IMPLEMENTASI FILOSOFI PENDIDIKAN NASIONAL TUT WURI HANDAYANI DALAM PELAKSANAAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI DI STIPRAM YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGERTIAN FILSAFAT (1)

PENGERTIAN FILSAFAT (1)

BAB I. PENGERTIAN FILSAFAT (Bahan Pertemuan Ke-2)

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

I. PENDAHULUAN. meningkatkan mutu pendidikan antara lain dengan perbaikan mutu belajarmengajar

Sejarah pendidikan Indonesia 1. Dyah Kumalasari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Profil Lulusan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam Tahun dan Relev Ansinya dengan Penyerapan Dunia Kerja

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Penulis. iii

MENTERI RISET DAN PERGURUAN TINGGI SAMBUTAN MENTERI RISET DAN PERGURUAN TINGGI PADA ACARA PERINGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2016

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat,

KODE ETIK DOSEN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

Pancasila Sebagai Dasar Negara (dalam hubungannya dengan Pembukaan UUD 1945)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

RENCANA STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KELAS KHUSUS INTERNASIONAL DI UNIVERSITAS INDONESIA REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA,

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

Rasional. Visi, Misi, dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meina Nurpratiwi, 2013

BUKU SAKU PEGAWAI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG KATA PENGANTAR

LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

STANDAR MUTU. Program Studi S1 Teknik Elektro. Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI)

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Siaran Pers Kemendikbud: Hardiknas 2017, Percepat Pendidikan yang Merata dan Berkualitas Selasa, 02 Mei 2017

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEBIJAKAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI PADANG TAHUN

S1 Manajemen. Visi. Misi

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA

STANDAR ISI PENDIDIKAN TINGGI BSNP

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

PLEASE BE PATIENT!!!

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister

B A D A N P E N J A M I N A N M U T U

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Pendidikan Pancasila. PENDAHULUAN (Dasar-Dasar, Tujuan Penyelenggaraan, Capaian Dan Metode Pembelajaran Pendidikan Pancasila) Dr. Saepudin S.Ag. M.Si.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi

PANCASILA. Pancasila Merupakan Bagian Matakuliah Pengembangan Kepribadian. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE

Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental

Revisi Ke : Tanggal : 10 Oktober 2014 Dikaji ulang : Ketua Prodi D3 Keperawatan Dikendalikan : Badan Penjaminan Mutu Disetujui Oleh : Dekan

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK

BEBERAPA CATATAN YANG PERLU DIPERHATIKAN ISI UNDANG-UNDANG PENDIDIKAN TINGGI SEBAGAI PIJAKAN PELAKSANAAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Indriyani, 2013

KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi :

PANCASILA SEBAGAI KESEPAKATAN BANGSA INDONESIA

BAB I LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA

PENGUATAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyebabnya bukan saja anggaran pemerintah yang relatif rendah tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses belajar mengajar yang dilakukan dengan

PERTEMUAN ORANG TUA MAHASISWA BARU TAHUN AGUSTUS 2017

2 pengaruhnya. Pola baru ini melahirkan penyelenggaraan perguruan tinggi yang mengandalkan pengambilan keputusan berbasis kebijakan strategis, standar

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

PRAKTIK KERJA LAPANG PEMBIMBING

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Azizah, 2013

III. PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN IPA. A. Identitas Program Studi

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

RENCANA OPERASIONAL SEKOLAH TIINGGI ILMU ADMINISTRASI-YPIAMI TAHUN

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KEPUTUSAN KETUA STMIK PRABUMULIH... BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah dunia menunjukkan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

IV. PROGRAM STUDI: PELATIHAN OLAHRAGA PARIWISATA (POPARI) A. Identitas Jurusan/Program Studi 1. Nama Program Studi : Pelatihan Olahraga Pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB VI PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

KANTOR PENJAMINAN MUTU INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

MATERI LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN OSIS ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH ( OSIS )

PANDUAN PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

PROGRAM KERJA BAKAL CALON REKTOR ITS Menuju. Kemandirian, Keunggulan dan Kesejahteraan by : Triwikantoro

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1. Arti pancasila sebagai way of life (pandangan hidup)

KODE ETIK DOSEN MUKADIMAH BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

FAKTA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN

LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. bangsa. Peran pendidikan adalah menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

IMPLEMENTASI FILOSOFI PENDIDIKAN NASIONAL TUT WURI HANDAYANI DALAM PELAKSANAAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI DI STIPRAM YOGYAKARTA Suhendroyono Jurusan Hospitality S1 Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo (STIPRAM) Yogyakarta, Jl. Laksda Adisucipto Km. 5 Yogyakarta 55281 Indonesia, Telp. (0274) 485650, 7487497; Fax. (0274) 485214 ABSTRACT The Education Philosophy of Nation Tut Wuri Handayani represent base to process execution learn to teach in school, since age child early (PAUD) education till College. The implementation in mentioned STIPRAM, tread at Threedevotion College concept, that is Education, Research, and Devotion To Society. In the executing the concept, always be guided by at philosophy of Ki Hadjar consept, that is Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Philosophy become tut wuri handayani, in system nation education, representing third philosophy concept from Ki Hadjar Dewantara. But the philosophy in fact have both its next philosophy, which is executed in informal education that is in family, so that in formal education remain to continue, and at Higher Education implementation ladder in Threedevotion College. Keywords: Education Phylosophy, Nation, Threedevotion College, Tut Wuri Handayani PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Implementasi dalam pengertian etimologi, berasal dari bahasa Inggris implementation, yang berarti pelaksanaan; penerapan (Anton M. Moeliono, dkk.,1993). Filosofi dalam pengertian sehari-hari berarti falsafah. Filosofi atau Falsafah menurut M. Sastrapradja (1978) dapat diartikan dalam dua hal : 1. Dasar serta tujuan yang menjadi landasan hidup; 2. Pertimbangan secara filsafat mengenai jalan dan cara hidup yang harus ditempuh. Implementasi Filosofi Tut Wuri Handayani pada Pendidikan Nasional, untuk Stipram (Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo) Yogyakarta, menekankan pengertian kedua-duanya, yaitu menjadi dasar dan tujuan dalam melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi, dan mempertimbangkan secara filsafat dalam melaksanakan proses belajar mengajar secara sistemik, terprogram, terencana, terjadwal yang harus diikuti oleh seluruh 1 mahasiswa tanpa mermbeda-bedakan status, guna menghasilkan out put atau lulusan sebagaimana yang dicantumkan dalam visi, misi, dan renstra (rencana strategis) Stipram. Hal tersebut dirancang secara filosofi sesuai dengan budaya bangsa Indonesia sebagai sebuah konsep dasar dan dituangkan dalam Statuta Stipram, mengenai visi, misi, dan renstra (rencana strategis) Stipram. Filosofi yang berpijak pada budaya dan tradisi hidup bangsa Indonesia tersebut, merupakan ide kreatif yang bersumber dari local jenius (kebijakan lokal) dari seorang tokoh Nasional, yang dipraktekkan secara langsung pada sistem Pendidikan Taman Siswa. Local genius (Kebijakan lokal) tersebut, tidak bisa dinilai secara materi dalam konteks semangat perjuangan untuk merebut dan mendapatkan kemerdekaan dari kaum imperialisme Belanda. Filosofi tersebut, diterapkan di Taman Siswa, dengan penekanan utama, guru harus berperan sebagai pembimbing murid, mampu membawa peserta didik ke arah yang dicita-citakan, sesuai dengan

2 JURNAL Kepariwisataan Volume 8 Nomor 2 Mei 2014 : 1-14 tingkat perkembangan fisik dan psikis, serta bakat dan minat peserta didik itu sendiri (Ki Hadjar Dewantara, 1977). Filosofi tut wuri handayani Ki Hadjar Dewantara, sesungguhnya diilhami oleh sistem pendidikan modern di Eropa yang berorientasi mempersatukan kembali dan menghidupkan lagi sistem pendidikan yang sudah terpisah dari pengajaran. Sistem ini di Eropa, diilhami oleh sistem pendidikan Pestalozzi yaitu sistem asrama. Selain itu filosofi tut wuri handayani juga diilhami oleh sistem Dalton, Metode Montessori, Humanitaire Methode, dan Pythagoras- School. Implementasi sistem-sistem tersebut tidak lain tujuannya untuk memberikan kemerdekaan atau kebebasan seluas-luasnya kepada peserta didik agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara seimbang antara fisik dan intelek, yang sesuai dengan perkembangan bakat dan minatnya masingmasing. Filosofi tut wuri handayani, dirancang dan diimplementasikan Ki Hadjar Dewantara pada zaman kolonial yang diilhami oleh sistem pendidikan modern di Eropa. Filosofi ini, merupakan suatu model pendidikan yang bercirikan karakteristik bangsa Indonesia, dan sekaligus sebagai suatu upaya untuk menyeimbangkan antara pendidikan gaya barat yaitu kolonial Belanda yang berorientasi kebarat-baratan dengan gaya pendidikan Indonesia. Pendidikan yang berorientasi kebarat-baratan yang diterima rakyat Indonesia ketika itu dinilai sangat kurang dan sangat mengecewakan sebagai alat pendidikan bagi rakyat Indonesia. Misalnya HIS (Hollands Inlands School) sebagai sekolah bumi putra kelas satu, banyak orang yaitu rakyat Indonesia menaruh harapan, karena pendidikan HIS akan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menguasai ilmu pengetahuan sehingga mampu bersaing secara kompetitif dan komparatif dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Namun pada kenyataannya, harapan tinggal harapan, karena harapan tersebut hanya sebuah konsep yang ada di atas kertas dan tanpa implementasi yang jelas kepada peserta didik, seperti sebuah harapan tetapi dalam mimpi disiang bolong. Putra-putri Indonesia, yang lulusan HIS, pada umumnya masih kurang dalam penguasaan ilmu pengetahuan, terutama untuk meneruskan pendidikannya ke sekolah-sekolah yang lebih tinggi, yaitu MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) atau sama dengan SMP sekarang, AMS (Algemeene Middelbare School) atau sama dengan SMA sekarang, dan Universitas. (Ki Hadjar Dewantara, 1977). Sejak Indonesia merdeka dan menjadi Negara yang berdaulat penuh pada 17 Agustus 1945, maka sejak itu pula filosofi tut wuri handayani ditetapkan secara resmi sebagai headline atau berita utama mass media, yang dicantumkan pada logo Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia ketika itu. Pada Logo tersebut bertuliskan Tut Wuri Handayani, sebagai sebuah tali simpul yang mengikat secara filosofi tentang tugas dan tanggung jawab Pemerintah dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan, sebagaimana yang tercantum pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, alinea ke empat. Cita-cita kemerdekaan tersebut adalah sebagai berikut : Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Cita-cita kemerdekaan tersebut berlaku bagi seluruh rakyat Indonesia, baik di dalam maupun di luar negeri, tidak hanya ada dalam konsep

Suhendroyono : Implementasi Filosofi Pendidikan Nasional Tut Wuri Handayani dalam Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi di Stipram Yogyakarta tetapi juga harus diimplementasikan secara konkret kepada peserta didik. Selain itu filosofi tut wuri handayani yang dicantumkan pada logo Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, sesungguhnya diinspirasi oleh rumusan pada Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945, Bab XIII Pasal 31 dan Pasal 32. Rumusan tali simpul filosofi tut wuri handayani, dirumuskan kembali secara utuh dan lengkap dalam Undang-Undang Dasar 1945, yaitu sebagai berikut : Pasal 31 ayat (1) Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran; dan Pasal 31 ayat (2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang. Rumusan Pasal 32 Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia. Karena itu filosofi tut wuri handayani Ki Hadjar Dewantara yang diimplementasikan di Taman Siswa sejak zaman Kolonial Belanda, dan setelah kemerdekaan dijadikan sebagai ikon pendidikan nasional, yang diperkuat secara de yure dan dicantumkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat, dan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 31 dan Pasal 32. Hal tersebut menunjukkan bahwa ikon filosofi tut wuri handayani meneguhkan tekad Pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia dalam mengisi kemerdekaan, ingin menerapkan sistem pendidikan modern tanpa meninggalkan seni dan budaya bangsa Indonesia, namun tetap memenuhi tuntutan dunia internasional, yang dalam implementasinya selalu berpedoman pada falsafah bangsa Indonesia, yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Bertitik tolak pada konteks pemikiran tersebut, maka Visi, Misi dan Renstra Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo (Stipram) Yogyakarta dalam melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi, selalu berpedoman pada filosofi tut wuri handayani. Filosofi tersebut, dalam implementasinya di Stipram dengan menjadikan motto : tut wuri handayani sebagai dasar atau landasan dan tujuan dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, serta dalam melaksanakan administrasi kemahasiswaan dan keuangan, yang merupakan pertimbangan filosofis dalam melaksanakan proses belajar mengajar di Stipram, dengan berpedoman pada Tricon Taman Siswa. Tricon Taman Siswa Ki Hadjar Dewantara, adalah Kontinuitas yaitu Pendidikan harus kontinyu antara kebudayaan dengan perkembangan zaman dan lingkungan masyarakat; Konvergensi yaitu Pendidikan harus terintegrasi antara kebudayaan dengan kebudayaan lain atau kebudayaan universal; dan Konsentris, yaitu Pendidikan harus sebagai pusat dalam menghasilkan manusia yang humanis, yaitu cerdas, intelek, berbudaya, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan tetap mengakui eksistensi diri atau individualitas masing-masing dalam sifat-sifat Bhineka Tunggal Ika. Selain itu tekad Stipram ingin melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang tentang pendidikan, guna menghasilkan output (lulusan) sebagaimana yang dicita-citakan institusi. Selanjutnya dari output tersebut akan menghasilkan Outcame atau kemampuan kerja, yang dimiliki segenap Civitas Academica Stipram, mereka mampu bersaing secara kompetitif dan komparatif dalam menghadapi dunia kerja yang semakin ketat dan selektif. 2. Perumusan Masalah Bertitik tolak pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana implementasi filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani dalam pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi di Stipram Yogyakarta dengan berpedoman pada Tricon Taman Siswa Ki Hadjar Dewantara, guna mensinergikan amanat Undang-Undang Dasar 1945, yang terdapat pada Pembukaan UUD 1945, alinea keempat terutama mencerdaskan kehidupan bangsa, dan Batang Tubuh Pasal 31 dan Pasal 32, dalam melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, dan 3

4 JURNAL Kepariwisataan Volume 8 Nomor 2 Mei 2014 : 1-14 ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial? 3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini dilaksanakan adalah : 1). Mengetahui perkembangan raw input (masukan mentah) mahasiswa baru Stipram dari tahun ke tahun, yang selalu mengalami peningkatan secara signifikan. Data menunjukkan selama 2 (dua) tahun terakhir, untuk tahun akademik 20012/2013 jumlah mahasiswa baru untuk 2 Program studi yaitu jenjang D3 Perhotelan dan jenjang S1 Hospitality sebanyak 750 mahasiswa, dan pada tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 850 mahasiswa, dan untuk tahun ajaran 2014/2015 hingga 3 Juni 2014 jumlah pendaftaran yang sudah definitif, yaitu sudah menerima pakaian seragam kuliah, sebanyak 500 mahasiswa. Diperkirakan jumlah tersebut masih akan terus bertambah, karena mulai kuliah pada awal bulan Agustus tahun 2014. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dalam implementasi filosofi pendidikan nasional Tut Wuri Handayani, dalam pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi, dengan berpedoman pada Tricon Taman Siswa Ki Hadjar Dewantara. Hal tersebut dilakukan guna mensinergikan pendidikan nasional dengan seni dan budaya bangsa Indonesia sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945, yang terdapat pada Pembukaan UUD 1945, alinea keempat yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan Batang Tubuh Pasal 31 dan Pasal 32, dalam upaya melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, serta memajukan kesejahteraan umum, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. 2). Mengetahui pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dharma pertama yaitu pendidikan dan pengajaran dapat diketahui melalui pelaksanaan proses belajar-mengajar. Pendidikan dan Pengajaran dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh tiga kekuatan, yaitu ada Raw Input (Masukan mentah) yaitu mahasiswa, ada Proses yaitu jadwal kuliah tersusun secara sistematis, dan ada Output (Lulusan) serta Outcome (Kemampuan Kerja). Dharma kedua, yaitu penelitian, yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa. Dharma ketiga, yaitu pengabdian kepada masyarakat, yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa. Implementasi Proses belajarmengajar, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, tetap berpedoman pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. 3). Mengetahui perkembangan serapan Output (Lulusan) dan Outcome (Kemampuan Kerja) Stipram dari tahun ke tahun ke dunia kerja atau industri. Ketiga tujuan tersebut mengharuskan Stipram tidak mengenal istilah alumni, tetapi Civitas Academica, yaitu semua keluarga besar Stipram, dari raw input hingga output dan outcome adalah Civitas Academica Stipram. b. Manfaat Hasil Penelitian Manfaat dari hasil penelitian ini dapat dilihat dalam tiga konsep atau teori sebagai landasan dalam implementasi filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani, yaitu :

Suhendroyono : Implementasi Filosofi Pendidikan Nasional Tut Wuri Handayani dalam Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi di Stipram Yogyakarta 1). Manfaat ontologi atau manfaat realitas konsep, teori. Hasil penelitian tentang implementasi filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani di Stipram, dapat dijadikan sebagai bahan referensi dasar, dalam menerapkan kebijakan sistem Pendidikan Tinggi, terutama pada Pendidikan Tinggi Pariwisata, guna meningkatkan raw input (masukan mentah) mahasiswa baru setiap tahun. Tentu saja dengan semakin meningkatnya jumlah mahasiswa yang masuk ke Stipram, maka kuantitas tetap menjadi prioritas tanpa mengesampingkan kualitas, yaitu kualitas proses belajar mengajar ditingkatkan, agar output (lulusan) dan outcome (kemampuan kerja) juga dapat ditingkatkan. 2). Manfaat epistemologi atau manfaat pengembangan konsep, teori. Hasil penelitian tentang implementasi filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani di Stipram, yang berkaitan dengan penerapan Tridharma Perguruan Tinggi selalu terpantau. a). Pelaksanaan proses belajar mengajar, diatur sedemikian rupa agar tidak terjadi tabrakan jadwal kuliah satu sama lain, mengingat jumlah ruang kuliah baru ada 21 ruang, masih akan ditambah lagi. Ruang kuliah yang ada di Stipram baru 21 ruang, dan mahasiswa baru D3 Perhotelan tahun akademik 2013/2014 ada 13 kelas, mahasiswa baru S1 Hospitality ada 7 kelas, jumlah seluruhnya ada 20 kelas. Belum untuk mahasiswa angkatan sebelumnya. Berdasarkan data pendaftaran mahasiswa baru tahun akademik 2014/2015 diperkirakan akan meningkat dari jumlah tahun 2013/2014, maka perlu menambah beberapa ruang kelas baru. Karena itu kebijakan membuat buku panduan akademik, dan diimplementasikan dengan menyusun jadwal kuliah setiap semester tidak sama, dan jam tatap muka antara 14 x hingga 15 x pertemuan, dan pada pertemuan ke 16 diadakan ujian semester. Karena jadwal awal kuliah tidak sama, maka ujian semester untuk setiap semester juga tidak sama. Pada akhir semester 6 untuk D3, dan pada akhir semester 8 untuk S1 diadakan yudisium dan wisuda. Prosesi wisuda dengan ciri khas Stipram, serta dan budaya bangsa Indonesia (Pasal 32 UUD 1945), tetap berpegang teguh pada filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani. Dalam implementasinya, upacara wisuda adalah suatu prosesi ritual sehingga dipandang sakral. Karena itu upacara wisuda agar benar-benar nampak sakral, perlu dibingkai dengan seni dan budaya bangsa Indonesia. Kesakralan tersebut harus nampak sejak awal prosesi hingga penutupan. Karena itu urutan prosesi wisuda menuju ruang wisuda, barisan paling depan adalah pemandu yang membawakan seni tarian budaya daerah, kemudian diikuti para wisudawan/wati, hal ini identik dengan mengantar pengantin ke tempat pelaminan, kemudian diikuti oleh Ketua senat dan anggota Senat Stipram. Selain itu untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas pendidikan, perlu membangun kerja sama antar Perguruan Tinggi Pariwisata, baik luar negeri maupun dalam negeri yang diwujudkan melalui MOU (Memorandum Of Understanding). Pembuatan MOU (Memorandum Of Understanding) Stipram dengan Perguruan Tinggi luar negeri yang sudah ditanda tangani antara lain : Thailand, Taiwan, Malaysia, dan Australia, dan Perguruan Tinggi dalam negeri yang sudah ditanda tangani antara lain : UPY (Universitas PGRI Yogyakarta). Konsekuensi dari pembuatan MOU, disadari sepenuhnya akan ada pertukaran mahasiswa atau 5

6 JURNAL Kepariwisataan Volume 8 Nomor 2 Mei 2014 : 1-14 akan ada mata kuliah tambahan tanpa menambah atau mengurangi SKS yang sudah ada. b). Penelitian wajib bagi dosen dan mahasiswa Stipram. Hasil penelitian baik yang dilakukan dosen maupun mahasiswa, harus dipublikasikan baik melalui Perpustakaan Stipram, maupun Jurnal Kepariwisataan Stipram. Hasil penelitian dosen dan mahasiswa yang akan dipublikasikan melalui Jurnal Kepariwisataan Stipram, terlebih dahulu diseleksi oleh Litbang (Lembaga Penelitian dan Pengembangan) Stipram. Jurnal Kepariwisataan Stipram, terbit tiga kali setahun, yaitu bulan Januari, Mei dan September, dan hingga saat ini lancar, tidak mengalami hambatan. c). Pengabdian Kepada Masyarakat. Untuk Program Studi D3 Perhotelan, pada semester 3 wajib melakukan DCS (Domestic Case Study) yaitu studi kasus domestik, dan pada semester 5 wajib magang kerja di dunia industri selama satu semester. Untuk Program studi S1 Hospitality, setelah selesai semester 5 wajib mengikuti FCS (Foreign Case Study) yaitu studi kasus mancanegara, setelah itu wajib magang kerja di dunia industri, dan pada semester 8 wajib KKN (Kuliah Kerja Nyata). Bagi mahasiswa S1 Hospitality jika FCS (Foreign Case Study) ditempuh selama 6 bulan, maka tidak perlu magang kerja di dunia industri lagi. 3). Manfaat aksiologi atau manfaat penerapan konsep, teori. Penerapan Tridharma Perguruan Tinggi yang sesuai dengan filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani, dan disana sini diadakan trobosan dengan inovasi baru dalam kerangka menghemat biaya, tenaga dan waktu, namun dalam pelaksanaannya harus benar-benar efektif dan efisien sebagaimana yang telah dilakukan Stipram selama ini. Hal tersebut tentu saja tetap dalam koridor filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani dengan konsep Tricon Ki Hadjar Dewantara. Hal tersebut dilakukan dalam rangka memberi kemerdekaan atau kebebasan yang luas kepada mahasiswa agar dapat tumbuh dan berkembang secara seimbang antara fisik dan intelek. Stipram telah meluluskan mahasiswa baik D3 Perhotelan maupun S1 Hospitality, yang sangat dibutuhkan oleh dunia kerja baik swasta maupun Pemerintah. Oleh karena itu keberadaan Stipram dalam mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi sangat diperlukan, dan untuk itu perlu mendapat support baik dari pihak swasta maupun Pemerintah, dalam memajukan pendidikan tinggi, khususnya Pendidikan Tinggi Pariwisata Stipram. TINJAUAN PUSTAKA Buku Karya Ki Hadjar Dewantara, Bagian Pertama : tentang Pendidikan, cetakan kedua, tahun 1977, menjelaskan bahwa Filosofi tut wuri handayani, merupakan sebuah cita-cita yang fundamental dalam upaya untuk menguasai ilmu pengetahuan. Cita-cita yang dirumuskan secara padat dan mendasar, dalam Filosofi tut wuri handayani, bukan saja menyuruh para pemerhati dunia pendidikan untuk berpikir, tetapi juga mengajak untuk berjuang, dan berbuat mewujudkan cita-cita tersebut secara sadar dan bertanggung jawab, yang diimplementasikan dengan melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi. Perjuangan yang dilakukan Ki Hadjar Dewantara ketika itu, dalam mewujudkan Filosofi tut wuri handayani, yang kemudian diambil dan dijadikan sebagai logo Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Filosofi tersebut, disusun secara kronologis menurut urutan, dan dalam implementasinya ada tiga, yaitu : Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Ketiga konsep tersebut, oleh Pemerintah Republik

Suhendroyono : Implementasi Filosofi Pendidikan Nasional Tut Wuri Handayani dalam Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi di Stipram Yogyakarta Indonesia, mengambil konsep yang ketiga sebagaimana yang disosialisasikan oleh Ki Hadjar Dewantara sendiri yang ditulis pada topinya, Tut Wuri Handayani, sebagai landasan fundamental dalam melaksanakan sistem Pendidikan Nasional. Ing Ngarso Sung Tulodo, artinya didepan memberi teladan untuk mencapai perubahan. Misalnya dosen dalam melaksanakan proses belajar mengajar pasti berada di depan ruang kuliah dalam posisi berdiri menghadap dan menatap mahasiswa. Ing Madyo Mangun Karso, artinya ditengah memberi bimbingan, baik koalisi atau oposisi, semua bertanggung jawab untuk mencapai suatu perubahan. Implementasinya, dosen dalam melaksanakan proses belajar mengajar, tanpa mempersoalkan mahasiswa senang atau tidak senang terhadap dirinya, namun ia tetap bertanggung jawab terhadap tugas yang diembannya, guna terwujudnya perubahan dalam cara berpikir dan membangun intelek mahasiswa itu sendiri. Tut Wuri Handayani, artinya dibelakang memberi motivasi. Ketika dosen memberi motivasi, semangat, dan dorongan kepada mahasiswa, maka terlebih dahulu dosen harus mampu memberi contoh dalam hal tersebut, karena akan ditiru oleh mahasiswa. Berarti dosen dalam menerapkan filosofi tut wuri handayani, disini secara implisit terkandung makna ketiga-tiganya, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani. Ketiga konsep tersebut dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, saling berkaitan satu sama lain, dan tidak bisa dipisah-pisahkan, apa lagi hanya memilih Tut Wuri Handayaninya saja. Karena itu untuk menjadi dosen dan tugas utama dosen adalah mengajar, selain untuk meniti karier yang berkaitan dengan pangkat dan jabatan fungsional, juga untuk menghasilkan mahasiswa yang berkualitas. Maka disini tuntutan seorang dosen, ia harus mengajar sesuai dengan disiplin ilmunya, yang didalam bahasa Inggris disebutkan : The right man in the right place. CARA PENELITIAN 1. Metode yang digunakan Peneliti menggunakan metode penelitian Kualitatif Deskriptif Analitis. Penelitian kualitatif digunakan dalam rangka mengolah data dalam bentuk katakata yang ditulis atau bahasa lisan yang diperoleh dari subjek yang sedang diteliti. Penelitian deskriptif digunakan dalam rangka menggambarkan objek yang diteliti sesuai dengan fakta dan kondisi nyata yang dijumpai di lapangan. Analitis digunakan dalam rangka mengetahui hubungan yang saling berkaitan antara ketiga konsep tersebut, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani. Ketika melaksanakan proses belajar mengajar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, harus mampu menganalisis implikasi teori tricon Ki Hadjar Dewantara, yaitu Kontinuitas, Konvergensi dan Konsentris. Hal tersebut dilaksanakan guna terwujudnya cita-cita kemerdekaan dan cita-cita pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan umum, mewujudkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. 2. Populasi dan Sampel Penelitian populasi dilakukan, jika seluruh responden dalam suatu wilayah penelitian dijadikan sebagai sampel. Penelitian populasi, misalnya sensus penduduk. Penelilian populasi dilakukan, jika seluruh responden dalam suatu wilayah penelitian bersifat heterogen, artinya keadaan populasi tentang masalah yang diteliti memang beraneka-ragam. Berarti penelitian populasi memerlukan dana banyak, waktu yang cukup lama, dan tenaga untuk mengumpulkan data juga banyak. Terkait dengan dana, suatu penelitian dapat dilakukan dengan tuntas, jika didukung oleh dana yang memadai, dapat mencapai puluhan juta bahkan ratusan juta rupiah. Terkait dengan waktu, suatu penelitian dapat dilakukan berbulan-bulan bahkan bertahuntahun. Terkait dengan tenaga, suatu penelitian 7

8 JURNAL Kepariwisataan Volume 8 Nomor 2 Mei 2014 : 1-14 sebaiknya dilakukan dengan tenaga lapangan puluhan orang bahkan ratusan orang agar data yang diperoleh benar-benar valid (sahih) dan reliable (handal) (Nicolaus Got, 2011). Karena itu dalam kesempatan ini peneliti tidak melakukan penelitian populasi, tetapi melakukan penelitian sampel. Jadi penelitian sampel dalam hal validitas dan reliabilitasnya, sama dengan penelitian populasi, jika teknik penentuan sampelnya mengikuti teknik-teknik metodologi penelitian yang memenuhi persyaratan ilmiah. Penelitian sampel adalah sebagian responden yang dijadikan sebagai sampel untuk mewakili populasi. Keniscayaan dalam penelitian sampel, jika respondennya benar-benar homogen tentang masalah yang diteliti, cukup dengan mengambil satu orang responden dalam suatu wilayah penelitian, maka hasil dari penelitian tersebut dipandang valid (sahih) dan reliable (handal), karena akan mencerminkan sifat-sifat populasi. Oleh karena itu langkah pertama dalam melaksanakan penelitian sampel, peneliti harus mampu menciptakan kondisi populasi menjadi homogen. Untuk menyakinkan peneliti bahwa responden yang akan diteliti di wilayah penelitian benar-benar homogen atau sejenis, maka sifat-sifat heterogen dapat diatasi dengan cara menyamakan persepsi terhadap suatu masalah sehingga sifat-sifat dari masalah tersebut menjadi homogen. Dengan demikian baik penelitian populasi maupun sampel harus memenuhi syaratsyarat metodologi penelitian yang ilmiah. Penentuan sampel dalam penelitian ini dengan cara : nonrandom sampling purposive sample (Nicolaus Got, 2011), yang dalam implementasinya peneliti menentukan sample tanpa diacak, tetapi langsung tertuju kepada responden kunci yaitu pejabat struktural Lembaga Pendidikan Tinggi Stipram Yogyakarta yang bekerja setiap hari kerja, kecuali hari Minggu dan hari Libur Keagamaan dan hari Libur Nasional di kampus tersebut. Hal tersebut dilakukan, guna mendapatkan data yang autentik, tentang hal-hal yang berkaitan dengan data penelitian. Pejabat Struktural di kampus tersebut, sudah barang tentu memiliki pengetahuan yang signifikan baik yang berdasarkan pengalaman, maupun berdasarkan kemampuan akademis yang berkaitan dengan seluk beluk filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani. 3. Pengumpulan data Cara mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah : a. Dokumentasi dan Kepustakaan. Dokumentasi adalah data yang terdokumen atau tersimpan di Kantor Administrasi Lembaga Pendidikan Tinggi Stipram Yogyakarta, dan Kepustakaan adalah data yang terdapat dalam buku-buku yang tersimpan di Perpustakaan Stipram tentang filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani. b. Observasi dan Partisipasi. Observasi adalah peneliti melakukan pengamatan secara langsung di Stipram, untuk memahami kondisi pada saat ini dalam pelaksanaan filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani. Partisipasi adalah peneliti berbaur dalam kegiatan civitas akademika mahasiswa Stipram, guna mendapatkan data secara konkret tentang implementasi filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani. c. Interview atau Wawancara. Interview atau Wawancara adalah peneliti melakukan tanya jawab secara langsung kepada Ketua Stipram, sebagai penanggung jawab kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi, yang bekerja mengelola pelaksanaan proses belajar mengajar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. (Nicolaus Got, 2011). 4. Analisis Data Cara analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Deduktif, yaitu metode yang digunakan peneliti dalam melakukan analisis data dengan bertitik tolak pada pemahaman pelaksanaan tugas-tugas pendidikan tinggi secara umum tentang implementasi filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani, sebagai landasan fundamental dalam mewujudkan tridharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat di

Suhendroyono : Implementasi Filosofi Pendidikan Nasional Tut Wuri Handayani dalam Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi di Stipram Yogyakarta Stipram berdasarkan statuta Pendidikan Tinggi Stipram yang telah ditetapkan. b. Induktif, yaitu metode yang digunakan peneliti dalam melakukan analisis dengan bertitik tolak pada : Pertama, menganalisis pelaksanaan tugastugas para dosen dalam bidang pendidikan dan pengajaran, berupa metode mengajar, materi yang diajarkan dosen, kehadiran dosen, kehadiran mahasiswa, tugas-tugas mahasiswa, dan pemberian nilai akhir dosen, guna mengetahui tingkat pencapaian prestasi mahasiswa; Kedua, menganalisis pelaksanaan tugas-tugas para dosen dalam bidang penelitian, berupa hasil penelitian dosen yang telah dipublikasikan, dan mampu membimbing mahasiswa dalam menyelesaikan tugas membuat jurnal, baik jurnal Domestic Case Study (DCS) maupun jurnal Foreign Case Study (FCS), dan membuat Laporan Tugas Akhir mahasiswa untuk D3, serta skripsi untuk S1; Ketiga, menganalisis pelaksanaan tugas-tugas para dosen dalam bidang Pengabdian Kepada Masyarakat dengan melaksanakan TMC (Table Manner Courst) berdasarkan permintaan dari sekolah-sekolah seperti SMA, SMK, dan memberikan ceramah kepada komunitas masyarakat terutama di Desa-Desa Wisata yang berkaitan dengan pengembangan objek-objek wisata yang ada di tempat tersebut. Keempat, menganalisis pelaksanaan tugas-tugas para dosen dalam bidang administrasi kemahasiswaan dan administrasi keuangan, berupa hasil laporan yang telah dibuat dan dikoreksi oleh pihak yang memberi tugas-tugas tersebut sebagai wujud akuntabilitas STIPRAM, baik dimata DIRJEN DIKTI, c.q. Kopertis Wilayah V Yogyakarta maupun dimata masyarakat terutama orang tua mahasiswa, serta pihak Stakeholder dan Yayasan. c. Hemeneutik, yaitu metode yang digunakan peneliti untuk melakukan penafsiran tentang efektivitas penerapan filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani, dalam pelaksanaan Tridharma perguruan tinggi Stipram Yogyakarta, yang diilhami konsep Ki Hadjar Dewantara, dan pengembangannya, mengacu pada teori Tricon Taman Siswa, guna menghasilkan Out put dan Out came Stipram sebagaimana yang dicita-citakan. d. Fenomenologi, yaitu metode yang digunakan peneliti dalam melakukan pengamatan dan menganalisis dengan melakukan reduksi melalui tiga tahap, dalam upaya penerapan filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani di Stipram guna menghasilkan Out put (lulusan) dan Out cames (kemampuan kerja) Stipram sebagaimana yang dicita-citakan. Pertama, reduksi fenomenologis, yaitu peneliti mendeskripsi berbagai fenomena yang berpengaruh dan yang tidak berpengaruh dalam pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi Stipram yang meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, dengan berpedoman pada konsep Ki Hadjar Dewantara dan teori Tricon Taman Siswa, guna menghasilkan Out put (lulusan) dan Out cames (kemampuan kerja) sebagaimana yang dicita-citakan; Kedua, reduksi eidetis, yaitu peneliti mengklasifikasi secara cermat berbagai fenomena yang berpengaruh pada satu sisi, dan berbagai fenomena yang tidak berpengaruh pada sisi lain, dalam pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi Stipram yang meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, dengan berpedoman pada konsep Ki Hadjar Dewantara dan teori Tricon Taman Siswa, guna menghasilkan Out put (lulusan) dan Out cames (kemampuan kerja) sebagaimana yang dicita-citakan; dan Ketiga, reduksi transendental, yaitu peneliti menentukan secara cermat fenomena yang paling berpengaruh terhadap pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi Stipram yang meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, dengan berpedoman pada konsep Ki Hadjar Dewantara dan teori Tricon Taman Siswa, guna menghasilkan Out put (lulusan) dan Out cames (kemampuan kerja) sebagaimana yang dicita-citakan (Nicolaus Got, 2010). 9

10 JURNAL Kepariwisataan Volume 8 Nomor 2 Mei 2014 : 1-14 e. Komparatif, yaitu metode yang digunakan peneliti untuk melakukan perbandingan, terhadap pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi Stipram yang meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, dengan berpedoman pada konsep Ki Hadjar Dewantara dan teori Tricon Taman Siswa, guna menghasilkan Out put (lulusan) dan Out cames (kemampuan kerja) sebagaimana yang dicita-citakan, dengan Perguruan Tinggi lain yang sejenis baik di Kopertis Wilayah V Yogyakarta, maupun dengan Perguruan Tinggi sejenis di Kota-kota lain seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Malang, Bali, dan sebagainya (Nicolaus Got, 2010). PEMBAHASAN 1. Filsafat Dalam Pendidikan Kata Filosofi berasal dari bahasa Yunani Philosophy, yang berasal dari dua kata yaitu philos berarti suka, cinta, dan sophia berarti kebijaksanaan. Jadi kata philosophy yang dalam bahasa Indonesianya filosofi berarti kebijaksanaan. Definisi Filosofi atau Filsafat dapat dikemukakan dalam berbagai pandangan (Harold H. Titus, Marilyn S. Smith, Richard T. Nolan, dan dialihabahasakan oleh H. M. Rasjidi, 1984). Hal tersebut menjadi landasan dalam memberi definisi terhadap kata Filosofi atau Filsafat, yang implementasinya dalam pendidikan berkaitan dengan konsep pendidikan nasional tut wuri handayani. Karena itu definisi Filosofi atau Filsafat yang berkaitan dengan konsep pendidikan nasional tut wuri handayani adalah sebagai berikut : a). Filosofi atau Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Definisi ini diterima dalam arti yang informal terhadap apa yang dibicarakan. Misalnya, ketika seseorang ditanya tentang filosofi atau filsafat hidup, maka secara spontan ia akan menjawab, bahwa filosofi atau filsafat hidup saya adalah. Dalam pengertian ini, ia menunjukkan sikap yang informal terhadap sesuatu yang dihadapi. Jika seseorang mengalami suatu krisis atau pengalaman luar biasa, ia akan bertanya : Bagaimana atau apa pengaruh hal tersebut terhadap diri saya? Bagaimana menghadapinya? Kadangkadang jawabannya, menerima saja secara filosofis atau filsafat. Berarti disini seseorang melihat problema tersebut dalam perspektif yang lebih luas, atau sebagai suatu bagian dari sekian problema yang lebih besar. Karena itu dalam situasi tersebut ia menghadapinya dengan tenang dan berpikir secara seimbang sehingga merasa lebih nyaman. b). Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat diyakini benar. Jadi pengertian berfilsafat secara formal mengandung dua implikasi, yaitu memiliki dan melakukan, sehingga tidak dapat dipisahkan sepenuhnya satu sama lain. Karena itu jika tidak memiliki suatu filsafat dalam arti yang formal dan personal, tidak akan dapat melakukan filsafat dalam arti kritik dan reflektif (reflective sense). Memiliki filsafat tidak cukup untuk melakukan filsafat. Suatu sikap filsafati atau falsafi yang benar adalah sikap yang kritis dan mencari. Sikap tersebut sikap terbuka dan toleran, dan mau untuk melihat semua sudut persoalan tanpa prasangka. Berfilsafat tidak hanya berarti membaca dan mengetahui filsafat, tetapi juga memerlukan kepiawaian dalam berargumentasi, memakai teknik analisis dan mengetahui sejumlah bahan pengetahuan, sehingga dapat memikirkan dan merasakan secara filsafati. Ahli filsafat ditandai selalu berpikir kritis. Ia melakukan pemeriksaan terhadap bahan-bahan aktual yang menarik bagi banyak orang dan dapat

Suhendroyono : Implementasi Filosofi Pendidikan Nasional Tut Wuri Handayani dalam Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi di Stipram Yogyakarta membawa perubahan. Terhadap bahanbahan tersebut ia mencoba untuk memahami, melakukan evaluasi kritis terhadap fakta-fakta yang memerlukan pertimbangan (judgment), yang bersifat konsisten dan koheren (berhubungan). Evaluasi-evaluasi kritis memang sering berbeda karena sudut pandang, baik pengalaman pribadi maupun latar belakang kebudayaan dan pendidikan, tempat dan waktu, serta dunia yang berubah. Jika manusia berubah, maka masyarakatnya akan berubah dan alamnya juga akan berubah. Manusia berubah ditandai, ia mudah larut dalam perubahan, tetapi juga ada manusia yang teguh mempertahankan tradisi atau status quonya. Disini ahli filsafat harus mampu menyelidiki dan mengevaluasi bahanbahan yang bermanfaat bagi manusia dan mampu membangun prinsip-prinsip yang konsisten dan koheren (berhubungan) dalam kehidupan. c). Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Dalam konteks ini filsafat berupaya untuk mengombinasikan hasil bermacam-macam sains dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam. Ahli filsafat ingin melihat kehidupan, misalnya dalam pelaksanaan pendidikan, tidak dengan pandangan seorang saintis, seorang pengusaha atau seorang seniman, akan tetapi dengan pandangan yang menyeluruh dari seorang yang memahami hidup sebagai keseluruhan. Ketika membicarakan filsafat spekulatif (Speculative philosophy) yang dibedakan dari filsafat kritis (Critical philosophy), D.C. Broad berkata, Maksud dari filsafat spekulatif adalah untuk mengambil alih hasilhasil sains yang bermacam-macam, dan menambahnya dengan hasil pengalaman 11 dari dunia profesi dan pengalaman praktisnya sendiri. Dengan cara tersebut, diharapkan akan dapat sampai kepada suatu kesimpulan tentang watak dunia profesi yang digelutinya, serta kedudukan dan prospek dunia profesi didalamnya.tidak dipungkiri, banyak kesulitan dan bahaya dalam menentukan pandangan tentang dunia profesi, akan tetapi juga terdapat bahaya dalam membatasi pandangan umum kepada fragmen (bagian-bagian pengalaman kemanusiaan). Tugas dari filsafat adalah memberikan pandangan dari keseluruhan kehidupan dan pandangan tentang dunia profesi, dan untuk mengintegrasikan pengetahuan sains dengan pengetahuan disiplin-disiplin lain, agar mendapatkan suatu keseluruhan yang konsisten dan koheren (berhubungan). Menurut pandangan tersebut, filsafat berupaya membawa hasil penyelidikan manusia dalam dunia profesi, sejarah dan keilmuan, kepada suatu pandangan yang terpadu sehingga dapat memberi pengetahuan dan pandangan mendalam bagi kehidupan manusia. d). Filsafat adalah sebagai analis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. Konsep ini berkaitan dengan fungsi filsafat dalam arti sesungguhnya. Hampir semua ahli filsafat telah memakai metode analis dan berupaya untuk menjelaskan arti istilah-istilah serta pemakaian bahasa. Namun ada juga sekelompok ahli filsafat yang menganggap hal tersebut sebagai tugas pokok dari filsafat bahkan ada segolongan kecil yang menganggap hal tersebut sebagai satu-satunya fungsi yang sah dari filsafat. Orang-orang tersebut menganggap filsafat sebagai suatu bidang khusus yang mengabdi kepada sains dan membantu menjelaskan bahasa, dan bukannya suatu bidang yang luas

12 JURNAL Kepariwisataan Volume 8 Nomor 2 Mei 2014 : 1-14 yang memikirkan segala pengalaman kehidupan. Pandangan seperti ini adalah baru dan telah memperoleh dukungan yang besar pada abad ke-20. Pandangan tersebut akan membatasi apa yang dinamakan pengetahuan (knowledge) kepada pernyataan (statement) tentang fakta-fakta yang dapat dilihat dan hubungan-hubungan antara keduanya, yakni urusan sains yang beraneka warna. Memang ahli-ahli analisis bahasa (linguistic analysis) tidak membatasi pengetahuan sesempit itu. Memang betul mereka itu menolak dan berusaha untuk membersihkan bermacammacam pernyataan yang non-ilmiah (non-scientific), akan tetapi banyak diantara mereka yang berpendapat bahwa kita dapat memiliki pengetahuan tentang prinsip-prinsip etika dan sebagainya, walaupun pengetahuan tersebut dihasilkan oleh pengalaman. Mereka yang memilih pandangan yang lebih sempit, mengabaikan, walaupun tidak mengingkari, semua pandangan yang menyeluruh tentang dunia dan kehidupan, tentang filsafat moral yang tradisional dan teologi. Dari segi pandangan yang lebih sempit ini tujuan filsafat adalah untuk menjelaskan arti dan pemakaian istilah-istilah dalam sains dan urusan sehari-hari. e). Filsafat adalah sekumpulan problemaproblema yang langsung yang mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. Filsafat mendorong penyelidikannya sampai kepada soal-soal yang paling mendalam dari eksistensi manusia. Sebagian dari soal-soal filsafat pada zaman dahulu telah terjawab dengan jawaban yang memuaskan oleh kebanyakan ahli filsafat. Sebagai contoh, adanya ide bawaan telah diingkari orang sejak zamannya John Locke pada abad ke-17. Walaupun begitu, banyak soal yang sudah terjawab hanya untuk sementara, dan ada juga problemaproblema yang belum terjawab. Bertitik tolak pada pola pemikiran filsafat tersebut di atas dan kaitannya dengan filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani, yang dalam implementasinya berkaitan dengan penerapan Tridharma Perguruan Tinggi di Stipram, maka pertanyaan yang muncul adalah : Apakah pokok-pokok masalah filsafat tersebut menjadi landasan atau sekurangkurangnya berkaitan erat dengan hidup, tumbuh dan berkembangnya suatu institusi pendidikan? Apakah pelaksanaan dalam suatu institusi pendidikan harus terkait dengan kebenaran universal dan kebenaran yang diatur dengan undangundang dan kebenaran yang diadopsi dari local genius personality (kebijakan lokal perorangan) yang secara substansi lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaannya serta dapat mempercepat meningkatkan kecerdasan mahasiswa? Pertanyaanpertanyaan tersebut perlu dijawab dengan melakukan berbagai trobosan baru yang relevan dengan permintaan masyarakat industri dan dunia kerja lainnya, serta adanya keberanian dalam mengambil tindakan dan bertanggung jawab mengambil resiko dari kebijakan tersebut. Semua kebijakan yang terkait dengan pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi di Stipram tetap dalam konteks filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani, dengan berbagai inovasi dalam pelaksanaannya, yang dikalkulasi berdasarkan efektif waktu, efisien biaya dan tenaga, dalam pelaksanaannya. Karena itu trobosan yang dilakukan Stipram tetap dalam koridor filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani. 2. Implementasi Pendidikan di Stipram Bertitik tolak pada konsep filosofi

Suhendroyono : Implementasi Filosofi Pendidikan Nasional Tut Wuri Handayani dalam Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi di Stipram Yogyakarta atau filsafat tersebut di atas, maka implementasi hal tersebut dalam pendidikan di Stipram, tetap berpedoman pada buku Panduan Akademik Stipram tahun 2008, dan hingga saat ini masih dipandang relevan kecuali beberapa hal yang perlu diubah sesuai dengan perkembangan situasi pendidikan nasional saat ini. Implementasi dari filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani diwujudkan dalam 2 (dua) program studi, yaitu Program studi, jenjang D3 jurusan Perhotelan, dan Program studi jenjang S1 jurusan Hospitality. Untuk jenjang D3 jurusan Perhotelan, sejak tahun 2012 sudah terakreditasi Ban PT, dengan predikat A, dan untuk jenjang S1 jurusan Hosptality, sejak tahun 2012 juga sudah terakreditasi Ban PT, dengan predikat B. Akreditasi tersebut selain bermakna sebagai wujud legalitas Pengakuan Pemerintah terhadap eksistensi Stipram dalam menyelenggarakan Pendidikan Tinggi di bidang Pariwisata, juga menambah self confidence (percaya diri) bagi seluruh civitas academica Stipram di mata masyarakat baik Indonesia maupun dunia internasional, terutama untuk calon mahasiswa baru yang akan memilih kuliah di Stipram. Dalam rangka mempertahankan akreditasi yang telah dimiliki Stipram sebagai wujud prestasi yang telah diperjuangkan sejak berdiri tahun 2001 dengan nama Akpram, dan pada tahun 2008 beralih nama menjadi Stipram, maka pada tahun 2008, diterbitkan buku Panduan sebagai pedoman dalam menyelenggarakan Tridharma Perguruan Tinggi. Isi buku Panduan Akademik tersebut terdiri atas 10 Bab, dimana BAB I, berisi tentang Ketentuan Umum; BAB II, berisi tentang Kegiatan Pendidikan; BAB III, berisi tentang Sistem Pendidikan; BAB IV, berisi tentang Kurikulum; BAB V, berisi tentang Pembelajaran dan Evaluasi; BAB VI, berisi tentang Identitas Mahasiswa; BAB VII, berisi tentang Kedisiplinan; BAB VIII, berisi tentang Beasiswa; BAB IX, berisi tentang Fasilitas Pembelajaran, dan BAB X, berisi tentang Ketentuan Penutup. KESIMPULAN 13 Implementasi filosofi pendidikan nasional tut wuri handayani dalam Tridharma Perguruan Tinggi di Stipram Yogyakarta, harus berpijak pada landasan filsafat yang kokoh, agar tidak mudah diterpa issue yang tidak diinginkan, baik internal maupun eksternal Stipram. Berarti landasan filsafat yang kokoh pada institusi pendidikan Stipram adalah suatu keniscayaan, sehingga pelaksanaan pendidikan baik akademik maupun administrasi, selalu kokoh terhadap setiap goncangan yang menerpa eksistensinya. Issue-Issue yang tidak dinginkan, namun selama ini pernah terjadi, antara lain masalah suksesi kepemimpinan, masalah kurikulum, masalah kualitas output (lulusan) dan out came (kemampuan kerja), masalah sdm (Sumber Daya Manusia) dosen, dan masalah rasio dosen. Hal tersebut hingga saat ini dapat diatasi dengan baik tanpa menimbulkan gesekan yang mempengaruhi kinerja dosen dan mahasiswa. Landasan filsafat dalam pelaksanaan Tridharma Pendidikan Tinggi di Stipram ada lima (5), yaitu : Pertama, Filsafat adalah dasar untuk membangun sikap dan kepercayaan kepada mahasiswa, bahwa kuliah di Stipram dipandang sebagai modal akademik yang dapat digunakan, ketika output (lulusan) akan terjun ke dunia kerja atau industri: Kedua, Filsafat adalah suatu proses implementasi Tridharma Perguruan Tinggi, yang diwujudkan melalui tiga darma, yaitu Proses belajar-mengajar, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat; Ketiga, Filsafat adalah seluruh aktivitas baik dosen maupun mahasiswa yang terprogram dikampus Stipram untuk mendapatkan gambaran tentang konsep pariwisata sebagai ilmu mandiri dan mudah dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, untuk kesejahteraan individu itu sendiri, dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; Keempat, Filsafat adalah Kebijakan yang mampu untuk melakukan analisis logis, yang bersumber dari bahasa, penjelasan dan konsep, guna melahirkan sains atau pengetahuan dan statement (pernyataan),

14 JURNAL Kepariwisataan Volume 8 Nomor 2 Mei 2014 : 1-14 yang sesuai dengan fakta, agar mampu membedakan pengetahuan yang scientific (ilmiah) dan non-scientific (non-ilmiah); Kelima, Filsafat adalah sejumlah persoalan yang membelenggu diri manusia, tetapi juga ia mampu mencarikan solusi terbaik dalam memecahkan persoalan tersebut yang ditandai manusia dapat hidup dalam suasana damai dan sejahtera. Untuk memudahkan dan lebih lancar dalam pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi di Stipram, baik bagi segenap civitas academica Stipram, maupun bagi masyarakat umum yaitu stakeholder atau dunia industri yang sangat membutuhkan jasa pendidikan pariwisata, maka dibuatkan buku panduan. Buku panduan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi secara lengkap baik kepada semua civitas academica Stipram maupun bagi calon mahasiswa yang memilih kuliah di Stipram setiap tahun ajaran baru. Dengan demikian keberadaan Stipram sebagai sebuah institusi Pendidikan Tinggi Pariwisata terkemuka di Yogyakarta, dari tahun ke tahun semakin diminati oleh calon mahasiswa baru, dan semakin banyak mahasiswanya. Masih banyak trobosan yang dilakukan oleh Stipram dalam memperjuangkan keberadaan Stipram sejajar dengan Perguruan Tinggi Pariwisata lainnya, misalnya membuat MOU (Memorandum Of Understanding) dengan Perguruan Tinggi Pariwisata Negara asing, seperti Thailand, Taiwan, Malaysia, dan Australia, serta dalam negeri seperti UPY. DAFTAR PUSTAKA Anton M. Moeliono, dkk.,(1993), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta Harold H, Titus, Marilyn S. Smith, Richard T. Nolan, dan dialihbahasakan H.M. Rasjidi, (1984), Persoalan-Persoalan Filsafat, P.T.Bulan Bintang, Jakarta Ki Hadjar Dewantara, (1977), Bagian Pertama Pendidikan, edisi ke-2, Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, Yogyakarta Nicolaus Got, (2010), Metodologi Penelitian Kualitatif, Kepel Press, Yogyakarta -----------, (2011), Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kepel Press, Yogyakarta Sastrapradja, M., (1978), Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, Usaha Nasional, Surabaya Sekretariat Negara Republik Indonesia, (1985), Undang-Undang Dasar 1945, Pedoman Penghayatan Dan Pengamalan Pancasila (Tap.MPR. No. II/MPR/1978), Garis-Garis Besar Haluan Negara (Tap.MPR. No. II/ MPR/1983), PT. Cicero Indonesia, Jakarta Suhendroyono, (2008), Panduan Akademik (Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo), Stipram, Yogyakarta