BAB I PENDAHULUAN UPN VETERAN JAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. baik daripada pesaingnya. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk memberikan kepuasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perdagangan eceran atau sekarang kerap disebut perdagangan ritel, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan adanya perusahaan-perusahaan yang mampu menawarkan produk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Profil Perusahaan PT Trans Retail Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. inovasi desainer muda yang semakin potensial, tingkat perekonomian yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I 2015 menjadi 4,67% pada kuartal II Hal ini disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa contoh bentuk pusat perbelanjaan modern seperti minimarket,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena ini dapat dibuktikan dengan adanya perubahan gaya hidup masyarakat

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

BAB I PENDAHULUAN. lebih cenderung berbelanja ditempat ritel modern. Semua ini tidak lepas dari pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. sekunder dan tersier. Semua kebutuhan tersebut dipenuhi melalui aktivitas

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Niat pembelian untuk produk sehari-hari jadi di toko ritel telah mendapat perhatian dalam dekade terakhir sejak

BAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan yang dimaksud adalah efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

BAB I PENDAHULUAN. meramalkan tren yang nantinya akan booming, produsen diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel, juga disebabkan oleh semakin banyaknya bisnis ritel luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dewasa ini yang menuju era globalisasi dan perdagangan

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menerima produk/jasa yang dihasilkan oleh bisnis tersebut. Oleh karenanya

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang memerlukan barang untuk kebutuhan pribadi dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. para peritel asing. Salah satu faktornya karena penduduk Indonesia adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. Pasar ritel di Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia saat ini mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian sangat didukung melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (JBE), hlm Dani Mohamad Dahwilani, Pertumbuhan Ritel Indonesia Peringkat 12 Dunia,

BAB I PENDAHULUAN. eceran di Indonesia yang telah berkembang menjadi usaha yang berskala

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya berdirinya ritel-ritel diberbagai wilayah Indonesia. Ritel adalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh pihak pemasar kepada

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel modern merupakan industri yang memiliki kinerja yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tercatat menempati peringkat ketiga pasar retail terbaik di Asia. Setiap

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Iklim perkembangan bisnis ritel di Indonesia beberapa tahun terakhir dapat

I. PENDAHULUAN. negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. berupa pusat-pusat pertokoan, plaza, minimarket baru bermunculan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ritel di Indonesia tahun sebesar 16% dari toko menjadi

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat diikuti dengan. berkembangnya kebutuhan masyarakat menyebabkan perubahan gaya hidup pada

Judul : Analisis Pengaruh Store Atmosphere dan Sales Promotion Terhadap Emotional Shopping dan Impulse Buying Behavior (Studi pada

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk dapat memenuhi hal tersebut dibutuhkan suatu strategi yang. serta dapat unggul dalam menghadapi persaingan.

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir

BAB I PENDAHULUAN Sejarah PT Carrefour di Indonesia

BAB I Pendahuluan. Perubahan preferensi tempat belanja yang berawal dari seringnya

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan semakin tampak jelas dengan banyak berdiri pusat. perbelanjaan dalam konsep supermarket dan hypermart.

I. PENDAHULUAN. besar dalam perkembangan pasar di Indonesia. Hal ini terlihat dari adanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Ini adalah tingkat pertumbuhan ritel tertinggi yang pernah dicapai Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, banyak bermunculan produsen atau

Judul : Pengaruh Retail Marketing Mix

BAB I PENDAHULUAN. membuat para pelaku bisnis harus mampu bersaing. Persaingan yang terjadi tidak

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usaha atau bisnis ritel di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk mengetahui image dari suatu produk dipasar, termasuk preferensi

BAB I PENDAHULUAN. mengarah pada yang terkuat yang tetap bertahan. Keberhasilan akan dicapai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang maju dan

BAB 1 PENDAHULUAN. ritel tertinggi yang pernah dicapai Indonesia dalam indeks sejak 2001.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia dihadapkan pada berbagai macam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

BAB I PENDAHULUAN UKDW. banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesuksesan maka perlu mempelajari karakteristik yang dimiliki konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis ritel di Indonesia pada saat ini semakin cepat salah

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jumlah penduduk Indonesia dengan pendapatan kelas

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha dalam bidang ritel dalam perkembangannya sangat

BAB I PENDAHULUAN. Semakin modern perkembangan zaman menyebabkan timbulnya berbagai. usaha bisnis yang tentu mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dan industri saat ini telah mengalami kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Globalisasi menuntut kebutuhan akan arus informasi dan pengetahuan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi bisnis ritel

BAB I PENDAHULUAN. mudah, fasilitas, dan pelayanan yang memadai. menjadi ancaman bagi peritel lokal yang sebelumnya sudah menguasai pasar.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri ritel nasional yang semakin berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai distribusi dan saluran terakhir dari distribusi adalah pengecer (retailer).

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangan dinamika perekonomian yang terus mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Asosiasi Perusahaan Retail Indonesia (APRINDO), mengungkapkan bahwa pertumbuhan bisnis retail di indonesia

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam era yang serba modern seperti saat ini, tingkat persaingan

BAB I PENDAHULUAN. munculnya pasar tradisional maupun pasar modern, yang menjual produk dari

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin ketat dan berbentuk sangat kompleks. Menghadapi persaingan

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan. Industri ritel dibagi menjadi 2 yaitu ritel tradisional dan ritel

Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan. (Perpres hukum.unsrat.ac.id/pres/perpres_112_2007.pdf. Diakses Tanggal 25 November 2015

I. PENDAHULUAN. kecil, serta melalui sistem penjualan grosir maupun retail merupakan perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis eceran, yang kini populer disebut bisnis ritel, merupakan bisnis yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran adalah satu kegaiatan pokok yang perlu dilakukan oleh setiap perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaaanya. Hal tersebut disebabkan karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan perusahaa, dimana secara langsung berhubungan dengan konsumen. Pada era globalisasi saat ini perkembangan zaman yang semakin modern berdampak pada pergeseran budaya masyarakat di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya perubahan gaya hidup masyarakat yang dahulu berbelanja di pasar tradisional, namun saat ini masyarakat Indonesia lebih menyukai berbelanja di pasar modern seperti supermarket, hypermarket, dan department store. Pertumbuhan perekonomian di Indonesia pun terus meningkat yang berdampak pada meningkatnya pendapatan masyarakat, akibatnya pola konsumsi masyarakat mulai berubah seiring pada meningkatnya kebutuhan masyarakat. Perubahan perilaku konsumen tersebut merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan bisnis ritel modern di Indonesia yang terus berkembang. Indonesia saat ini menempati posisi ke 4 di dunia berdasarkan penduduk terbanyak di suatu negara dan berdasarkan data yang disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri penduduk Indonesia per 30 juni 2016 sebanyak 257.912.349 jiwa. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp.13.588,8 triliun dan PDB perkapita mencapai Rp.51,89 juta atau US$3.876,8 (bps.go.id). Hal ini merupakan salah satu faktor pemicu berkembangnya bisnis ritel modern di Indonesia. Bisnis yang akan menjanjikan yaitu bisnis ritel minimarket, supermarkert, hypermarket, sampai department store, karena pihak perusahaan selalu meberikan pelayanan dan standar mutu yang terbaik. Saat ini mungkin konsumen Indonesia 1

2 baik dan bahkan harga nya bisa lebih murah. Persaingan yang terjadi di Indonesia dalam indsutri ritel saat ini bukan hanya pasar tradisional dengan pasar modern saja, tetapi yang saat ini terjadi persaiangan antara pasar modern dan ritel modern. Sebenarnya dengan persaingan seperti ini kita sebagai konsumen di untungkan, karena persaingan tersebut membuat harga akan semakin murah. Tabel 1. Peringkat Pada Global Retail Development Index (GRDI) Tahun2016 Peringkat Negara Penjualan Ritel Skor Nasional GRDI 1 China US$ 3.046 Miliar 72,5 2 India US$ 1.009 Miliar 71 3 Malaysia US$ 93 Miliar 59,6 4 Kazakhstan US$ 48 Miliar 56,5 5 Indoneisa US$ 324 Miliar 55,6 Sumber: data diolah Pada saat ini di Indonesia bisnis ritel terus mengalamai pertumbuhan dan menyebar di berbagai daerah. Tidak hanya di kota-kota besar, di tingkat kabupaten pun kita dapat dengan mudah menjumpai toko ritel. Seperti data yang dirilis oleh (industri.bisnis.com) bahwa sektor ritel di Indonesia terus mengalami pertumbuhan. Berdasarkan tabel 1 diatas, dapat dilihat bahwa laporan Global Retail Development Index (GRDI) pada tahun 2016 menunjukkan Indonesia menempati posisi lima dengan skor 55,6 dan nilai penjualan mencapai US$324 miliar, posisi ini diukur berdasarkan besarnya pasar, risiko, saturasi pasar, dan rata-rata pertumbuhan. Posisi ini merupakan rangking tertinggi yang pernah diraih Indonesia sejak laporan Global Retail Development Index (GRDI) dirilis pertama kali pada 2001. Presiden AT Kearney Indonesia John Kurtz mengatakan jumlah penduduk Indoneisa yang besar dan terus bertumbuhnya kelas menengah merupakan faktor penarik investor yang membuat pertumbuhan ritel Indonesia semakin pesat hingga menempati posisi ke lima. Menurut data AT Kearney, Indonesia dengan populasi 256 juta jiwa memiliki total penjualan ritel US$324 miliar dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2,3 persen (beritasatu.com). Dari data ini dapat dilihat bagaimana saat ini Indonesia telah menjadi pasar yang terus tumbuh dengan pesat bagi produsen peritelan di Indonesia.

3 Dengan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan ritel yang bermunculan maka akan memicu ketatnya persaingan yang terjadi antar peritel. Dengan ketatnya persaingan, peritel berlomba-lomba untuk menarik hati konsumen untuk mempertahankan serta memenangkan persaingan pasar. Efek yang terjadi dari persaingan tersebut tentunya para konsumen menjadi lebih kritis dalam memilih yang terbaik bagi mereka. Pembelian tidak terencana merupakan proses pembelian yang dilakukan secara spontan. Hal ini menunjukan bahwa suatu pembelian dikategorikan sebagai impulse buyingjika tidak terdapat perencanaan atas pembeliaan produk bersangkutan (Ma ruf 2006). Kenyamanan bagi para konsumen adalah penataan suasana toko karena dapat menimbulkan beberapa manfaat seperti membantu mengarahkan perhatian konsumen, menggerakan reaksi dan emosi consume, dan memehatikan konsumen seperti apa yang disasar agar bisa menentukan positioning sebuah toko (Santosa, 2014). Terjadinya perilaku pembelian tidak terencana pada konsumen yang berada di dalam pusat perbelanjaan dapat dipengaruhi dengan adanya potongan harga. Potongan harga adalah strategi promosi penjualan yang banyak digunakan baik online maupun offline (Chen et al., 2012). Bonus kemasan merupakan startegi promosi penjualan berbasis kuantitas di mana pelanggan ditawarkan produk dengan kuantitas lebih dengan harga yang sama (Mishra 2011). Salah satu perusahaan ritel yang berdiri di Indonesia yaitu Carrefour. Riteler yang lahir di Perancis ini merupakan salah satu hypermarket terbesar di dunia. Carrefour beroperasi di beberapa negara termasuk Indonesia. Dilansir oleh (Investopedia.com) 2016 Carrefour menempati posisi ke 6 dunia dengan total penjualan $99,1 Miliyar. Carrefour hadir menjadi sahabat berbelanja keluarga di Indonesia sejak 1998. Sampai maret 2016, sebanyak 91 gerai Carrefour sudah berdiri dan tersebar di seluruh Indonesia (finance.detik.com). Persaingan pada bisnis ritel dengan konsep hypermarket dapat dilihat pada tabel 2 yang menunjukkan persentase Top Brand Award 2017 dengan perbandingan tahun sebelumnya.

4 Tabel 2. Data Hypermarket Indonesia Tahun 2013 sampai dengan 2017 Merek 2013 2014 2015 2016 2017 TBI TOP TBI TOP TBI TOP TBI TOP TBI TOP Carrefour 53,8% TOP 53,1% TOP 44,7% TOP 38,8% TOP 42,4% TOP Giant 18,3% TOP 20,7% TOP 23,2% TOP 22,5% TOP 19,0% TOP Hypermart 14,2% TOP 15,2% TOP 16,1% TOP 19,5% TOP 19,1% TOP Lotte Mart 4,6% 5,4% 7,2% 6,2% 7,7% Sumber: www.topbrand-award.com Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa Carrefour yang berada di peringkat Top Brand selama 5 tahun terakhir ini berfluktuatif namun cenderung mengalami penurunan selama 2013 sampai dengan 2016, dan pada 2017 Carrefour mengalami kenaikan. Penurunan yang terjadi pada tahun 2013 Carrefour memperoleh TBI sebesar 53,8%, pada tahun 2014 Carrefour memperoleh TBI sebesar 53,1%, pada tahun 2015 Carrefour memperoleh TBI sebesar 44,7% dan pada 2016 Carrefour memperoleh TBI sebesar 38,8%. Kemudian pada tahun 2017 Carrefour mengalami kenaikan, pada tahun 2017 Carrefour memperoleh TBI sebesar 42,4%. Dalam hal ini mengindikasikan bahwa adanya suatu masalah pada Hypermarket Carrefour, penurunan yang terjadi pada Carrefour dapat diindikasikan oleh beberapa faktor. Menurut top brand beberapa indikasi yang dapat mempengaruhi tingkat TBI suatu merek adalah merek dengan brand awareness yang tinggi, banyak dibeli atau punya pangsapasar yang tinggi dan mempunyai loyalitas konsumen yang tinggi. Dalam hal ini beberapa faktor sangat mempengaruhi kemajuan dari usaha ritel tersebut. Menurut Kurniawati & Restuti (2014) menyatakan bahwa pembelian tak terencana tidak tergantung semakin bagus suasana toko maka akan semakin meningkat pembelian tak terencana di masyarakat. Namun pengaruh ini tidak signifikan yang berarti bahwa meskipun suasana toko bagus, tidak serta merta menyebabkan pembelian tak terencana bagi pelanggan. Menurut Sri Wilujeng (2017) hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa potongan harga dan bonus kemasan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pembelian tidak terencana. Namun Astuti (2014), Akram et al (2016), Leba (2015), hasil penelitian menunjukkan suasana toko berpengaruh signifikan terhadap pembelian tak terencana.pembelian tidak terencana. Menurut Devid (2017), hasil penelitian

5 menunjukan potongan harga dan bonus pack berpengaruh terhadap pemebelian tak terencana Berdasarkan fenomena yang telah didukung oleh penelitian terdahulu maka penulis tertarik untuk meneliti kembali dengan menggali informasi lebih lanjut dengan metode penelitian yang berbeda dan objek penelitian yang berbeda pula mengenaisuasana toko,potongan harga, bonus kemasan terhadap pembelian tidak terencana. Maka, peneliti ingin menulis penelitian dengan judul: Pengaruh Suasana Toko,Potongan Harga, Bonus Kemasan Terhadap Pembelian Tidak Terencana (Studi Pada Transmart Carrefoor Cilandak). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraian oleh penulis sebelumnya, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : a. Apakah suasana toko berpengaruh terhadap Pembelian Tidak Terencana pada konsumen Transmart Carrefoor Cilandak? b. Apakah potongan harga berpengaruh terhadap Pembelian Tidak Terencana pada konsumen Transmart Carrefoor Cilandak? c. Apakah bonus kemasan berpengaruh terhadap Pembelian Tidak Terencana pada konsumen Transmart Carrefoor Cilandak? 1.3Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan maksud bahwa tujuan tentang apa yang akan dibuat akan mencapai hasil yang diinginkan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk membuktikan pengaruh suasana toko terhadap pembelian tidak terencana. b. Untuk membuktikan pengaruh potongan harga terhadap pembelian tidak terencana. c. Untuk membuktikan pengaruh bonus kemasan terhadap pembelian tidak terencana.

6 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat, adapun manfaat yang diinginkan melalui penelitian ini adalah: a. Manfaat Teoritis Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai bahan referensi dan kajian untuk penelitian selanjutnya dan memperluas pengetahuan mahasiswa/i lainnya. b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dan acuan bagi pelaku bisnis dalam menentukan strategi bisnis ritel kedepanya agar berkembang dan lebih baik dalam dunia bisnis sehingga membantu perusahaan dalam meningkatkan penjualan serta pembelian tidak terencana melalui suasana toko, potongan harga, bonus kemasan.