BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB 1 PENDAHULUAN. lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

Sedeangkan jumlah lansia Sumatera Barat pada tahun 2013 sebanyak 37,3795 jiwa

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. sebaliknya, masa tua dijalani dengan rasa ketidak bahagiaan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pengobatan dan peralatan (Busse, Blumel, Krensen & Zentner, 2010).Robertson

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

kehidupan yaitu anak, dewasa, dan tua. Seseorang yang melewati fase dewasa usia 60 tahun ke atas dalam kehidupannya dikatakan sebagai lanjut usia.

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup bangsa Indonesia diperkirakan mencapai 70 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu,

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB I PENDAHULUAN. Studi penelitian yang dilakukan oleh lembaga demokrafi Universitas

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pedoman untuk rehabilitasi medik (Gallo, 1998). Kualitas hidup dipakai

para1). BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. biasanya disebabkan oleh usia yang semakin menua (Arking dalam Berk, 2011). Dari masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. Masa mengandung dan bersalin adalah masa yang penting bagi seorang wanita.

BAB I PENDAHULUAN. adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku dimana. individu tidak mampu mencapai tujuan, putus asa, gelisah,

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO usia tahun adalah usia pertengahan, usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut tidak hanya mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi global lansia saat ini yaitu setengah dari jumlah lansia di dunia yakni

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupan yang akan dialami oleh semua individu. Proses ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 24 tahun (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lanjut usia (Departemen Kesehatan [Depkes], 2008). Jumlah lansia

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang insidennya

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anakanak, dewasa, dan akhirnya menjadi tua. Suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa, semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa dari sebuah kehidupan. pada masa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial secara bertahap (Azizah, 2011). Semakin tua rentang kehidupan seseorang maka akan ditandai dengan perubahan secara fisik maupun psikologis yang disebabkan karna adanya proses peralihan dari masa dewasa ke masa lansia, dimana perubahan tersebut ditunjukkan dengan adanya penurunan fungsi fisik, sosial, psikologis, dan akan mengalami penurunan kualitas hidup lansia secara bertahap. Saat seseorang memasuki masa usia lanjut, akan mengalami berbagai perubahan baik secara fisik, mental, maupun sosial. Ketika usia lanjut, lansia akan berusaha untuk melakukan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di kehidupannya. Ketidaksiapan dalam menghadapi perubahan yang menyertai proses perkembangan dalam memasuki usia lanjut akan menempatkan individu didalam posisi yang tidak nyaman dan pada akhirnya akan menjadi sumber stress (Indriana, 2012). Memasuki usia tua, para lansia pada umumnya akan mengalami perubahan psikologis berupa penurunan fungsi kognitif misalnya mudah lupa, sulit untuk mengerti dan menyebabkan lansia menjadi lamban sehingga mempengaruhi psikomotorik yang berhubungan dengan gerakan, tindakan dan koordinasi yang menyebabkan lansia menjadi lebih lamban. Lansia yang berada di Panti Werdha dengan lansia yang bersama dengan keluarganya memiliki perbedaan yang dipengaruhi perasaan jauh dari keluarga dan rasa terbuang dari orang-orang yang disayangi, sehingga lansia yang ditempatkan di panti akan mengalami perubahan perilaku seperti gelisah, pendiam, mudah merasa 1

2 kesal dan tidak sabaran akan mengalami kecemasan (Rosita, 2012). Stressor pada lansia bisa disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya akan menurunkan kemampuan lansia untuk mengatasi masalah. Masalah yang dihadapi dapat berasal dari keadaan fisik yang lemah dan tidak berdaya, kehilangan status seperti yang sebelumya mempuyai jabatan yang lebih tinggi, berada di lingkungan yang baru jauh dari anak atau keluarganya, kehilangan kegiatan atau pekerjaan yang sudah dijalankan selama bertahun-tahun, kehilangan pasangan hidupnya, dan penyakit yang diderita akan memunculkan kecemasan pada lansia yang disebakan karena perubahan yang terjadi. Kecemasan biasanya disertai dengan respon perilaku yang sering terjadi yaitu : gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mendapat cidera, menghindar dari masalah dan menarik diri. Kecemasan merupakan gangguan perasaan takut dan tidak menyenangkan yang dipicu oleh ketidakmampuan lansia dalam menghadapi hubungan interpersonal terhadap orang lain maupun lingkungannya. Faktor-faktor kecemasan yang dialami oleh lansia yang tinggal di panti wherda yaitu lansia merasa khawatir akan penyakitnya akan bertambah parah dan kunjung tidak sembuh, lansia yang selalu merasa sudah tidak diperdulikan lagi oleh keluarganya, diasingkan oleh keluarganya ke panti rehabilitasi khusus lanjut usia, serta lingkungan yang baru. Bila kecemasan ini tidak ditangani dan berlangsung secara terus-menerus akan menyebabkan kelelahan, depresi, dan kematian. Salah satu upaya untuk mengatasi kecemasan adalah dengan meningkatkan kualitas hidup lansia serta meningkatkan harga diri dengan memberikan kebutuhan rasa aman, kebutuhan rasa kasih sayang dan hal positif bagi kesejahteraan lanjut usia. Penurunan fungsi fisik serta adanya gejala dan keluhan karena adanya penyakit kronis sering menyebabkan lansia yang tinggal di panti wherda membutuhkan bantuan teman sebaya dalam kehidupan sehari-hari, dukungan sosial yang baik akan meningkatkan kualitas hidup lansia. Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya (World Health Organization Quality Of Live, WHOQOL). Kualitas hidup merupakan suatu konsep yang sangat luas yang dipengaruhi oleh kondisi fisik individu, psikolgis, tingkat kemandirian, serta hubungan individu dengan lingkungannya (Retno, 2010).

3 Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia adalah dukungan sosial terhadap teman sebaya. Menurut penelitian Kusumawardi (2014) bahwa terdapat hubungan yang sigifikan antara dukungan sosial teman sebaya terhadap lansia yang mengalami hipertensi, dukungan teman sebaya sangat penting dalam meningkatkan kualitas hidup lansia yang sudah tidak memiliki pasangan hidup, tidak lagi tinggal bersama dengan keluarganya, dan masih banyak anggota keluarga lainnya yang menempatkan lansia untuk tinggal di panti wherda dikarenakan kesibukan dari anggota keluarga yang tidak memiliki waktu yang cukup untuk merawat lansia di rumah, dan sebagian besar dikarenakan sudah tidak memiliki keluarga atau kerabat terdekat. Hal diatas menunjukkan bahwa dukungan sosial dari teman sebaya sangat penting dalam menjalani kehidupan hari-hari. Seseorang yang memasuki masa lansia, maka dukungan sosial dari teman sebaya sangat penting untuk membantu lansia agar dapat beraktivitas. Dukungan sosial merupakan bantuan yang diterima oleh individu dari orang lain atau kelompok disekitarnya, dengan membuat penerima merasa nyaman, dicintai, dan rasa saling memiliki, serta dapat membantu dalam mengatasi masalah. Berdasarkan hasil studi Pendahuluan dan survei yang dilakukan dengan wawancara pada hari kamis tanggal 8 Februari 2018 kepada beberapa lansia di Panti Sosial Tresna Wherda Melania Ciputat, Tangerang Selatan terdapat 50 orang lansia. Saat ditanyakan keberadaan teman 17 dari 50 lansia mengatakan mempunyai teman yang akrab untuk diajak bercerita dan selalu menolong apabila di minta bantuan dalam aktivitas sehari-hari seperti pada jam makan atau snack, ada beberapa lansia yang membantu untuk membagikan makanan kepada lansia, membantu dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan lansia yang memiliki keterbatasan fisik, membantu dalam mengambil obat-obatan. Sedangkan 33 dari 50 lansia mengatakan kurang bersemangat untuk melakukan aktivitas sehari-hari, terlihat murung dikarenakan memikirkan sanak keluarga yang tidak juga berkunjung bagi yang masih memiliki keluarga dan takut akan kematian bagi yang tidak memiliki keluarga, terkadang memilih untuk sendiri serta menghindari kontak fisik terhadap orang disekitarnya dan menangis secara tiba-tiba karena merasa rindu dengan keluarga yang jarang untuk menjenguk, sebagian lagi mengatakan bahwa sudah tidak

4 memiliki keluarga atau kerabat terdekat dan membutuhkan bantuan teman sebaya untuk membantu memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kualitas hidupnya. Masalah keperawatan yang ditemukan adalah kecemasan yang disebabkan oleh penurunan fungsi fisik seperti hilangnya kemampuan pendengaran, kemampuan penglihatan, badan mulai membungkuk, kulit keriput, rambut yang sudah memutih, gigi yang sudah mulai berkurang, dan lain sebagainya. Selain itu dengan adanya penurunan fungsi fisik lansia yang berada dipanti akan dengan mudah terkena penyakit seperti flu, batuk, pilek, penyakit paru, diabetes, dan stroke, selain itu juga bisa disebabkan karena kehilangan pasangan hidup, anggota keluarga yang memutuskan untuk menitipkan lansia di panti jompo, keluarga yang jarang untuk berkunjung, kondisi lingkungan sekitar yang tidak sesuai dengan keinginan lansia, keterbatasan untuk melakukan aktivitas sosial yang dapat menyebabkan lansia tidak mampu serta menghindari diri dari interaksi, dan sebagian lagi mengatakan bahwa sudah tidak memiliki keluarga atau kerabat terdekat. Untuk itu lansia dengan penyakit tersebut membutuhkan perhatian serta perawatan khusus dari tenaga medis dan untuk mengatasi kecemasan diharapkan pihak panti, keluarga, ataupun teman yang berada di lingkungan bisa untuk meluangkan waktu bercerita, berbagi pengalaman mengenai masalah yang terjadi pada beberapa lansia. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia yang mengalami kecemasan adalah dengan beberapa upaya promotif yaitu upaya untuk menggairahkan semangat hidup dan meningkatkan lansia agar tetap berguna baik bagi dirinya maupun lingkungan sekitarnya dengan beberapa kegiatan seperti bimbingan rohani, rekreasi, kegiatan lomba antar lansia yang bertujuan untuk mendekatkan antar lansia. Selain itu ada juga upaya preventif yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit yang disebabkan karena proses penuaan, upaya kuratif yang bertujuan bagi pengobatan lansia, dan yang terakhir upaya rehabilitasi yang bertujuan sebagai pemulihan dalam menyembuhkan atau mempertahankan kondisi fisik dan mental yang dilakukan oleh petugas kesehatan yang telah dilatih. Berdasarkan fenomena dan studi pendahuluan yang telah dilakukan dengan para lansia, peneliti tertarik untuk meneliti tentang Hubungan Dukungan Sosial Teman

5 Sebaya Dengan Kualitas Hidup Lansia Yang Mengalami kecemasan di Panti Sosial Trisna Wherda, Melania Ciputat, Tangerang Selatan. I.2 Rumusan Masalah I.2.1 Identifikasi masalah Prevalensi lansia pada tahun 2000 jumlah lansia di dunia sekitar 600 juta (11%), diperkirakan 1,2 milyar (22%) pada tahun 2025 dan menjadi 2 milyar pada tahun 2050 ( WHO, 2012). Sedangkan di Negara berkembang pada tahun 2000 jumlah lansia mencapai 400 juta, tahun 2025 diperkirakan mencapai 800 juta dan tahun 2050 jumlah lansia diperkirakan mencapai 1.49 milyar (WHO, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lansia di dunia dari tahun ke tahun terus meningkat. Di Indonesia jumlah penduduk lansia dari tahun ke tahun juga semakin meningkat. Pada tahun 1980 jumlah lansia di Indonesia terdapat 5,45% lansia (7.998.543 jiwa), kemudian tahun 1990 terdpat 6,29% lansia (11.277.557 jiwa), tahun 2000 terdapat 7,18% lansia (14.439.967 jiwa), tahun 2006 terdapat 8,90% (+19 juta jiwa), pada tahun 2007 terdapat 18,7 % juta (8,42%), tahun 2009 jumlah lansia mencapai 18,7 juta orang (8,5%), tahun 2010 terdapat 9,77 % (+23,9 juta jiwa), pada tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia, pada tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun 2035 sebesar (48,19 juta). UN, Departement of Economic and Social Affairs, Population Division (2017). Sedangkan Prevalensi kecemasan di Amerika pada usia 50-65 tahun lebih besar menderita kecemasan daripada usia lebih dari 65 tahun dengan data 12,7 % dan usia lebih dari 65 tahun dengan data 7,6 % (Brief, 2008). Prevalensi terbaru mengenai kecemasan lanjut usia mulai dari 3,2 % menjadi 14,2% dan lansia dengan usia di atas 65 tahun memenuhi kriteria gangguan kecemasan (Taylor, 2011). Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan survey yang dilakukan dengan wawancara pada hari Kamis tanggal 8 Februari 2018 kepada beberapa lansia di Panti Sosial Trisna Wherda Melania Ciputat, Tangerang Selatan terdapat 50 orang lansia. Saat ditayakan keberadaan teman, 15 dari 50 lansia mengatakan mempunyai teman yang akrab untuk diajak bercerita dan selalu menolong apabila

6 dimintai bantuan dalam aktivitas sehari-hari seperti pada jam makan atau snack ada beberapa lansia yang membantu untuk membagikan makanan kepada lansia, membantu dalam memenuhi kebutuhan hygine lansia yang memiliki keterbatasan fisik, membantu dalam mengambil obat-obatan. Sedangkan 27 dari 50 lansia mengalami kecemasan yang disebabkan karena kurangnya semangat untuk melakukan aktivitas sehari-hari, terlihat murung dikarenakan memikirkan sanak keluarga yang tidak juga berkunjung bagi yang masih memiliki keluarga dan takut akan kematian bagi yang tidak memiliki keluarga, terkadang memilih untuk sendiri serta menghindari kontak fisik terhadap orang disekitarnya dan menangis secara tiba-tiba karena merasa rindu dengan keluarga yang jarang untuk menjenguk, sebagian lagi mengatakan bahwa sudah tidak memiliki keluarga atau kerabat terdekat dan membutuhkan bantuan teman sebaya untuk membantu memenuhi kebutuhannya. I.3 Tujuan Penelitian I.3.1 Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis adanya Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Kuliatas Hidup Lansia Yang Mengalami kecemasan di Panti Sosial Trisna Wherda, Melania Ciputat, Tangerang Selatan. I.3.2 Tujuan Khusus 1. Menganalisis gambaran karakteristik lansia (usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir) yang berada di Panti Sosial Trisna Wherda, Melania Ciputat, Tangerang Selatan. 2. Menganalisis gambaran dukungan teman sebaya pada lansia di Panti Sosial Trisna Wherda, Melania Ciputat, Tangerang Selatan. 3. Menganalisis gambaran kualitas hidup lansia di Panti Sosial Trisna Wherda, Melania Ciputat, Tangerang Selatan. 4. Menganalisis hubungan antara Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Kualitas Hidup Lansia Yang Mengalami kecemasan di Panti Sosial Trisna Wherda Melania Ciputat, Tangerang Selatan.

7 I.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi : 1. Bagi Lansia Lansia dapat mempertahankan hubungan dengan teman sebaya maupun orang lain sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia khususnya yang mengalami kecemasan. 2. Bagi Keluarga atau Pihak panti Keluarga atau pihak panti dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman akan pentinnya dukungan teman sebaya terhadap lansia yang di tinggal atau tidak memiliki keluarga di panti wherda sehingga dapat termotivasi dalam memberikan dukungan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia yang mengalami kecemasan. 3. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan Untuk pendidikan keperawatan hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi tambahan dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya bagi pelayanan keperawatan jiwa dan keperawatan gerotik kepada kualitas lansia yang mengalami kecemasan yang tinggal dipanti wherda. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Untuk Peneliti Selanjutnya bisa sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan dari bangku kuliah, dan menambah pengetahuan dalam hal penelitian. Hasil peneitian ini dapat dipergunakan untuk bahan informasi penelitian selanjutnya terkait Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Kualitas Hidup Lansia Yang Mengalami kecemasan. I.5 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini membahas mengenai Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya terhadap Kuliatas Hidup Lansia Yang Mengalami kecemasan di Panti Sosial Trisna Wherda Melania Ciputat, Tangerang Selatan.