BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diet 2.1.1 Definisi Diet Diet merupakan kebiasaan seseorang untuk mengkonsumsi jenis makanan dan minuman dari hari ke hari, terutama makanan yang dirancang untuk mendapatkan kebutuhan individu tertentu (Hartanto, 2006). Diet merupakan mengkonsumsi makanan dan memilih makanan dengan memperhatikan komposisi makanan agar seimbang dan sesuai dengan kebutuhan tubuh. Diet dilakukan untuk mengatur agar konsumsi makanan yang diasup oleh seseorang tidak berlebihan, tepat, dan seimbang (Graha, 2010). Diet merupakan pengaturan pola makan berupa kualitas, cara mengolah makanan, dan frekuensi makan (Toruan, 2007). 2.1.2 Manfaat Diet Pola diet sangat bermanfaat dalam menjaga kesehatan agar berat badan tidak berlebihan (obesitas). Untuk membantu proses diet agar berhasil, maka seseorang perlu menerapkan pola hidup yang sehat, misalnya mengkonsumsi makanan berserat seperti buah-buahan, sayuran, serta mengurangi makanan berlemak. Berat badan yang berlebihan sangat erat hubungannya dengan terjadinya suatu penyakit (Sumanto, 2009). Salah satu penyakit yang berkaitan dengan obesitas adalah penyakit asam urat. (Lingga, 2012). 10
11 2.1.3 Diet Penderita Asam Urat (Artritis Gout) Diet untuk penderita asam urat bertujuan untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah serta mempertahankan status gizi yang optimal. Diet diberikan untuk penderita asam urat dengan kadar asam urat > 7,5 mg/dl (Ningdyar, 2009). Faktor yang mempengaruhi asam urat meningkat yaitu karena ketidakseimbangan asupan protein dalam makanan yang dikonsumsi yang mengandung purin tinggi (Lina & Setiyono, 2014). Adapun beberapa diet yang harus dilakukan oleh penderita asam urat, yaitu dengan mematuhi beberapa prinsip antara lain : (1) Membatasi Asupan Purin. Purin yang merupakan bagian dari protein. Membatasi asupan purin berarti mengurangi konsumsi makanan yang mengandung protein tinggi. Jumlah maksimal asupan protein bagi penderita asam urat yaitu sekitar 50 70 g/hari setara dengan 1 1 1/2 potong per hari (Febry, 2008). Purin merupakan protein yang termasuk dalam golongan nukleoprotein yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Tubuh manusia memproduksi purin sekitar 80 85% yang diproduksi oleh ginjal, dan sisanya berasal dari makanan yang dikonsumsi. Konsumsi makanan yang mengandung purin tinggi dapat menyebabkan ginjal kesulitan untuk mengeluarkan kelebihan asam urat di dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan terjadinya penumpukan kristal asam urat pada area persendian (Herliana, 2013). Asam urat adalah sisa metabolisme protein makanan yang mengandung purin. Oleh karena itu konsumsi makanan yang mengandung protein secara berlebihan akan meningkatkan kadar asam urat (Dalimartha & Adrian, 2014). Menurut Ramayulis (2013), makanan yang mengandung purin terbagi menjadi 3 kelompok yaitu: (1) Tinggi purin yaitu makanan yang harus dihindari oleh penderita
12 asam urat karena memiiki kandungan kadar purin tinggi yaitu 100-1.000 mg purin dalam bahan makanan. Makanan yang memiliki kandungan purin tinggi terdapat pada bebek, sarden, kornet, kerang, jeroan, alkohol, tape, durian, dan alpukat; (2) Purin sedang yaitu makanan yang sebaiknya dibatasi untuk dikonsumsi oleh penderita asam urat. Kadar purin sedang mengandung 10-99 mg purin. Makanan yang berkadar purin dapat dikonsumsi maksimal 50-70 g atau 1-1 ½ potong atau satu mangkuk (100gr) per hari. Makanan tersebut antara lain daging sapi, ayam, ikan, udang, tahu, tempe, bayam, daun singkong; (3) Rendah purin yaitu makanan yang bebas untuk dikonsumsi karena kadar purinnya rendah, misalnya ubi, jagung, roti dan bihun. Purin merupakan molekul yang berada di dalam sel yang berbentuk nukleotida. Peran nukleotida yang paling dikenal yaitu purin dan pirimidin. Basa purin terdiri dari adenin dan guanin. Adenin dirombak menjadi hypoxantine, sedangkan guanin dirombak menjadi xantin. Kemudian hypoxantin diubah menjadi xantin oleh enzim xanthin oxydase dan setelah terbentuk asam urat (Tyaj & Raharja, 2007). Tabel 2.1 Daftar Makanan Dengan Kandungan Purin Makanan Purin (mg/100g) Ikan sarden 480 Paru paru sapi 339 Hati sapi 554 Hati ayam 243 Lidah sapi 160 Ginjal sapi 269 Jantung sapi 256
13 Udang 234 Kerang 136 Lobster 116 Daging ayam 169 Hati ayam 243 Kangkung dan bayam 290 Kedelai dan kacang kacangan 190 Daging bebek 138 Tahu 108 Tempe 141 (2) Tidak Mengkonsumsi Alkohol Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rotinsulu & Montol (2014) dengan judul minuman beralkohol dan kadar asam urat pada pria dewasa, menyatakan bahwa mengkonsumsi alkohol sebanyak >4 kali dalam seminggu akan meningkatkan kadar asam urat, karena di dalam tubuh alkohol dapat meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat plasma dapat menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh. Oleh karena itu orang yang sering mengkonsumsi minuman beralkohol memiliki kadar asam urat lebih tinggi daripada orang yang tidak mengkonsumsi alkohol (Febry, 2008). Alkohol merupakan makanan dan minuman yang diperoleh melalui proses fermentasi gula (Herliana, 2013). Fermentasi adalah proses pemecahan senyawa komplek menjadi sederhana. Berdasarkan produk yang dihasilkan, fermentasi dibedakan menjadi 2 yaitu (1) fermentasi alkohol adalah fermentasi yang hasil produk
14 akhir menghasilkan alkohol. Contohnya pada pembuatan tape. (2) fermentasi non alkohol adalah fermentasi yang hasil akhirnya tidak menghasilkan alkohol. Contohnya pada pembuatan tempe (Rukmana & Yuniarsih, 2007). Sedangkan berdasarkan proses reaksi fermentasi terbagi menjadi 2 yaitu fermentasi alkohol dan fermentasi asam laktat. Kedua fermentasi tersebut diawali dengan proses glikolisis. Fermentasi alkohol yaitu pemecahan glukosa menjadi asam piruvat. Sama halnya dengan fermentasi alkohol, fermentasi asam laktat dimulai dengan proses glikolisis. Fermentasi asam laktat adalah proses fermentasi glukosa yang menghasillkan asam laktat. Setelah melalui proses glikolisis yang menghasilkan asam piruvat kemudian, asam piruvat dirubah menjadi asam laktat (Sudarman, 2016). Alkohol yang masuk ke dalam tubuh melalui saluran cerna akan diserap oleh intestinum. Alkohol yang diserap oleh intestinum selanjutnya di salurkan melalui peredaran darah darah menuju hepar untuk di metabolisme. Kemudian oleh hepar alkohol akan di metabolisme. Proses metabolisme alkohol di hepar yang pertama yaitu alkohol diubah menjadi asetaldehid. Asetaldehid yang telah terbentuk, selanjutnya diubah menjadi asam asetat. Asam asetat yang telah terbentuk dapat digunakan sebagai substrat untuk menghasilkan energi (Niendya, Djaelani, & Suprihatin, 2011). Asetaldehid merupakan senyawa antara alkohol dan asetat yang bersifat patogen jika dikonsumsi secara berlebihan. Konsumsi aklohol secara berlebihan dapat meningkatkan kadar asam laktat dalam darah. Peningkatan kadar asam laktat dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Terhambatnya ekskresi asam urat menyebabkan asam urat dalam darah menjadi meningkat (Ramayulis, Wibowo, & Sukma, 2014).
15 (3) Mengurangi Konsumsi Lemak Makanan yang mengandung lemak bagi penderita artritis gout dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan yang mengandung lemak tinggi antara lain sea food, jeroan, makanan yang digoreng, makanan bersantan, mentega, avokad, dan durian (Febry, 2008). Lemak yang telah dikonsumsi oleh seseorang kemudian masuk ke dalam tubuh dan mengalami proses pencernaan. Proses pencernaan lemak di dalam tubuh akan terurai (hidrolisis) menjadi asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam lemak akan mengalami oksidasi di hati dan membentuk asetil KoA. Ketika oksidasi asam lemak berlebihan maka produksi asetil KoA akan mengalami peningkatan. Kelebihan asetil KoA yang terakumulasi dalam sel ditanspor menuju ke hati, sehingga terjadi perubahan dari asetil KoA menjadi badan keton. Sebagian besar keton bersifat asam sehingga dapat menimbulkan terjadinya asidosis metabolik (James, Baker, & Swain, 2008). Makanan yang mengandung lemak tinggi yang dikonsumsi oleh penderita artritis gout dapat menyebabkan terjadinya asidosis. Asidosis terjadi karena adanya pembentukan keton yang akan membuat urin menjadi lebih asam sehingga menghambat pengeluaran asam urat melalui urin, dan menyebabkan asam urat menumpuk di dalam darah (Kurniali & Abikusno, 2007); (4) Mengkonsumsi Banyak Cairan Cairan berfungsi sebagai pelarut dan juga sebagai media pembuangan hasil metabolisme sehingga dapat menurunkan kadar asam urat di dalam tubuh (Diantari & Candra, 2013). Penderita asam urat sebaiknya mengkonsumsi banyak air, minimal 2,5 liter per hari yaitu setara dengan 10 gelas per hari. Selain air putih (air mineral), cairan bisa didapatkan dari buah buahan yang mengandung banyak air (Utami, 2009).
16 2.2 Konsep Asam Urat (Artritis Gout) 2.2.1 Manifestasi Asam Urat Serangan gout pertama biasanya hanya menyerang satu sendi. Secara umum serangan gout terjadi di kaki, namun 3 14 % serangan juga bisa terjadi di banyak sendi (poliarthritis). Urutan sendi yang terkena serangan gout berulang biasanya adalah ibu jari (padogra), pergelangan kaki, sendi kaki belakang, pergelangan tangan dan lutut. Penyakit asam urat bisa menimbulkan nyeri akibat kristal natrium urat yang menumpuk pada sendi dan jaringan disekitar sendi. Nyeri yang dirasakan pada penderita gout hanya pada beberapa sesndi. Umumnya serangan terjadi pada malam hari dan menjelang pagi. Sendi yang terserang akan membengkak dan kulit di atasnya nampak berwarna kemerahan (Ariani, 2014). 2.2.2 Faktor Resiko Asam Urat Menurut Shag and Choi (2006), faktor faktor yang beresiko terkena penyakit asam urat yaitu: 1. Usia Pada umumnya asam urat menyerang pada usia 30 tahun. Laki laki lebih beresiko terhadap penyakit gout daripada wanita. Kadar asam urat laki laki cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan usia sedangkan kadar asam urat pada wanita meningkat saat menopause, karena wanita memiliki hormon estrogen yang membantu pembuangan asam urat lewat urin. 2. Genetik Riwayat keluarga dekat merupakan salah satu faktor resiko terjadinya penyakit asam urat. Adanya riwayat dalam keluarga yang memiliki penyakit asam urat menjadi resiko terjadinya asam urat yang semakin tinggi juga.
17 3. Obesitas Kegemukan lebih beresiko terkena asam urat dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan normal. Pada seseorang yang mengalami obesitas, ginjal akan terganggu dalam proses keluarnya asam urat. Hal ini diakibatkan karena kelebihan lemak di dalam tubuh. Selain itu mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung purin secara berlebihan akan beresiko terkena asam urat. 4. Obat obatan Obat-obatan yang dapat mengakibatkan terjadinya hiperurisemia adalah pada penggunaan diuretik. Diuretik sering digunakan untuk pengobatan hipertensi. Efek samping penggunaan diuretik dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah. 5. Konsumsi alkohol berlebihan Mengkonsumsi alkohol secara berlebihan dapat menghambat pengeluaran asam urat dari dalam tubuh, hal ini karena alkohol dapat meningkatkan asam laktat yang menyebabkan pengeluaran asam urat menjadi terhambat. 6. Asupan purin berlebihan Purin merupakan senyawa yang akan diubah menjadi asam urat di dalam tubuh. Asupan makanan yang mengandung purin tinggi dapat meningkatkan kadar asam urat. Makanan yang mengandung purin tinggi misalnya sea food, kacang kacangan, makanan kaleng dan daging. 7. Penyakit degeneratif Penyakit asam urat ini menjadi penyerta dari penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif salah satunya meliputi hipertensi dan diabetes mellitus.
18 2.2.3 Stadium Artritis Gout Menurut Dalimartha (2011), Stadium artritis gout terbagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut : 1. Hiperurisemia Asimtomatik Hiperurisemia asimtomatik merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat namun tanpa ditandai dengan adanya gejala gejala menimbulkan rasa sakit pada persendian dan tidak terdapat pembentukan tofi. Umumnya hiperurisemia diketahui secara tidak sengaja saat melakukan medical check up 2. Artritis Gout Akut Serangan artritis gout akut pertama kali ditandai dengan proses peradangan pada satu sendi (monoartikuler), sekitar 60% kasus diantaranya timbul pada sendi bagian pangkal ibu jari kaki ( sendi metatarso-phalangeal I/MTP I). Gejala yang ditimbulkan akibat peradangan sendi tersebut meliputi nyeri yang timbul secara tiba tiba, bengkak, kulit di atas sendi yang terasa sakit berwarna kemerahan dan terasa panas apabila diraba. Rasa nyeri tersebut timbul pada saat malam hari ataupun menjelan pagi hari. Adapun beberapa hal yang dapat memicu terjadinya serangan artritis akut seperti : alkohol, kurang cairan akibat kurang minum, makan berlebihan, puasa misalnya sebelum menjalankan operasi dan benturan ringan pada sendi. 3. Stadium Interkritikal Setelah serangan pertama, penderita akan masuk pada fase interkritikal gout. Interkritkal gout adalah masa bebas dimana penderita tidak merasa sakit diantara dua serangan gout. Serangan artritis akut terkadang timbul hanya satu kali. Namun, kebanyakan penderita akan mengalami serangan berikutnya
19 setelah 6 bulan hingga 2 tahun. Serangan selanjutnya, gout akan menyerang beberapa sendi (poliartikuler) dengan rasa nyeri yang hebat, rasa sakit lebih lama, dan frekuensi serangan semakin meningkat. 4. Stadium Artritis Gout Kronis Artritis Gout Kronis adalah serangan artritis akut yang terjadi 4-5 kali dalam setahun. Tahap ini dapat menimbulkan benjolan (Tofi) pada sendi. Tofi adalah timbunan dari kristal monosodium urat. Tofi ini berupa benjolan keras. Umumnya tofi dapat timbul setelah 10 tahun sejak serangan gout akut. 2.2.4 Patofisiologi Asam urat merupakan produk akhir dari metabolisme purin, dimana purin berasal dari metabolisme dalam tubuh (endogen) dan berasal dari sumber makanan (eksogen) (Lingga, 2012). Kadar asam urat merupakan hasil keseimbangan antara produksi dan eksresi. Ketika terjadi ketidakseimbangan dua proses tersebut maka akan terjadi keadaan hiperurisemia. Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah yang menimbulkan hipersaturasi asam urat yaitu kelarutan asam urat yang telah melewati ambang batasnya (Hidayat, 2009). Penyebab produksi asam urat meningkat antara lain karena adanya gangguan metabolisme purin, keturunan, dan berlebihnya mengkonsumsi makanan yang memiliki purin tinggi, sedangkan pembuangan asam urat berkurang terjadi akibat ketidakmampuan ginjal dalam mengeluarkan asam urat yang berlebihan dari dalam tubuh. Keadaan ini ditimbulkan akibat pengunaan obat seperti obat diuretik, hipertensi, dan olahraga terlalu berat (Misnadiarly, 2007). Hiperurisemia mengakibatkan terjadinya akumulasi kristal monosodium urat yang tersimpan di dalam sendi yang kemudian menyebar pada cairan senovial.
20 Pecahnya kristal monosodium urat ke dalam cairan senovial pada sendi memicu respon inflamasi seperti nyeri, kemerahan, dan bengkak. Respon inflamasi inilah yang diakibatkan karena adanya penumpukan asam urat (Berivan & Ozturk, 2014). 2.2.5 Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada penderita asam urat terbagi menjadi 2 yaitu secara farmakologi dan non farmakologi 1. Terapi farmakologi : Pengobatan pada penderita asam urat diberikan berdasakan pada stadium artritis gout tertentu yang dialami. Pengobatan untuk stadium gout akut bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri, sedangkan pada stadium interkritikal gout bertujuan untuk mempertahankan tingkat rendah asam urat dan mencegah pembentukan tophi. Beberapa obat yang digunakan antara lain NSAID, Colchicine, Allopurinol, dan Corticosteroid yang masing masing dari obat obatan tersebut memiliki efek samping yang berbeda beda (Kopke & Greff, 2015). 2. Terapi Non farmakologi Upaya pengobatan pada penderita asam urat dapat dilakukan dengan pengobatan non farmakologi berupa memodifikasi gaya hidup yang meliputi menurunkan berat badan bagi penderita asam urat yang obesitas, mengurangi mengkonsumsi alkohol secara berlebihan serta mengurangi asupan makanan yang kaya purin dari berbagai jenis (Kopke & Greff, 2015). Adapun diet pada penderita asam urat terdiri dari : (1) Membatasi asupan purin. Purin yang merupakan bagian dari protein. Membatasi asupan purin berarti mengurangi
21 konsumsi makanan yang mengandung protein tinggi. Jumlah maksimal asupan protein bagi penderita asam urat yaitu sekitar 50 70 mg/hari setara dengan 1 1 1/2 potong per hari (Febry, 2008); (2) Mengurangi konsumsi lemak. Makanan yang mengandung lemak bagi penderita artritis gout dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan yang mengandung lemak tinggi antara lain sea food, jeroan, makanan yang digoreng, makanan bersantan, mentega, avokad, dan durian (Febry, 2008); Ketika di dalam tubuh, konsumsi buah buahan seperti avokad dan durian akan berubah menjadi alkohol di dalam usus. Mesikpun kadar purinnya rendah jika dikonsumsi dalam jumlah besar akan berubah menjadi alkohol, sehingga konsumsi buah tersebut perlu dibatasi (Ramayulis, 2013). (3) Tidak mengkonsumsi alkohol. Alkohol dapat meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat plasma dapat menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh. Oleh karena itu orang yang sering mengkonsumsi minuman beralkohol memiliki kadar asam urat lebih tinggi daripada orang yang tidak mengkonsumsi alkohol (Febry, 2008). Alkohol merupakan makanan dan minuman yang diperoleh melalui proses fermentasi gula, contohnya tape (Herliana, 2013); (4) Mengkonsumsi banyak cairan. Penderita asam urat sebaiknya mengkonsumsi banyak air, minimal 2,5 liter per hari yaitu setara dengan 10 gelas per hari. Air berfungsi sebagai pelarut dan juga sebagai media pembuangan hasil metabolisme sehingga dapat menurunkan kadar asam urat di dalam tubuh (Diantari & Candra, 2013).
22 2.2.6 Pencegahan Menurut Herliana (2013), untuk mencegah terjadinya penyakit asam urat sebaiknya melakukan upaya pencegahan sebagai berikut: 1. Olahraga Olahraga memiliki banyak manfaat bagi tubuh dan pikiran, salah satunya yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit asam urat. Ketika berolahraga secara teratur maka sistem metabolisme tubuh akan berjalan lancar sehingga proses penyerapan nutrisi dalam tubuh akan menjadi lebih efektif dan efisien. Selain itu olahraga akan melancarkan sirkulasi darah dan mengatasi penyumbatan pada pembuluh darah, serta melancarkan sistem metabolisme sehingga dapat mengurangi resiko menumpuknya asam urat dalam tubuh. 2. Menghindari alkohol Makanan dan minuman yang mengandung alkohol sebaiknya dihindari untuk mencegah terjadinya asam urat. Kadar alkohol yang tinggi memiliki dampak yang buruk di dalam tubuh yaitu menimbulkan kerusakan beberapa fungsi organ dalam tubuh. Contohnya yaitu mengurangi fungsi jantung dalam mengedarkan darah ke seluruh tubuh dan menganggu fungsi ginjal dalam mengekskresikan asam urat. 2.3 Konsep Kekambuhan 2.3.1 Definisi Kekambuhan Kekambuhan adalah suatu keadaan timbulnya tanda dan gejala pada suatu penyakit dimana penyakit tersebut telah mengalami perbaikan dan biasanya keadaannya lebih parah dibandingkan dengan sebelumnya (Hamid & Purnomo, 2010). Adapun faktor penyebab kekambuhan terdiri dari : konsumsi makanan yang
23 mengandung purin tinggi, makanan yang mengandung lemak, mengkonsumsi alkohol, dan kurang dalam mengkonsumsi cairan. 2.3.2 Faktor Faktor Penyebab Kekambuhan Terdapat 4 faktor yang dapat menimbulkan terjadinya kekambuhan yaitu : 1. Konsumsi Makanan yang mengandung Purin Purin merupakan bagian dari protein. Membatasi asupan purin berarti mengurangi konsumsi makanan yang mengandung protein tinggi. Jumlah maksimal asupan protein bagi penderita asam urat yaitu sekitar 50 70 g/hari setara dengan 1 1 1/2 potong per hari (Febry, 2008). Selain itu, purin juga diproduksi oleh tubuh manusia sekitar 80 85% dan sisanya berasal dari konsumsi makanan yang mengandung purin. Ketika konsumsi makanan yang mengandung purin tinggi, ginjal akan kesulitan untuk mengeluarkan kelebihan asam urat di dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan terjadinya penumpukan kristal asam urat pada area persendian. Penumpukan kristal asam urat inilah yang menimbulkan peradangan dan rasa nyeri, karena kristal asam urat yang saling bergesekan saat sendi bergerak (Herliana, 2013). Gejala peradangan yang terjadi pada penderita asam urat ditandai dengan serangan nyeri yang timbul secara tiba tiba, bengkak, dan kemerahan pada sendi (Porto et al, 2014). Oleh karena itu, tanda dan gejala tersebut mengindikasikan terjadinya kekambuhan. Menurut Ramayulis (2013), makanan yang mengandung purin terbagi menjadi 3 kelompok yaitu: (1) Tinggi purin yaitu makanan yang harus dihindari oleh penderita asam urat karena memiiki kandungan kadar purin tinggi yaitu 100-1.000 mg purin dalam bahan makanan. Makanan yang memiliki kandungan purin tinggi terdapat pada bebek, sarden, kornet, kerang, jeroan, alkohol, tape, durian, dan alpukat; (2) Purin sedang yaitu makanan yang sebaiknya dibatasi untuk dikonsumsi oleh penderita asam
24 urat. Kadar purin sedang mengandung 10-99 mg purin. Makanan yang berkadar purin sedang dapat dikonsumsi maksimal 50-70 g atau 1-1 ½ potong atau satu mangkuk (100gr) per hari. Makanan tersebut antara lain daging sapi, ayam, ikan, udang, tahu, tempe, bayam, daun singkong; (3) Rendah purin yaitu makanan yang bebas untuk dikonsumsi karena kadar purinnya rendah, misalnya ubi, jagung, roti dan bihun. 2. Makanan yang Mengandung Lemak Dampak konsumsi makanan yang mengandung lemak bagi penderita asam urat yaitu dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan yang mengandung lemak tinggi antara lain sea food, jeroan, makanan yang digoreng, makanan bersantan, mentega, avokad, dan durian (Febry, 2008). Makanan yang mengandung lemak tinggi yang dikonsumsi oleh penderita asam urat dapat menyebabkan terjadinya asidosis. Asidosis terjadi karena adanya pembentukan keton yang akan membuat urin menjadi lebih asam sehingga akan menghambat pengeluaran asam urat melalui urin, dan menyebabkan asam urat menumpuk di dalam darah (Kurniali & Abikusno, 2007). 3. Mengkonsumsi Alkohol Alkohol merupakan salah satu faktor resiko terjadinya asam urat, jika mengkonsumsi alkohol secara berlebihan akan meningkatkan resiko kekambuhan pada penderita asam urat (Neogi et al, 2014). Konsumsi alkohol tidak hanya pada minuman keras, namun juga terdapat di berbagai produk yang mengandung alkohol, misalnya tape. Alkohol merupakan suatu bentuk produk hasil dari fermentasi gula (Herliana, 2013). Konsumsi aklohol secara berlebihan dapat meningkatkan kadar asam laktat dalam darah. Peningkatan kadar asam laktat di dalam tubuh dapat
25 menyebabkan terhambat ekskresi asam urat melalui urin. Terhambatnya ekskresi asam urat inilah akan menimbulkan peningkatan asam urat dalam darah (Ramayulis, Wibowo, & Sukma, 2014). 4. Mengkonsumsi Cairan Mengkonsumsi cairan atau air mineral berfungsi sebagai media pembuangan hasil metabolisme sehingga dapat membantu untuk menurunkan kadar asam urat di dalam tubuh (Diantari & Candra, 2013). Penderita asam urat sebaiknya mengkonsumsi banyak air, minimal 2,5 liter per hari yaitu setara dengan 10 gelas per hari Menurut penelitian yang dilakukan oleh Neogi et al (2009) yang berjudul drinking water can reduce the risk of reccurent gout attacks dengan jumlah sampel 535 penderita yang terdiagnosis artritis gout. Penelitian ini terdiri dari 78% laki - laki dengan usia rata rata 53 tahun. Hasil penelitian menunjukan bahwa mengkonsumsi air lebih dari 8 gelas dalam sehari dapat menurunkan resiko terjadinya kekambuhan. Pencegahan yang dapat dilakukan oleh penderita asam urat untuk mencegah timbulnya kekambuhan yaitu dengan cara mengurangi faktor penyebabnya tersebut dengan mengatur pola diet. Kekambuhan pada penderita asam urat ditandai dengan rasa sakit pada daerah persendian (seperti ditusuk tusuk) biasanya sendi yang terkena yaitu jempol kaki, terasa seperti kesemutan, nyeri biasanya terjadi pada malam atau pagi hari setelah bangun tidur, sendi yang terkena akan terlihat bengkak, terasa panas dan kemerahan (Maksum & Kaysi, 2009).
26 2.4 Hubungan Pola Diet Dengan Kadar Asam Urat Pada Penderita Artritis Gout Diet adalah memilih makanan dan mengatur jumlah asupan pada jenis makanan yang sesuai untuk kebutuhan tubuh (Priandarini, 2010). Pola diet pada penderita asam urat dapat membantu untuk mengurangi resiko terhadap kekambuhan atau peningkatan kadar asam urat dengan mempertahankan kadar asam urat agar tetap stabil (Ningdyar, 2009). Konsumsi makanan dalam sehari-hari bagi penderita asam urat sebaiknya makanan yang mengandung purin sedang (Ningdyar, 2009). Konsumsi maksimal bahan makanan yang mengandung purin sedang yaitu 50 75 gr atau 1 1 1/2 potong per hari (Wirakusuma, 2010). Purin berasal dari makanan yang dikonsumsi baik dari hewan maupun tumbuhan. Purin merupakan bagian dari makanan yang mengandung protein (Febry, 2008). Purin yaitu zat yang terdapat dalam setiap makanan dan juga berasal dari tubuh makhluk hidup. Selain itu purin juga terdapat pada buah buahan (Maksum & Kaysi, 2009). Konsumsi asupan makanan yang mengandung purin tinggi sebaiknya tidak berlebihan karena akan meningkatkan kadar asam urat sehingga akan memicu kekambuhan pada penderita asam urat. Makanan yang mengandung purin tinggi antara lain makanan laut, bayam, kacang, dan daging. Mengkonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi akan meningkatkan resiko terjadinya kekambuhan pada penderita artritis gout (Zhang et al, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Bebiker (2015) pada 816 laki-laki dengan riwayat penyakit artritis gout yang mengkonsumsi makanan mengandung kaya akan purin seperti daging, seafood dan sayuran salah satunya bayam menunjukkan peningkatan kadar asam urat. Meningkatnya kadar asam
27 urat dapat menimbulkan terbentuknya kristal asam urat di dalam persendian, sehingga menyebabkan terjadinya penyakit artritis gout. Kadar asam urat berkaitan dengan produksi purin dan asupan purin yang dikonsumsi. Purin yang di produksi di dalam tubuh manusia sekitar 80 85% dan sisanya berasal dari makanan yang mengandung purin. Ketika purin yang masuk ke dalam tubuh dalam jumlah banyak, maka kadar asam urat dalam tubuh pun akan meningkat. Meningkatnya asupan purin di dalam tubuh menyebabkan ginjal kesulitan untuk mengeluarkan kelebihan zat asam urat tersebut sehingga dapat menyebabkan terjadinya penumpukan di persendian. Penumpukan hasil dari metabolisme inilah yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri serta pembengkakan pada persendian (Herliana, 2013).