10. Aspek Ekonomi, Sosial, dan Politik



dokumen-dokumen yang mirip
Pertemuan /19/2017 Studi Kelayakan Bisnis

PERTEMUAN KE-8 : ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan

ANALISIS PERBANDINGAN KD-KD KURIKULUM 2006 DENGAN KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN EKONOMI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi

FEASIBILITY STUDY ANALISIS ASPEK EKONOMI, SOSIAL, POLITIK. Oleh : Disusun Oleh : Sari Rosmayanti ( ) Dosen Pengampu :

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

15. Mata Pelajaran Ekonomi Untuk Paket C Program IPS

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan dana untuk membiayai berbagai proyeknya. Dalam hal ini, pasar

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat, berilah tanda (X)

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN NASIONAL ASOSIASI GURU EKONOMI INDONESIA

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

NERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP

Pengantar Makro Ekonomi. Pengantar Ilmu Ekonomi

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang mengimpor maupun mengekspor akan menimbulkan suatu

BAB 2 LANDASAN TEORI

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

68. Mata Pelajaran Ekonomi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa

ANALISIS KTSP (Kurikulum Ekonomi SMA/MS versi Mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi Angk. 2006)

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan harga. Masalah pertumbuhan ekonomi adalah masalah klasik

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

1 Kurikulum Versi Mahasiswa (Solusi SI Ekonomi SMA KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. perbelanjaan, hanya saja yang membedakan pasar modal adalah barang barang

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

BAB I PENDAHULUAN. Filipina, Malaysia dan lainnya yang mengalami distorsi ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

ARTI PENTING MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi negara tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan modal adalah melalui pasar modal, dalam hal ini pasar

ekonomi K-13 KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL K e l a s A. PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER Tujuan Pembelajaran

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat. Hal ini diharapkan mampu menjadi basis kestabilan ekonomi bagi

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK,

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010

VI. ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA USAHATANI JAMBU BIJI

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

ekonomi Kelas X PELAKU KEGIATAN EKONOMI KTSP & K-13 A. RUMAH TANGGA KELUARGA a. Peran Rumah Tangga Keluarga Tujuan Pembelajaran

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang

SILABUS. Materi Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Waktu Bahan/ Pembelajaran

KISI-KISI PENULISAN SOAL USBN. Pelaku Kegiatan Ekonomi (Konsumen dan Produsen)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kinerja ekonomi tercermin dalam kinerja perusahaanperusahaan. Bursa Efek Indonesia merupakan pasar modal yang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Standar Kompetensi : 1. Memahami kondisi ketenagakerjaan dan dampaknya terhadap pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. pasang surut perekonomian suatu negara. Lembaga keuangan di Indonesia

Pertemuan ke: 04 KEBIJAKAN MONETER: EKSPRESI FUNGSI STABILISASI DAN SUSTAINIBILITAS DALAM POLITIK KEUANGAN NEGARA

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor

SILABUS OLIMPIADE EKONOMI. : 120 menit tingkat kabupaten/kota dan provinsi. 150 menit tingkat nasional

Materi Minggu 5. Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional Pengertian, Instrumen dan Tujuan Kebijakan Ekonomi Internasional

BAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98.

SISTEM EKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah tempat bertemunya antara pihak yang memiliki

SURVEI PERSEPSI PASAR

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi dapat di artikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

PEMBANGUNAN PERTANIAN & KEBIJAKAN PEMERINTAH

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA

Pertemuan ke: 03 KEBIJAKAN FISKAL. POLITIK KEUANGAN NEGARA (3 SKS) Pengampu: Miftah Adhi Ikhsanto, S.IP, MiOP Amirudin, S.IP, M.Ec.

SURVEI PERSEPSI PASAR

Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional. By: Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

Materi Minggu 2. Pengaruh Ekonomi Internasional Terhadap Keseimbangan Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. membuat pilihan yang menyangkut alokasi mereka.

Pengantar Ekonomi Makro

Transkripsi:

10. Aspek Ekonomi, Sosial, dan Politik Lecture Note: Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 1

Studi Kelayakan Bisnis 1. ASPEK EKONOMI Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 2

Pendahuluan Cukup banyak data makroekonomi yang tersebar di berbagai media yang secara langsung maupun tidak langsung dapat dimanfaatkan perusahaan. Data makroekonomi tersebut banyak yang dapat dijadikan sebagai indikator ekonomi yang dapat diolah menjadi informasi penting dalam rangka studi kelayakan bisnis, misalnya: PDB, investasi, inflasi, kurs valas, APBN, dan sebagainya. Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 3

Pendahuluan Selain menjadikan fakta makroekonomi sebagai input dalam studi kelayakan bisnis, hendaknya perlu dikaji imbal-baliknya, yaitu bahwa bisnis yang direncanakan hendaknya bermanfaat bagi pihak lain. Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 4

1. Sisi Rencana Pembangunan Nasional Analisis manfaat proyek ditinjau dari sisi ini, dimaksudkan agar proyek dapat: 1. Memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat; 2. Menggunakan sumber daya lokal; 3. Menghasilkan dan menghemat devisa; 4. Menumbuhkan industri lain; 5. Turut menyediakan kebutuhan konsumen dalam negeri sesuai dengan kemampuan; 6. Menambah pendapatan nasional. Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 5

2. Sisi Distribusi Nilai Tambah Maksudnya adalah agar proyek yang akan dibangun memiliki nilai tambah. Nilai tambah hendaknya dapat dihitung secara kuantitatif. Dalam perhitungan tersebut agar lebih mudah, dapat diasumsikan bahwa proyek berproduksi dengan kapasitas normal. Setelah nilai tambah diketahui besarannya, nilai ini selanjutnya dapat disitribusikan. Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 6

2. Sisi Distribusi Nilai Tambah: Contoh Contoh sederhana perhitungan kuantitatif untuk menentukan nilai tambah disajikan berikut ini. 000 (Rp) % Penerimaan Penjualan 378.000 100 Biaya-Biaya 209.718 55,5 Nilai Tambah Kotor 168.282 44,5 Biaya Depresiasi & Amortisasi 33.000 8,7 Nilai Tambah Bersih 135.282 35,8 Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 7

2. Sisi Distribusi Nilai Tambah: Contoh Nilai tambah bersih tersebut kemudian didistribusikan kepada pihak-pihak tertentu dengan persentase tertentu pula. Pihak yang Menerima Nilai Tambah Pajak-Pajak Bagi Pemerintah Gaji dan Upah bagi Karyawan Dividen bagi Pemegang Saham Persentase Nilai 15,3 Rp 20.720.000,- 33,3 Rp 45.082.000,- 21,9 Rp 29.616.000,- Kreditor/Bank 29,5 Rp 39.864.000,- Jumlah 100,0 Rp 135.282.000,- Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 8

2. Sisi Distribusi Nilai Tambah Jadi, dengan adanya nilai tambah, berarti bisnis yang dijalankan perusahaan meningkatkan kesejahteraan berbagai pihak seperti dicontohkan di atas. Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 9

3. Sisi Nilai Investasi per Tenaga Kerja Penilaian berikutnya adalah bahwa proyek mampu meningkatkan kesempatan kerja. Salah satu cara mengukur proyek padat modal atau padat karya adalah dengan membagi jumlah investasi (modal tetap + modal kerja) dengan jumlah tenaga kerja yang terlibat sehingga didapat nilai investasi per tenaga kerja. Untuk proyek perluasan, perhitungan nilai investasi merupakan jumlah investasi sebelum dan sesudah investasi. Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 10

4. Hambatan di Bidang Ekonomi 1. Iklim tropis; 2. Produktivitas rendah; 3. Kapital sedikit; 4. Nilai perdagangan luar negeri yang rendah; 5. Besarnya pengangguran; 6. Besarnya ketimpangan distribusi pendapatan; 7. Tekanan penduduk yang berat; 8. Penggunaan tanah yang produktivitasnya rendah. Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 11

5. Dukungan Pemerintah Pemerintah mempunyai kepentingan agar perdagangan yang dilakukan oleh perusahaanperusahaan di dalam negeri akan menghasilkan devisa bagi negara. Salah satu bentuk dukungan itu adalah melalui proteksi perdagangan. Proteksi perdagangan merupakan seluruh insentif perdagangan baik berupa proteksi maupun bantuan (subsidi). Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 12

5. Dukungan Pemerintah Oleh karena itu, proteksi perdagangan lebih tepat disebut sebagai insentif perdagangan. Instrumen kebijakan proteksi perdagangan banyak ragamnya, tetapi tujuannya tetap satu, yaitu menimbulkan distorsi pasar dalam artian mencegah adanya pasar persaingan bebas. Instrumen kebijakan proteksi perdagangan dapat digolongkan menjadi: a. Kebijakan langsung terhadap komoditi yang bersangkutan; b. Kebijakan tidak langsung. Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 13

A. Kebijakan Langsung 1. Kebijakan perdagangan luar negeri Instrumen tarif: Pajak impor, pajak ekspor, subsidi ekspor. Instrumen non-tarif: Pembatasan kuantitatif (kuota eksporimpor) dan pembatasan kualitatif (syarat-syarat kesehatan, kualitas lingkungan, karantina). 2. Kebijakan perdagangan dalam negeri Pajak penjualan, retribusi, dan kewajiban pembayaran lainnya; Pengaturan distribusi barang; Pengaturan (stabilisasi) harga. 3. Kebijakan produksi Subsidi/pajak langsung bagi produsen; Perlindungan harga produksi dan sarana produksi; Pengaturan penggunaan sarana produksi. Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 14

B. Kebijakan Tidak Langsung Kebijakan ekonomi makro, terdiri dari: 1. Over/under valuation nilai tukar; 2. Pengaturan suku bunga dan alokasi kredit perbankan; 3. Kebijakan proteksi terhadap komoditi lainnya. Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 15

5. Hubungan Pemerintah Dampak dari proteksi perdagangan dapat dilihat dari aspek: 1. Dampak distorsi Distorsi pasar: Perbedaan antara harga yang berlaku dan harga yang seharusnya terjadi jika tidak ada kebijakan proteksi pemerintah (harga pasar bersaing bebas). Alat ukurnya berupa tingkat proteksi efektif (ERP = Effective Rate of Protection). 2. Transfer pendapatan kepada konsumen maupun produsen. Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 16

Studi Kelayakan Bisnis 2. ASPEK SOSIAL Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 17

1. Perusahaan Sebagai Lembaga Sosial Sebuah perusahaan memiliki tugas melaksanakan bermacam-macam kegiatan dalam waktu bersamaan. Dalam pelaksanaannya sering timbul ancaman sekaligus peluang baik dari lingkungan internal maupun eksternal perusahaan. Jadi, perusahaan selain mencari keuntungan juga mengemban misi sosial kemasyarakatan. Hal ini penting agar dirinya dengan masyarakat dapat hidup saling menguntungkan. Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 18

2. Perubahan Kondisi Sosial yang Kompleks Pemecatan karyawan karena berbagai alasan merupakan hal yang biasa pada masa lalu. Kini, tindakan seperti itu hanya akan mengakibatkan terganggunya keseimbangan dalam sistem sosial yang kompleks dalam perusahaan. Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 19

3. Perubahan dalam Masyarakat yang Pluralistik Masyarakat pluralistik adalah sebuah kehidupan berbagai kelompok yang mempengaruhi lingkungan perusahaan dalam mendapatkan harapan-harapan sosial, ekonomi, atau politik. Perusahaan dianggap ikut bertanggung jawab dalam menciptakan kondisi sosial yang baik serta kesejahteraan secara umum. Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 20

3. Perubahan dalam Masyarakat yang Pluralistik Berkaitan dengan hal di atas, hendaknya bisnis memiliki manfaat-manfaat sosial bagi masyarakat seperti: 1. Membuka lapangan kerja baru; 2. Melaksanakan alih teknologi; 3. Meningkatkan mutu hidup; 4. Pengaruh positif. Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 21

Studi Kelayakan Bisnis 3. ASPEK POLITIK Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 22

Good News vs Bad News Adanya isu/rumor/spekulasi yang timbul akibat kondisi politik yang diciptakan pemerintah akan mempengaruhi permintaan dan penawaran suatu produk. Situasi politik dapat diketahui melalui beritaberita di media massa. Berita-berita tersebut dapat digolongkan menjadi: 1. Good news; 2. Bad news. Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 23

Good News vs Bad News Di dalam bisnis, good news dimaknai sebagai berita-berita yang dapat diterima pelaku pasar tentang berbagai faktor atau kondisi suatu negara yang berhubungan dengan dunia investasi, yang dinilai mendukung dan memiliki potensi mendatangkan keuntungan bagi dunia investasi. Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 24

Good News vs Bad News Bad news, di sisi yang lain, dimaknai sebagai berita yang diterima pelaku pasar tentang berbagai faktor atau kondisi suatu negara yang berhubungan dengan dunia investasi yang dinilai tidak mendukung dan memiliki potensi mendatangkan kerugian bagi dunia investasi. Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 25

Pengaruh Aspek Politik Aspek politik pemerintah secara langsung ataupun tidak langsung berpengaruh kepada dunia bisnis. Makin kacau kondisi politik suatu daerah atau negara akan berdampak makin kacau pula dunia bisnis di daerah atau negara tersebut, begitu pula sebaliknya. Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 26