BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan salah satu plasma nutfah sapi potong indigenous

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

BAB III MATERI DAN METODE. Diponegoro, Semarang. Kegiatan penelitian berlangsung dari bulan Mei hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merah bata dan kaki bagian bawah berwarna putih (Gunawan, 1993). Menurut

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

TINJAUAN PUSTAKA. dengan lingkungan maupun kultur masyarakat Indonesia. Beberapa kelebihan. banyak mengkonsumsi jenis pakan hijauan.

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan Sapi Pedet

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

TINJAUAN PUSTAKA. : Artiodactyla. Bos indicus Bos sondaicus

KAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karkas domba Lokal Sumatera (Tabel 9) mempunyai koefisien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum : Chordata; Subphylum :

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 8. Rataan Hasil Pengamatan Konsumsi, PBB, Efisiensi Pakan Sapi PO selama 48 Hari Pemeliharaan

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara lain terdapat benjolan sebesar kacang di leher atas, bertubuh kecil, leher

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sapi Bali termasuk familia Bovidae, Genus Bos dan Sub-Genus Bovine,

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan peternak (Anggraeni, 2012). Produksi susu sapi perah di Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

I. PENDAHULUAN. hijauan serta dapat mengurangi ketergantungan pada rumput. seperti jerami padi di pandang dapat memenuhi kriteria tersebut.

Transkripsi:

3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura merupakan salah satu plasma nutfah sapi potong indigenous yang mampu menyesuaikan diri pada lingkungan agroekosistem kering dan berkembang baik di pulau Madura. Sebagaimana sapi potong lain, sapi ini juga menunjukkan terjadinya penurunan produktivitas yang diakibatkan oleh seleksi negatif yaitu pemotongan sapi berkualitas unggul atau sapi yang mempunyai penampilan yang baik dan faktor inbreeding sebagai akibat pulau Madura yang merupakan wilayah tertutup untuk sapi potong lain. Kontribusi yang diberikan sebagai sapi potong yang berkembang dengan baik di Jawa Timur khususnya di pulau Madura cukup besar yaitu mencapai 24% dari kebutuhan suplai sapi potong yang berasal dari Jawa Timur (Wijono dan Affandhy, 1992). Ciri-ciri yang dimiliki baik jantan maupun betina berwarna merah bata (warisan Bos sondaicus). Paha bagian belakang berwarna putih, tetapi kaki depan berwarna merah muda. Tanduk pendek, ada yang melengkung seperti bulan sabit, tetapi ada yang lurus ke samping kemudian ke atas. Bagian tubuh yang depan lebih kuat dari pada bagian belakang dan berponok kecil yang merupakan warisan dari Bos indicus (Parakkasi, 1999). Sebagai sapi potong tipe kecil sapi ini memiliki berat badan sekitar 300 kg dan melalui pemeliharaan yang baik dengan pemenuhan pakan yang baik mampu mencapai berat badan 500 kg, ditemukan pada sapi Madura yang menang kontes (Soehadji, 1993).

4 2.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Pertumbuhan adalah perubahan dalam bentuk dan berat jaringan-jaringan pembangun seperti urat daging, tulang, otak, jantung dan semua jaringan tubuh. Terdapat tiga hal penting dalam pertumbuhan seekor ternak, yaitu proses-proses dasar pertumbuhan sel, diferensiasi sel-sel induk menjadi ektoderm, mesoderm dan endoderm serta mekanisme pengendalian pertumbuhan (Tulloh, 1978). Pertumbuhan murni adalah penambahan dalam jumlah protein dan zat-zat mineral, sedangkan pertambahan akibat penimbunan air bukanlah pertumbuhan murni (Anggorodi, 1994). Pertumbuhan ternak menunjukkan peningkatan ukuran linear, bobot, akumulasi jaringan lemak dan retensi nitrogen dan air. Pertumbuhan juga dapat diartikan sebagai perubahan ukuran tubuh yang meliputi pertambahan bobot badan, perubahan bentuk dan komposisi tubuh (air, protein dan lemak) sesuai dengan umur (Soeparno, 1994; Sugeng 2003). Pertumbuhan dibedakan menjadi 2 periode yaitu periode sebelum lahir (pre natal) dan periode setelah lahir (post natal) yang meliputi pertumbuhan sebelum penyapihan dan pertumbuhan setelah penyapihan (Soeparno, 1994). Pertumbuhan saat pembuahan berlangsung lambat dan agak cepat pada saat menjelang post natal. Setelah post natal pertumbuhan semakin cepat hingga usia penyapihan berlanjut sampai usia pubertas (Sugeng, 2003). Dijelaskan lebih lanjut bahwa pertumbuhan mulai menurun dari pubertas hingga usia dewasa dan akhirnya konstan pada saat sudah mencapai usia dewasa. Kurva pertumbuhan ditampilkan dalam Ilustrasi 1.

Bobot Badan (kg) 5 Pembuahan Lahir Sapih Pubertas Dewasa -------------------------Umur (Tahun)----------------------- Ilustrasi 1. Grafik Pola Pertumbuhan Seekor Ternak (Pane, 1986) Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan suatu individu antara lain faktor individu ternak, jenis kelamin, hormon, genetik, kandungan nutrien dan konsumsi pakan (Soeparno, 1994). Konsumsi protein dan energi yang lebih tinggi akan menghasilkan laju pertumbuhan yang lebih cepat. Perkembangan adalah proses pertumbuhan dari kompleksitas yang lebih rendah menjadi kompleksitas yang lebih tinggi dan ekspansi ukuran tubuh (Forrest et al., 1975). Grafik pertumbuhan jaringan tubuh ternak dapat dilihat pada Ilustrasi 2. Rangka dan tulang tumbuh dengan cepat sesudah kelahiran yang kemudian turun lagi, setelah itu dikuti pertumbuhan otot dan terakhir adalah pertumbuhan lemak (Sugeng, 2003). Ilustrasi 2. Kecepatan Pertumbuhan Jaringan Tubuh (Sugeng, 2003)

6 Berdasarkan Ilustrasi 2 dapat dilihat bahwa pertumbuhan jaringan tubuh yang meliputi syaraf, tulang, otot dan lemak tersebut beriringan tumbuh sejalan dengan kedewasaan tubuh dan terdapat hal menarik bahwa pertumbuhan akan mengalami waktu stabil atau masa konstan bahkan cenderung fluktuatif yang bergantung pada potensi genetik suatu ternak (Lawrence, 1980). Bangsa ternak yang besar akan lahir lebih berat, tumbuh lebih cepat dan mampu mencapai bobot dewasa yang lebih berat daripada bangsa ternak yang kecil (Tulloh, 1978). Pertumbuhan sapi paling cepat terjadi pada saat pedet lahir sampai berumur 2 tahun, kemudian pada umur 2 4 tahun pertumbuhannya mulai melambat, hingga pada umur 4 tahun pertumbuhannya tetap (Henderson dan Reaves, 1971). 2.3. Bahan Pakan Sapi Pakan adalah semua bahan yang dapat diberikan dan bermanfaat bagi ternak serta tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap tubuh ternak. Pakan yang diberikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh ternak dalam hidupnya seperti air, karbohidrat, lemak, protein, mineral, dan air (Parakkasi, 1999). Kandungan nutrien pada pakan akan diubah menjadi energi yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, dan apabila kebutuhan pokok sudah terpenuhi maka kelebihan nutrien pakan akan digunakan untuk pertumbuhan dan produksi. Semakin tinggi pertambahan bobot badan harian ternak, semakin tinggi pula kebutuhan zat pakannya. Kebutuhan nutrien sapi potong berdasarkan bobot badan dan pertambahan bobot badan hariannya (Tillman et al., 1998).

7 Pakan dalam bentuk complete feed yang diberikan kepada sapi dapat tersusun dari jerami padi, jerami jagung, jerami kedelai, rumput gajah, dan rumput lapangan. Selain itu sapi juga diberi pakan konsentrat untuk mendapatkan pertambahan bobot badan yang tinggi. Jerami kedelai adalah hasil samping dari tanaman kedelai yang sudah diambil hasil utamanya. Penggunaan jerami kedelai sebagai pakan ternak memiliki kendala yaitu kandungan serat kasarnya yang tinggi dan kecernaan yang rendah (Santosa, 2008). Jerami kedelai memiliki serat kasar yang tinggi yaitu 35,5% (Siregar, 2003). Konsentrat merupakan pakan yang mengandung serat kasar kurang dari 18%. Konsentrat dapat berasal dari bijibijian, umbi-umbian, serta limbah peternakan dan industri pertanian (Darmono, 1999). Fungsi dari konsentrat adalah meningkatkan dan memperkaya nutrien bahan pakan lain yang nilai nutriennya lebih rendah (Sugeng, 2003). 2.4. Kebutuhan Nutrien Sapi Potong Pakan dimanfaatkan ternak untuk kelangsungan hidup pokok, produksi, menjaga kesehatan, aktivitas, bereproduksi dan laktasi (Sugeng, 2003). Ternak yang memperoleh kecukupan nutrien untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok saja, maka tidak akan mampu memperoleh kenaikan bobot badan. Bila kebutuhan pakan untuk hidup pokok sudah dapat tercukupi, maka kelebihannya itulah yang dapat digunakan ternak untuk peningkatan produksi. Zat-zat yang dibutuhkan oleh ternak sapi adalah air, protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin (Anggorodi, 1994). Kebutuhan nutrien untuk ternak sapi potong dapat dilihat pada Tabel 1.

8 Tabel 1. Kebutuhan Nutrien Sapi Jantan untuk Hidup Pokok, Pertumbuhan dan Penggemukan (Kearl, 1982) Kebutuhan Zat Pakan BB PBBH Kebutuhan BK Energi Protein Kasar -------------(kg)------------- (% BB) (Mkal) (g) 150 0,25 3,80 2,50 6,56 400 0,50 4,20 2,80 8,02 474 0,75 4,40 2,90 9,55 589 1,00 4,50 3,00 10,93 607 200 0,25 4,50 1,90 8,10 470 0,50 5,60 2,80 9,90 554 0,75 5,50 2,70 11,70 622 1,00 5,60 2,80 13,51 690 250 0,25 5,30 2,10 9,52 534 0,50 6,20 2,50 11,64 623 0,75 6,50 2,60 13,78 693 1,00 6,60 2,60 15,84 760 Bahan kering memegang peranan penting bagi ternak karena di dalamnya terkandung zat-zat nutrien seperti protein, karbohidrat, vitamin dan mineral (Tillman et al., 1998). Kemampuan ternak dalam mengkonsumsi bahan kering ada batasnya tergantung kapasitas fisik rumen dan saluran pencernaan (Parakkasi, 1999). Secara kuantitatif kebutuhan pakan ternak dihitung berdasarkan kebutuhan bahan kering (BK). Selanjutnya pakan yang dikonsumsi digunakan untuk pertumbuhan jaringan, proses metabolisme dan sebagai sumber energi (Sosroamidjojo, 1984). Energi dibutuhkan untuk hidup pokok, memenuhi kebutuhan untuk aktivitas, reproduksi, produksi dan sintesis jaringan baru.

9 Protein adalah aspek esensial bagi kehidupan ternak, karena merupakan komponen utama penyusun jaringan seperti otot dan merupakan suatu komponen dasar pada jaringan hidup (Anggorodi, 1994). Fungsi protein di dalam tubuh adalah untuk membentuk anti bodi, membentuk dan memperbaiki jaringan, metabolism energi dan pembentukan enzim-enzim esensial yang berfungsi untuk tubuh (Anggorodi, 1994; Sugeng, 2003). Kebutuhan protein ternak berfluktuasi berdasarkan pada perubahan pola pemeliharaan dan fisiologis ternak (Ørskov, 1992). Apabila kebutuhan protein ternak belum dapat tercukupi, maka kemampuan ternak dalam membentuk dan menjaga jaringan tubuh akan terganggu sehingga pembentukan daging akan menurun (Sugeng, 2003). 2.5. Komposisi Tubuh Ternak Komposisi utama tubuh ternak adalah air, protein, lemak dan abu (Astuti dan Sastradipradja, 1999). Komposisi tubuh ternak dewasa terdiri dari air, protein dan lemak masing-masing sebesar 60%, 16% dan 20% dari bobot tubuh kosongnya (Pond et al., 1995). Persentase komposisi tubuh pada ternak sapi gemuk jantan muda adalah 43% air, 13% protein, 41% lemak dan 3,3% abu (Maynard et al., 1979). Komponen yang paling mudah berubah adalah lemak dan air, kedua komponen tersebut dipengaruhi oleh kondisi ternak (umur, bobot badan, nutrien dan tingkat kegemukan) dan kandungan zat pakannya (Tillman et al., 1998). Kenaikan bobot badan akan menyebabkan perubahan komposisi tubuh. Komposisi tubuh berbagai hewan ternak dapat dilihat pada Tabel 2.

10 Tabel 2. Persentase Komposisi Tubuh Berbagai Jenis Hewan Ternak Komposisi (%) Air Protein Lemak Abu - Kecil 71,8 19,9 4,0 4,3 - Sedang 60,3 18,6 16,6 4,5 - Gemuk 48,0 16,0 32,9 3,7 Domba b) - Kurus 74,0 16,0 5,0 4,4 - Gemuk 60,0 11,0 46,0 2,8 - Priangan c) 68,4 16,9 9,8 - Babi b) - 8 kg 73,0 17,0 6,0 3,4-30 kg 60,0 13,0 24,0 2,5-100 kg 49,0 12,0 36,0 2,6 Kuda 61,0 17,0 17,0 4,5 Kelinci 69,0 18,0 8,0 4,8 Tikus 66,0 17,0 13,0 4,5 Menurut a) Tillman et al. (1998) b) Maynard et al. (1979) c) Astuti dan Sastradipradja (1999) Perubahan komposisi tubuh ternak tersebut meliputi penurunan persentase air dan peningkatan persentase lemak, sedangkan persentase protein relatif konstan (Soeparno, 1994). Faktor-faktor yang mempengaruhi variasi komposisi tubuh ternak diantaranya adalah umur, status pakan, bangsa ternak, jenis kelamin dan bobot badan (Tillman et al., 1998; Soeparno, 1994; Pond et al., 1995). Pada umumnya, semua hewan yang sudah dewasa menjadi gemuk apabila diberikan pakan dengan kandungan energi yang tinggi. Hewan yang gemuk lebih banyak mengandung lemak dan sedikit air dari pada hewan yang tidak gemuk (Tabel 2).

11 2.5.1. Air tubuh Air tubuh merupakan salah satu komponen penyusun tubuh yang besarnya dapat lebih dari 50%, kandungan air dipengaruhi oleh umur dan kandungan nutrien pakan (Pond et al., 1995). Air merupakan bagian terbesar dalam tubuh ternak. Fungsi air dalam tubuh yaitu sebagai alat transportasi nutrien, sebagai pengatur temperatur tubuh, sebagai komponen jaringan tubuh dan memberi bentuk, berperan dalam berbagai reaksi kimia tubuh, sebagai bantalan sistem syaraf dan sebagai pelumas persendian (Parakkasi, 1999). Seiring dengan bertambahnya umur ternak maka kadar air tubuh turun, pada saat konsepsi dapat mencapai 95%, sementara itu ketika ternak sudah tumbuh mencapai dewasa, air tubuh akan mengalami penurunan hingga 40 60% (Maynard et al., 1979). 2.5.2. Protein tubuh Protein merupakan penyusun tubuh yang utama selain air dari setiap organ dan jaringan tubuh seperti otot, tendon, koneksivus, kulit, rambut, bulu, wool, kuku dan lain sebagainya, sebab protein terdapat di setiap sel tubuh. Protein tubuh merupakan komponen yang penting dalam menyusun jaringan tubuh yang berfungsi untuk pertumbuhan sel, penyusun struktur sel, pemelihara membran sel, pengatur keseimbangan air dalam jaringan, penyusun antibodi, hormon dan enzim (Prawirokusumo, 1993). Protein disintesis dari asam amino yang tersedia sebagai hasil akhir dari pencernaan protein atau sebagai hasil proses sintesis yang terjadi di dalam tubuh ternak (Kamal, 1994). Sintesis protein yang berlangsung di dalam sel, melibatkan deoxyribonucleic acid (DNA), ribonucleic acid (RNA) dan

12 Ribosom. Penggabungan molekul-molekul asam amino dalam jumlah besar akan membentuk molekul polipeptida. Pada dasarnya protein adalah suatu polipeptida. Setiap sel dari organisme mampu untuk mensintesis protein-protein tertentu yang sesuai dengan keperluannya. Sintesis protein dalam sel dapat terjadi karena pada inti sel terdapat suatu zat (substansi) yang berperan penting sebagai "pengatur sintesis protein" dan substansi tersebut adalah DNA dan RNA (Parakkasi, 1999). 2.5.3. Lemak tubuh Lemak tubuh dapat dibentuk dari lemak, karbohidrat, dan protein pakan. Lemak memiliki beberapa peran dalam tubuh ternak yaitu sebagai sumber energi tubuh ternak, sumber asam-asam lemak esensial, vitamin carrier, sumber kolin, prostaglandin, menaikkan efisiensi pakan, menaikkan palatabilitas pakan, serta mengurangi bulkiness pakan. Lemak dapat dibentuk dari protein dan karbohidrat, karbohidrat dapat dibentuk dari lemak dan protein dan seterusnya (Prawirokusumo, 1993). Kadar lemak tubuh ternak berkisar antara 5 40%, kadar lemak tubuh sangat bervariasi tergantung oleh beberapa faktor antara lain umur, pakan dan aktivitas (Kamal, 1994). Lemak dapat disintesis dari karbohidrat dan protein, karena dalam metabolisme, ketiga zat tersebut bertemu di dalam daur Krebs. Sebagian besar pertemuannya berlangsung melalui pintu gerbang utama siklus (daur) Krebs, yaitu Asetil Ko-enzim A. Akibatnya ketiga macam senyawa tadi dapat saling mengisi sebagai bahan pembentuk semua zat tersebut.

13 2.6. Pendugaan Komposisi Tubuh Pendugaan komposisi tubuh pada ternak dapat dilakukan dengan metode antara lain penghitungan berat jenis dan penginjeksian tracer atau dilution technique ke dalam tubuh ternak (Campeneere et al., 2000). Tracer urea merupakan bahan yang mudah didapat, murah, penggunaan dan pengukurannya mudah karena hanya membutuhkan spectrophotometer (Nonaka dan Purnomoadi, 2002). Metode penyuntikan tracer didasarkan pada asumsi bahwa kadar protein adalah tetap, sedangkan lemak dan air tubuh berhubungan berbanding terbalik. Penjelasan lebih lanjut bahwa apabila air tubuh sudah diketahui maka kadar lemak dapat dihitung dan ditentukan. Syarat tracer adalah tidak bersifat racun dan tidak berpengaruh secara fisiologis, tidak disekresikan dan tidak termetabolis oleh tubuh, mudah larut dan terbawa ke seluruh tubuh dan konsentrasi dalam tubuh mudah diukur. Metode ini nantinya digunakan untuk menghitung besar ruang urea darah antara sebelum dan sesudah dimasukkannya urea ke dalam tubuh ternak. Persamaan rumus yang dapat digunakan untuk menghitung ruang urea (urea space) adalah menggunakan persamaan dari Astuti dan Sastradipradja (1999) : Keterangan : US (%) = V (mg) x C (mg/dl)/ BUN (mg/dl) x 10 x LW (kg) US : Urea Space (%) V : Volume tracer yang diinjeksikan (ml) C : Konsentrasi tracer (mg/dl) LW : Live Weight (Bobot Badan) (kg) BUN: Selisih konsentrasi urea dalam darah sebelum dan sesudah dimasukkan tracer (mg/dl)

14 Urea Space merupakan salah satu metode yang terbukti memiliki keakuratan sebagai metode untuk memprediksi atau menduga besarnya komposisi tubuh seekor ternak tanpa adanya proses pemotongan. Berdasarkan metode urea space diperoleh adanya hubungan yang tinggi antara metode yang digunakan dengan kadar air, protein dan lemak tubuh (Astuti dan Sastradipradja, 1999). Persamaan yang digunakan untuk menentukan kadar body water (BW), body protein (BP) dan body fat (BF) oleh Astuti dan Sastradipradja (1999) adalah: BW (%) = 59,1 + 0,22 x US (%) 0,04 LW Keterangan : BP (kg) = 0,265 x BW (kg) 0,47 BF (%) = 98,0 1,32 x BW (%) LW = Live Weight (Bobot Badan)