Kolom Edisi 039, Desember 2011 1. P r o j e c t CONVIVENCIA DI ANDALUSIA. i t a i g k a a n. Ihsan Ali-Fauzi

dokumen-dokumen yang mirip
EMPAT AGENDA ISLAM YANG MEMBEBASKAN

ISLAM DI ANTARA DUA MODEL DEMOKRASI

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.

KELAS BIMBINGAN MENENGAH PEPERIKSAAN PERTENGAHAN TAHUN 2015 SEJARAH ISLAM KBM 3

SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH

MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER

Oleh: Hafidz Abdurrahman, Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI

FUNDAMENTALISME DAN NEOLIBERALISME

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN

Candi Gebang Permai Blok R/6 Yogyakarta Telp. : ; Fax. :

Konstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut

MENGAITKAN ISLAM DENGAN DEMOKRASI

SYARIAT ISLAM DAN KETERBATASAN DEMOKRASI

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.

A BOON OR A BANE. P r o j e c t FOR DEMOCRACY? i t a i g k a a n. Amr Hamzawy and Nathan J. Brown. Berkah atau Kutukan Buat Demokrasi?

TURKEY, EUROPE, AND PARADOXES OF IDENTITY

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

Konsep Pengembangan Sains dan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andriyana, 2015

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan

ETIKA. Membangun Masyarakat Islam Modern. Informatika. Dr. Rais Hidayat.

Cahaya Islam Menerangi Langit Eropa

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan

Kolom Edisi 040, Desember P r o j e c t ISLAM BAGHDAD. i t a i g k a a n. Luthfi Assyaukanie

SEKULARISME, ISLAM DAN DEMOKRASI DI TURKI

APATISME PEMBICARAAN NEGARA ISLAM 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriani Yulianti, 2013

Gereja di dalam Dunia Dewasa Ini

DIMENSI FILSAFAT DALAM WAHYU

BAB I PENDAHULUAN. lama sekitar 13 abad, yaitu sejak masa kepemimpinan Rasulullah SAW di

ALLAH, UNIVERSALITAS, DAN PLURALITAS

TAFSIR AL-QUR AN INKLUSIF

KESINAMBUNGAN AGAMA-AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB V PENUTUP. Pada bagian terakhir ini penulis berusaha untuk menyimpulkan dari

Kolom Edisi 005, Agustus P r o j e c t ISLAM DAN DEMOKRASI. i t a i g k a a n. M. Zainuddin

SEJARAH SEHARUSNYA MENJADI INSPIRASI MEMANFAATKAN PELUANG

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kualitas dan kemampuan antara lain: (1) memiliki identitas diri

BAB I PENDAHULUAN. Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat Silo DKI Jakarta adalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

PERUBAHAN SOSIAL DI PERDESAAN BALI

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

Bab I Pendahuluan UKDW

REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan, maka dapat diambil. kesimpulan yang merupakan akhir dari penulisan skripsi ini tentang

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja

BAB V PENUTUP. Dari pembahasan tersebut penulis menyimpulkan sebagai berikut: 1. Tatkala negara Khilafah Islam runtuh pada tanggal 3 maret 1924M,

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

8 KESIMPULAN DAN REFLEKSI

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada situasi dan kondisi persaingan yang semakin ketat. Dunia

TOPIK 2 = PEMBINAAN REMAJA & PEMUDA

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar

BAB II PENDIDIKAN POLITIK. A. Pengertian Pendidikan dan Politik. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atai paedagogie berarti bimbingan atau

IDENTITAS NASIONAL Pengertian Identitas Jenis Identitas Atribut Identitas

KONSENTRASI BARU KEBANGKITAN ISLAM DI ASIA TENGGARA. Dewi Triwahyuni

TENTANG MITOS. Oleh Nurcholish Madjid. The Compact Edition of the Oxford English Dictionary (Oxford University Press, 1971), s.v. Myth dan Mythos.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

Masyarakat Madani, Civil Society

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila

BAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman,

TEORI POLITIK DAN IDEOLOGI DEMOKRASI

BAB IV ANALISIS PEMAHAMAN DAN IMPLEMENTASI TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA. maka dalam bab ini peneliti kemukakan secara garis besar mengenai

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang

BAB IV ANALISIS. Pustaka Pelajar, 2001, hlm Azyumardi Azra, Kerukunan dan Dialog Islam-Kristen Di Indonesia, dalam Dinamika

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

TINJAUAN PUSTAKA. Ditinjau secara segi etimologi, kata strategi berasal dari Yunani yaitu Strategos

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ISLAM DAN DEMOKRASI

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

Albania Negeri Muslim di Benua Biru?

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para

BAB VII RAGAM SIMPUL

SEJARAH ISLAM AHMADIN

Pendidikan Agama Islam Bab : 3 PERADABAN ISLAM

MASALAH PEMBARUAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi

Tamadun Islam dan Tamadun Asia Edisi Kedua (TITAS) Bab 1: 1

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.

7. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Islam dan Demokrasi. Disusun oleh : AL-RHAZALI MITRA ANUGRAH F FEBRIAN DELI NOVELIAWATI C.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Citra Antika, 2013

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34)

BAB I PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa. Disebut zaman Edo karena pemerintahan keshogunan

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam UU No.20 Tahun tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

KISI-KISI UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) TAHUN PELAJARAN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di

BAB IV. Refleksi Teologis. sekolah adalah perbedaan peranan antara laki-laki dan perempuan. Dimana sudah sangat

SOAL UJI COBA HASIL BELAJAR PAI

13 MASYARAKAT MADANI

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

Transkripsi:

l Edisi 039, Desember 2011 P r o j e c t CONVIVENCIA DI ANDALUSIA i t a i g k a a n D Ihsan Ali-Fauzi Edisi 039, Desember 2011 1

Edisi 039, Desember 2011 Convivencia di Andalusia Keinginan beberapa kalangan muda Muslim untuk mendiskusikan pengalaman kaum Muslim di Andalusia, Spanyol, sebagai sumber inspirasi untuk mengembangkan wawasan inklusif dan plural Islam sekarang di tanah air, mengingatkan saya akan satu kata: convivencia. Kata ini sekarang sering digunakan dalam pengertian koeksistensi beberapa kelompok dalam satu komunitas politik. Tapi di situ sebenarnya juga terkandung konotasi interpenetrasi antarkelompok, seka- D e m o c r a c y P e r p u s t a 2

l Edisi 039, Desember 2011 ligus saling pinjam dan saling mempengaruhi secara kreatif. P r o j e c t k a a n D i t a i g Adalah Americo Castro, filolog dan sejarawan Spanyol, yang membuat kata itu terkenal. Ia menggunakannya untuk menggambarkan budaya Iberia sebagai sebidang pengalaman di mana terjadi interaksi antarberbagai unsur budaya yang berasal dari kelompok-kelompok agama yang berbeda yang, dalam karakterisasinya, berfungsi seperti kasta. Yang menjadi latar teoretisasinya adalah pengalaman kaum Muslim, Yahudi dan Kristen di Spanyol. Khususnya ketika kaum Muslim berkuasa di wilayah itu pada abad kedelapan hingga kelimabelas. Castro agak idealistik dan romantik dalam memandang pengalaman itu. Interaksi antarberbagai unsur budaya dalam kasus itu, baginya, hanya dapat dipandang bermakna jika ia disaring oleh 3

Edisi 039, Desember 2011 adanya kesadaran kolektif pada ketiga kasta itu. Saringan itu sebagian besarnya bersifat etnis: ketiganya memiliki unsur-unsur dan nilai-nilai budaya yang idiosinkretik, tapi juga semuanya harus bisa diaprosiasi oleh anggota kasta yang berbeda dan sebenarnya saling berkompetisi itu. Bagi Castro, orang-orang hanya bisa menjadi aktor-aktor etnis kalau mereka secara kolektif memiliki rasa kesadaran-diri. Pada titik ini ia mendesakkan paham teleologis mengenai nasib, mengenai orang yang menjadi sesuatu : budaya yang diproyeksikan satu kelompok adalah sesuatu yang oleh kelompok itu harus dipandang bernilai. Dan akhirnya, kelompok budaya yang bersangkutan harus mampu mengekspresikan kesadaran-diri ini dalam bentuk budaya tinggi yang menjadi, karena itu, daya penggerak masyarakat. Dalam konstruk idealistik dan D e m o c r a c y P e r p u s t a 4

l Edisi 039, Desember 2011 P r o j e c t k a a n D i t a i g romantik seperti ini, bagaimana pengalaman Andalusia dijelaskan? Kata Castro, pengalaman pergumulan kaum Kristiani dengan kaum Yahudi dan Muslim berlangsung di dalam konteks kesadaran mereka sebagai umat Kristiani dan begitu juga sebaliknya, mutatis mutandis. Pada titik inilah convivencia memperoleh maknanya yang sesungguhnya: ia adalah koeksistensi ketiga kelompok itu, tetapi hanya sejauh jika ia berlangsung secara kolektif dan sadar-diri di dalam satu di antara ketiganya. Saling pinjam dan pengaruh terjadi secara kreatif, asal-usul diri tidak hilang, nilai budaya tidak dikecilkan dan pada tingkat budaya tinggi, yang menjadi daya penggerak masyarakat, asal-usul menjadi tak lagi penting. Oleh rekan-rekan sejarawannya, pandangan idealistik dan romantik Castro sulit diterima. Ia dinilai kurang melihat dinamika sosial yang terjadi, termasuk ketegangan 5

Edisi 039, Desember 2011 dan konflik di antara ketiga kelompok. Yang melulu dilihatnya adalah proses mental, kehendak untuk saling berbagi dan hidup damai. Ia melupakan kenyataan bahwa proses-proses itu dibentuk dan hingga tingkat tertentu ditentukan oleh sebuah dinamika sosial. Tapi visinya mengenai Andalusia tetap didukung. Hanya saja, convivencia diturunkan maknanya agar lebih membumi dan historis, menjadi sekadar koeksistensi. Itu juga agar aspek-aspek negatif pergumulan itu bisa dideteksi dan dievaluasi. D e m o c r a c y Konteks dan dinamika sosial seputar koeksistensi ini, atau convivencia, dengan sendirinya penting kita pelajari. Ada visi para khalifah Islam yang bijak di situ, tetapi ada juga keinginan untuk sama-sama menopang kepentingan yang wajar dan masuk akal. P e r p u s t a 6 ***

l Edisi 039, Desember 2011 P r o j e c t i t a Tahun 1992, Bernjamin Gampel, seorang sarjana Yahudi, mengisahkan pergumulan itu dari sudut pandang umat Yahudi Sephardik. Ini menarik ditelusuri karena dua alasan. Pertama, kaum Yahudilah pihak paling lemah dalam pergumulan itu. Kedua, sejarah Andalusia di bawah kaum Muslim dipandang mereka, termasuk sejarawan Bernard Lewis, sebagai the golden age di mana umat Yahudi memperoleh perlakuan yang baik dan kontribusi mereka dihargai setinggi-tingginya. k a a n D i g Kata Gampel, dan ia benar belaka, convivencia justru berawal dari ekspedisi militer, ketika pasukan Islam berhasil menduduki kepulauan Iberia pada 711. Dari sinilah kemudian muncul kategorisasi teologis oleh pasukan yang menang perang: kaum Yahudi dan umat Kristiani dipandang sebagai ahl aldzimmah (warga negara yand dilindungi). Sekalipun diperlakukan 7

Edisi 039, Desember 2011 sebagai warga kelas dua, kelompok minoritas yang diproteksi, mereka tidak dipandang sebagai kaum pagan yang dalam konteks waktu itu dianggap halal darahnya. Simbiose ketiga umat baru meningkat pesat di abad kesepuluh, ketika `Abd al-rahman III, amir Bani Umayyah yang memerintah kepulauan itu dari Cordoba, menyatakan otonomi penuh pemerintahan dan daerahnya dari kekhalifahan `Abbasiyah di Baghdad. Ia menggalakkan kebijakan inklusifnya dalam hal agama dan etnisitas, untuk meredam pergolakan yang terjadi di dan menyatukan wilayahnya. Ia menopang kehidupan seni dan ilmu, dan mendorong kalangan minoritas untuk mengembangkan potensi intelektual dan budaya mereka. D e m o c r a c y P e r p u s t a Umat Kristiani, yang sebelumnya pernah berkuasa di wilayah itu, mulanya ogah-ogahan menerima 8

l Edisi 039, Desember 2011 P r o j e c t posisi sebagai warga kelas dua. Beberapa gejolak terjadi di kawasan mereka tinggal. Kemudian mereka mendukung kebijakan inklusif itu. Sedang bagi umat Yahudi, tawaran ini kemajuan amat berarti dibanding sebelumnya, di abad keenam, ketika mereka dikejar-kejar oleh kaum Visigoth bangsa Aria. k a a n D i t a i g Benih-benih convivencia sudah mulai tersebar saat itu. Tapi vitalitas keagamaan semua umat tidak hanya berasal dari situ, sekalipun jelas ditopang oleh keterbukaannya pada dunia luar. Para sarjana dan pemikir Yahudi justru lebih banyak lagi mendulang inspirasi dan model dari wilayah Islam di sebelah timur, dari pusat kekhalifahan `Abbasiyyah di Baghdad. Dari pusat kekuasaan politik dan gairah intelektual itu, mengalir segala temuan dalam studi-studi atas Alkitab dan Talmud, pengetahuan mengenai filsafat dan sains, pen- 9

Edisi 039, Desember 2011 guasaan atas bahasa Ibrani dan kesusastraannya. Semuanya berkat keterbukaan Andalusia kepada pengaruh luar. Ini juga yang kemudian memungkinkan tersalurkannya sumbangan umat Yahudi di Iberia kepada dunia luar. Tapi itu saja belum mencirikan capaian tertinggi convivencia. Puncak the golden age ini ditandai oleh sikap kaum Muslim terhadap kelompok minoritas di sana. Sebagai bagian dari kebijakannya agar semua kelompok etnis dan agama berpartisipasi dalam pemerintahannya, `Abd al-rahman menyeleksi para pejabat pemerintahan di posisi tertinggi yang mewakili masing-masing kelompok minoritas dan menjadikan mereka pemimpin efektif komunitas-komunitas itu. Orang-orang ini dipilih atas dasar kontribusinya bagi negara, dan bukan atas dasar tempat terhormatnya di komunitas bersangkutan karena alasan-ala- D e m o c r a c y P e r p u s t a 10

l Edisi 039, Desember 2011 P r o j e c t san teknis keagamaan, misalnya penguasaan atas kitab suci. Mereka biasanya berasal dari kalangan aristokrat, banyak di antaranya dokter, dan menguasai banyak bahasa: jenis orang yang bergaul baik dengan kalangan istana Bani Umayyah. k a a n D i t a i g Oleh umat Yahudi, wakil yang dipilih `Abd al-rahman ternyata juga dipandang sebagai wakil yang dapat memperjuangkan kepentingan mereka. Contoh terkenalnya adalah Hasdai ibn Shaprut. Ia keturunan aristokrat, mengerti bahasa Arab dan Latin, berprofesi sebagai dokter, dan pertama kali dikenal khalifah karena keahlian medisnya. Ia kemudian ditunjuk sebagai pengumpul pajak di beberapa tempat. Sejak ia ditunjuk sebagai pemimpin masyarakat Yahudi, umat Yahudi pada gilirannya memandangnya sebagai nasi, putra mahkota mereka. 11

Edisi 039, Desember 2011 Model Hasdai ini menjadi prototipe wakil Yahudi di istana sejak abad kesepuluh hingga akhir abad kelimabelas, ketika baik umat Yahudi maupun Islam diusir dari kepulauan itu oleh raja-raja Kristen yang berkuasa kemudian. Kewajiban dan tanggung jawab utama Hasdai, seperti juga semua wakil agama dan etnis, adalah menjadi pembantu yang setia di istana, siapa pun yang berkuasa di situ. Ada ketegangan struktural dalam realitas ini, khususnya yang kadang meletup antara wakil ini dengan wakil-wakil komunitas Yahudi yang resmi. Tinggallah bagaimana si wakil mengelola ketegangan-ketegangan itu dengan baik. D e m o c r a c y P e r p u s t a Pada kasus Hasdai, ia dipandang berhasil menjadi jembatan antara kekhalifahan dan masyarakat Yahudi. Kadang ia juga menjadi jurubicara Yahudi di Iberia den- 12

l Edisi 039, Desember 2011 P r o j e c t gan komunitas Yahudi di luar itu. Ia juga dengan percaya diri mengambil contoh yang baik dari komunitas Muslim, khususnya minat besar Khalifah pada ilmu dan kebudayaan: ia mengundang para sarjana, penyair, filsuf Yahudi ke Iberia. Dengan begitu Iberia juga menandai kebangkitan agama Yahudi, dengan tokoh-tokoh menonjol seperti Maimonides. k a a n D i t a i g *** Bagaimana kita melihat pengalaman convivencia ini? Saya mencatat sedikitnya tiga hal penting. Pertama, ada konteks kesejarahan di mana kaum Muslim berada di masa kejayaan. Ini topik besar yang berada di luar bahasan kita, yang masih harus dibicarakan apa dasar-dasar kesuksesannya, khususnya basis ekonominya. Yang pasti, telah tampil di tengah itu 13

Edisi 039, Desember 2011 sebuah kekhalifahan yang berwawasan luas dan berkinerja baik. Kedua, ditopang oleh kejayaan itu, ada kesediaan untuk membuka diri baik kepada kalangan minoritas di dalam maupun saingan di luar (kekhalifahan `Abbasiyah di Baghdad). Di bawah naungan institusi dzimmah, kekhalifahan dengan baik memanfaatkan potensi kalangan minoritas di dalam justru untuk memperkuat dirinya dalam persaingannya dengan saingan sesama Muslim di luar. D e m o c r a c y Ketiga, yang terpenting dalam konteks kita, pelibatan kalangan minoritas berlangsung dalam suatu iklim pemerintahan yang boleh kita sebut sekular. Para pejabat, juga dari kalangan minoritas, dipilih bukan karena keahlian agamanya, melainkan karena kemampuannya menjalankan pemerintahan. Bahwa kemudian P e r p u s t a 14

l Edisi 039, Desember 2011 ia, seperti Hasdai, memperoleh penghargaan tinggi dari komunitas agamanya, itu tambahan yang penting. Itu juga membuktikan bahwa sejenis sekularisasi justru bermanfaat besar bagi kemaslahatan umat beragama. P r o j e c t i t a i g Bayangan Castro mengenai convivencia di Andalusia mungkin memang terlalu idealistik dan romantik. Tetapi koeksistensi antara ketiga komunitas agama memang terjadi, yang ditandai oleh saling pinjam dan saling mempengaruhi yang kreatif.[] k a a n D 15

Edisi 039, Desember 2011 2011 ini diterbitkan oleh Democracy Project, Yayasan Abad Demokrasi. Untuk berlangganan, kunjungi www.abad-demokrasi.com Kode kolom: 038K-IAF012 D e m o c r a c y P e r p u s t a 16