MENINGKATKAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN OPERASI HITUNG MENGGUNAKAN MODEL MAKE-A MATCH SISWA KELAS IV SDN 14/1 SEI. BAUNG.



dokumen-dokumen yang mirip
Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG PERKALIAN BILANGAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 2 KALITENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MENINGKATKANN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI PECAHAN KELAS IV SD NEGERI 129/I SIMPANG RANTAU GEDANG

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Gambar, Prestasi Belajar IPA

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI MELALUI PEMBUATAN MINIATUR MUKA BUMI PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI SIDOMULYO 03

Oleh Mike Akta Buana. Absatrak. Kata Kunci : Keaktifan dan Hasil Belajar, Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

Maulizar. Kata-kata kunci: Hasil Belajar Siswa, Model Pembelajaran Make A Match, Materi Tumbuhan Biji (Spermatophyta).

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

PENERAPAN TEKNIK FORMASI REGU TEMBAK DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

Hasmiati, Baharuddin, dan Sukayasa. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Oleh. Hamidah SDN 1 Cakranegara

ARTIKEL ILMIAH SKRIPSI. Oleh : ROBIATUL HADAWIYAH GJA12D113095

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL

BAB III METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian

Yusuf Gafur Guru Biologi, SMP Negeri 2 Sano Nggoang -

BAB I PENDAHULUAN. bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat

PENERAPAN PAIKEM PADA MATERI MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA (Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Yayuk Jatining Rahayu 4

Oleh: Yuniwati SDN 2 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENGGUNAAN LKS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD 08 KEPAHIANG BENGKULU

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Theresyam Kabanga Program Studi PGSD UKI Toraja ABSTRAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Diajukan Oleh: Eliana Rahmawati

Mufarizuddin,M.Pd. 1 ABSTRAK. Keyword : Hasil belajar Matematika, Strategi Mathematical Investigation

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 349 TANJUNG KAPA MANDAILING NATAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROUND TABLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Eti Rahmawati. Program studi Pendidikan Sosiologi Antropologi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan melalui kegiatan matematika. Matematika juga merupakan

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jurusan Pendidikan Ekonomi Prodi S1 Pendidikan Ekonomi

Jeffry Gagah Satria Frigatanto

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PANCA INDERA DENGAN MENERAPKAN MODEL KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN THE LEARNING CELL PADA POKOK BAHASAN PETA DAN BENTUK POLA POLA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR (IPS) SISWA SMP

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 10 NOMOR 2 OKTOBER 2014

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN BULAT MENGGUNAKAN ALAT PERAGA GARIS BILANGAN SISWA KELAS V SDN 2 SIDOHARJO POLANHARJO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Tugiyana 2 SDN 1 Kalitinggar Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI MEDAN ESTATE

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN MEDIA LECTORA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 16 BANDA ACEH ABSTRAK

NURHASANAH 1), Eka WARNA 1), dan HARIZON 1) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP Universitas Jambi

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SDN NO. 354 BATAHAN III MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI

Penerapan Strategi Pembelajaran Kreatif-Produktif Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SDN Inpres 5 Birobuli

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD NEGERI NO.

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII.B SMP PGRI PEKANBARU

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berlokasi di SMK Negeri 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan pendekatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK DUA TINGGAL DUA TAMU

BAB III METODE PENELITIAN. bahasa inggris dikenal dengan classroom Action Research. Karakteristik dari

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP POSITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VIII A SMPN 2 MARAWOLA ABSTRAK

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

ABSTRAK. Oleh: Wahyuning Triyadi, Aminuddin P. Putra, Sri Amintarti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS V SDN NO MEDAN DELI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

Bambang Supriyanto 36

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Melalui Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran IPA di SDN No. 1 Balukang

Kata kunci: hasil belajar, penggunaan huruf, Think Pair Share

: Pembelajaran Kooperatif tipe TAI, Keaktifan dan Hasil Belajar.

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 2 No. 2 ISSN X. Dian Kustianti. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIOVISUAL GUNA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH PADA SISWA KELAS X SMAN KESAMBEN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI

Penerapan Metode Smart Games untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bilangan Berpangkat Pada Siswa Kelas IX SMPN 1 Kalidawir.

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Ewisahrani Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta,

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ACTIVE LEARNING DENGAN STRATEGI INDEX CARD MATCH

Transkripsi:

MENINGKATKAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN OPERASI HITUNG MENGGUNAKAN MODEL MAKE-A MATCH SISWA KELAS IV SDN 14/1 SEI. BAUNG Devi Haryani 1 ABSTRAK Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berpikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran maka akan tercipta situasi belajar aktif yang sangat menentukan bagi keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran. Akan tetapi pada kenyataannya, aktivitas belajar siswa sangat rendah yaitu dalam aktivitas belajar siswa. Hal ini dipengaruhi kurangnya sarana penunjang pembelajaran yang tidak menggunakan model dalam proses pembelajaran. Untuk mengatasi masalah tersebut maka digunakanlah model Make A-Match. Skipsi ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk meingkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran operasi hitung menggunakan model Make A-Match siswa kelas IV SDN 14/1 Sei.Baung. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam beberapa siklus. Setiap siklus melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui lembar observasi aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa dan lembar observasi guru. Dari hasil observasi memperlihatkan bahwa pada setiap siklus aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal ketuntasannya dengan presentase 44% dan nilai rata-rata 59,6 dan hanya 12 orang siswa yang tuntas. Pada siklus II mengalami peningkatan presentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal 74% dan nilai rata-rata 64 dan hanya 20 siswa yang tuntas, dan pada siklus III ketutasan hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan yaitu dengan presentase 100% dengan nilai rata-rata 85,9, sertta semua siswa tuntas dalam KKM 60. Selain itu aktivitas siswa pada siklus I, II dan III juga mengalami peningkatan yaitu pada siklus I dengan persentase 45% berada pada kategori kurang aktif, siklus II meningkat menjadi 67% dengan kategori cukup aktif dan pada siklus III meningkat juga menjadi 89,7% dengan kategori sangat aktif. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa dengan model Make A-Match dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika di kelas IV SDN 14/1 Sei Baung. Adapun saran yang diajukan yaitu siswa harus mengikuti aturan yang disampaikan oleh guru dalam mencocockkan kartu soal dan jawaban, kepada guru diharapkan menjadikan model Make A-Match sebagai alternative yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Kata Kunci: Aktivitas, model Make A-Match, matematika PENDAHULUAN Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BSNP, 2006). 1 Devi Haryani adalah mahasiswa FKIP PGSD Universitas Jambi. Dosen pembimbing skripsi I Drs.Husni Sabil, M.Pd. dan Dosen pembimbing skripsi II Dra.Destrinelli.M.Pd.

Keterampilan berpikir merupakan suatu kebutuhan, karena dengan keterampilan tersebut seseorang akan memiliki kunci-kunci dalam menyelesaikan masalah, menyaring informasi, pencapaian prestasi atau pembentukan kepribadian. Dimana salah satu dari keterampilan berpikir dapat terlihat pada hasil belajar matematika. Hasil belajar matematika sangatlah penting bagi siswa kelas awal di sekolah dasar karena akan selalu digunakan mereka seumur hidupnya dan dalam kegiatan sehari-haripun berkaitan erat dengan matematika. Kegiatan berhitung merupakan bagian dari matematika awal akan mempengaruhi pengembangan kognitif siswa, kegiatan ini dapat dijumpai setiap hari dan dimana-mana. Begitu dekatnya kegiatan berhitung dengan kehidupan, membuat pengembangan berhitung untuk siswa sekolah dasar menjadi hal yang signifikan. Didalam perkembangan kemampuan matematika, siswa diharuskan menguasai konsep bilangan, yaitu angka-angka yang merupakan dasar ilmu pengetahuan. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari SD untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dann kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, menggelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Dalam mengaktifkan siswa pada proses belajar mengajar, guru harus dapat menggunakan strategi pembelajaran yang tepat dan efektif dengan menggunakan media pembelajaran yang konkrit, menarik dan bervariasi serta mampu memanejemenkan kelas. Untuk mencapai tujuan pembelajaran ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru sebelum memulai proses pembelajaran. Diantaranya adalah guru harus menetapkan materi pelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai berdasarkan kurikulum yang dipakai, melaksanakan metode belajar yang disesuaikan dengan materi dan karakteristik peserta didik sehingga dapat menarik perhatian siswa untuk dapat aktif dalam pembelajaran dan terlihat secara langsung, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Dari hasil wawancara peneliti dan guru kelas IV SDN 14/1 Sei.Baung yang bernama Fitri Gishari.S.Pd, guru masih kesulitan untuk menyampaikan materi pelajaran, khususnya materi operasi hitung bilangan. Kesulitan guru ini terutama dalam penerapan dan penyampaian materi, aktivitas guru yang masih dominan dari pada siswa, membuat pembelajaran matematika dirasakan kurang menarik bagi siswa. Guru sudah menggunakan media dan alat peraga sebagai penunjang materi jika diperlukan, setelah itu guru memberikan pertanyaan kepada siswa tetapi hanya sebagian kecil siswa yang bisa menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Selain itu siswa juga tidak mampu mengemukakan gagasan/ pendapatnya pada saat proses pembelajaran berlangsung karena disini siswa kurang aktif. Pada saat mengerjakan tugas/ latihan banyak siswa yang beraktivitas mencontoh pekerjaan temannya dibandingkan mengerjakan sendiri-sendiri. Berdasarkan keterangan dari siswa kelas IV SDN 14/1 Sei.Baung, semuanya beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sukar untuk dipelajari. Di samping itu proses belajar mengajar selalu diawali dengan penjelasan materi didepan kelas beserta contoh soal dan latihan. Siswa selalu disuruh untuk mencatat apa yang ditulis oleh guru dan tidak melibatkan siswa dalam menyelesaikan masalah. Guru biasanya meminta siswa mengerjakan soal-soal dibuku latihan, kemudian dikumpul dan begitu seterusnya. Keaktifan dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berpikir kritis, dan dapat memecah permasalahanpermasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu guru dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis, sehingga merangsang keaktivan siswa dalam proses pembelajaran. Mc Keachie (dalam Dimyati, 2002:119) mengemukakan 7 aspek terjadinya keaktifan siswa, diantaranya (1) partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran (2) tekanan pada aspek afektif dalam belajar (3) partisipasi siswa dalam

kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antar siswa (4) kekompakan kelas sebagai kelompok belajar (5) kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran (6) pemberian waktu untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik berhubungan maupun tidak berhubungan dengan belajar. Berdasarkan keterangan diatas, timbullah berbagai macam masalah yang didapat, secara umum proses pembelajaran matematika masih memiliki kualitas rendah, dimana guru kurang menarik perhatian siswa yang ditandai dengan aktivitas belajar mengajar yang masih minim, pemilihan model pembelajaran yang kurang sesuai dengan materi yang menyebabkan siswa sulit dalam memahami konsep materi pelajaran. Siswa hanya pasif mendengarkan dan mencatat saja, bahkan siswa senang bermain dari pada memperhatikan guru menerangkan dan mengerjakan tugasnya. Rendahnya nilai hasil belajar siswa khususnya pada materi operasi bilangan yang selalu dibawah standar KKM (kriteria ketuntasan minimal) yaitu 60,00. Hanya 9 orang siswa dari 27 orang siswa keseluruhan yang mendapat nilai lebih dari 60,00. Presentase siswa yang menguasai konsep operasi bilangan hanya sebesar 38%.yang dinyatakan berhasil dari jumlah siswa kelas IV, nilai ini sangat jauh dari harapan. Oleh karena itu diperlukan tindakan kelas yang tepat agar nantinya pada akhir penelitian terjadi perubahan atau peningkatan hasil belajar khususnya pada materi operasi hitung. Dari berbagai masalah yang timbul, akar dari masalah rendahnya kualitas proses pembalajaran matematika, karena guru tidak menggunakan model pembelajaran yang tepat dan kurang menarik perhatian siswa untuk mengikuti jalannya proses belajar mengajar, keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran yang masih rendah dan siswa masih sulit memahami konsep materi operasi hitung. Berbagai model pembelajaran dapat digunakan untuk mempermudah proses pembelajaran operasi hitung. Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan lebih mengarahkan aktivitas belajar. Salah satu model pembelajaran yang digunakan adalah model Make-A Match. Dimana model pembelajaran ini dapat menyenangkan siswa, meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar siswa, model ini juga lebih menggunakan keterlibatan siswa yang diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal serta dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN 14/1 Sei.Baung. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul Meningkatkan Aktivitas Pembelajaran Operasi Hitung Menggunakan Model Make-A Match Siswa Kelas IV SDN 14/1 Sei.Baung. Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut Bagaimana Meningkatkan Aktivitas Pembelajaran Operasi Hitung Menggunakan Model Make-A Match Siswa Kelas IV SDN 14/1 Sei.Baung? METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN 14/1 Sei.Baung dengan jumlah siswa 27 orang siswa yang terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan dengan umur siswa yang berkisar 9-12 tahun, yang dilakukan penelitian pada semester ganjil tahun ajaran 2012-2013. Dalam prosedur penelitian yang dilakukan penulis, meliputi 3 siklus yang masing-masing setiap 1 siklus terdiri dari 3 kali pertemuan yang didalamnya terdapat 4 tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, dan refleksi Observasi dilaksanakan bersama dengan pelaksanaan penelitian. observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran yaitu selama 70 menit (2x35 menit). Observasi dalam penelitian ini adalah proses pengamatan terhadap semua yang terjadi ketika proses pembelajaran berlangsung terhadap tindakan-tindakan yang guru kolaborasi lakukan. Kegiatan observasi merupakan kegiatan penilaian terhadap proses guru dalam mengajar dan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.

Indikator siswa yang di observasi yaitu semangat siswa dalam belajar keaktifan dan aktivitas siswa dalam mencari pasangan atau mencocokkan kartu dalam kegiatan pembelajaran, aktivitas siswa dalam menjalankan atau memahami perintah yang diinstruksikan oleh guru dalam proses pembelajaran, keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan serta dalam menyelesaikan soal yang diberikan guru, dan kemampuan dalam membuat kesimpulan. Indikator guru yang di observasi yaitu kemampuan dalam melakukan apersepsi, penjelasan materi, penguasaan kelas, penjelasan atas model yang diterapkan, penggunaan media pembelajaran, kejelasan suara guru, pemberian pertanyaan dan tugas, menyimpulkan materi dan menutup pembelajaran. Untuk mengetahui atau untuk menganalisis data keberhasilan proses pembelajaran dan hasil penyajian materi diambil data yang diolah adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data pengambilan tentang keaktivan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Pengambilan data tes siswa dan aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung menggunakan lembar observasi (terlampir). Data ini diolah dengan rumus menurut Sudjana (2009:113) adalah: Persentase aktivitas siswa pernidikator = x100% Persentase aktivitas siswa perindikator = x100% Sedangkan untuk menghitung persentase rata-rata skor aktivitas siswa dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Persentase rata-rata skor aktivitas siswa perindikator = Persentase rata-rata skor aktivitas siswa persiswa = Selanjutnya aktivitas siswa yang telah dihasilkan dari tes secara formatif tersebut diinterprestasikan dengan ketentuan yang dikemukakan oleh Arikunto (2010:35) sebagai berikut: Tabel tafsiran presentase untuk aktivitas siswa Interval Presentase Keterangan 0% - 40% 50% - 59% 60% - 69% 70% - 79% 80% - 100% Sangat kurang Kurang Cukup Baik Sangat baik (E) (D) (C) (B) (A) Sedangkan cara yang digunakan untuk menghitung persentase rata-rata aktivitas guru perindikator dan persentase rata-rata aktivitas guru, sebagai berikut:

Persentase aktivitas guru perindikator = Persentase rata-rata skor aktivitas guru = x100% Selanjutnya data keaktifan aktivitas guru yang telah dihasilkan dari tes secara formatif tersebut diinterprestasikan dengan ketentuan sebagai berikut: 3.4 tabel tafsiran persentase untuk aktivitas guru Interval presentase Keterangan 0% - 40% 50% - 59% 60% - 69% 70% - 79% 80% - 100% Sangat kurang Kurang Cukup Baik Sangat baik (E) (D) (C) (B) (A) Sedangkan data kuantitatif adalah data nilai hasil belajar siswa yang diperoleh melalui pemberian tes yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran. Data ini berupa nilai dalam bentuk angka. Ketuntasan baik perorangan maupun klasikal telah tecapai dengan digunakan rumus: Persentase ketuntasan belajar individu = x100% Adapun kriteria ketuntasan individu yang harus dicapai oleh siswa secara minimal mencapai 70% dari kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh guru mata pelajaran matematika dan untuk mengetahui ketuntasan klasikalnya dapat menggunakan rumus menurut Anonim (2007:22) antara lain: Persentase ketuntasan belajar klasikal = x100% HASIL PENELITIAN Hasil penelitian siklus I Penelitian siklus I dilaksanakan pada tanggal 02, 03 dan 04 oktober 2012 selama 6 jam pelajaran. Sebelum pelaksanaan tindakan terlebih dahulu peneliti melakukan persiapanpersiapan yang akan digunakan dalam pelaksanaan tindakan yaitu membuat RPP, membuat lembar observasi, menyiapkan media pembelajaran, dan membuat soal tes untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa. Berdasarkan hasil pengamatan dan pemantauan selama pelaksanaan siklus I, pengajaran dengan menggunakan model Make A-Match belum menunjukkan hasil. Pada siklus I ini siswa telah mau untuk ikut serta dalam kegiatan pembelajaran dan siswa menunjukkan partisipasinya untuk ikut dalam kegiatan pembelajaran yaitu mencari pasangan kartu soal dan kartu jawaban, namun masih juga terdapat kendala-kendala yang dihadapi, maka model ini masih tetap dipertahankan pada siklus berikutnya dimana hasil dan kendala yang ada pada siklus I dijadikan sebagai acuan untuk menyusun rencana kegiatan

pembelajaran pada siklus II. Temuan yang diperoleh selama proses pembelajaran pada siklus I adalah: 1. Dalam kegiatan pembelajaran masih ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan atau penyampaian materi yang diberikan oleh oleh guru 2. Kurangnya perhatian siswa saat guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran sehingga dalam kegiatan mencocokkan kartu soal dengan kartu jawaban ataupun sebaliknyabelum berjalan secara maksimal karena masih ada sebagian siswa yang belum memahami dan siswa ini hanya duduk diam saja dikursi 3. Saat kegiatan pembelajaran berlangsung siswa lebih sibuk dengan kegiatannya sendiri seperti berjalan memamerkan kartu yang dipegangnya kepada teman lain tanpa memperhatikan instruksi yang diberikan oleh guru yaitu agar tidak memperlihatkan kartu soal dan kartu jawabannya selain pasangannya sendiri. 4. Dalam membuat cara jalannya perhitungan operasi hitung ini, hanya sebagian siswa yang benar-benar membuatnya, sementara yang lain sibuk dengan kegiatannya sendiri. Alternative tindakannya adalah sesuai dengan yang diungkapkan oleh B.F Skiner (1958), menurutnya belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif. Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan respon. Adapun langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori kondisioning operan menurut Skinner adalah: 1. Mempelajari keadaan kelas berkaitan dengan perilaku siswa 2. Membuat daftar penguat positif 3. Memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis penguatnya, dan 4. Membuat program pembelajaran berisi urutan perilaku yang dikehendaki, penguat, waktu mempelajari perilaku, dan evaluasi. Menurut Sagala (2011: 15) seorang anak yang belajar telah melakukan perbuatan, dari perbuatannya itu lalu mendapat hadiah, maka dia akan menjadi lebih giat belajar, yaitu responnya menjadi lebih intensif dan kuat. Hasil penelitian siklus II Penelitian siklus II dilaksanakan pada tanggal 09, 10, dan 11 Oktober 2012. Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan untuk mengatasi masalah yang terdapat pada siklus I. Sebelum pelaksanaan tindakan peneliti dan guru kolaborator melakukan persiapanpersiapan yang akan digunakan dalam pelaksanaan penelitian yaitu membuat RPP, lembar observasi, dan soal tes untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II ini semua indikator aktivitas siswa telah mengalami peningkatan, baik pada skor maupuyn pada nilai presentasse skornya dibandingkan dengan siklus I. namun pada pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus II ini guru masih mengalami kendala-kendala pada pelaksaan proses pembelajaran. Adapun kendala-kendala yang dihadapi antara lain: A. Saat guru menyampaikan tujuan pembelajaran siswa kurang memperhatikan. B. Pada kegiatan mencocokkan kartu soal dan jawaban suasana kelas menjadi gaduh karena siswa membacakan soal atau jawaban yang dipegangnya. C. Siswa masih asal mencari pasangan tanpa mencari isi dari kartu yang dipegangnya

Berdasarkan temuan siklus II maka dilakukan perbaikan untuk pelaksanaan siklus III, yaitu dikemukakan oleh Martinis Yamin (2010) dalam Gagne dan Brigs menjelaskan rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam kelas yang diantaranya yaitu: A. Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran B. Mengingatkan kompetensi prasyarat. jadi pada saat guru menyampaikan tujuan pembelajran hendaknya guru juga melibatkan siswa, sehingga siswa akan merasa takut apabila tidak memperhatikan, serta C. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya. Pada saat menyampaikan tujuan pembelajaran hendaknya guru juga melibatkan siswa sehingga siswa akan merasa takut apabila dia tidak memperhatikan. Hentikan kegiatan mencari pasangan kartu jika siswa bekerja dengan bersuara, beri siswa sebuah ancaman siapa yang bersuara berteriak-teriak kartu yang ada ditangannya akan diambil dan tidak boleh mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil Penelitian Siklus III Penelitian siklus III dilaksanakan pada tanggal 16, 17 dan 18 oktober 2012. Pelaksanaan tindakan siklus III dilaksanakan untuk mengatasi masalah yang terdapat pada siklus II. Sebelum pelaksanaan tindakan peneliti dan guru kolaborator melakukan persiapanpersiapan yang akan digunakan dalam pelaksanaan penelitian yaitu membuat RPP, menyiapkan lembar observasi, dan soal tes untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa. Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus III tampak adanya perubahan setelah menggunakan model Make A-Match pada operasi hitung campuran sudah memberikan hasil yang optimal dan ternyata memberikan perubahan pada aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil refleksi menunjukkan bahwa penerapan model Make A-Match ini menimbulkan rasa percaya diri pada siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru, juga melatih keberanian siswa dalam menjawab saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Selain itu juga model ini dapat menumbuhkan rasa disiplin diri dan melatih ketelitian siswa dalam pengerjaan soal. Begitu pula untuk hasil tes yang diperoleh pada siklus III ini ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal sudah mencapai 100% siswa tuntas dan dengan nilai rata-rata 85,9 berarti tindakan yang diberikan sudah baik dan berhasil. PEMBAHASAN Dari hasil penelitian 3 siklus yaitu pada siklus I dilakukan dalam 3 kali pertemuan, siklus II dilakukan dalm 3 kali pertemuan dan pada siklus tiga dilakukan dalam 2 kali pertemuan. Pada setiap siklus yang dilakukan terlihat adanya perubahan aktivitas siswa dan perolehan hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran dalam pelaksanaan penelitian ini. Pada setiap siklus yang dilakukan menggunakan model pembelajaran yang sama yaitu Make A-Match tetapi tindakan yang dilakukan mengalami perubahan yang disebabkan karena adanya perubahan dari diri siswa. Adapun rekapitulasi observasi pada siklus I, II, III yaitu observasi siswa, guru dan hasil tes belajar siswa yang telah dilakukan pada setiap siklus dalam kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.10 rekapitulasi hasil aktivitas siswa siklus I sampai siklus III. No Indikator yang diamati Rata-rata hasil siklus I Rata-rata hasil siklus II Rata-rata hasil siklus III

1 Mencocokkan kartu soal dan jawaban 69 89 103 2 Menjalankan atau memahami perintah 76 105 107 yang diinstruksikan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran 3 Menggunakan alat hitung dalam 76 105 108 operasi hitung 4 Membuat cara jalannya perhitungan 75 76 101 operasi hitung 5 Menjawab pertanyaan 50 76 101 6 Menjelaskan soal yang diberikan oleh 43 88 98 guru 7 Berdiskusi atau mengemukakan 58 85 95 pendapat Jumlah (%) 447 624 713 Rata-rata (%) 59,13 82,54 94,31 Tingkat aktivitas Kurang aktif Sangat aktif Sangat aktif Tabel 4.11 Rekap hasil observasi aktivitas guru siklus I, II, dan III No Indikator Persentase Siklus I Siklus II Siklus III 1 Apersepsi 4 4 4 2 Pemberian motivasi atau menarik 3 4 4 perhatian siswa 3 Menjelaskan tujuan instruksional 3 3 4 pembelajaran 4 Pemberian pengetahuan berdasarkan 3 4 4 kompetensi 5 Pengelolaan kelas 2 3 3 6 Pemberian media pembelajaran 3 4 4 7 Pemberian potongan kartu 3 4 4 8 Bimbingan kepada siswa 4 4 4 9 Memberikan penghargaan individu 3 4 4 10 refleksi 3 3 4 11 Pemberian asesmen (proses) dan evaluasi 3 3 3 12 Memberikan umpan balik 4 4 4 Jumlah (%) 38 44 46 Rata-rata (%) 79 91,6 95,8 Tingkat aktivitas Baik Sangat baik Sangat baik Dari tabel penelitian yang dilakukan pada kegiatan guru pada setiap siklusnya mengalami peningkatan. Pada siklus I jumlah persen yang didapat 38% dengan jumlah ratarata persennya 79% dengan kategori tingkat aktivitasnya baik. Pada siklus II hasil yang didapat jumlah persennya 44% dengan rata-rata 91,6% kategori sangat baik dan pada siklus III kegiatan aktivitas yang dilakukan guru meningkat menjadi 46% sedangkan rata-rata persen meningkat menjadi 95,8% dengan kategori tingkat aktivitasnya sangat baik.

Table 4.12 Rekap hasil belajar siswa pada akhir pertemuan siklus I, II, dan III. No Nama siswa Siklus I II III 1 ANDRI 40 40 70 2 ANDRI ZULFI 50 50 70 3 ANDIKA DARUL FIKRI 50 60 80 4 ANISA ALIYA 50 50 70 5 ANDI PADLI 60 70 80 6 AHMAD SYAFI I 70 80 100 7 A.HALIM PERDANA. K 90 80 100 8 AHMAD SYAI IN 40 60 70 9 ARDILA ANGGRAINI 50 60 80 10 AHMAD RAFIQI 50 50 80 11 HUSNUR RIFKI 40 60 80 12 LUTPIATUN NISA 50 60 80 13 M.MILADI NAKWA 40 60 100 14 M.ELMITA SUBRI 80 90 100 15 MUTMAINAH 70 80 80 16 PUTRI IHROTUN 50 60 90 17 PUTRI NABILA 40 50 80 18 PUJA MAWADDAH 80 90 100 19 ASWARNI 40 50 80 20 ANA KHOTRUN NADA 90 100 100 21 ROIHANATUL INNAJAH 80 90 90 22 SUMARNI 50 60 80 23 SUNDIKA WARDANI 80 90 100 24 UMIL ATIKA 100 100 100 25 WASILA TURRAHMAN 70 80 100 26 WAHYU FEBRIAN 60 70 90 27 WAPA ADE SAPUTRA 40 50 70 Jumlah nilai 1610 1840 2320 Rata-rata kelas 59,6 64 85,9 Siswa tidak tuntas 15 7 0 Siswa yang tuntas 12 20 27 Ketuntasan klasikal % 44% 74% 100% Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar siswa secara individu maupun klasikal menggunakan model Make A-Match ini mengalami peningkatan pada setiap siklusnya yaitu pada siklus I ketuntasan dengan persentase 44% dan nilai rataratanya 59,6. siklus II dengan ketuntasan secara klasikalnya 74% dan nilai rata-ratanya 64, siklus III persentase ketuntasan secara klasikalnya adalah 100% dan nilai rata-ratanya 85,9 dan aktifitas siswa pada siklus I, II dan III juga mengalami peningkatan yaitu pada siklus I dengan persentase 59,13% berada pada kategori kurang aktif, siklus II dengan kategori sangat aktif dengan persentase 82,54%, sedangkan pada siklus III meningkat menjadi 94,31% dengan kategori sangat aktif. Pada siklus I ini ada 15 siswa yang belum mengalami perubahan dan hasil belajar belum meningkat. Untuk itu perlu adanya perbaikan pada siklus selanjutnya dan peningkatan hasil belajar siswa terutama kepada siswa yang belum tuntas dan siswa yang mengalami masalah pada aktivitas belajarnya yang akan dilanjutkan perbaikannya pada siklus II.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus II terjadi peningkatan yang sangat signifikan dengan tingkat keaktifan siswa yang dapat dilihat pada lembar observasi yaitu ratarata sebesar 67% dengan tingkat aktivitas cukup aktif. Untuk itu aktifitas belajar ini sangat perlu dipertahankan sehingga permasalahan yang muncul pada siklus II ini atau yang dihadapi siswa dalam belajar matematika dapat teratasi dengan menggunakan model Make A- Match ini yang pelaksanaan tindakannya juga harus lebih ditingkatkan. Siswa yang tergolong belum tuntas dalam hasil belajaranya ada 7 siswa yang mengalami masalah terutama malas mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Untuk menuntaskan hasil belajar 7 siswa ini perlu dilakukan perbaikan dan direkomendasi pada pelaksanaan siklus III. Berdasarkan hasil siklus I dan siklus II diatas maka dapat diambil tindakan pada siklus III dengan jumlah siswa yang belum tuntas 7 orang siswa dan pada siklus III ini dilaksanakan 2 kali pertemuan. Nilai tes hasil pada siklus III semua siswa drastis tuntas dalam belajarnya atau mengalami peningkatan yang sangat baik dengan rata-rata nilai siswa yaitu 70 dan ketuntasan klasikalnya 100%. Hal ini disebabkan siswa dalam proses pembelajaran lebih mmperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru dan juga siswa telah mempelajari materi pelajaran dengan baik, siswa merasa nyaman dalam belajar dan siswa lebih diajak belajar sambil bermain dengan menggunakan model Make A-Match. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran metematika dengan menggunakan model Make A-Match dapat dipertahankan karena dapat meningkatkan keaktivitas dan hasil belajar siswa. Model Make A-Match ini dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat, membuat siswa lebih bersemangat dalam belajar dan lebih memahami materi yang diberikan oleh guru. Hal ini juga dikemukakan oleh Rosmaniar (2010) terhadap siswa kelas III SDN 186/IX Muaro Jambi pada pembelajaran matematika materi operasi hitung pada bilangan bulat positif dengan menggunakan model Make-A Match diperoleh adanya peningkatan dalam hasil belajar siswa yang ditandai dengan meningkatnya hasil belajar siswa pada materi tersebut. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dapat disimpulkan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model Make A-Match perlu persiapan yang matang yaitu guru harus mempersiapkan kartu soal dan jawaban yang matang dalam pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Untuk mewujudkan itu guru perlu memberi motivasi dan bimbingan kepada siswa. Motivasi tersebut bisa berupa poin dan rangsangan berupa pemberian hadiah-hadiah berupa permen, pensil dan kado bagi siswa yang mampu menjawab pertanyaan guru. Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus III tampak adanya perubahan setelah menggunakan model Make A-Match pada operasi hitung campuran sudah memberikan hasil yang optimal dan ternyata memberikan perubahan pada aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil refleksi menunjukkan bahwa penerapan model Make A-Match ini menimbulkan rasa percaya diri pada siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru, juga melatih keberanian siswa dalam menjawab saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Begitu pula untuk hasil tes yang diperoleh pada siklus III ini ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal sudah mencapai 100% siswa tuntas dan dengan nilai rata-rata 85,9 berarti tindakan yang diberikan sudah baik dan berhasil. Pada siklus III ketuntasan hasil belajar juga mengalami peningkatan persentase 100% dengan nilai rata-rata 85,9 serta semua siswa tuntas dalam KKM 60. Selain itu aktivitas siswa pada siklus I, II dan III juga mengalami peningkatan yaitu pada siklus I dengan persentase 45% pada ketegori kurang aktif, siklus II meningkat menjadi 67% dengan kategori cukup aktif dan pada siklus III meningkat juga menjadi 89,7% dengan kategori sangat aktif. Sehingga dapat ditegaskan penggunaan model Make A-Match yang diterapkan dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Telah terbuktinya model Make A-Match dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam mata pelajaran matematika, maka disarankan kepada: 1. Siswa: diharapkan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yaitu mencocokkan kartu atau mencari pasangan kartu pertanyaan dan kartu jawaban dengan mengikuti aturan yang diberikan oleh guru. 2. Guru: diharapkan dalam kegiatan belajar mengajar guru menjadikan model Make A- Match sebagai suatu alternatif dalam mata pelajaran matematika untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam pembelajaran matematika maupun pelajaran lain. 3. Kepada pihak sekolah dapat menggunakan model Make A-Match untuk memperbaiki proses pembelajaran matematika di SD dan menyediakan sarana pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN Achjar, Chalil. 2010. Pengertian Definisi Pembelajaran Menurut Para Ahli, (online) (http://carapedia.com/pengertian_definisi_pembelajaran_menurut_para_ahli_info 507.html. diakses 12 juni 2012) Djamarah & Zain Aswan. 2010.Startegi Belajar Mengajar Jakarta: Rineka Cipta Dwiwandono, Wuryani, Esti, Sri. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo. Ekawarna. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada. Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Hardini, Isriani & Puspita Sari, Dewi. 2012. Strategi Pembelajaran terpadu. Yogyakarta: Familia. Lorna, Curran. 1994. Pembelajaran Kooperatif Make A-Match, (online), (http://tarmizi.wordress.com/2008/12/03/pembelajaran-kooperatif-make A-Match/. diakses 12 juni 2012). Mustakim, Burhan & Astuty, Ary. 2008. Ayo Belajar Matematika. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Purwanto. 2008. Evaluasi Hasil Belajar. Surakarta: Pustaka Pelajar. Rohani, Ahmad. 2010. Pengelolaan pengajaran. Jakarta: PT Asdi Mahasatya Rosmaniar. 2010. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika Materi Operasi Hitung Pada Bilangan Bulat Positif dengan Menggunakan Model Make A-Match di Kelas III SDN 186/IX Muaro Jambi (Skripsi tidak diterbitkan). Jambi: Unja. Sagala, Saiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Saiful4min. 2011.Metode- Make- A Match-Persiapan, (online) (http//saiful4min.blogspot.com/2011/02/metode-make-a-match-tujuan-persiapandan.html/ diakses 12 juni 2012) Sams, Hartini, Rosma. 2010. Model PTK. Yogyakarta: Teras. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. Wahab, Aziz, Abdul. 2009. Metode dan Model Mengajar. Bandung: Alfabeta Yamin Martinis. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. jakarta: Gaung Persada Press