-- A. PARADIGMA PENGKONDISIAN KLASIKAL



dokumen-dokumen yang mirip
Pilihlah salah satu jawaban yang Anda anggap benar dari empat pilihanjawaban B, C, atau D)

Le L ar a n r i n ng n g (Pa P r a t r 1) 1 By : Ika Sari Dewi

Teori-Teori Belajar: Behaviorisme Watson dan Teori Kondisioning Klasik Pavlov

Untuk pemahaman yang lebih mendalam, perlu diuraikan definisi belajar tersebut melalui penjelasan dari komponen-komponen dan istilah-istilah serta

Bab 5 Proses Belajar Konsumen

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi

Perilaku Konsumen. Pengantar. Hikmah Ubaidillah, M.IKom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Marketing Communication

Prinsip dan prosedur dasar modifikasi perilaku

antara stimulus dan respon. Menurut Pavlov respon dari seseorang tergantung

SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : PSIKOLOGI BELAJAR KODE MATAKULIAH /SKS = MKK / 2 SKS

Teori Belajar Behavioristik

KOMPONEN DASAR TEORI KONDISIONING

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME (TINGKAH LAKU)

TEORI behaviorism. Teori belajar koneksionisme

Prinsip dan prosedur dasar modifikasi perilaku

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

Konsep-konsep Modifikasi Perilaku. Danang Setyo Budi Baskoro, S.Psi., M.Psi

B.F. Skinner. Pendekatan Psikologi Skinner

Social Learning Theory

Behavior and Social Learning Theory

~ TIPE-TIPE PENGUATAN

Tugas Aliran Pendidikan dan teori-teori Belajar Page 1

MEMAHAMI TEORI-TEORI PERILAKU BELAJAR DALAM ORGANISASI

Behaviorisme. Disusun oleh: Dr. phil. Hana Panggabean

IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR IVAN PETROVICH PAVLOV (CLASSICAL CONDITIONING ) DALAM PENDIDIKAN

Perilaku Konsumen Summary Chapter 9

BIOPSYCHOLOGY: LEARNING AND MEMORY

SKINNER TIGA ASUMSI DASAR SKINNER

MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN BIMBINGAN DAN KONSELING (BK) SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

PENGANTAR & PENGKONDISIAN KLASIK

MODUL PERKULIAHAN PERILAKU KONSUMEN. Jenis-Jenis Pembelajaran. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME CLARK LEONARD HULL

BAB II PERTUKARAN SOSIAL GEORGE CASPAR HOMANS

TEORI BELAJAR TINGKAH LAKU

AWAL MUNCULNYA TEORI BEHAVIORISME

TEORI BELAJAR SKINNER

PENERAPAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya. psikologi pendidikan dan psikologi belajar.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep Belajar Mandiri (Self-directed Learning) sebenarnya berakar dari. dipaparkan Munir (2001:1-4) sebagai berikut:

MODUL GURU PEMBELAJAR

PROSES BELAJAR KONSUMEN

MEMELAJARI TEORI-TEORI BELAJAR. Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura Ambon

Teori-teori Belajar. Teori Behavioristik. Afid Burhanuddin. Memahami teori-toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran.

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PLPG PGSD UAD 2016

MEMAHAMI TEORI-TEORI PERILAKU BELAJAR DALAM ORGANISASI

LEARNING OLEH: ASEP SUPENA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian korelasional bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada satu

Pengertian Normal dan Abnormal

BAB III METODE PENELITIAN. pemilihan tempat di Kecamatan sentajo raya Kabupaten Kuantan Singingi. segi waktu dan biaya penulis merasa terjangkau.

MODUL GURU PEMBELAJAR

Prinsip dan prosedur dasar modifikasi perilaku

BAB III METODE PENELITIAN

(Struktur Masyarakat, Proses dan Interaksi Sosial, Proses komunikasi)

Selamat Membaca dan Memahami Materi Tentang Perkembangan Kognisi pada Masa Bayi Psikologi Perkembangan I Dosen :

METODE IQRA' K.H. AS AD HUMAM PERSPEKTIF BEHAVIORISTIK. Kuswoyo Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Belajar modeling disebut belajar observasi karena belajar modeling lebih menekankan pada

MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

MODUL GURU PEMBELAJAR SLB TUNAGRAHITA

SKALA PSIKOLOGI. Wahyu Widhiarso

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Prinsip dan prosedur dasar modifikasi perilaku

Universitas Kristen Maranatha

Sikap Terhadap Merek yang Dikondisikan secara Klasik

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian fungsi terminal ini adalah di kantor Dinas Perhubungan

BAB III METODE PENELITIAN

Bab IV Pengujian dan Analisis

Prinsip dan prosedur dasar modifikasi perilaku

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kajian Tentang Teori Pembiasaan Klasikal ( Classical Conditioning )

II._TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses

Oleh : Muh. Mustakim, M.Pd.I

BAB III METODE PENELITIAN. semua pengguna akhir sistem (end-user) pada Dinas Pendapatan, Pengelola

MAKALAH KONTRIBUSI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR ORANG DEWASA DI MASYARAKAT. Disampaikan pada seminar nasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang sebenarnya terjadi di lapangan. Penelitian korelasional merupakan penelitian

REAKTUALISASI PENDIDIKAN BEHAVIORISTIK

PENINGKATAN PERILAKU DISIPLIN BELAJAR SISWAMELALUI TEKNIK REINFORCEMENT POSITIF DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, mulai dari siswa Taman Kanak-kanak yang biasa disebut belajar

E.E.L. THORNDIKE Belajar merupakan peristiwa asosiasi antara stimulus (S) dengan respon (R) Supaya tercapai hubungan antara S dengan R, dibutuhkan kem

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Desain penelitian yang dilakukan dalam menyusun skripsi ini adalah

Teori Teori Belajar: Behaviorisme, Kognitif, dan Gestalt

MENGUBAH PARADIGMA MENGAJAR KE BELAJAR MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR Baharuddin Widyaiswara Madya LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

Bagian 1. Pendahuluan: Evaluasi dan Persoalan Mutu Hasil Belajar

Gambar 7 Langkah-langkah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan adalah data kuantitatif, yaitu pendekatan yang

Measurement Definisi Pengukuran

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek yang akan diteliti yaitu mengenai Situasi Pembelian Pengaruhnya

1. DEFINISI : BELAJAR, ADALAH PROSES PERUBAHAN TINGKAH LAKU YANG ADA PADA DIRI INDIVIDU BAIK YANG BERKENAAN DENGAN ASPEK LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBENTUKAN DAN PROSES KREATIF PERSPEKTIF BEAVIORISME. Irwan Ledang Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Sanapiah Faisal, penelitian

Teori Belajar Menurut Robert M. Gagne

Prinsip dan prosedur dasar modifikasi perilaku

Memori. Rahayu Ginintasasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian yang Digunakan

Tahap-Tahap Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian

Transkripsi:

Bab3 PengkondisianKlasikal Penelitian pertama tentang belajar yang mendapat perhatian luas dari dunia keilmuan telah dilakukan oleh psikolog Rusia bemama Ivan Pavlov (1849-1936). Dalam penelitian awalnya, Pavlov hanya memperhatikan proses pencemaan anjing, dan tidak memperhatikan proses belaiar atau proses mental. Sebagai pengembangan penehtiannya, Pavlov telah ~rhatikan "respon psikis", sampai ditemukannya model belajar yang disebut pen_gkondisian.kla~lkal. --- Dalam penelitiannya, Pavlov memasangkan stimulus suara dengan stimulus makanan yang diberikan kepada aniing!>~lli!g~isj1.qye~ penelit~il.pavl;v-m;ngharapkan anjing d~at meresp0!l.ilil11ulusuar'!.s!enganmengeluarkan air liur (saliva). Dimana pada kon(flsialaml, sflinulussuara tidak akan mendatangkanrespon pengeluaral1.li.va. Dengan responkdi.iamya - sa~ an asil karena penes~imulttssri~l@l~erarti itiannya, Pavlov menyimpulkan anjing t~lah_melaku~nbel~ar bahwa prinsip-prinsip pengk9rdi<:i:mklasikal. belajarpej)gkondisian klasikal dapatditerapkan kepadaorganisma-organisma danperilaku-perlf~ ~g bervar~. -- A. PARADIGMA PENGKONDISIAN KLASIKAL I!::.ormatdasar pengkondisian ~la~kal adalah p_emasangan stimulus yang benar-benar netral dengan stiinulu~j'(li]gs~cara alami menghasilkan respon feffentu. Setelah satu atau beberapa kali pemasangan}, stimul~s netral dlharapkan menghasilk:an respon tertentu tersebut, yang merupakan respon yang diteliti. Bila kondisi tersebut terjadi, berarti telah terjadi proses belajar pengkondisian klasikal. Contoh 1: sebagi stimulus yang alami shock listrik dapat menghasilkan ~espon withdrawal. Dan biasanya respon withdrawal tidak dihasilkan oleh stimulus netral berupa suara metronome. Tetapi bila secara berulang-ulang, suara metronome dipasangkan dengan shock listrik maka dapat menghasilkan respon withdrawal. Dan setelah itu, bila suara metronome disajikan sendiri maka akan menghasilkan respon withdrawal. Terminologi Pengkondisian Klasikal Masing-masing komponen paradigma pengkondisian klasikal diberi label khusus. Stimulus secara alami bersifat netral dan di~~an dapj!tm~jlgha~ilkanrespon tertentu_d~lam penelitian, disebut conditioned stimulus (disingkat CS). Stimulus yang menghasilkan respon ~entu 'p~perta}lla kali diberikan kepada subyek penelitian, d~ebut unconditioned stimulus (dj~ngkat ----UC~' --- - 20

Respon yang diperoleh dari UCS disebut unconditioned response (UCR). Dan di dalam penelitian, respon yang dihasilkan CS~ disebut condiuqd~lresp()iicr). Skema proses klasikal kondisioning adalah sebagai berikut: ~ CS Pemasangan ( CR UCS.. UCR Gambar 3 Contoh 2: seperti pada contoh 1, CS beru..e~'yang dihasilkan dari ~etronol!!~gan dipasangkan dengan UCS berupa shock listrik,_danucr J:>erop~~ithdmwalYa!1K9Jhasilkan dclicocs.seteiahbeberapa kali pemberian pasa~~~ncs da~ UCS...!!l~ek penelitian akan menghasilkan CRberupawilllilrdwal yan_~dihasilkan dari CS. Seda.ngkansecara alami CS tidakakanmenghasiikanwithdrawal. - - - - PerIu diketahui bahwa CR dan UCR tidak periu sarna betul. Meskipun penelitianpenelitian awal menunjukkan bahwa CR yang ~i1!.asilkancs diide.!lti~~ d~nglln UCR yang di~asilkan!!~s}~ada penelitian-penelitian berikutmya nampak bahwa biasailya CR berbeda atau tidak sarna persis dengan UCR. Seringkali CR adalah komponen dari UCR, sementara pada kasus-kasus lain CR nampak menjadi anticipatory response terhadap UCS. Selain itu terdapat pula kasus lain yang berupa stimulus yang dlgunakan sebagai CS dapat menghasilkan respon tidak dibawah penelitian, yang disebut orienting response (OR). Contoh 3: seperti percobaan contoh 1 dan 2, sangat mungkin subyek tidak pemah mengenal suara metronome. Ketika penyajian awal dari CS dilakukan, subyek mungkin mencoba mengindentifikasi suara metronome tersebut atau subyek melakukan orienting response, dan mungkin subyek akan terkejut mendengar suara metronom tersebut. Variabel-variabel Non-Pengkondisian Para peneliti telah mengidentifikasikan sejumlah variabel yang memiliki pengaruh terhadap munculnya kondisi yang mirip dengan pengkondisian klasikal, yaitu: a. Respon Alpha Saat subyek membuat orienting response karena adanya CS, dimana respon tersebut memiliklkatagori yang sarna dengan CR (cg mempakan respon yang.su elidiki),respon tersebut dinamakan respon alpha. Penting sekali untuk membedakan antara respon alpha dan CR, sehingga dapat diketahui apakah respon yang muncul merupakan nasil belajar pengkondisian klasikal atau bukan. Misaf 2: bila CS berupa suara metronome yang sangat keras dan diberikan tiba-tiba, maka respon withdrawal yang muncullebih menunjukkan respon alpha dari pada CR. 21

b. Habituasi Habituasi terjadi bila CS telah diberikan secara berulang-ulang kepada subyek sebelum penerapan prosedur penglcondisianklasikal. Kemudian CS dibefwan lagi beraa~rkan pro.sedurpengkondisial1.klaslkal,sehingga munculnya respon bukan merupakan CRJetapi respon karena faktor habituasi. c. Sensitisasi Sensitisasi menunjukkan suatu pengaruh yang dihasilkan oleh pemasangan CS-UCS yang mengikuti proses haoltuasi. Dimana respon yang muncul karena adanya pemasangan CS- DCS bukan berupa CR, tetapi respon yang terjadi karena subyek mengalami sensitisasi. d. Pengkondisian Palsu Sebelum beberapa kali pemasangan ~S - DC.,bila terdapat penyajian DCS sendiri secara berulang-ulang,jilullgkin I1le~mbulkan suatu efek yang disebutpengko!!sfisian palsu. Dengan adanya kondisi seperti it~,bila CS disaj[kan sendiri ma~~aka~ee.ghasilkan respon yang sebanding CR. Respon tersebut dinamakan respon pengkondisian palsu, sebab tidal< terdapat prosedur yang digunakan untuk memantapkan asosiasi antara cs- dan-dcs atau antara CS dan CR. -- e. Hambatan Laten Sebelum beberapa kali pemasaqgancs - DCS, bila terdapat penyajian CS sendiri secara berulang-ulang disebut habituasi, tetapi kondisi tersebut dapat menghasilkan tambahan efek yang disebut latent inhibition (hambatan laten). Hambatan laten merup'aka!lst.lajji kond~i adanya hambatan yangdihasilkan _~. - -.-"_'_'.,.n. oleh habituasi. Pada umuid)lya,bila habituasi sangat kuat '- makii semakiu..ulituntuk menciptakan respon pengkondisian klasikal (CR). pengaruh dari hambatan laten akan semakin besar, bilaukahauntukmenciptakan habituasijuga besar, dan atau bila intensitas ~sar selamamencima,kan h~bituasi tersebu~ Misal 3: bila peneliti dalam penelitian shock metronome mengidentifikasi adanya alpha response dan menggunakan habituasiuntuk mengeliminasialpha response,maka hambatan laten mungkin akan muncul. f. Sensory Preconditioning ~nsory preconditioning merupakan dua stimulus terkondisikan yaitu S-1 dan CS-2 yang dipadukan bersama dim dipresentasikan kepada organi$iqa,sebelum dilakukan proses pengkondtsianklasikal. Kemudian tahap kedua, salah satu dari stimulus tersebut misalkan CS-l dipa9ukan dengandcs secaraberulang-ulang,sehinggaorganismadapat menghasilkan CR. Pada tahap ketiga, CS-2langsung dipresentasikan kepada organisma. Jika CR muncul karena adanya CS-2, maka dinyatakan bahwa proses sensory preconditioning telah terjadi. Skema di baw~h ini menunjukkan tiga tahap proses tersebut: 22

CSl - CS2 dipadukan CSl- DCS dipadukan (CSl - CR) CS2 dipresentasikan sendiri (CS2 - CR) tahap 1 tahap 2 tahap 3 Gambar4 B. PEMADAMAN DAN PEMUL/HAN SPONTAN Proses pengurangan kekuatan CR-dan-akhim~.hilaggny~12.e!iormance CR disebut pemadaman. Kemudian pemulihan kembali secara spontari kondi;tkeklhitan Cll ~at terjadi c!en.,ggm. dipresentasikan kembali CS ta!!1!!! V~lLJstilah"pemadaman" digunakan unriikmenggambarkan prosedur yang dikerjakan dan hasil yang diperoleh dari prosedur itu. Prosedur yang dikerjakan yaitu meng4~kan pemberi~ii retr?orcemen(atauieiij~u~t~n (menghentikan pemberian DCS), dan hasil yang diperoleh dari prosedur yaitu secara bertahap akan berkurang bahkan padamnyakekliatan respon (CR). Setelah terjadi pemadaman untuk beberapa saat, pe~ulihan spontan dari CR dapat terjadi bila CS dipresentasikan kembali kepada organisma. Pada umumnya dalam proses pemulihan spontan kekuatan CR lebih kecildibandingkan kekuatan CR sebelum pemadaman, terutama bila dibandingkan pada kondisi puncak kemahiran dari CR tersebut. C. DISKRIMINASI DAN GENERAL/SASI STIMULUS Bila subjek diberi stimulus yang berbeda dari CS yang asli, ada tiga kemungkinan respon yang akan dilakukan subjek yaitu: (1) membuat CR sarna kuatnya dengan CR dari CS yang 'isli, (2) membuat CR kurang kuat dibandingkan dengan CR dari CS yang asli, (3) tidak f!1embuat CR sarna sekali. Kejadian (1) dan (2) disebut generalisasi, sedangkan kejadian (3) disebut diskriminasi. Generalisasi Stimulus Primer Generalisasi stimulus primer n'!!!!paka~b!!.~ resi:0n of!~anismatidak hanya untuk CS ash, tetapi juga untuk stimulus lain yang memilikikarakteristik.fisik yang sarna dengan CS ash. Misal 4: subyei<feiahoii(oildisikan uniuk melakukan gerafan withdrawal bila mendengar ~etrono!1l~, sebagaimana contoh-contoh di atas. Dan jika subyek melakukan respon yang-sama berupa gerakan withdrawal bila mendengar suara detak jam yang diperkeras m~alnya, maka subyek telah melakukan generalisasi paoastimulus primer. Generalisasi Stimulus Sekunder ~eralisasi stimulus primer muncul berdasarkan ge~lisasi d\!.a.. stimulus secara fjsik, misalnya: generahsasi suara metronom dengan suaradetakjam yang diperkeras. Generalisasi stimulus sekunder berdasarkan pada generalisasi yang "dipelajari" antara stimulus yang satu - 23

w... dengan yang lainnya. ~!l~ subyek mempelejari generalisasi dua stim~uderdasarkan pengetahuan bahasa, generalisasi stimulus sekunder tersebut dinamai generalisasi semantik. - -- -- -- - Diskriminasi piskriminasi adalah suatu kondisi apabila sul?yekhanya melalsujan~]. karena di)s.enajcs yang asli, dan tidak melakuk<tncr Eiiladikenai CS yang lain. Generalisasi Respon ~I!eralisasi respon_~d~lah suatu kondisi apabila subyek melakukan perbandin~an atau persamaan respon terhadap stimulus yang sama..misal 5: pada perjamuan makan malam, seseorarrg-fneilgatakan: "Bagaimana tanggapan saudara-saudara tentang makanie,llam kitat' Stimulus tunggal tersebut mungkin ditanggapi secara lisan: "Enak sekali'.:z.atau "Cukup memuaskan", atau "Saya senang dapat makan malam bersama". Semua tanggapan tersebut menunjukkan generalisasi respon yaitu adanya kepuasan, persetujuan, kekaguman dan penerimaan. D. PENGUKURANPENGKONDISIANRESPON Beberapa sifat umum dari respon sedogkali digunakan untuk mengukur kekuatan CR, atau untuk membedakan CR dari beberapa respon lainnya. Beberapa sifat umum dari respon adalah sebagai berikut: - ~ Amplitudo Dari Respon Amplitudo dari respon (amplitude of response) adalah perbedaan besarnya kekuatan ~~n sebelumpengkondisi~n (VCR) dan CR untuk semua triftl.sedangkan magnitude of response adalah perbedaan besarnyakekuatanvcr dan CR untuk trial-trialtertentuyang cukup berarti. Frekuensi Dari Respon Frekuensi dari respon adalah kehadiran atau ketidakhadiran CR selama pemberian CS. Latensi Dari Respon Latensi dari respon diukur dari waktu antara permulaan Qemberian CS dan peri1lt!.laan ---"- -" - ".'~ ---- munculnya CR. Asumsinya lebih pendek: waktu yang dibutuhkan, berarti lebih kuat CR tersebut. -- Ketahanan Dari Pemadaman Ketahanan dari pemadaman adalah J!:!!TI@_h trial atau usaha untuk melakukan pemada_01~e terhad(ipcr. Asumsinya adalah semakin besarjumlah usaha untuk pemadaman CR, semakin besarkekua~ancrtersebut. - -- E. INTERVAL ANTAR STIMULUS Interval antar stimulus adalah waktu antara permulaan pemberian VCS dan permulaan pemberian CS-,~eberapa macam interval antar stimulus sebagalberikuf: 24

Delay Conditioning Delay conditioning (pengkondisian tertunda) adalah terlebih dahnll!.~byek diberi es kemudian diikuti dengan pemberian DeS. Dan biasanya pemberian es dan DeS befakfiir pada waktu yang sarna. - - Trace Conditioning Trace conditioning (pengkondisian berjejak) adalah terlebih dahulu su~yek diberi C;;Ssampai p~m!;>eriajles dihee.t~kan, kemudian diberi DeS. Asumsinya adalah s'!!!!e~nghentian pemberian es, subyek akan tetap.roengingat es, dan subyek akan menghubungkair-atau mengasosiasikan es dengan Des. Simultaneous Conditioning Simultaneous conditioning...(pengkondisians~rent~alah-subyek secara serentak. dikenai c.s dan DeS Backward Conditioning Backward conditioning adalah pengkondisian dimana subyek dikenai DeS terlebih dahulu, kemudian dikenai es. Pengkondisian ini dapat menghasilkan er yang tidak kuat. Temporal Conditioning Temporal conditioning (pengkondi_siantemporal) adalah pengkondisian dimana pemberian DeS dan CSkepada subyek secara temporal. Des dan es dikenakan kepada subyek secara bervariasi dan berulang-ulang p~da interval waktu yang tetap, sehingga akhirnya dapat menghasilkan er. Inhibition of Delay Inhibition of delay (hambatan penundaan) dapat terjadi bila interva1.pemberian es-ues adalah tetap, tetapi kemudian terdapat penundaan pemberian DeS, ~eqinggalatensi er men10gkat sampai er nampak hanya untuk mengantisipasi pemberian Des. ~ ' F. EFEK DARI PENGUATAN SEBAGIAN Di dalam pengkondisian klasikal, penguatan sebagian (partial reinforcement) adalah prosedur akuisisi atau pembentukan-per-igku-(cr) yang mana es diberikan pad-a setiap tnal, sedaqgl<an Des yang dipadukan dengan es hanya diberikan pacta beberapa tnal tertenfu. "'Sed~ngkan pada penguatan terus-menerus (contino us reinforcement) atau'pen-i;ata; 100 per.sen~ pembentukan perilaku (er) dilakukan dengan pemberian pasangan es-des pada setiap trial. Pad a umumnya pembentukan er berdasarkan Pros~clllr penguatan sebagian akan lebih tahan terhadap pemadaman, dibandingkan dengaq'cr berdasarkan penguatan terus menerus. -- 25

G. PENGKONDISIAN GABUNGAN Di awal penelitian pengkondisian klasikal, Pavlov menyebut pengkondisi an gabungan ini den&.an kumpulan stimulus (stimulus aggregate). -Peneliti-penellti berikutnya me[j,1~h s~but~n ters~!?ut dengan pengkondtsian gabungan (compound conditioning), dimana subyek dikenailebihdari satu CS yangdipa sangkandenganues. Terdapat dua bentuk pengkon-disian gabungan, yaitu pengkondisian gabungan serentak (simultaneous compound conditioning) dan pengkondisian gabungan berseri (serial compound conditioning). Pengkondisian gabungan serentak adalah subyek dikenai lebih datlsatu es dalam waktu yang sarna (misal: es-l dan es-2 diberikan bersamaan). Demikian sebaliknya, pengkondisi an gabungan berseri, subyek dikei1ai lebih dari satu es dalam waktu yang berbeda (misal: es-l diberikan terlebih dahulu, kemudian diikuti es-2). Gambar di bawah menunjukkan contoh pengkondisian gabungan berseri: - - Waktu T es-l es-2 ues Gambar5 26