ANALISIS PARADIGMA TAFSIR FEMINISME. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV TAFSIR QUR AN SURAT AL-NISÂ AYAT 34 PERSPEKTIF ASGHAR ALI ENGINEER. A. Konsep Kesetaraan Gender Perspektif Asghar Ali Engineer

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

RAPOR MERAH KAUM FEMINIS Kritik atas Relativitas Tafsir Feminisme terhadap Al-Quran. Nunuy Nurjanah

STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME

Cara Pandang HAM dan Islam terhadap Bagian Perempuan Dalam Hukum Waris Islam

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD

GENDER DALAM PERSPEKTIF AGAMA (ISLAM)

BAB I PENDAHULUAN. membentuk organ tubuh masyarakat. Jika keluarga baik, masyarakat secara

Merupakan metodologi penafsiran Al Qur an Bertujuan untuk menghasilkan produk tafsir berkeadilan Gender Kerangka berpikir didasari oleh Pemikiran

BAB VI PENUTUP. 1. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. telah terdapat beberapa kesimpulan sebagaimana berikut: perempuan tercermin dalam kalimat wa bimaa anfaqu min amwaalihim yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV MAKNA IDEAL AYAT DAN KONTEKSTUALISASINYA

HANIFAH MUYASSARAH FAK. DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM GHAZALI CILACAP

BAB IV PEMERATAAN HARTA WARISAN DI DESA BALONGWONO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB V PENUTUP. digolongkan dalam beberapa bagian: Pertama, perempuan mempunyai. Ketiga, teks keagamaan sangat menghargai perempuan, sehingga

Warisan Wanita Digugat!

Bab 2 LANDASAN ETIKA DALAM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan terhadap sesama manusia, sumber maupun alasannya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

LAMPIRAN TERJEMAHAN AYAT AL-QUR AN

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA/K TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMK TAHUN 2015/2016 Kurikulum Tahun 2013

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA TAHUN 2015/2016 Kurikulum Tahun 2013

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. ISLAM DAN ISU-ISU KONTEMPORER Oleh E.S

Tafsir Edisi 3 : Sekali Lagi: Pemimpin Perempuan!

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

PERSPEKTIF GENDER DALAM ISLAM, Pendekatan Tafsir Al-Qur an Dan Kritik Hadits * H. Yunahar Ilyas ** Abstrak

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk marginalisasi yang terdapat dalam novel Adam Hawa karya. Muhidin M. Dahlan terdapat 5 bentuk. Bentuk marginalisasi tersebut

Suatu ketika Rasulullah harus sedikit menegur Aisyah ketika sang Humaira cemburu berat.

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

ra>hmatan lil alami>n (rahmat bagi alam semesta). Dan salah satu benuk rahmat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Anak Dimulai dari Rumah

BAB VI PENUTUP. Setelah melihat data tentang relasi jender pada tafsir al-sya`râwî, dan

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA TAHUN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian.

HIBAH, FUNGSI DAN KORELASINYA DENGAN KEWARISAN. O l e h : Drs. Dede Ibin, SH. (Wkl. Ketua PA Rangkasbitung)

PENDEKATAN GENDER DALAM PANDANGAN ISLAM

Bolehkah istri diperlakukan sebagai properti, seperti yang diakui oleh Manohara?

BAB V PENUTUP. pertolongan sehingga berjaya menyelesaikan disertasi ini. Disertasi ini akan ditutup

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB VII CATATAN REFLEKSI PENDAMPINGAN. yang melatarbelakanginya. Dari persoalan ekonomi, pendidikan, agama, budaya,

PERILAKU SEKSUAL SEJENIS (GAY) DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM SKRIPSI

I. A. PERMASALAHAN I. A.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

1Konsep dan Teori Gender

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berkembang, dimana saat ini Indonesia mengerahkan segala

Tanya Jawab Edisi 3: Warisan Anak Perempuan: Syari'at "Satu Banding Satu"?

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap

LAMPIRAN TERJEMAH. No Bab Surah/Hadis Terjemah. 1 I QS. al-baqarah: 132 Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan

Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah

Hadits Tentang Wanita Lemah Akal dan Lemah Iman

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

Tinjauan Buku. Phyllis Trible, God and the Rhetoric of Sexuality edisi ketiga (Philadelphia: Fortress Press, 1983), 206 halaman.

Modul ke: Kesalehan Sosial. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi dapat juga

Spirit Keadilan Dalam Warisan :Dirasah Hadis Edisi 37

RIBA DAN BUNGA BANK Oleh _Leyla Fajri Hal. 1

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri

LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU. DINA MARTIANY, S.H., M.Si.

Laki-laki yang berdasarkan Alkitab. (1 Korintus 16:13) Rasul Paulus menuliskan kata-kata ini kepada jemaat di Korintus:

Siapa yang Mengajar Auwloh Berhitung?

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY

MENDAMAIKAN PERSAUDARAAN SEIMAN

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

Potensi Muslimah Muslimah Berpotensi

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

Kelompok Azizatul Mar ati ( ) 2. Nur Ihsani Rahmawati ( ) 3. Nurul Fitria Febrianti ( )

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

Berhati-Hati Dalam Menjawab Permasalahan Agama

Pendidikan Perempuan Ke Arah Pembebasan Gender. Yuyun Yunarti STAIN Jurai Siwo Metro

Al-Wadud Yang Maha Mencintai Hamba-Hamba-Nya Yang Shaleh


QADLA DAN QADAR. Oleh : Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. Penterjemah: A.Q. Khalid

Mengimani Kehendak Allah

Transkripsi:

ANALISIS PARADIGMA TAFSIR FEMINISME Oleh : Muhammad Farid Azmi S.H Abstrak Kajian tafsir Al-Qur an harus dilakukan demi mendapatkan pemahaman secara menyeluruh mengenai makna Al-Qur an itu sendiri, dalam perkembangan zaman isu-isu feminisme mulai mewarnai pemikiran para mufassir terhadap pemahaman teks-teks Al-Qur an, oleh karennya perlu penjabaran lebih lanjut terkait hal tersebut. Tulisan ini merupakan penelitian menggunakan metode deskriptif, dengan rumusan masalah meliputi definisi feminisme, bagaimana pengaruh kesetaraan gender terhadap tafsir ulamak, serta contoh-contohnya. Temuan yang didapat adalah bahwa pemikiran feminisme telah menggeser tafsir-tafsir Al- Qur an sehingga makna yang dilahirkan dari teks-teks Al-Qur an tersebut lebih bebas dan sering tidak bersesuaian dengan pendapat ulamak klasik. Kata Kunci : Tafsir Feminim, Feminisme, Paradigma Tafsir Pendahuluan Isu-isu feminisme selalu berkembang dan masih hangat didiskusikan hingga era kini, tak ayal dari lahirnya faham ini memunculkan tokoh muslim yang tertarik dalam isu feminisme tersebut, sehingga muncullah tokoh feminis muslim yang pemikirannya dapat mengubah corak-corak tafsir terhadap Alqur an. Kajian para feminis muslim ini hubungannya dengan penafsiran Alqur an selalu berkutat seputar perempuan, namun tidak semua ayat-ayat tentang Alqur an dapat dimasukkan dalam isu-isu feminisme, beberapa tafsir feminis muslim tersebut ada yang sama dengan para mufassirin lainnya, namun tak jarang juga berbeda. Dari permasalahan tersebut, sangatlah penting memahami landasan dasar corak pemikiran feminis muslim dalam penafsiran Al-qur an agar tidak menimbulkan kerancuan dan kesan bertolak belakang antara para mufassirin dan feminis muslim. Definisi Feminisme, Gender dan Seks. Tidak mudah untuk merumuskan definisi feminisme secara menyeluruh yang dapat diterima oleh semua feminis, definisi ini selalu berubah sesuai dengan realita social dan kultural yang melatarbelakangi lahirnya paham tersebut, sehingga akan selalu berbeda sesuai pemahaman, tindakan dan persepsi yang dilakukan para feminis itu sendiri. Menurut Kamla dan Nighat, feminisme merupakan suatu kesadaran akan penindasan dan pemerasan terhadap Analisis Paradigma Tafsir Feminis 1

perempuan dalam masyarakat, di tempat kerja dan dalam keluarga, serta tindakan sadar oleh perempuan maupun lelaki untuk mengubah keadaan tersebut 1 Dari definisi tersebut, kesadaran akan penindasan dan pemerasan terhadap perempuan tidak hanya dipahami dari arti sempitnya saja, melainkan harus dipahami lebih luas dan menyeluruh yaitu dengan memahami tindakan tersebut sebagai kesadaran terhadap ketidakadilan gender antara laki-laki dan perempuan, sehingga menurut Yunahar Ilyas mendefinisikan feminisme sebagai kesadaran akan ketidakadilan gender yang menimpa kaum perempuan baik dalam keluarga maupun masyarakat serta tindakan sadar oleh perempuan maupun laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut. 2 Menurut para feminis ketidakadilan ini diakibatkan dari kesalahfahaman mengenai konsep gender dan konsep seks yang diartikan dengan makna sama. Meski memang secara bahasa dua kata ini memiliki arti sama namun secara konsepsional keduanya mempunyai makna berbeda. Pemahaman dan perbedaan antara kedua konsep tersebut sangat diperlukan dalam melakukan analisis untuk memahami persoalan-persoalan ketidakadilan sosial yang menimpa kaum perempuan. Hal ini disebabkan karena ada kaitan yang erat antara perbedaan gender (gender differences) dan ketidakadilan gender (gender inequalities) dengan struktur ketidakadilan masyarakat secara luas. Pemahaman atas konsep gender sangatlah diperlukan mengingat dari konsep ini telah lahir suatu analis gender. 3 Istilah gender digunakan berbeda dengan sex. Gender digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial-budaya. Sementara sex digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi. Istilah sex lebih banyak berkonsentrasi pada aspek biologi seseorang, meliputi perbedaan komposisi kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi, dan karakteristik biologis lainnya. Sementara itu, gender lebih banyak berkonsentrasi kepada aspek sosial, budaya, psikologis, dan aspek-aspek non-biologis lainnya. 4 Banyak teori ahli yang mengemukakan konsep awal terjadinya gender, salah satunya yang dikemukakan Arief Budiman tentang asal muasal pembagian pekerjaan berdasarkan 1 Kamla Bhasin dan Nighat Said Khan, Persoalan Pokok Mengenai Feminisme dan Relevasinya, terj S. Herlina (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1995), hlm 4-5. 2 Yunahar Ilyas, Feminisme Dalam Kajian Tafsir Al-Qur an Klasik dan Kontemporer, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998, cet 2), hlm 42. 3 Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), hlm 4 4 Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur'an (Jakarta: Paramad ina, 1999), hlm 35 Analisis Paradigma Tafsir Feminis 2

seksual. Menurut antropolog Ernestine Friedl, seperti yang dikutip Budiman, pada masyarakat primitif, perempuan lebih penting dari pada laki-laki. Pada masyarakat primitif melahirkan bayi-bayi baru merupakan hal yang sangat penting untuk mencegah kelompok mereka jatuh dalam kepunahan, sehingga peran perempuan untuk melahirkan bayi-bayi menjadi sangat penting. Maka ketika terjadi peperangan, berburu bahkan bercocok tanam, semuanya akan diserahkan pada laki-laki demi menjaga keamanan perempuan dari bahaya yang sewaktu-waktu datang menyerang. Maka lahirlah pembagian kerja berdasarkan seks yang pertama, yakni perempuan bekerja di dalam rumah tangga dan laki-laki bekerja di luar. 5 Namun setelah sebab-sebab munculnya pembagian kerja tersebut hilang karena perguliran zaman, pembagian ini masih berlanjut dan tetap berlangsung hingga berabad-abad lamanya, sehingga perlu adanya pemilahan fungsi antara seks dan gender agar mendapatkan titik adil dari laki-laki dan perempuan. Asumsi dasar kesetaraan gender yang dibawa oleh feminisme berangkat dari teori nurture. Menurut mereka, peran gender hanya berasal dari konstruksi sosial (nurture) semata dan bukan alamiah atau kodrati (nature), sehingga dapat dipertukarkan. Dengan demikian peran gender pada hakikatnya adalah netral, setara, sama, dan dapat dilakukan oleh jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, semuanya adalah sama. 6 Keadaan netral di atas adalah kondisi ideal pria dan wanita gambaran kaum feminis. Jika kenetralan ini dilanggar, maka dalam pandangan mereka akan menimbulkan ketimpangan sosial, yakni diskriminasi terhadap perempuan. Untuk mengetahui tentang apakah telah terjadi ketimpangan, biasanya kaum feminis memakai ukuran kuantitatif, seperti dengan melihat out come atau hasil, lot atau keberhasilan yang telah dicapai pria dan wanita di dunia publik. 7 Studi Gender Lintas Kultur Jikalau anatomi manusia adalah takdir sedangkan gender dapat ditentukan oleh perbedaan yang tidak nampak, maka dapat diharapkan status dan peran antara laki-laki dan perempuan dapat sama dalam semua kultur. Sebaliknya jika karakteristik gender beragam di 5 Arief Budiman, Pembagian Kerja Secara Seksual, Sebuah Pembahasan Sosiologi tentang Peran Wanita di dalam Masyarakat, (Jakarta : Gramedia, 1981), hlm 30-31 6 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru Tentang Relasi Gender, (Bandung: Mizan, 1995), hlm. 95 7 M. Hajir Mutawakkil, Keadilan Islam dalam Persoalan Gender, dalam Jurnal Kalimah, Vol. 12, No. 1, Maret 2014. Analisis Paradigma Tafsir Feminis 3

berbagai kultur, maka gender akan jauh lebih fleksibel dari pada seperti yang diasumsikan di masa lalu. Antropolog telah melaporkan peran gender dari berbagai kultur, di pulau Papua New Guinea pada suku Aparesh, baik laki-laki maupun perempuan bersifat halus, pasif dan secara emosional hangat. Pada suku Mundugumor, keduanya sangat agresif, kasar dan suka memenggal kepala. Sementara itu suku Tchambuli, perempuan lebih dominan dari pada lakilaki, perempuan tidak suka memakai aksesoris, sedangkan laki-laki suka gosip, artistik serta kasih sayang terhadap anaknya. Menurut Epstein dan Coser pada masyarakat industri yang memiliki komitmen terhadap kesetaraan gender masih k=juga muncul dominasi laki-laki terhadap perempuan, semisal Uni Sovyet sebelum bubar, meski telah mendeklarasikan kesetaraan jenis kelamin lebih dari setengah abad lalu, tetap saja status politik tinggi secara eksklusif masih menjadi dunia laki-laki. Sama juga di negara barat yang demokratis, seperti di Skandinavia, perempuan menjadi anggota perlemen 25%, di Perancis 5%, di Amerika Serikat 5%, di Selandia Baru 4% dan di Inggris 4%. 8 Masyarakat di berbagai kultur memiliki semacam standarisasi dalam pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin. Ada pola umum yang kuat dalam dominasi, kepribadian dan kerja, namun pola tersebut tidak bersifat pasti, dibuktikan dari banyaknya fleksibilitas peran gender di berbagai kultur. Di setiap kultur, anak-anak kecil secara sistematis disosiaisasikan supaya menerima asumsi-asumsi yang telah ada, menjadi karakter laki-laki dan perempuan sesuai dengan proses pembelajaran yang diterima selama berkomunikasi dan berinteraksi dengan yang lainnya. Pengaruh Kesetaraan Gender terhadap Tafsir Feminis Kesetaraan gender yang dipegang teguh oleh kaum feminis sangat berpengaruh dengan bagaimana cara feminis menafsirkan ayat-ayat yang berhubungan dengan perempuan, akibat dari keteguhan mereka tersebut, cara pandang feminis senantiasa melihat para mufassir atau fuqaha dalam kacamata kecurigaan bahwa mereka menafsirkan ayat-ayat alquran atau hadis dalam kerangka melestarikan hegemoni atau kepentingan laki-laki atas wanita. Pendukung kesetaraan gender menolak penafsiran yang bersifat tafādhul (mengunggulkan), yang memberikan kelebihan kepada laki-laki atas dasar jenis kelamin. 8 Achmad Gunaryo, Bias Jender dalam Pemahaman Islam : Kesetaraan Jender antara Cita dan Fakta, (Yogyakarta : Gama Media, 2002), hlm 9-10. Analisis Paradigma Tafsir Feminis 4

Amina Wadud adalah salah satu contoh feminis yang berusaha menerapkan konsep kesetaraan gender dengan cara menafsirkan ulang ayat-ayat yang dianggap merugikan perempuan. Dalam perspektifnya, banyak hukum Islam yang selama ini diterapkan di tengah masyarakat Islam adalah hasil konstruksi kaum laki-laki. Wadud ingin membuat konstruksi hukum baru dalam perspektif dan kepentingan perempuan. Ia menolak metode tafsir klasik dan menggantinya dengan metode tafsir baru yang diberi nama Hermeneutika Tauhid. Dengan metode tafsir ini, meskipun al-qurannya sama, produk hukum yang diperoleh sangat berbeda. Sebagaimana banyak pemikir liberal lainnya, Wadud juga berpegang pada kaedah relativisme tafsir. Wadud mengatakan, Tidak ada metode tafsir al-quran yang benar-benar objektif. Masing-masing ahli tafsir melakukan beberapa pilihan subjektif. 9 Cara pandang persamaan gender ini tidak terlepas dari latar belakang sejarah peradaban Barat yang di masa lalu berlaku sangat kejam terhadap wanita. Mereka kemudian bergerak dari satu poros ekstrim ke poros ekstrim lain dalam memperlakukan wanita, dulu mereka menindas wanita habis-habisan, maka kemudian mereka memberikan kebebasan tanpa batas kepada wanita. Bahkan sadar atau tidak sadar kalangan feminis muslim telah berbuat sangat ceroboh dengan menjiplak metode penafsiran Bible di kalangan feminis Kristen. Kelompok ini banyak mempertanyakan hukum-hukum Islam yang dianggap tidak adil dan merendahkan perempuan, mereka menuntut adanya reintepretasi alqur an versi kaum perempuan. Tuntutan ini berasal dari ide penafsiran alqur an secara hermeneutika. 10 Tafsir para Mufassir Klasik dan Feminis Muslim a. Penciptaan Perempuan Allah berfirman pada surat an-nisa ayat 1 Artinya : Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan pasangannya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan 9 Amina Wadud, Quran Menurut Perempuan: Meluruskan Bias Gender dalam Tradisi, terj. Abdullah Ali (Jakarta: Serambi, 2001), hlm 33. 10 Adian Husaini dkk Problematika Tafsir Feminis: Studi Kritis Konsep Kesetaraan Gender, Jurnal At-Tahrir Vol 15 No.2 November 2015, ( Bogor : Fakultas Pascasarjana, Universitas Ibn Khaldun), hlm 375. Analisis Paradigma Tafsir Feminis 5

(mempergunakan) nama-nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS. an-nisa : 1) 11 Memang benar, dalam ayat ini tidak disebutkan secara eksplisit nama Adam dan Hawa, melainkan diungkapkan dengan kata nafs waahidah (seorang diri), zawjahaa (pasangannya), namun melihat dari ayat-ayat lain misalnya QS. albaqarah[2]:30-31, Qs. Ali Imran [3]:59, dan QS al-a raf[7]:27 serta hadis-hadis lainnya, para mufassirin meski tidak seluruhnya seperti az-zamakhsyari, al-aluusi dan Sa id Hawwa memahami dan meyakini bahwa yang dimaksud ayat tersebut adalah Adam dan istrinya Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk kiri Adam. 12 Dasar dari pendapat mereka dilandasi oleh argument-argumen : a. Kata min dalam kalimat wa khalaqa minhaa zaujahaa adalah min tab idhiyyah, yang berarti Hawa diciptakan dari sebagian anggota tubuh Adam. b. Dari hadis Rasulullah SAW diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang menyebutkan secara eksplisit penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam. Sedangkan menurut Riffat Hassan (tokoh feminis), nafs waahidah belum bisa dipastikan bahwa itu adalah Adam, karena baik kata nafs maupun zauj bersifat netral, tidak menunjukkan jenis kelamin tertentu. Nafs secara gramatikal adalah feminism namun secara konseptual adalah netral dan menjadi esensial dari setiap orang, kemudian kata zawj digunakan untuk menunjukkan arti teman, pasangan atau kelompok, secara gramatikal adalah maskulin namun secara konseptual netral, alqur an menggunakannya untuk merujuk pada tumbuh-tumbuhan (QS.55:52) dan binatang (QS. 11:40) di samping juga manusia. 13 Riffat berpendapat bahwa kata Adam adalah istilah Ibrani yang secara literatur berarti tanah, dari kata adamah. Menurutnya alqur an tidak mengakatakan Adam manusia pertama, tidak pula Adam adalah laki-laki, Adam adalah kata benda maskulin, hanya secara linguistic bukan 11 Sahm Al-Nour, Al-Qur an al-kariim, (Jakarta : Sahmalnour Press, 2013), hlm 77 12 Nurjannah Ismail, Perempuan dalam Pasungan : Bias Laki-Laki dalam Penafsiran, (Yogyakarta : LKiS,2003), hlm 166. 13 Amina Wadud, Quran Menurut Perempuan: Membaca Kembali Kitab Suci dengan Semangat Keadilan, terj. Abdullah Ali (Jakarta: Serambi, 2006), 42-44 Analisis Paradigma Tafsir Feminis 6

menyangkut jenis kelamin. 14 Argument-argumen lain yang dapat membantah mufassir klasik adalah : a. Min dalam ayat tersebut menunjukkan jenis yang sama, artinya Hawa diciptakan dari jenis yang sama dengan Adam, yaitu tanah. b. Semua hadis tentang penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam adalah lemah, baik dari segi sanad (ada rawi yang tidak dapat dipercaya) dan matan. 15 b. Kepemimpinan Perempuan Allah berfirman dalam surat an-nisa ayat 34 Artinya : Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki -laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (m ereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. an-nisa : 34) 16 Berdasar ayat tersebut zamakhsyari, Aluusi dan Sa id Hawwa sepakat menyatakan bahwa suami adalah pemimpin terhadap istri dalam berumah tangga, yang mana landasannya sudah jelas dalam kalimat ar-rijaal qawwamuuna ala annisaa. Kata qawwam diartikan sebagai pemimpin. Alqur an juga sudah menyatakan alasan mengapa laki-laki menjadi pemimpin bagi perempuan, yaitu : a. Karena kelebihan laki-laki terhadap perempuan. Kata hum pada kalimat bi maa faddhalallaahu ba dhahum alaa ba dh, adalah berlaku untuk 14 Yunahar Ilyas, Feminisme, hlm 68 15 Yunahar Ilyas, Feminisme, hlm 145-146 16 Sahm Al-Nour, Al-Qur an al-kariim, (Jakarta : Sahmalnour Press, 2013), hlm 84 Analisis Paradigma Tafsir Feminis 7

keduanya sehingga mempunyai makna oleh karena kelebihan yang diberikan Allah kepada sebagian mereka, yakni laki-laki atas perempuan. b. Karena kewajiban laki-laki memberikan mahar dan nafkah keluarga. Menurut Ashgar Ali Engineer (tokoh feminis), ia mengkritik para mufassir klasik yang mengartikan qawwaam sebagai penguasa atau pengawas dan menggunakan ayat ini untuk membuktikan keunggulan definitif laki-laki atas perempuan. Pada masa ayat ini turun, laki-laki bertugas mencari nafkah dan perempuan di rumah menjalankan tugas domestik dikarenakan kesadaran social perempuan waktu itu masih rendah, sehingga tugas mencari nafkah dianggap sebagai keunggulan. Oleh sebab itu kepemimpinan laki-laki terhadap perempuan bersifat kontektual bukan normatif yang harus seperti itu, apabila kontek sosialnya berubah, maka dapat dipastikan pandangan ini juga akan berubah dan merubah pula pola tafsir dari ayat tersebut. 17 Berbeda dengan Amina Wadud, ia dapat menyetujui laki-laki menjadi pemimpin bagi perempuan, namun harus memenuhi syarat : a. Laki-laki sanggup membuktikan kelebihannya b. Laki-laki mendukung perempuan dengan harta bendanya Bagi Amina kelebihan laki-laki sudah dijamin dalam alqur an yakni dalam hal warisan, laki-laki dapat dua bagian dari bagian perempuan, kelebihan ini harus digunakan laki-laki untuk mendukung perempuan. Jadi terdapat hubungan timbal balik antara hak istimewa yang diterima dengan tanggung jawab yang dipikul lakilaki yakni menggunakan kekayaannya untuk mendukung perempuan sehingga ia dijamin harta warisan sebanyak dua kali lipat. 18 c. Kesaksian dan Kewarisan Perempuan Dalam hal kesaksian, Allah berfirman dalam alqur an surat al-baqarah ayat 282 17 Yunahar Ilyas, Feminisme, hlm 146-147 18 Asghar Ali Engineer, Hak-Hak Perempuan dalam Islam, terj. Farid Wajidi dan Cici Farkha Assegaf (Yogyakarta : Yayasan Bentang Budaya, 1994), hlm 61. Analisis Paradigma Tafsir Feminis 8

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu menjalankan sesuatu urusan dengan hutang piutang yang diberi tempoh hingga ke suatu masa yang tertentu maka hendaklah kamu menulis (hutang dan masa bayarannya) itu dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menulisnya dengan adil (benar) dan janganlah seseorang penulis enggan menulis sebagaimana Allah telah mengajarkannya. Oleh itu, hendaklah ia menulis dan hendaklah orang yang berhutang itu merencanakan (isi surat hutang itu dengan jelas). Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangkan sesuatu pun dari hutang itu. Kemudian jika orang yang berhutang itu bodoh atau lemah atau ia sendiri tidak dapat hendak merencanakan (isi itu), maka hendaklah direncanakan oleh walinya dengan adil benar); dan hendaklah kamu mengadakan dua orang saksi lelaki dari kalangan kamu. Kemudian kalau tidak ada saksi dua orang lelaki, maka bolehlah, seorang lelaki dan dua orang perempuan dari orang-orang yang kamu setujui menjadi saksi, supaya jika yang seorang lupa dari saksi-saksi perempuan yang berdua itu maka dapat diingatkan oleh yang seorang lagi. Dan jangan saksi-saksi itu enggan apabila mereka dipanggil menjadi saksi. Dan janganlah kamu jemu menulis perkara hutang yang bertempoh masanya itu, sama ada kecil atau besar jumlahnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih membetulkan (menguatkan) keterangan saksi, dan juga lebih hampir kepada tidak menimbulkan keraguan kamu. Kecuali perkara itu mengenai perniagaan tunai yang kamu edarkan sesama sendiri, maka tiadalah salah jika kamu tidak menulisnya. Dan adakanlah saksi apabila kamu berjual-beli. Dan janganlah mana-mana jurutulis dan saksi itu disusahkan. Dan kalau kamu melakukan (apa yang dilarang itu), maka Analisis Paradigma Tafsir Feminis 9

sesungguhnya yang demikian adalah perbuatan fasik (derhaka) yang ada pada kamu. Oleh itu hendaklah kamu bertaqwa kepada Allah; dan (ingatlah), Allah (dengan keterangan ini) mengajar kamu; dan Allah sentiasa Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu. (QS.al-Baqarah : 282) 19 Para Mufassir sepakat menyatakan bahwa formula kesaksian 1 banding 2 (satu laki-laki sebanding dengan dua perempuan) supaya jika yang satunya lupa, maka satunya lagi dapat mengingatkan, didukung lagi pendapat Sa id Hawwa mengutip pendapat Sayyid Quthub, mengemukakan dua sebab : a. Perempuan tidak banyak berpengalaman dalam urusan transaksi, sehingga mudah lupa detail-detailnya b. Perempuan bersifat emosional Pendapat Asghar juga demikian, bahwa formulasi tersebut tidak menunjukkan perempuan bermutu rendah dari laki-laki, hal itu semata-mata pada masa itu perempuan tidak berpengalaman yang memadai mengenai keuangan dan transaksi bisnis, oleh karena itu dua saksi perempuan dianjurkan Allah. Yang berbeda adalah bahwa laki-laki jika mempunyai pengalaman yang cukup, pengingat tidaklah dibutuhkan bagi mereka. Kemudian walau dua saksi dibutuhkan dalam persaksian perempuan, tapi tetap yang memberikan saksi adalah satu orang, sedangkan yang satunya lagi hanya sebagai pengingat. 20 Maulvi Mumtaz Ali Khan menambahi bahwa kemungkinan permintaan dua saksi perempuan lebih karena masalah fisik mereka sebab ketika perempuan mengalami menstruasi perempuan mungkin tidak bisa pergi mengajukan kesaksian, maka dibutuhkan yang lain untuk mewakili, bahkan ini menunjukkan superioritas perempuan karena hanya perempuan yang bisa menikmati keistimewaan ini dengan mengirimkan yang lain untuk memberikan saksi pengganti. 21 Ahli tafsir lain dari pakistan, Parvez juga menolak inferioritas perempuan karena kata tadhilla yang digunakan dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah [2]: 282 tidak berarti lupa, tetapi lebih bermakna bingung, beliau mengambil kesimpulan seperti itu karena perempuan dibesarkan dalam suatu tata krama dan keadaan yang berbeda, maka dia tidak mempunyai kemampuan menjelaskan masalah, oleh 19 Sahm Al-Nour, Al-Qur an al-kariim, (Jakarta : Sahmalnour Press, 2013), hlm 48 20 Asghar Ali Engineer, Hak-Hak., hlm 87-88. 21 Maulvi Mumtaz A.K, Huquuq al-niswaan, (Heyderabad : Maulvi Book,t.t), hlm 19-20. Analisis Paradigma Tafsir Feminis 10

karenanya membutuhkan orang lain untuk menambahnya. Tetapi kekurangan seperti itu dapat diatasi dengan latihan yang benar dan hanya cukup terbiasa saja. 22 Dalam hal kewarisan, Allah telah berfirman dalam alqur an surat an-nisa ayat 11 Artinya : Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu, (y aitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan dua orang anak perempuan. Dan jika anak itu semua perempuan yang berjumlah lebih dari dua, maka bagian mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan) itu seorang saja, maka dia memperoleh setengah (harta yang ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-bapak, bagian masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia (yang meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak mempunyai anak dan dia diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga. Jika dia (yang meninggal) mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) setelah (dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. (QS. an-nisa : 11) 23 Menurut Zamakhsyari, ayat ini tidak bermaksud mengatakan kekurangan anak perempuan, ia menyebutkan bahwa bangsa Arab sebelum ayat ini turun tidak memberikan hak waris pada kaum perempuan, maka sudah cukup bagi laki-laki mendapatkan dua kali perempuan tanpa harus mengharamkan sama sekali perempuan dapat warisan. Menurut Sa id Hawwa laki-laki dapat bagian dua anak perempuan karena kebutuhan laki-laki terhadap harta lebih besar dari pada perempuan karena banyaknya kewajiban yang ditanggung, seperti nafkah dan sejenisnya. Sedangkan menurut Asghar dan Amina ketentuan ini tidak bersifat diskriminatif terhadap perempuan, menurut Ashgar walau tidak mendapatkan warisan dua bagian, namun ketika menikah ia akan mendapatkan harta tambahan berupa mas 22 Pervez, Mathaalib Al-Qur an, Vol III, ( Lahore : Perves Press, 1979), hlm 367 23 Sahm Al-Nour, Al-Qur an al-kariim, (Jakarta : Sahmalnour Press, 2013), hlm 79 Analisis Paradigma Tafsir Feminis 11

kawin dari laki-laki, selain itu dia tidak berkewajiban menafkahi keluarganya dan itu semua adalah tanggungan suaminya, hanya saja kritik Asghar adalah pandangan penafsiran ayat tersebut yang menganggap anak perempuan lebih rendah nilainya dari pada laki-laki, ini adalah keliru. Kemudian Amina mempunyai pandangan sedikit berbeda, bahwa pembagian warisan sangatlah fleksibel yaitu harus memperhitungkan keadaan orang yang ditinggalkan. 24 Analisis Tafsir Feminis Studi tafsir feminis ini menurut penulis dapat menjadi alternatif tersendiri menanggapi berbagai kebutuhan dalam perkembangan masyarakat Islam dari masa ke masa, namun meski begitu banyak sekali pembahasan feminis yang hanya sebatas pemikiran dan pemahaman saja, karena dalam realitanya, pembagian peran laki-laki dan perempuan memang berbeda meski didasari dengan kesetaraan gender sekalipun. Tidak mungkin kelebihan laki-laki dapat semuanya dimiliki perempuan dan sebaliknya, kelebihan perempuan dapat dimiliki laki-laki. Oleh karena itu, dalam praktiknya, pemikiran-pemikiran feminis tidak sepenuhnya dapat dilakukan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan mengenai tafsir feminis itu sendiri, perlu dipahami setiap proses pencarian makna dari teks-teks Al-Qur an semata-mata hanya untuk mencari kebenaran hakiki yang dikehendaki Allah SWT, oleh karenanya, model penafsiran feminis tersebut adalah wajar dan boleh dilakukan sebagai bentuk pencarian makna hakiki teks wahyu, maka sangat perlu diapresiasi untuk pengembangan keilmuan dan pengembangan pemahaman. Namun harus selalu melihat batasan-batasan agar penafsiran tersebut tidak begitu bebas, artinya penafsiran harus tetap dalam aturan-aturan yang bersesuaian dengan syara. Pemahaman bahwa segala penafsiran hanyalah sebatas pendekatan makna hakiki harus diterapkan, sehingga dapat saling toleransi terhadap perbedaan penafsiran mufassir klasik dan mufassir feminis zaman ssekarang. Simpulan Feminisme adalah kesadaran akan ketidakadilan gender yang menimpa kaum perempuan baik dalam keluarga maupun masyarakat serta tindakan sadar oleh perempuan maupun laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut. Gender digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial-budaya. Sementara sex 24 Yunahar Ilyas, Feminisme, hlm 104 Analisis Paradigma Tafsir Feminis 12

digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi. Pengaruh kesetaraan gender terhadap tafsir feminis ialah cara pandang feminis menjadi penuh kecurigaan terhadap para mufassir atau fuqaha dalam menafsirkan ayat-ayat alquran atau hadis, mereka dianggap menafsirkan alqur an dalam rangka melestarikan hegemoni atau kepentingan laki-laki atas wanita. Tafsir para mufassir klasik dengan feminis muslim sering mengalami perbedaan pendapat yang bertolak belakang antara satu dengan yang lain, namun ada juga yang sama atau dapat disatukan dan saling melengkapi satu sama lain. DAFTAR PUSATAKA Adian Husaini dkk, Problematika Tafsir Feminis: Studi Kritis Konsep Kesetaraan Gender, dalam Jurnal At-Tahrir Vol 15 No.2 November 2015, Bogor : Fakultas Pascasarjana, Universitas Ibn Khaldun. Bhasin, Kamla dkk, Persoalan Pokok Mengenai Feminisme dan Relevasinya, terj S. Herlina, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1995. Budiman, Arief, Pembagian Kerja Secara Seksual, Sebuah Pembahasan Sosiologi tentang Peran Wanita di dalam Masyarakat, Jakarta : Gramedia, 1981 Engineer, Asghar Ali, Hak-Hak Perempuan dalam Islam, terj. Farid Wajidi dan Cici Farkha Assegaf, Yogyakarta : Yayasan Bentang Budaya, 1994. Fakih, Mansour, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997. Gunaryo, Achmad, Bias Jender dalam Pemahaman Islam : Kesetaraan Jender antara Cita dan Fakta, (Yogyakarta : Gama Media, 2002) Ilyas, Yunahar, Feminisme Dalam Kajian Tafsir Al-Qur an Klasik dan Kontemporer, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998, cet 2. Ismail, Nurjannah, Perempuan dalam Pasungan : Bias Laki-Laki dalam Penafsiran, Yogyakarta : LKiS, 2003. Megawangi, Ratna, Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru Tentang Relasi Gender, Bandung: Mizan, 1995. Mumtaz A.K, Maulvi, Huquuq al-niswaan, Heyderabad : Maulvi Book,t.t. Analisis Paradigma Tafsir Feminis 13

Mutawakkil, M. Hajir, Keadilan Islam dalam Persoalan Gender, dalam Jurnal Kalimah, Vol. 12, No. 1, Maret 2014. al-nour, Sahm, Al-Qur an al-kariim, (Jakarta : Sahmalnour Press, 2013. Pervez, Mathaalib Al-Qur an, Vol III, Lahore : Perves Press, 1979. Umar, Nasaruddin, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur'an, Jakarta: Paramadina, 1999 Wadud, Amina, Quran Menurut Perempuan: Meluruskan Bias Gender dalam Tradisi, terj. Abdullah Ali, Jakarta: Serambi, 2001., Quran Menurut Perempuan: Membaca Kembali Kitab Suci dengan Semangat Keadilan, terj.abdullah Ali, Jakarta: Serambi, 2006. Analisis Paradigma Tafsir Feminis 14