EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA MATERI LIMIT FUNGSI ALJABAR DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS X MIA SEMESTER II SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Intan Monika Wulandari 1), Yemi Kuswardi 2), Henny Ekana Chrisnawati 3) 1) Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS, Surakarta 2) 3) Dosen Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS, Surakarta 1) Alamat Korespondensi: Ds. Plantaran Kaliwungu Kendal, 085741900786, intanmonikawulandari@gmail.com 2) Jl. Ir. Sutami 36A Kentingan Surakarta, 08170454728, yemikuswardi@gmail.com 3) Jl. Ir. Sutami 36A Kentingan Surakarta, henny_ekana@yahoo.co. id ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) apakah prestasi siswa pada Learning Cycle 7E dengan pendekatan Scientific lebih baik daripada konvensional, (2) diantara kategori gaya belajar siswa manakah yang memiliki prestasi belajar matematika lebih baik, antara siswa yang mempunyai gaya belajar visual, auditorial atau kinestetik, (3) pada masing-masing kategori gaya belajar siswa, manakah yang memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik, siswa dengan model Learning Cycle 7E dengan pendekatan Scientific atau siswa dengan model konvensional, (4) pada masing-masing model, manakah yang dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, siswa dengan gaya belajar visual, auditorial atau kinestetik pada materi limit fungsi aljabar. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X MIA SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2013/2014. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling. Uji coba instrumen dilaksanakan di SMA Negeri 6 Surakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, metode angket dan metode tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Sebagai persyaratan analisis yaitu populasi berdistribusi normal menggunakan uji Liliefors dan populasi mempunyai variansi yang sama (homogen) menggunakan metode Bartlett. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) model Learning Cycle 7E dengan pendekatan Scientific memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan model konvensional, (2) prestasi siswa dengan gaya belajar visual lebih baik daripada auditorial, prestasi siswa dengan gaya belajar visual lebih baik daripada kinestetik dan prestasi siswa dengan gaya belajar auditorial lebih baik daripada kinestetik, (3) prestasi siswa pada model konvensional, siswa dengan gaya belajar visual lebih baik daripada auditorial, siswa dengan gaya belajar visual sama dengan kinestetik, dan siswa dengan gaya belajar auditorial sama dengan kinestetik sedangkan prestasi siswa pada model Learning Cycle 7E dengan pendekatan Scientific, siswa dengan gaya belajar visual lebih baik daripada auditorial, siswa dengan gaya belajar visual sama dengan kinestetik, siswa dengan gaya belajar auditorial sama dengan kinestetik, (4) prestasi siswa dengan gaya belajar visual dan kinesetik, model Learning Cycle 7E dengan pendekatan Scientific lebih baik daripada konvensional, sedangkan prestasi siswa dengan gaya belajar auditorial, model Learning Cycle 7E dengan pendekatan Scientific sama dengan konvensional. Kata kunci : model dengan pendekatan Scientific, model pembelajaran konvensional, gaya belajar, limit fungsi aljabar, prestasi belajar.
PENDAHULUAN Dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi strategi ini di Indonesia telah melalui sejarah yang panjang, namun hingga saat ini harapan baik ini belum menuntut adanya peningkatan terwujudkan. Oleh karena itu, dalam kualitas Sumber Daya Manusia perancangan kurikulum baru ini, (SDM). Hal ini berakibat pemerintah pemerintah menggunakan harus meningkatkan kualitas SDM, pendekatan ilmiah atau scientific salah satunya dengan cara karena pendekatan ini dianggap lebih meningkatkan kualitas pendidikan. efektif hasilnya dibandingkan Berkaitan dengan upaya pendekatan pada kurikulum meningkatan mutu pendidikan di sebelumnya. Pendekatan ilmiah Indonesia, pemerintah telah (scientific approach) dalam menunjukkan salah satu usahanya pembelajaran sebagaimana dimaksud dengan memperbaiki kurikulum memiliki beberapa tahap, yaitu pendidikan. Kementrian Pendidikan mengamati, menanya, menalar, dan Kebudayaan menilai perlu mencoba, membentuk jejaring untuk dikembangkan kurikulum berbasis semua mata pelajaran (menyajikan). penguatan penalaran, bukan hafalan Matematika mempunyai semata. Hal ini dikarenakan peran penting dalam proses kurikulum pendidikan di Indonesia pendidikan. Hal tersebut dapat dilihat dipandang perlu disesuaikan dengan dari mata pelajaran matematika tuntutan zaman. Pola pembelajaran diajarkan pada setiap jenjang harus diarahkan untuk mendorong pendidikan dengan jam pelajaran siswa mencari tahu dan yang lebih panjang. Akan tetapi, mengobservasi, bukan diberi tahu. dalam pembelajaran disekolah baik Salah satu usaha yang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dilakukan pemerintah untuk maupun Sekolah Menengah Atas memperbaiki kualitas pendidikan di (SMA) sering kali matematika Indonesia adalah melakukan dianggap sebagai mata pelajaran perbaikan kurikulum pendidikan. yang sulit oleh siswa, termasuk Pada tahun 2013, pemerintah dialami peneliti pada saat menempuh mengesahkan kurikulum baru disebut Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 jenjang SMP dan SMA. Hasil dari observasi penulis sudah mulai diterapkan untuk pada saat melaksanakan Program beberapa jenjang pendidikan. Pengalaman Lapangan (PPL) di Penerapan kurikulum 2013 didasari dengan disadarinya bahwa guru-guru perlu memperkuat kemampuannya SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2013/2014, salah satu guru mata pelajaran matematika yaitu Dra. dalam memfasilitasi siswa agar Magdalena Puspitaningtyas, M.Pd, terlatih berpikir logis, sistematis, dan menyebutkan bahwa siswa ilmiah. Tantangan ini memerlukan dinyatakan tuntas jika memperoleh peningkatan keterampilan guru nilah lebih dari 75. Presentasi dalam melaksanakan pembelajaran ketuntasan siswa tahun ajaran dengan menggunakan pendekatan 2012/2013 pada materi limit fungsi ilmiah. Skenario untuk memacu tidak lebih dari 25% untuk setiap keterampilan guru menerapkan kelasnya. Beliau menyebutkan
bahwa rendahnya prestasi siswa berperan aktif dalam mengeksplorasi dikarenakan sebagian besar siswa materi pelajaran. Hal ini bertolak tidak dapat menentukan langkah belakang dengan model awal yang harus digunakan untuk konvensional yang mendominasi menyelesaikan soal limit fungsi. dalam proses pembelajaran. Akibatnya kompetensi dasar yang Akibatnya hanya ada sedikit terkait dengan materi limit fungsi keterlibatan siswa sehingga belum dapat tercapai secara menyebabkan siswa mengalami maksimal. Terkait dengan kesulitan kesulitan dan mengurangi perhatian terhadap mata pelajaran. Oleh karena belajar siswa pada materi limit fungsi aljabar dapat disebabkan oleh daya serap siswa terhadap materi limit fungsi cukup rendah. Rendahnya itu guru dituntut untuk mencari alternatif model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa. Model pembelajaran kooperatif adalah salah daya serap siswa disebabkan mereka satu model pembelajaran yang tidak biasa dengan budaya sekolah menekankan pada pentingnya siswa sehingga memperlambat dalam membangun sendiri pengetahuan menyikapiya. Hal ini dapat menjadi mereka melalui keterlibatan aktif pemicu terjadinya kesulitan siswa siswa dalam proses belajar dalam menentukan langkah awal mencari nilai limit suatu fungsi. mengajar[5]. Proses belajar mengajar seharusnya lebih cenderung pada Keadaan tersebut dapat terjadi Student Centered daripada Teacher karena model pembelajaran tidak Centered. Salah satu model mendukung terciptanya pemahaman pembelajaran yang menekankan pada siswa terhadap materi. Model Student Centered yaitu model pembelajaran yang digunakan oleh pembelajaran kooperatif. Model guru tidak melibatkan siswa dalam pembelajaran sehingga siswa hanya pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe diantaranya Student aktif untuk mencatat materi. Pada Teams Aachievment Division akhirnya siswa hanya akan (STAD), Teams Games Tournaments menghafal materi pelajaran dengan tujuan mencapai ketuntasan pada saat menempuh ulangan atau ujian. (TGT), Two Stay Two Stray (TSTS), Group Investigation (GI), Learning Cycle 5E, Learning Cycle 7E, Make Metode penghafalan ini a Match, dan sebagainya. menyebabkan siswa tidak memahami Salah satu tipe model konsep materi limit fungsi dengan pembelajaran kooperatif adalah benar. Akibatnya prestasi siswa model pembelajaran Learning Cycle dalam mata pelajaran matematika masih cenderung rendah. 7E. Model pembelajaran Learning Cycle 7E merupakan salah satu Siswa yang sudah memiliki model pembelajaran dengan kesadaran akan tujuan dan kegunaan pendekatan konstruktivisme. Ciri mata pelajaran yang dipelajarinya pendekatan konstruktivisme adalah menyebabkan perhatian akan timbul keaktifan siswa yang tercermin dengan sendirinya. Perhatian siswa dengan berdiskusi, menggunakan terhadap pelajaran dapat ditimbulkan istilah, konsep, dan prinsip yang baru dengan cara mengajak siswa mereka pelajari, sedangkan guru
berperan sebagai narasumber yang bijak dan berpengetahuan. Model diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran. Pada akhirnya siswa dapat meninggalkan metode menghafal dan diharapkan siswa dapat mengkonstruksi konsep pembelajaran sesuai dengan pemahaman yang diperolehnya. Model pembelajaran Learning Cycle 7E dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu mendatangkan pengetahuan awal siswa (elicit), membangkitkan minat siswa (engagement), memanfaatkan panca indera untuk berexplorasi (exploration), menyampaikan ide atau gagasan melalui kegiatan diskusi (explanation), mengaplikasikan konsep-konsep (elaboration), tes akhir (evaluation), dan menghubungkan konsep yang mereka pelajari dengan konsep lain (extend). Keefektifan penggunaan model pembelajaran Learning Cycle dalam pembelajaran juga dijelaskan dalam penelitian Andriawan Nurcahyo (2012) yaitu memilih model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa salah satu model pembelajaran dengan tujuan mengaktifkan siswa dan sesuai dengan kurikulum di Indonesia pada saat ini adalah model pembelajaran Learning Cycle 7E dengan pendekatan scientific. Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang dimodifikasi dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Dalam model dengan pendekatan Scientific ini masih melalui tahapan yang sama dengan model pembelajaran Learning Cycle pada umumnya, hanya saja dalam pelaksanaannya akan melibatkan semua tahapan dalam pendekatan Scientific secara runtut. Disamping memilih model mengajar yang tepat, penting bagi guru memahami gaya belajar siswa. Hal ini dikarenakan siswa memiliki gaya belajarnya masing-masing. Jika guru dapat memahami gaya belajar siswa, maka akan lebih mudah dalam menentukan model pembelajaran yang dibutuhkan oleh siswa. Gaya belajar merupakan cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut[2]. Setiap siswa mempunyai cara atau sikap berbeda-beda dan hal tersebut cenderung untuk selalu dilakukan dalam belajar. Gaya belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Pada umumnya siswa memiliki ketiga Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E menggunakan Media Lembar Kerja Siswa (LKS) ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran dengan Learning Cycle 5E dapat menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan model konvensional (dalam hal ini model pembelajaran langsung) pada materi persamaan kuadrat. Penelitian ini gaya belajar tersebut, namun ada satu menjadi acuan peneliti dalam gaya belajar yang paling dominan[3].
Kebanyakan siswa belum mengenal persis gaya belajar yang dimiliki sehingga mereka belum dapat menerapkannya secara optimal. Pengaruh gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika telah dijelaskan dalam penelitian Anna Yuni Astuti (2006) yaitu Eksperimentasi Pembelajaran Matematika melalui Metode Kontekstual disertai Sentuhan Humor pada Pokok Bahasan Peluang ditinjau dari Gaya Belajar Siswa. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik. Siswa dengan gaya belajar auditorial mempunyai prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa gaya belajar visual. Siswa dengan gaya belajar auditorial mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa gaya belajar kinestetik. Siswa yang memiliki gaya belajar visual mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa gaya belajar kinestetik. Model pembelajaran Learning Cycle 7E harus melalui beberapa tahapan. Tahap berdiskusi pada model pembelajaran Learning Cycle 7E, dapat membantu siswa auditorial. Hal ini dikarenakan siswa membantunya belajar. Sedangkan siswa kinestetik dibantu dengan membawa alat peraga nyata. Hal ini dikarenakan siswa kinestetik menggunakan fisiknya sebagai alat belajar yang optimal. Berdasarkan dua penelitian di atas, maka peneliti berharap dengan adanya model pembelajaran Learning Cycle 7E dengan pendekatan scientific diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep pada siswa yang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Dan akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa khususnya pada materi limit fungsi aljabar. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di SMA Negeri 2 Surakarta pada kelas X MIA semester genap tahun ajaran 2013/2014. Untuk uji coba instrumen dilakukan di SMA Negeri 6 Surakarta. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental semu karena tidak memungkinkan untuk memanipulasi dan mengontrol semua variabel yang relevan. Manipulasi variabel dalam penelitian ini dilakukan pada variabel bebas yaitu pembelajaran menggunakan model Learning Cycle 7E dengan pendektan Scientific pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Sedangkan variabel bebas lain yaitu gaya belajar siswa dijadikan sebagai variabel yang mungkin ikut mempengaruhi variabel terikat yaitu prestasi belajar matematika siswa. Rancangan yang digunakan dalam auditorial memanfaatkan kemampuan pendengaran untuk mempermudah proses belajar, sehingga akan lebih mudah menerima materi yang disajikan dengan diskusi dan tanya-jawab. Dalam model pembelajaran Learning Cycle 7E terdapat tahap exploration yang dapat membantu siswa visual, penelitian ini adalah rancangan karena siswa visual menggunakan faktorial sederhana 2 3. Faktor indera penglihatan untuk pertama adalah model pembelajaran
dan factor kedua adalah gaya belajar siswa. merupakan sub populasi, kemudian dilakukan pengundian secara acak Populasi merupakan untuk memilih dua kelas yang keseluruhan subyek penelitian. berfungsi sebagai kelompok Sehingga populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIA SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2013/2014, yang terdiri dari 5 kelas yaitu kelas X MIA-1, X MIA- 2, X MIA-3, X MIA-4 dan X MIA-5. eksperimen dan kelompok kontrol. Kelas yang pertama muncul pada pengundian ditetapkan sebagai kelas eksperimen dan selanjutnya sebagai kelas kontrol. Dari hasil pengundian ditetapkan kelas X MIA-3 dengan Dalam penelitian ini tidak dilakukan jumlah 33 siswa sebagai kelas penelitian terhadap seluruh populasi. Hal ini Hal ini karena tidak perlu dan tidak mungkin untuk dapat diamati eksperimen dan kelas X MIA-5 dengan jumlah 32 siswa sebagai kelas kontrol. [1]. Sehingga yang akan diamati Dalam penelitian ini, adalah sampel yakni sebagian dari metode yang digunakan untuk populasi yang diteliti [1]. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik cluster random sampling. Teknik ini mengumpulkan data adalah metode dokumentasi, metode angket, metode tes. Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang digunakan jika kita memiliki berupa data nilai MID Semester II keterbatasan kerangka sampel (daftar (Ulangan Tengah Semester II) nama seluruh anggota populasi), matematika. Metode angket namun kita memiliki data yang digunakan untuk mengumpulkan lengkap tentang kelompok [4]. data mengenai gaya belajar siswa. Sampel penelitian yang digunakan Metode tes digunakan untuk berasal dari populasi yakni seluruh mengumpulkan data mengenai siswa kelas X MIA SMA Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2013/2014. Dalam hal ini semua kelas X MIA dipandang sebagai satuan kelompok prestasi belajar matematika siswa pada materi limit fungsi aljabar. Instrumen angket gaya belajar siswa telah diuji validitas oleh validator, karena semua kelas X MIA dianggap konsistensi internal serta mempunyai kemampuan yang sama sehingga kelas yang terambil dapat mewakili seluruh populasi yang ada, reliabilitasnya. Sedangkan instrumen tes prestasi belajar siswa telah diuji validitas oleh validator, daya beda, kemudian pengacakan dilakukan tingkat kesukaran serta dengan undian. Pengambilan sampel secara random sampling dengan cara undian untuk mengambil tiga kelas, kemudian dilakukan pengundian lagi untuk menentukan kelas manakah reliabilitasnya. Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dan uji komparasi ganda. yang akan dijadikan kelas Namun sebelum dilakukan analisis eksperimen dan kelas kontrol. dengan menggunakan analisis data Pengambilan sampel secara acak tersebut dilakukan terlebih dahulu pada kelas X MIA, yaitu kelas X pengujian prasyarat analisis dan uji MIA-1 sampai kelas X MIA-5 keseimbangan. Pengujian
persyaratan analisis meliputi uji normalitas dan uji homogenitas yang keduanya merupakan uji persyaratan dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dan uji keseimbangan. Uji normalitas yang digunakan adalah uji normalitas dengan menggunakan metode Liliefors dengan taraf signifikansi 0,05. Sedangkan uji homogenitas yang digunakan adalah uji Bartlet dengan statistik uji Chi Kuadrat dengan taraf signifikansi 0,05. pembelajaran dengan model dengan pendekatan Scientific menghasilkan prestasi belajar matematika yang leboh baik daripada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada materi limit fungsi aljabar. Sehingga hal tersebut sesuai dengan hipotesis penelitian yakni model dengan pendekatan Scientific menghasilkan prestasi yang lebih baik daripada model pembelajaran konvensional pada materi limit HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan perhitungan fungsi aljabar. analisis variansi dua jalan dengan sel Berdasarkan perhitungan tak sama diperoleh F obs sebesar analisis variansi dua jalan dengan sel 34,0686 yang merupakan anggota tak sama diperoleh F obs sebesar daerah kritis sehingga H 0A ditolak. 36,4171 yang merupakan anggota H 0A yang ditolak mempunyai makna daerah kritis sehingga H 0B ditolak. bahwa pada kedua model H 0B yang ditolak mempunyai makna bahwa pada masing-masing gaya dengan pendekatan Scientific dan belajar matematika yaitu gaya belajar model pembelajaran konvensional visual, auditorial dan kinestetik tidak tidak memberikan pengaruh yang memberikan pengaruh yang sama sama terhadap prestasi belajar terhadap prestasi belajar matematika matematika siswa pada materi limit siswa pada materi limit fungsi fungsi aljabar. aljabar. Untuk melihat model Untuk mengetahui kategori pembelajaran manakah yang manakah yang menghasilkan prestasi menghasilkan prestasi belajar belajar matematika yang secara matematika yang lebih baik dilihat signifikan berbeda dapat dilihat dari dari rataan marginalnya. Berdasarkan hasil uji komparasi ganda. rataan marginal, siswa yang Selanjutnya jika pada hasil uji mengkuti pembelajaran dengan komparasi ganda terdapat perbedaan model pembelajaran Learning Cycle yang signifikan, maka dengan 7E dengan pendekatan Scientific melihat rataan marginalnya dapat mempunyai rataan marginal sebesar diketahui kategori mana yang lebih 83,55 dan siswa yang mengikuti baik. Berdasarkan hasil uji pembelajaran dengan model komparasi rerata antar kolom pembelajaran konvensional diperoleh F.1.2 sebesar 24,1542 yang mempunyai rataan marginal sebesar merupakan anggota daerah kritis 68,21. Berdasarkan rataan marginal sehingga H 0μ1.2 ditolak. H 0μ1.2 yang dari kedua model pembelajaran ditolak dapat pula dikatakan bahwa tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara gaya belajar visual, auditorial sehingga H 0μ2.3 ditolak. H 0μ2.3 yang dan kinestetik. Hal tersebut ditolak dapat pula dikatakan bahwa mempunyai makna bahwa rataan yang diperoleh siswa dengan gaya terdapat perbedaan yang signifikan antara gaya belajar auditorial dan belajar visual secara signifikan kinestetik. Hal tersebut mempunyai berbeda dengan rataan yang makna bahwa rataan yang diperoleh diperoleh siswa dengan gaya belajar auditorial. Selanjutnya berdasarkan rataan marginal, siswa dengan gaya siswa dengan gaya belajar auditorial secara signifikan berbeda dengan siswa dengan gaya belajar kinestetik. belajar visual mempunyai rataan Selanjutnya berdasarkan rataan 79,63 dan siswa dengan gaya belajar auditorial mempunyai rataan mrginal marginal, siswa dengan gaya belajar auditorial mempuyai rataan marginal sebesar 66,70. Sehingga dapat 66,70 dan siswa dengangaya belajar disimpulkan bahwa siswa dengan kinestetik mempunyai rataan gaya belajar visual memiliki prestasi marginal sebesar 70,67. Sehingga belajar matematika yang lebih baik dapat disimpulkan bahwa siswa dibandingkan siswa dengan gaya dengan gaya belajar kinestetik belajar auditorial. Berdasarkan hasil uji memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan siswa komparasi rerata antar kolom dengan gaya belajar auditorial. diperoleh F.1.3 sebesar 9,8967 yang Sehingga hal tersebut sesuai dengan merupakan anggota daerah kritis hipotesis penelitian yakni siswa sehingga H 0μ1.3 ditolak. H 0μ1.3 yang dengan gaya belajar visual ditolak dapat pula dikatakan bahwa menghasilkan prestasi belajar terdapat perbedaan yang signifikan matematika yang lebih baik daripada antara gaya belajar visual dan siswa dengan gaya belajar auditorial kinestetik. Hal tersebut mempunyai makna bahwa rataan yang diperoleh dan kinestetik. Berdasarkan perhitungan siswa dengan gaya belajar visual secara signifikan berbeda dengan siswa dengan gaya belajar kinestetik. analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh F obs sebesar 7,2316 yang merupakan anggota Selanjutnya berdasarkan rataan daerah kritis sehingga H 0AB ditolak. marginal, siswa dengan gaya belajar H 0AB ditolak mempunyai makna visual mempuyai rataan marginal bahwa terdapat interaksi antara 79,63 dan siswa dengangaya belajar model pembelajaran dengan gaya kinestetik mempunyai rataan belajar siswa terhadap prestasi marginal sebesar 70,67. Sehingga belajar siswa pada materi limit fungsi dapat disimpulkan bahwa siswa aljabar. dengan gaya belajar visual memiliki prestasi belajar matematika yang Untuk melihat gaya belajar manakah yang menghasilkan prestasi lebih baik dibandingkan siswa belajar matematika yang lebih baik dengan gaya belajar kinestetik. disetiap model pembelajaran, dapat Berdasarkan hasil uji dilihat dari uji komparasi ganda antar komparasi rerata antar kolom sel pada baris yang sama. diperoleh F.2.3 sebesar 6,6020 yang Selanjutnya jika pada hasil uji merupakan anggota daerah kritis komparasi ganda antar sel pada baris
yang terdapat perbedaan yang gaya belajar auditorial menghasilkan signifikan, maka dengan melihat rataan marginalnya dapat diketahui prestasi yang sama baik dengan siswa dengan gaya belajar kinestetik. gaya belajar manakah yang lebih Dapat disimpulkan pada model baik di setiap kategori model pembelajaran. Berdasarkan hasil uji dengan pendekatan Scientific, komparasi ganda antar sel pada baris prestasi belajar siswa dengan gaya yang sama diperoleh F. 11.12 sebesar belajar visual lebih baik 12,44 yang merupakan anggota dibandingkan siswa dengan gaya daerah kritis sehingga H 0μ11.12 belajar auditorial. Berdasarkan hasil ditolak. Hal ini berarti pada uji komparasi ganda antar sel pada baris yang sama diperoleh F. 21.22 dengan pendekatan Scientific, ada sebesar 12,39 yang merupakan perbedaan prestasi belajar siswa anggota daerah kritis sehingga dengan gaya belajar visual dan H 0μ21.22 ditolak. Hal ini berarti pada auditorial. Dilihat dari rataan pembelajaran konvensional, ada marginalnya, rataan untuk gaya perbedaan prestasi belajar siswa belajar visual sebesar 87,16 dan gaya dengan gaya belajar visual dan belajar auditorial sebesar 73,25. auditorial. Dilihat dari rataan Dapat disimpulkan bahwa pada marginalnya, rataan untuk gaya model pembelajaran Learning Cycle belajar visual sebesar 72,11 dan gaya 7E dengan pendekatan Scientific, belajar auditorial 60,14. Dapat prestasi belajar siswa dengan gaya disimpulkan bahwa pada model belajar visual lebih baik daripada siswa dengan gaya belajar auditorial. Berdasarkan hasil uji komparasi pembelajaran konvensional, prestasi belajar siswa dengan gaya belajar visual lebih baik daripada siswa ganda antar sel pada baris yang sama dengan gaya belajar auditorial. diperoleh F.11.13 sebesar 5,14 yang bukan merupakan anggota daerah kritis sehingga H 0μ11.12 tidak ditolak. H 0μ11.12 yang tidak ditolak dapat pula Berdasarkan hasil uji komparasi ganda antar sel pada baris yang sama diperoleh F.21.23 sebesar 4,19 yang bukan merupakan anggota daerah dikatakan bahwa pada model kritis sehingga H 0μ21.23 tidak ditolak. Learning Cycle 7E dengan H 0μ21.23 yang tidak ditolak dapat pula pendekatan Scientific, siswa dengan dikatakan bahwa pada model gaya belajar visual menghasilkan prestasi yang sama baik dengan siswa dengan gaya belajar kinestetik. Berdasarkan hasil uji komparasi ganda antar sel pada baris yang sama diperoleh F.12.13 sebesar 1,34 yang bukan merupakan anggota daerah kritis sehingga H 0μ12-13 tidak ditolak. konvensional, siswa dengan gaya belajar visual menghasilkan prestasi yang sama baik dengan siswa dengan gaya belajar kinestetik. Berdasarkan hasil uji komparasi ganda antar sel pada baris yang sama diperoleh F.22.23 sebesar 0,17 yang bukan merupakan anggota daerah kritis H 0μ12-13 yang tidak ditolak dapat pula sehingga H 0μ22.23 tidak ditolak. dikatakan bahwa pada model H 0μ22.23 yang tidak ditolak dapat pula Learning Cycle 7E dengan dikatakan bahwa pada model pendekatan Scientific, siswa dengan konvensional, siswa dengan gaya
belajar auditorial menghasilkan Cycle 7E dengan pendekatan prestasi yang sama baik dengan siswa dengan gaya belajar kinestetik. Scientific memiliki prestasi yang sama dengan model konvensional. Dapat disimpulkan pada model Berdasarkan hasil uji komparasi pembelajaran konvensional, prestasi ganda antar sel pada kolom yang belajar siswa dengan gaya belajar sama diperoleh F. 13.23 sebesar visual lebih baik dibandingkan siswa 7,400319 sehingga H 0μ13-23 ditolak. dengan gaya belajar auditorial. Hal ini berarti pada siswa dengan Untuk melihat model gaya belajar kinestetik, ada pembelajaran manakah yang perbedaan prestasi belajar siswa menghasilkan prestasi belajar yang diberikan model pembelajaran matematika yang lebih baik disetiap Learning Cycle 7E dengan kategori gaya belajar, dapat dilihat pendekatan Scientific dan dari uji komparasi ganda antar sel pada kolom yang sama. Selanjutnya jika pada hasil uji komparasi ganda konvensional. Dilihat dari rataan marginalnya, Learning Cycle 7E dengan pendekatan Scientific sebesar antar sel pada kolom yang sama 79,00 dan rataan konvensional terdapat perbedaan yang signifikan, sebesar 62,33. Dapat disimpulkan maka dengan melihat rataan pada gaya belajar kinestetik, model marginalnya dapat diketahui model Learning Cycle 7E dengan pembelajaran manakah yang lebih pendekatan Scientific memiliki baik di setiap kategori gaya belajar. Berdasarkan hasil uji komparasi prestasi yang lebih baik daripada siswa dengan model konvensional. ganda antar sel pada kolom diperoleh F. 11.21 sebesar 36,43 sehingga H 0μ11-21 ditolak. Hal ini berarti pada gaya KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian belajar visual, ada perbedaan prestasi yang telah dikemukakan belajar siswa yang diberikan model sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: dengan pendekatan Scientific dan 1. Model pembelajaran Learning konvensional. Dilihat dari rataan Cycle 7E dengan pendekatan marginalnya, Learning Cycle 7E Scientific memberikan prestasi dengan pendekatan Scientific sebesar belajar matematika yang lebih 87,16 dan rataan konvensional baik dengan model pembelajaran sebesar 72,11. Dapat disimpulkan pada gaya belajar visual, model konvensional pada materi limit fungsi aljabar. Learning Cycle 7E dengan 2. Siswa dengan gaya belajar visual pendekatan Scientific memiliki memiliki prestasi belajar prestasi yang lebih baik daripada matematika yang lebih baik siswa dengan model konvensional. daripada siswa dengan gaya Berdasarkan hasil uji komparasi belajar auditorial, siswa dengan ganda antar sel pada kolom yang gaya belajar visual memiliki sama diperoleh F. 12.22 sebesar 0,55 prestasi belajar matematika yang sehingga H 0μ12-22 tidak ditolak. Hal lebih baik daripada siswa dengan ini berarti pada siswa dengan gaya gaya belajar kinestetik dan siswa belajar auditorial, model Learning dengan gaya belajar kinestetik
memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa dengan gaya belajar auditorial pada materi limit fungsi aljabar. 3. Untuk model pembelajaran konvensional, siswa dengan gaya belajar visual memiliki prestasi yang lebih baik dibandingkan siswa dengan gaya belajar auditorial, siswa dengan gaya belajar visual dan siswa dengan gaya belajar kinestetik memiliki prestasi yang sama sedangkan siswa dengan gaya belajar auditorial dan siswa dengan gaya belajar kinestetik memiliki prestasi yang sama. Sedangkan untuk model pembelajaran Learning Cycle 7E dengan pendekatan Scientific, siswa dengan gaya belajar visual memiliki prestasi yang lebih baik dibandingkan siswa dengan gaya belajar auditorial, siswa dengan gaya belajar visual dan siswa dengan gaya belajar kinestetik memiliki prestasi yang sama, sedangkan siswa dengan gaya belajar auditorial dan siswa dengan gaya belajar kinestetik memiliki prestasi yang sama pada materi limit fungsi aljabar. 4. Untuk siswa dengan gaya belajar visual, penggunaan model dengan pendekatan Scientific memiliki prestasi yang lebih baik dibandingkan model pembelajaran konvensional. Untuk siswa dengan gaya belajar auditorial, penggunaan Learning Cycle 7E dengan pendekatan Scientific memiliki prestasi yang sama dengan model pembelajaran konvensional. Sedangkan untuk siswa dengan gaya belajar kinestetik, penggunaan model dengan pendekatan Scientific memiliki prestasi yang lebih baik dibandingkan model pembelajaran konvensional. DAFTAR PUSAKA [1] Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. [2] Purwanto. 2007. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan, Pengembangan dan Pemanfaatan. Pustaka Belajar. Yogyakarta: [3] Deporter, Bobbi & Hernacki, Mike. 1999. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Terjemahan Ary Nilandari. Bandung: Kaifa. [4] Deporter, Bobbi & Hernacki, Mike. 2011. Quantum Learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Terjemahan Awaliyah Bandung: Kaifa. abdurrahman. [5] Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatifprogresif. Jakarta: Kencana