95 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan terdahulu, maka kami telah mendapatkan beberapa kesimpulan dibawah ini: 1. Hal yang melatarbelakangi kisah Hay Ibn Yaqzan ditulis sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan pada Ibn Tufail dari sahabatnya yang ingin mengetahui sufisme panteistik yang telah dialami oleh Abu Yazid al-bustami dan al-hallaj. Selain dari pada itu, Ibn Tufail bermaksud untuk mengkoreksi kembali pemikiran filsafat al-farabi, Ibn Sina, al- Ghazali dan Ibn Bajah. Diwaktu yang bersamaan, karena filsafat didukung penuh oleh seorang raja, maka peran Ibn Tufail sangat penting untuk memberikan sumbangan pemikiran di Andalusia karena sebelumnya orang-orang takut berfilsafat dan usaha para filosof Muslim yang telah mendamaikan filsafat dengan agama telah sirna sama sekali. Namun saat Ibn Tufail menguraikan tentang masalah ketuhanan ia tidak terfokus pada akal sebagai ilmu pengetahuan untuk memahami Tuhan. Ibn Tufail lebih bersifat sufistik sebagai tolak ukur pengalaman spiritual individu dibandingkan dengan para filosof muslim yang terlalu mendewa-dewakan akal untuk mendapatkan nilai objektif agar tercapainya pemahaman yang utuh tentang ilahiah. Meski Ibn Tufail bisa dikategorikan sebagai kaum sufistik, namun dalam pengamatannya, akal juga tidak dapat dipisahkan dari sumber pengetahuan
96 manusia sebagai metodologi pencarian ketuhanan dengan batasan tertentu untuk peran akal sendiri. 2. Dalam pandangan Ibn Tufail, epistemologi dibangun dengan berlandaskan akal sebagai alat menghayati alam semesta baik yang makrokosmos maupun yang mikro-kosmos. Karena dengan demikian, manusia dapat melihat kebesaran ciptaan Tuhan. Saat Ibn Tufail menggambarkan Hay Ibn Yaqzan ketika melihat rusa yang menemaninya mati, ia mulai berpikir, apakah ada problem dari fungsi organ tubuhnya. Setelah ia telisik ternyata Hay Ibn Yaqzan tidak melihat permasalahan dengan organ tersebut. Lalu ia sampai pada titik kesimpulan bahwa susunan dalam diri manusia tidak hanya terbentuk dari materi, melainkan ada jiwa yang mampu menjalankan atau mengkontrol semua aktivitas kesehariannya. Sedangkan jiwa itu sendiri tidak akan rusak dan akan kembali pada sisi Tuhan. Dari sini Ibn Tufail memberikan sebuah bukti secara empiris bahwasanya Tuhan itu ada. Tidak cukup dengan rasionalitas saja, pengetahuan terhadap realita transenden hanya bisa digapai dengan intuisi. Karena dengan peran intuisi seseorang akan bertemu dengan Tuhan. 3. Yang menarik dari pencarian Hay Ibn Yaqzan yang ditulis Ibn Tufail adalah kemampuannya mengintegrasikan antara pengetahuan agama dan filsafat dalam cerita roman klasik tersebut. Sebab diwaktu itu, orangorang takut berfilsafat dan usaha-usaha para filosof Muslim yang telah mendamaikan filsafat mulai pudar. Dengan adanya paradigma baru ini,
97 filsafat tidak hanya dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja, akan tetapi dapat dipahami oleh semua kalangan. Meskipun Ibn Tufail telah menawarkan integrasi keduanya ini, ia tetap memberikan kritikan pada filosof sebelumnya. Dengan catatan bahwasanya berfilsafat tidak hanya dibatasi dengan akal, tapi diperlukan intuisi sufistik untuk mengenal realita transenden. Dengan demikian, sisi relevansi dari filsafat Ibn Tufail kala itu dapat mewarnai dialektika pemikiran filsafati. Dengan adanya nilai sufistik dari filsafat Ibn Tufail ini, tidak hanya relevan dimasanya, sampai saat ini nilai sufi sangat dibutuhkan sebab masyarakat mulai merasakan kekeringan spiritual. B. Saran-saran 1. Epistemologi yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu itu sendiri. Sedangkan ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri khusus. Baik ilmu alam, sosial dan ketuhanan. Dengan adanya epistemologi diharapkan dapat mengetahui sistem cara berpikir dari suatu keilmuan tersebut, khususnya dalam produk pemikiran seorang tokoh. Dalam kerangka ini, epistemologi seseorang tidak untuk diikuti secara totalitas, melainkan untuk dibenahi agar sesuai dengan konteksnya. Demikian konsepsi epistemologi sufistik Ibn Tufail tidak untuk dikonsumsi secara legal formal atau kaku, akan tetapi direduksikan pada lapisan masyarakat yang mulai pudar dari siraman rohani. Dengan konsep sufistik yang mempunyai ciri spiritual individu, setiap orang dapat melalukan latihan jiwa agar mendapatkan ketenangan.
98 2. Meskipun penelitian ini telah mendeskripsikan tentang epistemologi Ibn Tufail. Hal yang paling penting dalam dataran praktisnya, sejauh mana masyarakat mampu mengikuti langkah-langkah sufisme yang dilakukan oleh Ibn Tufail. 3. Hendaknya pembaca melakukan upaya tertentu untuk merubah tatanan hidup yang materialistik menuju spiritualis-materialistik agar terbentuk masyarakat yang tidak kering dalam kejiwaannya.
99 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Amin. Studi Agama; Normativitas atau Historisitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011. Amin, Ahmad. H}ay Ibn Yaqz}an li Ibn Si>na> wa Ibn Tufail wa as-sahrawardi>. Kairo: Da>r al-ma arif, 2008. Amin, Ahmad. D}uha al-isla>m, Vol: III. Beirut: Darul al-kutub al-ilmiah, 2007. Amstrong, Karen. Sejarah Tuhan, terj. Zainul Am. Bandung: Mizan Pustaka, 2012. Anwar, Saeful. Filsafat Ilmu Al-Ghazali Dimensi Ontologi dan Aksiologi. Bandung: Pustaka Setia, 2007. Arabi, Ibn. Fushu>s al-hika>m. Beirut: Dar as-sha>dir, 2005. Bahri, Media Zainul. Satu Tuhan Banyak Agama. Bandung: Mizan, 2011. Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007. Buthy (al), Ramadhan. Fiqh as-si>rah an-nabawiyah. Damaskus: Dar al-fikr, 2010. Bertens, Kees. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius, 1999, 180. Filsafat Barat Kontemporer Prancis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006. Badawi, Abdurrahman Badawi, Hay ibn Yaqzan li Ibn Tufail. Kairo: al-hay ah al- Misriyah, 1995. Corbin, Henry. History of Islamic Philosophy. London:Islamic Publition, 1962. Dayyah, Muhammad Ridwan. Ibn Tufail al-andalusi>. Damasqus: al-hay ah al- Ammah, 2013. Fautanu, Idzan. Filsafat Ilmu; Teori dan Aplikasi. Jakarta: Referensi, 2012. Ghalib, Musthafa, Fi> Sabi>li Mausu ah Falsafah. Beirut: Da>r wa Maktabah al- Hila>l, 1991. Ibn Tufail, (Beirut: Da>r al-hila>l, 1991).
100 Gayle L. dan Alan D. Schrift, The Hermeneutic tradition: from Ast to Ricoeur. New York: Albany, 1990. Hatta, Mohammad. Alam Pikiran Yunani. Jakarta: Tintamas, 2006. Hardiman, F. Budi Hardiman. Pemikiran-pemikiran yang Membentuk Dunia Modern. Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 2011. Harold H. Titus, Marilyn S. Smith dan Richard T. Nolan. Persoalan-persoalan Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang, 1984. Hitti, Philip K. History of The Arab, terj. R. Cecep Lukman hakim. Jakarta: Serambi, 2002. Jabiri (al), Mohamed Abed. Bunyah al- Aql al-arabi>. Beirut: al-markaz as- Tsaqa>fi> al-arabi>, 1993. Kusumohamidjojo, Budiono. Filsafat Yunani Klasik; Relevansi untuk Abad XXI, Yogyakarta: Jalasutra, 2013 Lubis, Akhyar Yusuf. Filsafat Ilmu; Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2014. Mahmud, Abdul Halim. Falsafah Ibn Tufail, (Kairo: Da>r al-kutub al-mas}ry, 1990). Majid, Fakhry. Sejarah Filsafat Islam; Sebuah Peta Kronologis, terj. Zaimul Am. Bandung: Mizan, 2001. Muannis, Husain. Tarikh al-fikr al-andalusi. Maktabah Tsaqafah ad-diniah. Nassyar (an) Ali Syami. Nasy h al-fikr al-falsafi> fi> al-isla>m. Kairo: Da>r as- Sala>m, 2007. Qurdi (al), Rajih Abdul Hamid. Naz}ariah al-ma rifah Baina al-qur an wa al- Falsafat. Riyad: Maktabah al-muayyad. Riyadi, Abdul Kadir Riyadi. The Phenomenology of Tasawuf: On Islam as a Cosmic Religian, Surabaya: Pustaka Idea, 2014. Rusyd, Ibn.Fashlu al-maqa>l: Fi>ma> Baina al-hikmah wa al-shari ah min al-ittisa>l Mesir: al-maktabah al-mahmudiah at-tija>riah, 1968. Saeed, Abdullah. Islamic Thought An Introduction. Canada dan USA: Routledge, 2006.
101 Saleh, Fauzan. Kajian Filsafat Tentang Keberadaan Tuhan dan Pluralisme Agama. Kediri: STAIN Kediri Press, 2001. Salim, As-Sayyid Abdul Aziz. Qurthu>bah Ha>dirat al-khila>fah fi> an-dalus. Vol: II, Alexandria: an-anshir Muassah Syibab al-ja>mi ah, 1997. Sugiharto, Bambang. Postmodernisme. Yogyakarta: Kanisius, 1996. Sholih, Madani. Ibn Tufail; Qad}aya wa Mawa>qif. Iraq: Da>r ar-rasyid li an- Nasr, 1980. Suriansumatri, Jujun S. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Penebar Swadaya, 2010. Sven Bernecker dan Ducan Pritcard, The Routledge Companion to Epistemology, 393. Syimali, Abduh. Dirasa>t fi> Ta>ri>kh al-falsafah al-isla>miah. Beirut: Dar as-sho>dir, 1979. Tafsir, Ahmad. Filsafat Ilmu. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2013 Thusi (at), Muhammad Ibn Yahya. al-luma fi> at-tasawuf. Kairo: Syirkah al- Qudsi> li at-tija>rah, 2008. Toohey, John Jey. Notes On Epistemology.Washington: Geoorgetown, 1954. Uwaidah, Kamil Muhammad Muhammad. Ibnu Tufail; Failusu>f al-isla>m fi> al- Ushu>r al-wustha>. Beirut: Dar al-kutub al- Ilmiah,1993. Zar, Sirojuddin. Filsafat Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004. Zidan, George. Riwayah Ta>ri>kh Isla>m Fathu al-andalus. Da>r al-hila>l, 1892.