KAJIAN BENTUK NGANGO LO HUWAYO PADA UPACARA ADAT GORONTALO HASNIDAR PASUE¹ YUS IRYANTO ABAS ² HASDIANA ³

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango

BAB I PENDAHULUAN. peninggalan nenek moyang yang sangat berbeda latar belakangnya. Keragaman

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA TUDUNG KEPALA PRIA PADA BUSANA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT GORONTALO NURHAYATI DAWALI NIM :

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. Tari Molapi Saronde, tari Saronde dan tari Saronde Kreasi merupakan tari daerah

¹Rodiyah, Mahasiswa Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ²Ulin Naini, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Barat Daya. Aceh Barat Daya sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik

Standar Kompetensi 1. Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menyulam istilah menjahit yang berarti menjahitkan benang searah dekorasi (Elly

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam bahasa Batak disebut dengan istilah gorga. Kekayaan ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dari negara

1. ASPEK PENAMPAKAN SIMBOL KULTURAL

Cara Membuat Kepiting dari Daun Kelapa (Janur) Mainan Tradisional Kepiting dari Janur (Daun Kelapa Muda)

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam.

PENERAPAN RAGAM HIAS TORAJA MELALUI MEDIA KOMPUTERISASI TERHADAP ELEMEN TEKSTIL INTERIOR (VERTICAL BLIND)

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

IDENTIFIKASI ETNOMATEMATIKA PADA MASJID AGUNG DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

III. METODE PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO SELATAN NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT


Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

I. PENDAHULUAN. Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk

BAB III METODE DAN METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Titik yang memiliki koordinat (5,7) ditunjukkan oleh huruf...

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB V PENUTUP. terhadap bentuk tari Famadogo Omo dalam upacara memasuki rumah baru pada

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. Moyang terdahulu. sebagai mana dikemukakannya bahwa: c. Seni musik yang disebut gondang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Gorontalo seperti pada upacara-upacara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang diuraikan sebelumnya, bahwa

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya. Menurut Koenrtjaraningrat (1996:186), wujud kebudayaan dibedakan

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Besarnya jumlah mahar sangat mempengaruhi faktor hamil di luar nikah. Dalam

LATIHAN SOAL ULANGAN KENAIKAN KELAS SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016. Tema 8 : Bumi dan Alam Semesta Nama :... Kelas : III (tiga)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (1947), wujud kebudayaan ada tiga macam: 1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam tesis yang berjudul Busana Adat Perkawinan Suku Gorontalo bahwa:

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

12/1/ Pengaturan 2.Keseimbangan 3.Warna 4.Legibilitas (Kemudahan dibaca) 5.Menarik

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

PUSAT MASSA DAN TITIK BERAT

BAB I PENDAHULUAN. disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan

BAB V PENUTUP. Perkawinan campuran suku bangsa Jawa dengan suku bangsa Batak. Mandailing yang terjadi pada masyarakat di daerah Kelurahan Gedung Johor

BAB III METODE PENELITIAN Sejarah Singkat SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan fungsi tudung kepala payungo dan paluwala secara rinci dengan melihat bentuk

MAKNA SIMBOLIK ARTEFAK BUDAYA DALAM ADAT MOMU O NGANGO DI BULANGO (TAPA) ARTIKEL

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan budaya daerah, yaitu pendekatan dengan cara melihat obyek pengkajian

WALI KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT ARSO ARSO JAYAPURA NOMOR 02/KPTS DPMAA/DJ/94 TENTANG KELEMBAGAAN

BAB I PENDAHULUAN. anonim bersama kreativitas masyarakat yang mendukungnya.

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

ANGGARAN DASAR PDGI (HASIL KONGRES PDGI XXV 2014 PONTIANAK) BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB II. KONSEP PENCIPTAAN. kaki yang lainnya ( Dimana

1.Sejarah Berdiri Istana Maimun, terkadang disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini didominasi warna

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

I. PENDAHULUAN. Budaya adalah cermin suatu bangsa dan bangsa yang besar ialah bangsa yang

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.

RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN NIRMANA II

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebudayaan merupakan suatu pola hidup yang kompleks, namun menjadi

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Sejarah Singkat SDN 3 Tapa Kabupaten Bone Bolango

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN ADAT DEPONSERO UTARA DEPAPRE JAYAPURA NOMOR 03/KPTS DPADU/DJ/93

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk

Bab 1. Pendahuluan. Candrasengkala sebagai..., Meirissa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG KEBUDAYAAN ACEH BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN. Sumardjo (2001:1) seni adalah bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat.

Tradisi Membangun Arsitektur Tradisional Folajiku Sorabi, Tidore Kepulauan

Transkripsi:

1 KAJIAN BENTUK NGANGO LO HUWAYO PADA UPACARA ADAT GORONTALO HASNIDAR PASUE¹ YUS IRYANTO ABAS ² HASDIANA ³ ABSTRAK Hasnidar Pasue. 2013. Kajian Bentuk Ngango Lo Huwayo Pada Upacara Adat Di Gorontalo. Skripsi, Program Studi Pendidikan Teknik Kriya Jurusan Teknik Kriya Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing (1) Drs. Yus Iryanto Abas, M.Pd dan pembimbing (2) Hasdiana, S.Pd, M.Sn. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bentuk ngango lo huwayo pada upacara adat Gorontalo. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu untuk mengungkap serta mendeskripsikan obyek dan subyek yang diteliti. Subjek dalam penelitian ini adalah bentuk ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango. Objek dalam penelitian ini adalah ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, interview/wawancara, studi dokumentasi. Data dianalisis melalui reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa bentuk ngango lo huwayo terdapat pada upacara adat penobatan, penyambutan tamu, perkawinan dan pemakaman. Bentuk-bentuk dilihat dari tampak samping dan tampak depan ngango lo huwayo. Bentuk-bentuk ngango lo huwayo yang terdapat pada upacara adat yaitu bentuk segitiga sama kaki, bentuk segitiga sama sisi, bentuk segitiga siku-siku, segitiga sembarang, bentuk persegi panjang, bentuk silinder. bentuk persegi panjang, bentuk setengah lingkaran, bentuk segitiga siku-siku, bentuk trapesium dan bentuk tak beraturan pada janur kuning dan pohon pinang. Kata Kunci : Bentuk, Ngango Lo Huwayo PENDAHULUAN Di Gorontalo terdapat 4 aspek adat yaitu aspek adat penobatan, aspek adat penyambutan tamu, aspek adat perkawinan, dan aspek adat pemakaman. Dalam pelaksanaan upacara-upacara adat di Gorontalo terdapat kelengkapan adat yaitu gapura adat, tempat persidangan adat dan ngango lo huwayo beserta tangga

2 adatnya (tolitihu). Ngango lo huwayo diletakkan secara bersamaan dengan tangga adat (tolitihu) di depan pintu masuk ke yiladia (rumah) yang menggelar upacara adat, karena ngango lo huwayo merupakan kelengkapan adat mutlak di samping tangga adat (tolitihu). Selain tangga adat, lengkungan janur kuning dan pohon pinang juga merupakan kelengkapan dari ngango lo huwayo (Wawancara bersama D.K. Usman, tangga 17 Desember 2013 pukul 17.00 wita). Ngango lo huwayo adalah mulut buaya, yang terbuat dari bambu kuning. Ngango lo huwayo dibuat dengan cara diukir pada bagian ujung bambu sehingga menghasilkan bentuk mulut buaya yang menganga dan lengkap dengan gigi buaya. Ngango lo huwayo pada upacara adat penobatan, penyambutan tamu dan perkawinan berbeda dengan upacara adat pemakaman. Pada dasarnya secara keseluruhan kelengkapan adat ngango lo huwayo pada ke 4 upacara adat tersebut sama, sehingga bentuknya pun sama yang berbeda adalah pembuatannya dilakukan secara terbalik, namun bentuk-bentuk yang terdapat pada kelengkapan adat ngango lo huwayo belum pernah diungkapkan atau diteliti sebelumnya padahal menurut hemat peneliti hal tersebut menjadi sesuatu hal yang layak untuk diteliti karena akan mengungkap tentang bangunan atau gambaran ngango lo huwayo dari perspektif kesenirupaan, selain itu kajian ini penting guna menambah pengetahuan dalam upaya untuk menjaga dan melestarikan budaya dan tradisi penggunaan kelengkapan adat ngango lo huwayo pada upacara adat di Gorontalo. Adat istiadat adalah suatu komplek norma-norma yang oleh individuindividu yang menganutnya dijunjung tinggi dalam kehidupan. Adat istiadat ini walaupun dianggap tetap namun akan berubah di dalam suatu jangka waktu yang lama (Liputo, 1985:3). Bentuk adalah wujud, rupa, bangunan atau gambaran tentang apa saja yang ada di alam termasuk karya seni atau desain yang dapat disederhanakan menjadi titik, garis dan bidang.

3 Pada umumnya bentuk dapat di bedakan menjadi 2 golongan yaitu : 1. Bentuk Beraturan Bentuk beraturan adalah bentuk-bentuk yang berhubungan satu sama lain dan tersusun secara rapi dan konsisten. Pada umumnya bentuk-bentuk beraturan bersifat stabil dan simetris terhadap satu sumbu atau lebih, (Akili, 2012 : 17-18). 2. Bentuk Tak Beraturan Bentuk tak beraturan adalah bentuk yang bagian-bagiannya tidak serupa dan hubungan antar bagiannya tidak konsisten. Pada umumnya bentuk ini tidak simetris dan lebih dinamis dibandingkan bentuk beraturan. Bentuk tak beraturan bisa berasal dari bentuk beraturan yang dikurangi oleh suatu bentuk tak beraturan ataupun hasil dan komposisi tak beraturan dari bentuk-bentuk beraturan. Contoh bentuk yang tak beraturan adalah air, pohon, hewan, manusia, batu (Akili, 2012 : 17-18). Di kiri dan kanan diletakkan ngango lo huwayo yang terbuat dari bambu (Daulima, 2006:167). Ngango lo huwayo (Mulut buaya) merupakan salah satu kelengkapan yang digunakan pada upacara adat di Gorontalo. Ngango lo huwayo digunakan pada upacara-upacara adat kebesaran di Gorontalo seperti pada upacara adat penobatan, upacara adat penyambutan tamu, upacara adat perkawinan dan upacara adat pemakaman. METODE PENULISAN Penentuan lokasi merupakan suatu hal yang di perlukan untuk mendapatkan data penelitian tentang objek yang akan dikaji. Olehnya itu lokasi penelitian ini dilaksanakan di Gorontalo khususnya wilayah Bulango Kabupaten Bone Bolango. Untuk waktu pelaksanaan penelitian ini berlangsung selama 3 bulan dimulai bulan Juni sampai bulan Agustus 2013. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu untuk mengungkap serta mendeskripsikan secara menyeluruh terhadap masalah pada subjek dan objek yang akan diteliti. Subjek dalam penelitian ini adalah ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango, sedangkan objek dalam penelitian ini adalah bentuk

4 ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango.. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, interview/wawancara, studi dokumentasi. Data dianalisis melalui reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa bentuk ngango lo huwayo terdapat pada upacara adat penobatan, penyambutan tamu, perkawinan dan pemakaman. Bentuk-bentuk dilihat dari tampak samping dan tampak depan ngango lo huwayo. Bentuk-bentuk ngango lo huwayo yang terdapat pada upacara adat yaitu bentuk segitiga sama kaki, bentuk segitiga sama sisi, bentuk segitiga siku-siku, segitiga sembarang, bentuk persegi panjang, bentuk silinder. bentuk persegi panjang, bentuk setengah lingkaran, bentuk segitiga siku-siku, bentuk trapesium dan bentuk tak beraturan pada janur kuning dan pohon pinang. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Bentuk ngango lo huwayo pada upacara adat penobatan Kelengkapan adat ngango lo huwayo pada upacara adat penobatan di Bulango Kabupaten Bone Bolango terdiri dari mulut buaya, lengkungan janur kuning, pohon pinang dan tangga adat. Ngango lo huwayo terbuat dari bambu kuning yang dibelah kemudian diukir sehingga menghasilkan bentuk. Berikut ini bentuk yang terdapat pada ngango lo huwayo. 1 4 2 5 3 8 7 6 Gambar 1. Ngango lo huwayo pada Upacara adat penobatan (tampak samping) Foto: Dok. penulis, Juni 2013

5 Pada gambar 1 merupakan gambar tampak samping dari ngango lo huwayo. Adapun bentuk yang terdapat pada gambar di atas terdiri dari bentuk segitiga sama kaki, bentuk segitiga sama sisi, bentuk silinder, bentuk persegi panjang, bentuk segitiga siku-siku, segitiga sembarang, segitiga sama sisi dan bentuk segitiga siku-siku. 3 Gambar 2. Ngango lo huwayo pada upacara adat penobatan (tampak depan) Sumber : Upacara Adat Penobatan Dan Penyambutan Tamu Bupati Bone Bolango (Rumah Pribadi) Foto: Dok. penulis, Juni 2013 Pada gambar 2 tampak depan terdapat beberapa bentuk yaitu bentuk persegi panjang, bentuk setengah lingkaran, bentuk segitiga siku-siku dan bentuk tak beraturan pada janur kuning dan pohon pinang.

6 2. Bentuk Ngango Lo Huwayo pada upacara adat penyambutan tamu 4 1 7 6 Gambar 3. Ngango lo huwayo pada upacara adat penyambutan tamu (tampak samping) Foto: Dok. Penulis Juni 2013 Bentuk-bentuk yang terdapat kelengkapan adat ngango lo huwayo pada gambar 3 jika dilihat dari tampak samping. Bentuk pada tampak samping terdiri dari bentuk segitiga sama kaki, bentuk segitiga sama sisi, bentuk silinder, bentuk persegi panjang, bentuk segitiga siku-siku dan bentuk segitiga sembarang. Gambar 4. Ngango lo huwayo pada upacara adat penyambutan tamu (tampak depan) Foto: Dok. Penulis, Juni 2013

7 Gambar 4 kelengkapan adat ngango lo huwayo pada tampak depan yang terdiri dari bentuk persegi panjang, bentuk setengah lingkaran, bentuk segitiga siku-siku dan bentuk tak beraturan terdapat pada pohon pinang dan janur kuning. 3. Bentuk ngango lo huwayo pada upacara adat perkawinan Gambar 5. Ngango lo huwayo pada upacara adat Perkawinan (tampak samping) Foto : Dok. Penulis, Maret 2013 Kelengkapan adat ngango lo huwayo tampak dari samping terdapat gambar 5. Dilihat pada tampak samping kelengkapan adat ngango lo huwayo terdapat beberapa bentuk yaitu bentuk segitiga sama kaki, bentuk segitiga sama sisi, bentuk silinder, bentuk persegi panjang, bentuk segitiga siku-siku dan bentuk trapesium.

8 4 Gambar 6. Ngango lo huwayo pada upacara adat Perkawinan (tampak depan) Foto : Dok. Penulis, Maret 2013 Pada gambar 6 tampak depan terdapat beberapa bentuk yaitu bentuk persegi panjang, bentuk setengah lingkaran, bentuk tak beraturan terdapat janur kuning, bentuk persegi panjang, bentuk tak beraturan terdapat pada pohon pinang dan segitiga siku-siku. 4. Bentuk ngango lo huwayo pada upacara adat pemakaman 4 Gambar 7. Ngango lo huwayo pada upacara adat pemakaman (tampak samping) Foto: Dok. Penulis, Mei 2013

9 Pada gambar 7 dilihat dari tampak samping terdapat beberapa bentuk yaitu bentuk segitiga sama kaki, bentuk segitiga sama sisi, bentuk silinder, bentuk persegi panjang dan bentuk segitiga siku-siku. Gambar 8. Ngango lo huwayo pada upacara adat Pemakaman (tampak depan) Foto : Dok. Penulis, Mei 2013 Pada gambar 8 tampak depan ada beberapa bentuk yang terdapat pada kelengkapan adat ngango lo huwayo yaitu bentuk persegi panjang, bentuk setengah lingkaran, bentuk beraturan terdapat pada janur kuning dan pohon pinang. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa bentuk ngango lo huwayo pada upacara adat penobatan, penyambutan tamu dan perkawinan memiliki perbedaan dengan bentuk ngango lo huwayo pada upacara adat pemkaman. Di mana, ngango lo huwayo pada upacara adat penobatan, penyambutan tamu dan perkawinan menandakan pesta riang. Sedangkan ngango lo huwayo pada upacara adat pemakaman menandakan suasana duka.

10 Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat disarankan bahwa penting bagi kita masyarakat Gorontalo untuk memahami perbedaan bentuk ngango lo huwayo pada upacara adat penobatan, penyambutan tamu, perkawinan dan pemakaman, karena perbedaan bentuk tersebut secara otomatis mempengaruhi makna yang terkandung didalamnya. Sehingga, jika terjadi kesalahan penggunaan akan berdampak juga pada kesalahpahaman pada maknanya. Oleh karena itu penulis menyarankan agar masyarakat Gorontalo memahami bentuk ngango lo huwayo pada masing-masing upacara adat tersebut. DAFTAR PUSTAKA Akili, Rivandy, 2012. Ornamen Pada Pelaminan Tradisional Kota Gorontalo: Tinjauan Bentuk Dan Makna. Skripsi. Program Studi Pendidikan Teknik Kriya. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo. Tidak diterbitkan Daulima, Farha, 2006. Tata Cara Adat Perkawinan (Pada Masyarakat Adat Suku Gorontalo).Galeri Budaya LSM Mbu I Bungale-Limboto Liputo, Marten, 1985. Empat Aspek Adat Daerah Gorontalo. Gorontalo : Pemda Kabupaten Daerah Tingkat II