bidang Penanggulangan Kemiskinan II.1.M.B-1. (dalam miliar rupiah)

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB 26 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP PENDIDIKAN YANG LEBIH BERKUALITAS

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN BELANJA MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI DAN PROGRAM TAHUN ANGGARAN 2014

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN

KEPALA DINAS. Subbag Penyusunan Program dan Pelaporan. Bidang Perlindungan Tanaman dan Pembinaan Usaha. Seksi Identifikasi dan Pengendalian OPT

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DAN KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

(19) Peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah; (20) Peningkatan pelayanan kedinasan Bupati/Wakil Bupati; (21) Pengembangan budaya baca d

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

SKPD : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar Indikator Kinerja

BAB 10 PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN BANYUMAS

Transkripsi:

BAB 15 PENANGGULANGAN KEMISKINAN A. KONDISI UMUM Indonesia masih menghadapi masalah kemiskinan yang antara lain ditandai oleh jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan dan tingginya kerentanan masyarakat untuk jatuh ke bawah garis kemiskinan. Pada tahun 2004, BPS memperkirakan jumlah penduduk miskin sekitar 36,1 juta jiwa atau 16,7 persen dari jumlah penduduk. Pemecahan masalah kemiskinan perlu diutamakan melalui pemenuhan hak-hak dasar secara bertahap dengan dukungan instrumen regulasi dan dukungan anggaran yang berpihak kepada masyarakat miskin. Dengan berbagai kebijakan dan program pembangunan untuk penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar bagi masyarakat miskin, persentase penduduk miskin pada tahun 2005 diharapkan turun menjadi 15,0 persen. Prioritas kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan yang menjadi prioritas adalah peningkatan peran pemerintah dalam penghormatan dan perlindungan hak-hak dasar masyarakat miskin; pemantapan dan penajaman berbagai upaya pemenuhan hakhak dasar khususnya melalui program penciptaan lapangan kerja dan usaha, peningkatan layanan pendidikan dan kesehatan, dan pemenuhan kebutuhan pangan; pengembangan sistem informasi manajemen, memperkuat sistem monitoring dan evaluasi, serta sistem pengendalian dan pengawasan; serta sosialisasi dan asistensi kepada pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan melalui pendekatan hak dasar rakyat. Upaya pemenuhan secara bertahap hak-hak dasar masyarakat miskin menghadapi beberapa pernasalahan saat ini, yaitu: (1) Kurangnya pemahaman terhadap hak-hak dasar masyarakat miskin; (2) kurangnya pemahaman terhadap akar masalah yang dihadapi masyarakat miskin; (3) kurangnya pemahaman terhadap perbedaan kondisi kemiskinan di berbagai wilayah; (4) Kurangnya ketersediaan data untuk mendukung penentuan sasaran dan kelompok sasaran secara akurat; (5) kurangnya keberpihakan dalam perencanaan dan penganggaran bagi masyarakat miskin; (6) lemahnya koordinasi kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam berbagai upaya penanggulangan kemiskinan; (7) lemahnya koordinasi antarpelaku pembangunan; (8) kurangnya keterlibatan masyarakat madani; dan (9) lemahnya sistem pemantauan, evaluasi dan pengendalian.

B. SASARAN PEMBANGUNAN TAHUN 2006 Sasaran penanggulangan kemiskinan pada tahun 2006 adalah meningkatnya upaya penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin baik laki-laki maupun perempuan secara bertahap terutama kecukupan pangan yang bermutu dan terjangkau, layanan kesehatan yang bermutu, layanan pendidikan dasar yang bermutu dan merata, kesempatan kerja dan berusaha, perumahan yang layak dan sehat, air bersih dan aman bagi masyarakat miskin, pemanfaatan SDA dan kualitas lingkungan hidup, hak perorangan dan hak komunal atas tanah, rasa aman dari tindak kekerasan, dan partisipasi dalam pengambilan keputusan. Dengan berbagai upaya tersebut jumlah penduduk miskin pada tahun 2006 diharapkan turun menjadi 13,3 persen. C. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2006 Prioritas kebijakan diarahkan pada berbagai regulasi dan pengembangan program yang memiliki dampak luas terhadap penghormatan, perlindungan dan pemenuhan kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, tanah, sumber daya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan partisipasi dalam kehidupan sosial-politik. Selain itu, untuk mendukung pemenuhan hak-hak dasar rakyat miskin secara bertahap kebijakan penanggulangan kemiskinan diarahkan pada perwujudan keadilan dan kesetaraan gender, dan pengembangan wilayah melalui percepatan pembangunan perdesaan, pembangunan perkotaan, percepatan kawasan pesisir, dan percepatan pembangunan kawasan tertinggal. II.15-2

D. MATRIKS PROGRAM PEMBANGUNAN TAHUN 2006 No. Pemenuhan Hak Atas Pangan 1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Kegiatan-kegiatan Pokok: 1. Penguatan kapasitas kelembagaan pangan; 2. Peningkatan infrastruktur perdesaan yang mendukung sistem distribusi pangan; 3. Peningkatan ketersediaan pangan hewani, buah dan sayuran; 4. Perekayasaan sosial terhadap pola konsumsi masyarakat menuju pola pangan dengan mutu yang semakin meningkat; 5. Peningkatan minat dan kemudahan konsumsi pangan alternatif/pangan; 6. Bantuan pangan kepada keluarga miskin/rawan pangan sesuai dengan bahan pangan lokal; 7. Peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan, dan pengembangan sistem Program Peningkatan Ketahanan Pangan: 1. Penyediaan beras bersubsidi untuk masyarakat miskin; 2. Penyusunan indikator rawan pangan dan langkah-langkah untuk mengatasi rawan pangan. 1. Meningkatnya Ketahanan Pangan dalam negeri, khususnya bagi kelompok miskin; 2. Tersalurkannya bantuan beras bersubsidi kepada keluarga miskin sebanyak 10,83 juta KK. Dep. Pertanian 1.653.049,3 II.15-3

antisipasi diri terhadap pangan; 8. Revitalisasi sistem lembaga ketahanan pangan masyarakat; 9. Peningkatan peran aktif Dewan Ketahanan Pangan Daerah dalam menjaga dan meningkatkan ketahanan pangan lokal; 10. Pendidikan dan sosialisasi mengenai pentingnya gizi yang berimbang dan tidak diskriminatif gender di dalam keluarga; 11. Pendidikan dan sosialisasi kandungan kalori dan gizi dari bahan pangan lokal selain beras; 12. Pendidikan dan sosialisasi cara pengolahan bahan pangan dengan gizi berimbang; 13. Penelitian untuk meningkatkan varietas tanaman pangan unggul; 14. Pemberian subsidi dan kemudahan kepada petani dalam memperoleh sarana produksi pertanian; 15. Pelatihan penerapan teknologi II.15-4

tepat guna untuk meningkatkan produktifitas dan produksi pangan lokal sesuai dengan kearifan lokal masyarakat; 16. Pengembangan industri pengolahan dengan teknologi tepat guna dengan memperhatikan mutu produksi; 17. Peningkatan kerjasama antar daerah dalam penyediaan dan distribusi pangan; 18. Pelaksanaan pemantauan ketersediaan pangan, dan pemantauan harga bahan pangan di pasar induk dan pasar tradisional eceran; 19. Pengendalian kebijakan tarif impor agar menjadi lebih efektif dan berpihak pada petani; 20. Peningkatan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) terhadap gabah dan beras petani; 21. Penghilangan penyelundupan bahan pangan dengan meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum terhadap para pelaku. II.15-5

Pemenuhan Hak Atas Kesehatan 1 Program Upaya Kesehatan Masyarakat. 1. Pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskesmas dan jaringannya. 2. Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan jaringannya. 3. Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik esensial. 4. Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup sekurangkurangnya promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular, dan pengobatan dasar. 5. Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan. Program Upaya Kesehatan Masyarakat 1. Pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya; 2. Pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan jaringannya; 3. Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik esensial; 4. Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup sekurangkurangnya promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular, dan pengobatan dasar; dan 5. Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan. 1. Meningkatnya tingkat kunjungan (visit rate) penduduk miskin ke puskesmas. 2. Terlaksananya pembangunan, perbaikan dan peningkatan Puskesmas dan jaringannya; 3. Terlaksananya pengadaan peralatan medis dan non-medis Puskesmas dan jaringannya; 4. Meningkatnya cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih; dan 5. Meningkatnya cakupan pelayanan antenatal, postnatal dan neonatal. Dep. Kesehatan 2.193.004,3 II.15-6

Program Upaya Kesehatan Perorangan Dep. Kesehatan 3.406.897,0 2 Program Upaya Kesehatan Perorangan. 1. Pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di kelas III Rumah Sakit. 2. Pembangunan sarana dan prasarana rumah sakit di daerah tertinggal dan secara selektif. 1. Pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di kelas III rumah sakit; 2. Pembangunan sarana dan prasarana rumah sakit di daerah bencana dan tertinggal secara selektif; 3. Perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit; 4. Pengadaan obat dan perbekalan rumah sakit; 5. Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan; 6. Pengembangan pelayanan dokter keluarga; 7. Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan; dan 8. Peningkatan peran serta sektor swasta dalam upaya kesehatan perorangan. 1. Meningkatnya kunjungan (visit rate) penduduk miskin ke puskesmas 2. Terlaksananya pembangunan dan perbaikan rumah sakit; 3. Terlaksananya pengadaan peralatan medis dan non-medis rumah sakit; dan 4. Terlaksananya uji coba pelayanan dokter keluarga. 3 Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit. 1. Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko. 2. Peningkatan imunisasi. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit 1. Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko; 2. Peningkatan imunisasi; 3. Penemuan dan tatalaksana penderita; 4. Peningkatan surveilens 1. Meningkatnya cakupan imunisasi; 2. Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit malaria, demam berdarah dengue (DBD), tuberkulosis paru, diare, dan HIV/AIDS; dan 3. Terlaksananya surveilens epidemiologi dan penanggulangan Dep. Kesehatan 1.465.829,6 II.15-7

epidemiologi dan penanggulangan wabah; dan 5. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit. 3. Penemuan dan tatalaksana penderita. 4. Peningkatan surveilens epidemiologi dan penanggulangan wabah 5. Peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit. wabah. 4 Program Perbaikan Gizi Masyarakat 1. Peningkatan pendidikan gizi. 2. Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), anemia gizi besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), kurang vitamin A, dan kekurangan gizi mikro lainnya. 3. Peningkatan surveilens gizi 4. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi. Program Perbaikan Gizi Masyarakat 1. Peningkatan pendidikan gizi; 2. Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, gangguan akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A, dan kekurangan zat gizi mikro lainnya; 3. Penanggulangan gizi-lebih; 1. Peningkatan surveilens gizi; dan 2. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi 1. Menurunnya prevalensi kurang gizi pada balita; 2. Terlaksananya penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, gangguan akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A, dan kekurangan zat gizi mikro lainnya; dan 3. Meningkatnya jumlah keluarga sadar gizi. Dep. Kesehatan 491.616,0 5 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 1. Meningkatnya proporsi keluarga yang berperilaku hidup bersih dan sehat; Dep. Kesehatan 78.143,5 II.15-8

1. Pengembangan upaya usaha kesehatan bersumber masyarakat seperti posyandu dan polindes. 2. Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang pencegahan penyakit menular, lingkungan sehat, kelangsungan dan perkembangan anak, dan kesehatan reproduksi. 3. Pembinaan peranserta masyarakat dalam upaya kesehatan terutama pemberdayaan perempuan dan keluarga, serta revitalisasi Posyandu. 1. Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE); 2. Pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat, (seperti pos pelayanan terpadu, pondok bersalin desa, dan usaha kesehatan sekolah) dan generasi muda; dan 3. Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat. 2. Meningkatnya upaya kesehatan yang bersumber dari masyarakat dan gerakan generasi muda pembangunan kesehatan; dan 3. Terbangunnya jalinan kemitraan dan peran serta dalam promosi kesehatan. Pemenuhan Hak atas Layanan Pendidikan 1 Program Wajib belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Program Wajib belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Kegiatan-kagiatan pokok: 1. Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas (terutama perdesaan, wilayah terpencil dan kepulauan), penyediaan pendidik dan tenaga Kegiatan-kagiatan pokok: 1. Pembangunan unit sekolah baru (USB) dan ruang kelas baru (RKB) untuk meningkatkan jangkauan pelayanan pendidikan dasar khususnya jenjang pendidikan SMP/MTs di daerah-daerah yang Meningkatnya secara nyata persentase penduduk yang dapat menyelesaikan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, yang antara lain diukur dengan : 1. Meningkatnya angka partisipasi kasar (APK) jenjang SD/MI/SDLB/Paket A sebesar 114,81 dengan jumlah peserta didik menjadi sekitar 28,533 juta dan APK jenjang SMP/MTs/Paket B Dep. Pendidikan Nasional, Dep. Agama 19.063.066,0 II.15-9

angka partisipasi pendidikannya lebih rendah dari rata-rata nasional; 2. Rehabilitasi dan revitalisasi sarana dan prasarana pendidikan dasar yang rusak; 3. Penyediaan subsidi/hibah bagi satuan pendidikan dasar yang dapat dipergunakan untuk peningkatan mutu pendidikan dasar melalui penyediaan buku pelajaran, peralatan peraga pendidikan, dan pengembangan dan pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana pendukung lainnya; 4. Penyediaan Biaya Operasional Sekolah (BOS) untuk SD, MI, SDLB, SMP, MTs, dan SMPLB baik negeri maupun swasta, pesantren salafiyah yang menyelenggarakan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, dan sekolah non-islam setara SD dan SMP untuk membebaskan anak-anak terutama yang berasal dari keluarga miskin dari semua bentuk iuran; 5. Penyediaan berbagai alternatif layanan pendidikan dasar seperti SMP Kecil, SD/SMP Satu Atap, SMP Terbuka, Paket A setara SD kependidikan serta rehabilitasi dan revitalisasi sarana dan prasarana yang rusak (wilayah konflik dan bencana alam), penyediaan biaya operasional pendidikan secara memadai (subsidi/hibah dalam bentuk block grant atau imbal swadaya bagi satuan pendidikan dasar) untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan (subsidi atau beasiswa bagi peserta didik dari keluarga tidak mampu tanpa diskriminasi gender). 2. Penyediaan berbagai alternatif layanan pendidikan dasar melalui pendidikan formal dan non-formal yang memenuhi kebutuhan, kondisi dan potensi anak, termasuk untuk memenuhi kebutuhan penduduk miskin, serta pemberian perhatian bagi peserta didik yang memiliki kesulitan mengikuti proses pembelajaran. 3. Peningkatan upaya penarikan kembali siswa putus sekolah dan lulusan SD/MI yang tidak melanjutkan ke dalam sistem sebesar 86,69 persen dengan jumlah peserta didik menjadi sebanyak 11,238 juta; 2. Meningkatnya angka melanjutkan lulusan SD/MI/SDLB/Paket A ke jenjang SMP/MTs/Paket B menjadi 91,00 persen sehingga jumlah peserta didik baru kelas I dapat ditingkatkan dari 3,785 juta peserta didik pada tahun ajaran 2005/06 menjadi 3,905 juta peserta didik pada tahun ajaran 2006/07. 3. Meningkatnya angka penyelesaian pendidikan dengan menurunkan angka putus sekolah pada jenjang SD/MI/SDLB/Paket A menjadi 2,24 persen dan jenjang SMP/MTs/Paket B menjadi 2,32 persen; 4. Menurunnya rata-rata lama penyelesaian pendidikan pada semua jenjang dengan menurunkan angka mengulang kelas pada jenjang SD/MI/SDLB/ Paket A menjadi 2,11 persen dan jenjang SMP/MTs/Paket B menjadi 0,38 persen; 5. Meningkatnya angka partisipasi sekolah (APS) penduduk usia 7-12 tahun menjadi 99,41 persen dan penduduk usia 13-15 tahun menjadi 85,68 persen, sehingga anak usia 7- II.15-10

dan Paket B setara SMP, Madrasah kecil di daerah terpencil, untuk memberikan pelayanan secara lebih variatif termasuk bagi peserta didik yang tidak dapat mengikuti pendidikan reguler; 6. Pemberian perhatian dan bimbingan bagi siswa yang memiliki kesulitan mengikuti proses pembelajaran; 7. Penyediaan beasiswa retrival yang ditujukan bagi anak putus sekolah agar dapat kembali bersekolah; 8. Pengembangan pendidikan kecakapan hidup yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik termasuk kecakapan vokasi untuk peserta didik yang tidak akan melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah 9. Pengembangan materi belajar mengajar dan metode pembelajaran termasuk peralatan peraga pendidikan, buku pelajaran, buku bacaan dan buku ilmu pengetahuan dan teknologi serta materi pelajaran yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang diperlukan pendidikan serta mengoptimalkan upaya menurunkan angka putus sekolah tanpa diskriminasi gender melalui antara lain penyediaan bantuan biaya pendidikan dalam bentuk beasiswa atau voucher pendidikan dan perluasan perbaikan gizi anak sekolah. 4. Pengembangan kurikulum nasional dan lokal termasuk pengembangan pendidikan kecakapan hidup sesuai kebutuhan peserta didik, masyarakat dan industri termasuk dasar-dasar kecakapan vokasi untuk peserta didik yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah. 5. Penyediaan materi pendidikan termasuk buku pelajaran dan buku bacaan guna meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap ilmu pengetahuan yang dipelajari. 6. Pembebasan berbagai pungutan, iuran, sumbangan apapun yang berbentuk uang dari keluarga miskin. 12 tahun yang bersekolah menjadi 23,354 juta orang dan anak usia 13-15 tahun yang bersekolah menjadi 8,637 juta orang 6. Meningkatnya keadilan dan kesetaraan pendidikan antarkelompok masyarakat termasuk antara wilayah maju dan tertinggal, antara perkotaan dan perdesaan, antara daerah maju dan daerah tertinggal, antara penduduk kaya dan penduduk miskin, serta antara penduduk laki-laki dan perempuan Meningkatnya kualitas pendidikan dasar yang ditandai dengan: 1. Tersedianya standar pendidikan nasional serta standar pelayanan minimal pendidikan dasar untuk tingkat kabupaten/kota; 2. Meningkatnya proporsi satuan pendidikan dasar baik negeri maupun swasta yang terakreditasi baik; 3. Meningkatkan persentase peserta didik yang lulus ujian akhir di jenjang pendidikan dasar; II.15-11

2 Program Pendidikan Menengah 1. Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan disertai dengan penyediaan pendidik dan tenaga kependidikan secara lebih merata, bermutu, tepat lokasi, disertai dengan rehabilitasi dan revitalisasi sarana dan prasarana yang rusak termasuk di wilayah konflik dan bencana alam, serta penyediaan biaya operasional pendidikan dan/atau subsidi/hibah dalam bentuk block grant atau imbal swadaya bagi satuan pendidikan menengah untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan termasuk subsidi atau beasiswa bagi peserta didik yang berasal dari keluarga tidak mampu tanpa diskriminasi gender. 2. Pengembangan kurikulum termasuk kurikulum pendidikan kecakapan hidup sesuai kebutuhan peserta Program Pendidikan Menengah 1. Pembangunan unit sekolah baru (USB), ruang kelas baru (RKB), laboratorium, dan perpustakaan untuk meningkatkan jangkauan pelayanan pendidikan menengah secara lebih merata, bermutu, dan tepat lokasi, serta sarana dan prasarana pendukung lainnya, terutama di daerah-daerah yang angka partisipasi pendidikannya lebih rendah dari rata-rata nasional; 2. Rehabilitasi dan revitalisasi sarana dan prasarana pendidikan menengah yang rusak; 3. Penyediaan subsidi/hibah bagi satuan pendidikan menengah yang dapat dipergunakan untuk peningkatan mutu pendidikan menengah melelui penyediaan buku pelajaran, peralatan peraga pendidikan, dan pengembangan dan pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana pendukung lainnya; 4. Penyediaan biaya operasional pendidikan untuk madrasah; dan 5. Penyediaan beasiswa bagi peserta Meningkatnya secara signifikan partisipasi penduduk yang mengikuti pendidikan menengah yang antara lain diukur dengan: 1. Meningkatnya APK jenjang pendidikan menengah (SMA/SMK/MA/Paket C) menjadi 57,20 persen dengan jumlah peserta didik menjadi sekitar 7,279 juta; 2. Meningkatnya angka melanjutkan lulusan SMP/MTs/Paket B ke jenjang pendidikan menengah menjadi 81,18 persen sehingga jumlah peserta didik baru kelas I dapat ditingkatkan dari sekitar 2,471 juta peserta didik pada tahun ajaran 2005/06 menjadi 2,659 juta peserta didik pada tahun ajaran 2006/07; 3. Menurunnya rata-rata lama penyelesaian pendidikan dengan menurunkan angka mengulang kelas jenjang pendidikan menengah menjadi menjadi 0,25 persen; 4. Meningkatnya keadilan dan kesetaraan pendidikan antarkelompok masyarakat termasuk antara wilayah maju dan tertinggal, antara perkotaan dan perdesaan, antara daerah maju dan tertinggal, antara penduduk kaya dan miskin, Dep. Pendidikan Nasional, Dep. Agama 3.255.744,7 II.15-12

didik yang berasal dari keluarga tidak mampu; 6. Pengembangan kurikulum, bahan ajar, dan model-model pembelajaran yang mengacu pada standar nasional dan mempertimbangkan standar internasional sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya dan seni; dan khusus untuk pendidikan kejuruan mengacu pula pada standar kompetensi kerja nasional dan internasional/industri; 7. Peningkatan kerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri; 8. Penataan bidang keahlian pada pendidikan menengah kejuruan yang disesuaikan dengan kebutuhan lapangan kerja, yang didukung dengan meningkatkan kerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri; 9. Penyediaan layanan pendidikan menengah terpadu dan penyediaan program antara (bridging program) pada sekolah/madrasah yang ada; 10. Penyediaan berbagai alternatif layanan pendidikan menengah baik formal maupan non formal (seperti sekolah/madrasah kecil dan paket C didik, masyarakat dan industri termasuk kecakapan vokasi untuk peserta didik yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. 3. Penataan bidang keahlian pada pendidikan menengah kejuruan yang disesuaikan dengan kebutuhan lapangan kerja, yang didukung oleh upaya meningkatkan kerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri. 4. Penyediaan layanan pendidikan baik umum mapun kejuruan bagi siswa SMA/MA/SMK/MAK yang tidak dapat melanjutkan ke pendidikan tinggi melalui penyediaan tambahan fasilitas dan program antara (bridging program) pada sekolah/madrasah yang ada dan/atau melalui kerjasama antarsatuan pendidikan baik formal maupun non-formal. 5. Penyediaan berbagai alternatif layanan pendidikan menengah baik formal maupan non formal untuk menampung kebutuhan serta antara penduduk laki-laki dan perempuan Meningkatnya kualitas pendidikan menengah yang ditandai dengan: 1. Tersedianya standar pendidikan nasional serta standar pelayanan minimal pendidikan menengah untuk tingkat kabupaten/kota; 2. Meningkatnya proporsi satuan pendidikan menengah baik negeri maupun swasta yang terakreditasi baik; 3. Meningkatkan persentase peserta didik yang lulus ujian akhir di jenjang pendidikan menengah; II.15-13

penduduk miskin. setara SMA) untuk menampung kebutuhan penduduk miskin, dan penduduk yang tinggal di wilayah perdesaan, terpencil dan kepulauan. 3 Program Pendidikan Tinggi 1. Penyediaan sarana dan prasarana termasuk penyediaan pendidik dan tenaga kependidikan. 2. Penyediaan subsidi atau beasiswa bagi peserta didik yang berasal dari keluarga miskin tanpa diskriminasi gender. 3. Pelaksanaan Tri Dharma perguruan tinggi yang mencakup pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat. 4. Peningkatan kerjasama perguruan tinggi dengan dunia usaha, industri dan pemerintah daerah untuk meningkatkan relevansi pendidikan tinggi dengan kebutuhan dunia kerja dan potensi sumber daya lokal, termasuk kerjasama dalam Program Pendidikan Tinggi 1. Penyediaan beasiswa peningkatan prestasi akademis, pelaksanaan program Student Equity Scheme, penyediaan beasiswa bagi mahasiswa khususnya bagi mahasiswa dari keluarga miskin dan yang terkena dampak kerusuhan dan bencana alam, dan penerapan SPP secara proporsional (subsidi silang) terutama pada perguruan tinggi sebagai Badan Hukum Milik Negara (BHMN); 2. Peningkatan kegiatan pengabdian masyarakat terutama pemberdayaan masyarakat miskin di wilayah perdesaan dan tertinggal melalui pengembangan sistem budaya kewirausahaan; 3. Penerapan Iptek untuk pengembangan usaha kecil dan menengah, pengembangan unit usaha jasa dan industri serta publikasi hasil penelitian dan Meningkatnya Kesempatan bagi masyarakat miskin untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi. Dep. Pendidikan Nasional Dep. Agama, Dep. Pekerjaan Umum, BPN 10.161.609,8 II.15-14

pengabdian pada masyarakat miskin; 4. Pengembangan kerjasama penelitian antara perguruan tinggi dengan pemerintah daerah khususnya untuk mendukung pengembangan sumber daya lokal. pendidikan dan penelitian yang menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan pemanfaatan hasil penelitian dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bangsa. 5. Peningkatan kualitas pendidikan tinggi swasta di luar Jawa untuk meningkatkan kualitas output lulusan peserta didik. 4 Program Pendidikan Non-Formal 1. Penguatan dan perluasan jangkauan satuan pendidikan non-formal yang meliputi lembaga kursus, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, serta satuan pendidikan sejenis melalui pengembangan standarisasi, akreditasi dan sertifikasi serta penguatan kemampuan manajerial pengelolanya. 2. Peningkatan intensifikasi perluasan akses dan kualitas penyelenggaraan pendidikan keaksaraan fungsional bagi Program Pendidikan Non-Formal 1. Penguatan satuan-satuan pendidikan non formal yang meliputi lembaga kursus, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim serta satuan pendidikan yang sejenis 2. Perluasan akses dan kualitas penyelenggaraan pendidikan keaksaraan fungsional bagi penduduk buta aksara tanpa diskriminasi gender baik di perkotaan maupun perdesaan, melalui pelaksanaan gerakan Pemberantasan Buta Aksaran 3. Pengembangan kurikulum, bahan 1. Menurunnya angka buta aksara penduduk berusia 15 tahun keatas menjadi 7,58 persen pada tahun 2006; 2. Meningkatnya akses orang dewasa untuk mendapatkan pendidikan kecakapan hidup; 3. Meningkatnya keadilan dan kesetaraan pendidikan antarkelompok masyarakat termasuk antara wilayah maju dan tertinggal, antara perkotaan dan perdesaan, antara daerah maju dan daerah tertinggal, antara penduduk kaya dan penduduk miskin, serta antara penduduk laki-laki dan perempuan; 4. Tersedianya standar pendidikan Dep. Pendidikan Nasional, Dep. Agama 537.620,2 II.15-15

ajar dan model-model pembelajaran pendidikan non formal yang mengacu pada standar nasional sesuai dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya dan seni 4. Penyediaan sarana, prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan lainnya yang bermutu secara memadai serta menumbuhkan partisipasi masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan non formal, melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dan Majlis Taklim 5. Penyediaan biaya operasional pendidikan dan/atau subsidi/hibah dalam bentuk block grant atau imbal swadaya bagi satuan pendidikan non-formal termasuk subsidi atau beasiswa bagi peserta didik yang kurang beruntung 6. Perluasan jangkauan kursus keterampilan bagi keluarga miskin kota dan desa yang diintegrasikan dengan usaha mikro dan kemitraan dengan pengusaha penduduk buta aksara tanpa diskriminasi gender baik di perkotaan maupun perdesaan. 3. Pengembangan kurikulum, bahan ajar dan model-model pembelajaran pendidikan non-formal yang mengacu pada standar nasional sesuai dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya dan seni termasuk model kecakapan hidup dan ketrampilan pencaharian. 4. Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan beserta pendidik dan tenaga kependidikan lainnya yang bermutu secara memadai serta menumbuhkan partisipasi masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan non-formal. 5. Penyediaan biaya operasional pendidikan dan/atau subsidi/hibah dalam bentuk block grant atau imbal swadaya bagi satuan pendidikan non-formal termasuk subsidi atau beasiswa bagi peserta didik nasional serta standar pelayanan minimal pendidikan non formal untuk tingkat kabupaten/kota II.15-16

yang kurang beruntung. 6. Perluasan jangkauan kursus ketrampilan bagi keluarga miskin kota dan desa yang diintegrasikan dengan usaha mikro dan kemitraan dengan pengusaha 7. Penyelenggaraan pelayanan pendidikan bagi anak dengan kemampuan berbeda (diffable), pekerja anak, anak jalanan, anak korban konflik dan bencana alam, tanpa diskriminasi gender. Pemenuhan Hak atas Bekerja dan Berusaha 1 Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Tenaga Kerja Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Tenaga Kerja Terciptanya suasana hubungan kerja yang harmonis antara pekerja dan pemberi kerja. Dep. Tenaga Kerja & Transmigrasi 107.502,2 1. Pengembangan hubungan industrial yang dilandasi hakhak pekerja. 2. Peningkatan perlindungan hukum yang menjamin kepastian kerja dan perlakuan yang adil bagi pekerja. 3. Pencegahan terhadap eksploitasi dan berbagai bentuk pekerjaan terburuk 1. Perubahan mekanisme bipartite dalam rangka membentuk hubungan industrial yang harmonis. 2. Pengupayaan penyelesaian perselisihan antara pengusaha dan serikat pekerja secara bipartite. 3. Persiapan diberlakukannya UU No. 2 Tahun 2004 tentang PPHI. 4. Pemberian pemahaman dan penyamaan persepsi per- II.15-17

anak. 4. Peningkatan kerjasama bilateral dan multilateral dalam melindungi buruh migran. aturan/kebijakan ketenagakerjaan. 5. Peningkatan pengawasan, perlindungan dan penegakkan hukum. 6. Peningkatan fungsi lembagalembaga ketenagakerjaan. 7. Pembinaan syarat kerja dan kesejahteraan pekerja. 8. Pengembangan jaminan sosial tenaga kerja. Program Perluasan dan Pengembangan Kesempatan Kerja. 1. Penyempurnaan peraturan dan kebijakan ketenagakerjaan yang berkaitan dengan rekrutmen dan outsourcing, pengupahan, PHK, dan perlindungan pekerja yang berlebihan. 2. Penyusunan berbagai aturan pelaksanaan UU No. 39/2004. 3. Penyempurnaan mendasar berbagai program perluasan kesempatan kerja, seperti pelatihan untuk menjadi pekerja mandiri, penguasaan teknologi tepat guna, penganggur pemuda dan programprogram padat karya lainnya. 4. Penerapan teknologi tepat guna/padat karya Terciptanya kesempatan kerja produktif Dep. Tenaga Kerja dan Transmigrasi 235.578,0 II.15-18

5. Perluasan kerja sistem padat karya 6. Pembinaan grameen bank dan wirausaha baru 7. Penenmpatan antar kerja lokal (AKL), antar kerja antar daerah (AKAD), dan antar kerja khusus (AKSUS) 2 Program Peningkatan Kualitas Tenaga Kerja 1. Peningkatan kemampuan calon tenaga kerja sehingga memiliki kemampuan yang kompetitif memasuki lapangan kerja baik di luar maupun di dalam negeri. 2. Peningkatan akses masyarakat miskin terhadap pasar kerja di luar negeri. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga kerja 1. Penyelenggaraan pelatihan non institusional/pelatihan (Mobile Training Unit) keliling oleh BLK 2. Penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan. Meningkatnya keterampilan, keahlian dan kompetensi tenaga kerja dan produktivitas. Dep. Tenaga Kerja & Transmigrasi 508.444,8 3 Program Pemberdayaan Usaha Skala Mikro 1. Peningkatan akses masyarakat miskin terhadap modal, faktor produksi, informasi, teknologi dan pasar tanpa diskriminasi Program Pemberdayaan Usaha Skala Mikro 1. Penyediaan kemudahan dan pembinaan dalam memulai usaha, termasuk dalam perizinan, lokasi usaha, dan perlindungan usaha dari pungutan informal. 1. Meningkatnya kapasitas usaha dan keterampilan pengelolaan usaha mikro; 2. Meningkatnya kepastian usaha & perlindungan hukum. 3. Meningkatnya keterampilan SDM usaha Mikro. Kementerian Negara Koperasi & UKM 295.000,0 II.15-19

2. Penyediaan skim-skim pembiayaan alternatif seperti sistem bagi-hasil dari dana bergulir, sistem tanggungrenteng atau jaminan tokoh masyarakat setempat sebagai pengganti agunan. 3. Peningkatan layanan lembaga keuangan lokal seperti lembaga keuangan mikro (LKM), bank perkreditan rakyat (BPR) dan koperasi simpan pinjam/usaha simpan pinjam (KSP/USP), kepada pelaku usaha di perdesaan. 4. Pembentukan jaringan antar LKM dan antara LKM dan Bank, serta dukungan terhadap peningkatan kualitas dan akreditasi KSP/USP/LKM di sektor pertanian dan perdesaan. 5. Pengembangan usaha mikro tradisional dan pengrajin melalui pendekatan sentra-sentra produksi/klaster disertai dukungan penyediaan infrastruktur, pelatihan budaya usaha dan kewirausahaan, serta fasilitasi pembentukan wadah organisasi bersama baik dalam bentuk koperasi maupun asosiasi usaha lainnya. 6. Pengembangan usaha ekonomi produktif bagi usaha mikro/sektor gender. 2. Peningkatan dan penyebarluasan teknologi yang mampu meningkatkan kemampuan kerja masyarakat miskin untuk menghasilkan produk yang lebih banyak dan bermutu. 3. Peningkatan ketrampilan usaha masyarakat miskin dengan kemampuan berbeda sesuai dengan potensi yang ada. 4. Penyediaan skim-skim pembiayaan alternatif dengan tanpa mendistorsi pasar seperti sistem bagi hasil, dari dana bergulir, sistem tanggung renteng atau jaminan tokoh masyarakat setempat sebagai pengganti anggunan. 5. Penyelenggaraan dukungan teknis dan pendanaan yang bersumber dari berbagai instansi pusat, daerah, BUMN yang lebih terkoordinasi, profesional, dan institusional. 6. Penyediaan infrastruktur dan jaringan pendukung bagi usaha mikro serta kemitraan II.15-20