VII. PERAMALAN DAMPAK LIBERALISASI PERDAGANGAN PUPUK TERHADAP KINERJA PERDAGANGAN PUPUK DAN SEKTOR PERTANIAN TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
VI. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI PUPUK DAN SEKTOR PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

DAMPAK PERUBAHAN LINGKUNGAN USAHA TERHADAP STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA

BAB VI. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN. Validasi model merupakan tahap awal yang harus dilakukan melaksanakan

VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

DAMPAK PENINGKATAN HARGA PUPUK UREA TERHADAP KERAGAAN PASAR TEMBAKAU BESUKI NA OOGST DI KABUPATEN JEMBER

VII. HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN ALTERNATIF KEBIJAKAN. Bab ini akan membahas penerapan model ekonometrika melalui analisis

VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

V. EVALUASI MODEL. BAB V membahas hasil pendugaan, pengujian dan validasi model.

VIII. DAMPAK BIAYA TRANSAKSI, HARGA DAN UPAH TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi.

VII DAMPAK PENCAPAIAN KEBIJAKAN GERNAS DAN PENERAPAN BEA EKSPOR KAKAO TERHADAP KINERJA INDUSTRI HILIR DAN PENERIMAAN PETANI

DAMPAK FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP KINERJA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PLASMA

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen.

VI. RAMALAN HARGA DUNIA MINYAK NABATI DAN KERAGAAN INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA TAHUN

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

VII. ANALISIS KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

Bab V Validasi Model

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

VIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

V. GAMBARAN UMUM EKONOMI PUPUK DAN SEKTOR PERTANIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

VIII SKENARIO ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

1 Universitas Indonesia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

VII. DAMPAK TRANSFER FISKAL TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Losses_kedelai LOSSES_kedelai_1. RAMP_LOSSES surplus. kebutuhan_kedelai. inisial_luas_tanam produski_kedelai Rekomendasi_pupuk

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta

RESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode two stage least squares (2SLS). Pada bagian ini akan dijelaskan hasil

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan produksi pertanian tidak sebesar laju permintaan pangan. Tabel 1.1

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

VI. SIMPULAN DAN SARAN

Boks 2. PENELUSURAN SUMBER PEMBENTUKAN INFLASI DI KOTA JAMBI: SUATU ANALISIS SISI TATA NIAGA DAN KOMODITAS

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

PELUANG INVESTASI BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA. Makalah. Disusun Oleh : Imam Anggara

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

KONSTRUKSI KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK TAHUN 2006

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, AGUSTUS 2016

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian antara lain: menyediakan pangan bagi seluruh penduduk,

III KERANGKA PEMIKIRAN

Pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan tahun 1983

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

VII. PERAMALAN DAMPAK LIBERALISASI PERDAGANGAN PUPUK TERHADAP KINERJA PERDAGANGAN PUPUK DAN SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2004-2010 7.1. Daya Prediksi Model Ekonomi Pupuk dan Sektor Pertanian Sebelum melakukan peramalan pada masa mendatang terkait dengan kondisi perpupukan nasional, maka kevalidan dari model tersebut perlu dilakukan pengujian lebih dahulu. Kadang-kadang dalam model dengan menggunakan persamaan yang banyak dan sangat kompleks timbul ketidak konsistenan. Oleh karena itu diperlukan kompromi antara kepentingan statistik dengan aspek teoritis dari fenomena ekonomi. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui kevalidan dari model yang digunakan adalah dengan pengujian RMSPE, U-Theil dengan komposisinya, yaitu UM (bias proporsi), US (bias variance) dan UC (bias covariance). Validasi model menggunakan data tahun 1987 2000 dimana hasil perbandingan antara nilai aktual dengan prediksinya sebagaimana ditunjukkan Tabel 30, sedangkan hasil pengujian statistik selengkapnya disajikan dalam Lampiran 4. Pada Tabel 30 ditunjukkan bahwa secara umum rata-rata nilai prediksi dari varibel endogenus mendekati rata-rata aktualnya. Keadaan ini menunjukkan bahwa model mempunyai prediksi yang baik. Sedangkan pengujian daya prediksi model secara statistik (Lampiran 2), menunjukkan bahwa daya prediksi memang sulit diputuskan apakah cukup baik digunakan untuk simulasi historis dan peramalan. Hal ini dikarenakan terdapat RMSPE dan U-Theil pada beberapa

161 variabel memang tinggi. Namun, tingginya RMSPE dan U-Theilnya tersebut sulit dihindarkan terutama yang berbentuk persamaan identitas. Tabel 30. Analisis Uji Validasi Model : Actual-Predicted dan U-Theil Variabel Actual Predicted Mean Std Mean Std RMSPE U Theil Produksi Urea 5379.00 772.66 6370.00 852.82 19.09 0.0856 Penawaran Urea 5379.00 772.66 6370.00 852.82 19.09 0.0856 Permintaan Urea 3335.00 441.12 3736.00 811.22 22.89 0.1060 Permintaan Urea Perkebunan 936.37 455.49 806.61 124.16 161.15 0.2651 Permintaan Urea T. Pangan 2398.00 598.70 2554.00 590.80 23.84 0.1160 Harga Urea 375.75 73.30 402.44 42.67 14.49 0.0689 Ekspor Urea 1668.00 398.35 2044.00 329.99 34.22 0.1323 Ekspor Urea Indo. Ke Vietnam 612.27 146.21 854.60 151.51 53.40 0.1932 Ekspor Urea Indo. Ke Taiwan 233.74 55.82 335.66 53.72 56.47 0.2008 Ekspor Urea Indo.ke Filipina 227.96 54.44 111.07 18.07 50.61 0.3623 Ekspor Urea Indo.ke Thailand 250.41 59.80 360.06 58.23 56.60 0.2014 Ekspor Urea Indo.ke Malaysia 93.80 22.40 133.02 21.06 54.07 0.1934 Ekspor Urea Soviet 2746.00 424.97 2624.00 388.48 9.69 0.0527 Ekspor Urea Canada 739.61 125.11 593.54 89.68 22.41 0.1302 Ekspor Urea Rumania 448.04 234.49 495.18 94.56 751.52 0.1909 Ekspor Urea Arab Saudi 596.27 292.90 637.95 192.10 46.47 0.1089 Ekspor Urea USA 429.20 83.41 432.79 45.88 19.66 0.0882 Impor Urea USA 1175.00 472.90 1224.00 308.63 26.48 0.0982 Impor Urea Vietnam 726.43 170.25 880.10 163.31 32.78 0.1293 Impor Urea Austalia 303.64 182.80 314.73 121.08 29.19 0.1046 Impor Urea Thailand 334.21 141.99 312.59 143.43 25.67 0.1094 Harga Urea Dunia 0.14 0.03 0.14 0.01 19.51 0.1004 Produksi TSP 438.52 125.66 447.02 41.63 30.64 0.1018 Penawaran TSP 1371.00 462.99 1455.00 203.63 37.25 0.1437 Permintaan TSP 1252.00 300.31 1392.00 99.18 52.36 0.1356 Permintaan TSP Perkebunan 125.72 58.18 114.09 8.91 126.95 0.2321 Permintaan TSP Pangan 1057.00 269.47 1204.00 97.79 68.85 0.1481 Harga TSP 775.50 201.14 815.93 95.16 31.53 0.0846 Ekspor TSP USA 346.07 75.60 401.47 97.56 32.07 0.1346 Ekspor TSP Tunisia 347.21 45.50 334.29 39.32 11.86 0.0648 Ekspor TSP Maroko 236.57 32.92 234.98 16.16 14.15 0.0750 Ekspor TSP Dunia 1788.00 342.07 1829.00 350.33 4.63 0.0218 Impor TSP Indo.dari USA 305.95 195.79 261.87 70.24 535.66 0.3114 Impor TSP Indo.dari Maroko 343.35 203.14 371.81 41.45 175.21 0.2480 Impor Urea Indo.dari Tunisia 275.80 181.99 299.96 81.76 147.59 0.2648 Impor TSP Indo. 932.55 445.89 1008.00 171.98 83.16 0.2054 Impor TSP Irlandia 65.71 91.93 62.50 61.43 1.05 0.2120 Impor TSP Brasil 94.79 50.39 94.85 44.88 307.95 0.1589 Impor TSP Dunia 1788.00 342.07 2121.00 346.30 32.77 0.1363 Harga TSP Dunia 0.16 0.02 0.15 0.01 9.82 0.0542 Penawaran KCl 335.44 84.64 345.87 86.03 6.25 0.0295 Permintaan KCL 263.45 35.29 284.15 48.12 26.16 0.1069 Permintaan KCL Perkebunan 22.34 8.79 34.36 8.85 124.18 0.2638 Permintaan KCl Pangan 81.00 9.96 97.95 20.28 33.07 0.1445 Harga KCl 1153.00 148.26 984.68 172.24 16.41 0.0839 Ekspor KCl Kanada 7540.00 776.48 7140.00 694.73 7.48 0.0410 Ekspor KCl Jerman 2851.00 539.26 2795.00 447.77 14.67 0.0653 Ekspor KCl Soviet 3948.00 1003.0 3809.00 375.35 15.35 0.0858 Ekspor KCl dunia 16998.0 2269.0 16478.0 1416.00 6.00 0.0315 Impor KCl Indo. dari Kanada 18.51 7.86 22.77 2.08 111.77 0.2160 Impor KCl Indo. dari Jerman 13.08 12.47 14.62 1.69 325.25 0.3586

162 Tabel 30. Lanjutan U - Actual Predicted Variabel RMSPE Theil Mean Std Mean Std Impor KCl Indo dr Yordania 35.02 15.67 39.65 2.52 88.58 0.2049 Impor KCl Indo. 335.44 84.64 345.87 86.03 6.25 0.0295 Impor KCl Cina 667.93 1237.00 924.17 970.86 1438.00 0.2965 Impor KCl Brasil 1585.00 421.89 1592.00 210.95 15.97 0.0788 Impor KCl Dunia 16998.00 2269.00 15661.0 1907.00 8.76 0.0484 Harga KCl dunia 0.18 0.01 0.18 0.01 6.06 0.0330 Areal Kelapa Sawit 1859.00 862.13 1337.00 485.72 26.02 0.1844 Produktifitas Kelapa sawit 17.75 1.67 17.91 5.43 31.78 0.1538 Produksi kalapa sawit 32682.00 15047.0 26159.0 16310.0 30.34 0.1185 Penawaran CPO 4327.00 1919.00 4552.00 2838.00 123.89 0.3643 Ekspor CPO 1655.00 1064.00 1536.00 1287.00 56.20 0.2006 Permintaan CPO 4317.36 2781.83 4511.68 3204.41 85.28 0.8105 Harga CPO 0.48 0.13 0.41 0.08 41.61 0.1907 Areal Teh 140.05 11.44 141.12 7.66 3.59 0.0175 Produktifitas Teh 1.08 0.07 1.10 0.02 6.99 0.0338 Ekspor Teh 97.66 18.41 100.18 6.33 25.22 0.0991 Permintaan Teh 53.75 22.14 154.07 30.27 248.26 0.4793 Harga Teh 0.10 0.00 0.13 0.02 31.70 0.1387 Areal Kakao 496.39 168.05 245.98 46.52 48.21 0.3597 Produktifitas Kakao 0.92 0.19 0.84 0.06 15.41 0.0925 Penawaran Kakao 472.36 227.62 207.47 49.38 52.06 0.4342 Ekspor Kakao 210.43 115.34 128.10 49.18 41.56 0.2900 Permintaan Kakao 255.79 132.90 173.46 71.66 34.45 0.2297 Harga Kakao Indo. 1.07 0.26 1.13 0.27 11.07 0.0539 Areal Padi Indo. 10976.00 638.93 11060 658.62 3.17 0.0159 Produktifitas padi 4.30 0.12 4.29 0.13 1.93 0.0096 Produksi padi 47206.00 3506.00 47534 4057.00 3.70 0.0189 Produksi beras 30684.00 2279.00 30897 2637.00 3.70 0.0189 Impor Beras 1087.00 1415.00 853.10 649.09 422.23 0.3732 Penawaran Beras 33143.00 3042.00 31750 3147.00 8.32 0.0447 Harga Beras 1040.00 123.74 3076.00 2180.00 272.19 0.6105 Permintaan Beras 44317 31854 22102 25476 171.95 0.5682 Areal Jagung 3304.00 362.94 3313.00 245.45 9.19 0.0452 Produktifitas Jagung 2.31 0.27 2.32 0.23 3.41 0.0169 Produksi Jagung 7684.00 1550.00 7742.00 1331.00 9.58 0.0443 Impor Jagung 509.45 308.59 462.05 47.67 145.72 0.2846 Penawaran Jagung 8194.00 1522.00 3775.00 199.76 53.19 0.3809 Harga Jagung 324.36 82.90 306.72 9.34 30.70 0.1180 Permintaan Jagung 7874.00 1457.00 7694.00 1068.00 8.43 0.0414 Areal Kedelai 1273.00 189.03 1252.00 61.33 18.43 0.0909 Produktifitas Kedelai 1.78 0.12 1.83 0.03 8.31 0.0369 Impor Kedelai 676.28 302.70 632.97 92.74 42.32 0.1709 Penawaran Kedelai 2931.00 443.74 2920.00 160.92 15.79 0.0730 Permintaan Kedelai 1995.00 397.45 1970.00 295.11 14.78 0.0691 Harga Kedelai 1394.00 161.22 2154.00 1103.00 92.72 0.3445

163 Berdasarkan analisis uji validitas dari model yaitu dengan menggunakan kriteria RMSPE (Root Means Square Percentage Error) menunjukkan hasil bahwa persamaan yang memiliki persentase kesalahan di bawah 25 persen adalah sebanyak 41 persamaan atau 41 persen dari semua persamaan yang digunakan. Sedangkan persamaan yang memiliki kesalahan di antara 25 persen sampai 50 persen sebanyak 29 persamaan atau 29 persen. Semua persamaan yang RMSPE-nya dibawah 50 persen sebesar 70 persen. Sisanya, 30 persen adalah persamaan dengan RMSPE di atas 50 persen. Penilaian validasi model juga dilakukan dengan pengukuran U-theil melalui dekomposisinya, yaitu UM, US dan UC. Nilai UM yang menunjukkan bias sistematis dalam model menunjukkan bahwa model yang memiliki bias sistematik di bawah 0.25 sebanyak 61 persamaan atau 61 persen, persamaan dengan UM di antara 0.25 0.50 sebanyak 17 persamaan atau 17 persen. Dengan demikian terdapat 78 persen persamaan dengan UM dibawah 0.5. Nilai US menunjukkan tingkat bias varian anatara data aktual dan prediksi. US mempunyai kriteria yang sama dengan UM yaitu semakin mendekati nol semakin baik modelnya. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 84 persen dari semua persamaan memiliki US dibawah 50 persen. Sedangkan validasi yang baik dengan kriteria UC adalah yang nilainya mendekati 1. Hasil analisis diketahui bahwa terdapat 75 persen persamaan yang nilainya di atas 0.40. Pindyck dan Rubinfeld (1991), menunjukkan bahwa banyak kriteria yang bisa digunakan untuk mengevaluasi kinerja dari model simulasi yang kadangkadang hasilnya tidak konsisten, apalagi dalam model yang sangat besar. Berdasarkan pertimbangan bahwa model yang dirancang dalam simulasi dinamis, serta kriteria ekonomi telah dipenuhi, maka RMSE dan U-Theil yang tinggi dianggap wajar dan dapat ditolerir, sehingga dapat disimpulkan model mempunyai daya prediksi baik.

164 7.2. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk Indonesia terhadap Kinerja Perdagangan Pupuk dan Sektor Pertanian Dampak liberalisasi perdagangan pupuk terhadap Kinerja Perdagangan pupuk domestik dan dunia dalam penelitian ini disimulasikan dengan beberapa skenario utama yang meliputi: (1) liberalisasi perdagangan pupuk urea, (2) liberalisasi perdagangan pupuk TSP, dan (3) liberalisasi perdagangan pupuk KCl. Skenario tersebut akan disimulasikan melalui penghapusan intervensi di negara Indonesia saja kemudian dilanjutkan penghapusan intervensi di Indonesia dan penghapusan intervensi di negara lain. 7.2.1. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk Urea Indonesia terhadap Kinerja Perdagangan Pupuk Indonesia Liberalisasi perdagangan pupuk urea berdampak terhadap Kinerja Perdagangan pupuk urea, TSP dan KCl domestik. Dari hasil simulasi model ekonometrik diketahui bahwa diliberalkannya harga pupuk menyebabkan kenaikan yang sangat tinggi untuk harga pupuk domestik yaitu meningkat sebesar 56 persen. Peningkatan ini berimplikasi pada menurunnya permintaan domestik untuk pupuk urea. Kondisi ini tentunya membawa peluang ekspor urea yang lebih besar karena daya serap pupuk urea untuk domestik menurun. Simulasi ini menunjukkan kenaikan ekspor sebesar 20 persen. Tabel 31 juga menunjukkan sisi lain dampak liberalisasi perdagangan pupuk urea Indonesia yaitu berkenaan dengan permintaan dan perdagangan jenis pupuk TSP dan KCl di pasar domestik yang akhirnya mengalami penurunan. Hal ini dapat dipahami berkaitan dengan kharakteristik penggunaan pupuk urea yang komplementer pula dengan penggunaan pupuk lain seperti TSP dan KCl.

Tabel 31. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk Urea Indonesia Terhadap Kinerja Perdagangan Pupuk Indonesia tahun 2004 2010 Variabel Dasar Liberalisasi perdagangan Urea Indonesia Perubahan (%) Produksi Urea 8471.000 9140.000 7.898 Permintaan Urea 5032.000 4561.000-9.360 Permintaan Urea Perkebunan 793.780 806.509-1.604 Permintaan Urea T. Pangan 3838.000 3354.000-12.611 Harga Urea 457.570 715.929 56.463 Ekspor Urea 2892.000 3492.000 20.747 Ekspor Urea Indonesia ke Vietnam 1155.000 1444.000 25.022 Ekspor Urea Indonesia ke Taiwan 447.980 564.205 25.944 Ekspor Urea Indonesia ke Philipina 165.710 194.338 17.274 Ekspor Urea Indonesia ke Thailand 498.850 619.980 24.282 Ekspor Urea Indonesia ke Malaysia 179.200 224.097 25.055 Produksi TSP 486.844 486.906 0.013 Produksi TSP 1228.000 1223.000-0.407 Permintaan Total TSP 1183.000 1137.000-3.888 Permintaan TSP untuk Perkebunan 127.658 124.712-2.308 Permintaan TSP untuk Pangan 1001.000 957.826-4.313 Harga TSP 1005.000 1005.000 0.000 Impor TSp Indonesia dari USA 155.013 153.047-1.268 Impor TSp Indonesia dari Maroko 360.825 358.590-0.619 Impor TSp Indonesia dari Tunisia 176.108 174.344-1.002 Impor total TSP 741.628 735.664-0.804 Penawaran KCl 552.114 550.825-0.233 Permintaan KCl 422.955 420.035-0.690 Permintaan KCl untuk Perkebunan 20.654 20.643-0.056 Permintaan KCl untuk Pangan 218.050 215.141-1.334 Harga KCl 1437.000 1437.000 0.000 Impor KCL Indonesia dari Kanada 42.027 41.162-2.058 Impor KCL Indonesia dari Jerman 23.007 22.833-0.756 Impor KCL Indonesia dari Yordania 48.512 48.261-0.516 Impor Total KCl 552.114 550.825-0.233 165 7.2.2 Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk TSP Indonesia terhadap Kinerja Perdagangan Pupuk Indonesia Indonesia memenuhi kebutuhan domestik untuk pupuk TSP dari produksi domestik maupun dari impor. Produksi domestik masih terkendala dengan kondisi bahan baku yang masih rendah kandungan P 2 O 5 -nya. Dampak dari

166 liberalisasi perdagangan pupuk TSP di Indonesia ini adalah pada peningkatan harga pupuk TSP domestik yang meningkat sebesar 11 persen. Peningkatan harga ini berimplikasi pada permintaan pupuk TSP domestik yang menurun sebesar 20 persen, sedangkan per sub-sektor nampaknya penurunan yang besar terjadi pada permintaan pupuk untuk tanaman pangan yaitu sebesar 23.80 persen sedangkan untuk permintaan TSP perkebunan turun sebesar 6.44 persen saja. Impor TSP dari simulasi ini menunjukkan penurunan sebesar 1.00 persen, sedangkan produksi domestik meningkat 5.00 persen sebagai akibat peningkatan harga pupuk TSP domestik. Hasil simulasi liberalisasi perdagangan pupuk TSP di Indonesia di Tabel 32. Hasil simulasi liberalisasi perdagangan TSP ini konsisten dengan hasil liberalisasi perdagangan pada pupuk urea. Pupuk TSP berkomplemen penggunaannya dengan pupuk urea dan KCl sehingga ketika penggunaan pupuk TSP menurun maka menurun pula penggunaan jenis pupuk yang lain yaitu Urea dan KCl. Dari kedua jenis pupuk ini yang paling besar pengaruh perubahan penggunaannya adalah pupuk urea untuk tanaman perkebunan. Sedangkan penggunaan pupuk KCl memang menurun namun penurunannya sangat kecil yaitu sekitar 0.27 persen saja, sedangkan penurunan penggunaan urea untuk tanaman perkebunan mencapai 1.85 persen. Hasil simulasi pada Tabel 32 menunjukkan implikasi liberalisasi perdagangan pupuk TSP yang membawa dua konsekuensi berlawanan yaitu perubahan positif pada sisi produksi karena faktor peningkatan harga, sedangkan dari sisi penyediaan input membawa dampak yang negatif.

167 Tabel 32. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk TSP Indonesia terhadap Perdagangan Pupuk Indonesia tahun 2004 2010 Endogen Dasar Simulasi TSP Perubahan (%) Produksi Urea 8471.000 8484.000 0.154 Permintaan Urea 8471.000 8484.000 0.154 Permintaan Urea Perkebunan 5032.000 4939.000-1.848 Permintaan Urea T. Pangan 793.780 793.472-0.039 Harga Urea 3838.000 3745.000-2.423 Ekspor Urea 457.572 460.925 0.733 Produksi Urea 2892.000 2948.000 1.936 Ekspor Urea Indonesia ke Vietnam 1155.000 1182.000 2.338 Ekspor Urea Indonesia ke Taiwan 447.980 458.832 2.423 Ekspor Urea Indonesia ke Philipina 165.714 168.442 1.646 Ekspor Urea Indonesia ke Thailand 498.850 510.327 2.301 Ekspor Urea Indonesia ke Malaysia 179.198 183.402 2.346 Produksi TSP 486.844 511.538 5.072 Penawaran TSP 1228.000 1245.000 1.384 Permintaan TSP 1183.000 936.606-20.828 Permintaan TSP Perkebunan 127.658 119.434-6.442 Permintaan TSP Pangan 1001.000 762.785-23.798 Harga TSP 1005.000 1125.000 11.940 Impor TSP Indonesia dari USA 155.013 149.386-3.630 Impor TSP Indonesia dari Maroko 360.825 360.111-0.198 Impor TSP Indonesia dari Tunisia 176.108 174.028-1.181 Impor TSP Indonesia 741.628 733.207-1.135 Penawaran KCl 552.114 551.484-0.114 Permintaan KCl 422.955 421.774-0.279 Permintaan KCl untuk Perkebunan 20.654 20.563-0.443 Permintaan KCl untuk Pangan 218.050 216.960-0.500 Harga KCl 1437.000 1437.000 0.000 Impor KCL Indonesia dari Kanada 9256.000 9256.000 0.000 Impor KCL Indonesia dari Jerman 2509.000 2509.000 0.000 Impor KCL Indonesia dari Yordania 6373.000 6373.000 0.000 Impor Total KCl 22476.000 22476.000 0.000 Penawaran KCl 42.027 41.615-0.982 Permintaan KCl 23.007 22.929-0.338 Permintaan KCl untuk Perkebunan 48.512 48.372-0.288 Permintaan KCl untuk Pangan 552.114 551.484-0.114

168 7.2.3. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk KCl Indonesia terhadap Kinerja Perdagangan Pupuk Indonesia Pupuk KCl untuk kebutuhan domestik memang seluruhnya diperoleh dari impor. Kondisi ini menyebabkan sangat terkaitnya pasar pupuk domestik dengan pasar pupuk KCl dunia. Kelompok persamaan yang menggambarkan perilaku ekonomi pupuk KCl pada tabel di bawah ini menunjukkan bahwa dampak dari liberalisasi perdagangan pupuk KCl di Indonesia tidak membawa implikasi yang cukup berarti pada perdagangan pupuk secara keseluruhan, kecuali adanya peningkatan harga pupuk KCl domestik sebagai akibat hilangnya trade barrier. Peningkatan harga ini menyebabkan penurunan permintaan KCl domestik tetapi tidak berpengaruh yang berarti pada variabel lain yang dipertimbangkan dalam pupuk KCl. Pupuk KCl juga berkomplementer dengan pupuk urea dan TSP. Namun demikian dalam penggunaannya petani pada umumnya menggunakan jenis pupuk ini dalam jumlah yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan pupuk tunggal lainnya seperti urea dan TSP. Hal ini berimplikasi pada pengaruh yang relatif kecil pada perubahan penggunaan pupuk lainnya ketika pupuk KCl dilakukan liberalisasi perdagangan. Memang seperti diuraikan di atas liberalisasi perdagangan pupuk KCl menyebabkan harga pupuk KCl meningkat namun peningkatan harga pupuk KCl hanya sekitar 1 persen. Seperti telah diketahui bahwa pupuk KCl ini memang telah terintegrasi secara lebih kuat dengan pasar internasional. Dengan demikian persentase kenaikan ini tidak cukup kuat merubah pola konsumsi pupuk urea dan TSP petani. Selengkapnya disajikan dalam Tabel 33.

169 Tabel 33. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk KCl Indonesia terhadap Perdagangan Pupuk Indonesia tahun 2004 2010 Endogen Dasar Simulasi KCl Perubahan (%) Produksi Urea 8471.000 8555.000 0.992 Permintaan Urea 8471.000 8555.000 0.992 Permintaan Urea Perkebunan 5032.000 5013.000-0.378 Permintaan Urea T. Pangan 793.780 796.043 0.285 Harga Urea 3838.000 3816.000-0.573 Ekspor Urea 457.572 460.536 0.648 Produksi Urea 2892.000 2946.000 1.867 Ekspor Urea Indonesia ke Vietnam 1155.000 1181.000 2.251 Ekspor Urea Indonesia ke Taiwan 447.980 458.488 2.346 Ekspor Urea Indonesia ke Philipina 165.714 168.330 1.579 Ekspor Urea Indonesia ke Thailand 498.850 509.884 2.212 Ekspor Urea Indonesia ke Malaysia 179.198 183.263 2.268 Produksi TSP 486.844 486.862 0.004 Penawaran TSP 1228.000 1229.000 0.081 Permintaan TSP 1183.000 1169.000-1.183 Permintaan TSP Perkebunan 127.658 128.092 0.340 Permintaan TSP Pangan 1001.000 986.822-1.416 Harga TSP 1005.000 1005.000 0.000 Impor TSP Indonesia dari USA 250.359 250.405 0.018 Impor TSP Indonesia dari Maroko 434.976 434.978 0.001 Impor TSP Indonesia dari Tunisia 321.682 321.686 0.001 Impor TSP Indonesia 1810.000 1810.000 0.000 Produksi TSP 155.013 155.120 0.069 Penawaran TSP 360.825 360.941 0.032 Permintaan TSP 176.108 176.210 0.058 Permintaan TSP Perkebunan 741.628 741.953 0.044 Penawaran KCl 552.114 552.1742 0.0109 Permintaan KCl 422.955 420.1513-0.6629 Permintaan KCl Perkebunan 20.6544 19.316-6.4800 Permintaan KCl Pangan 218.0497 216.5845-0.6720 Harga KCl 1437 1453 1.1134 Impor KCl Indonesia dari Kanada 42.0271 42.0672 0.0954 Impor KCl Indonesia dari Jerman 23.0068 23.0148 0.0348 Impor KCl Indonesia dari Yordania 48.5115 48.5235 0.0247 Impor KCl Indonesia 552.114 552.1742 0.0109

170 7.2.4. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk Urea Indonesia terhadap Kinerja Sektor Pertanian Pupuk urea merupakan salah satu jenis pupuk kimiawi yang sangat berperan penting bagi perkembangan pertanian nasional. Meningkatnya harga pupuk urea karena adanya liberalisasi perdagangan menyebabkan turunnya kinerja sektor pertanian yang ditunjukkan dengan turunnya produksi komoditas pertanian yang dipertimbangkan dalam model. Apalagi untuk sektor pertanian tanaman pangan seperti padiperberas, jagung dan kedelai, dampak peningkatan harga urea ini menyebabkan meningkatnya impor produk pangan nasional. Liberalisasi perdagangan urea ini menyebabkan komoditas pertanian untuk orientasi ekspor seperti kelapa sawit, kakao dan teh cenderung mengalami penurunan ekspor sedangkan untuk komoditas tanaman pangan jumlah yang diimpor menunjukkan adanya peningkatan. Namun dari ketiga jenis komoditas pangan yang ada komoditas jagung cenderung meningkat dalam proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan kedelai maupun beras. Hal ini tentunya berkaitan dengan tingkat komersialisasi produk tersebut. Jagung memiliki dispersi penggunaan yang lebih luas terutama untuk campuran pakan ternak. Sehingga dampak dari liberalisasi perdagangan urea ini akan sangat berpengaruh terhadap ekonomi jagung di Indonesia. Selengkapnya berkenaan dengan hasil simulasi kebijakan liberalisasi perdagangan pupuk urea Indonesia terhadap kinerja sektor pertanian dapat disajikan dalam Tabel 34 berikut ini.

171 Tabel 34. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk Urea Indonesia terhadap Kinerja Sektor Pertanian pada tahun 2004 2010 Variabel Dasar Liberalisasi perdagangan Urea Indonesia Perubahan (%) Areal Kelapa Sawit 4199.000 4171.648-0.651 Produktifitas Kelapa sawit 25.990 24.811-4.528 Produksi kalapa sawit 109183.000 103504.000-5.201 Penawaran CPO 18998.000 18010.000-5.201 Ekspor CPO 8082.000 7674.000-5.048 Permintaan CPO 15972.000 15563.000-0.057 Harga CPO 0.390 0.385 0.026 Areal teh 169.470 169.474 0.002 Produktifitas teh 1.130 1.126-0.044 Ekspor teh 111.070 111.063-0.004 Permintaan Teh 181.890 181.883-0.002 Harga Teh 0.300 0.298 0.000 Areal Kakao 481.950 364.270-24.418 Produktifitas Kakao 1.060 1.019-3.558 Penawaran Kakao 513.160 418.423-18.462 Ekspor Kakao 334.600 330.703-1.164 Permintaan Kakao 420.580 416.683-0.926 Harga Kakao Indonesia 0.540 0.543 1.307 Areal Padi Indonesia 12580.000 12385.000-1.550 Produktifitas padi 4.500 4.489-0.142 Produksi padi 56680.000 55694.000-1.740 Produksi beras 36842.000 36201.000-1.740 Impor Beras 3011.000 3026.000 0.498 Penawaran Beras 39852.000 39227.000-1.568 Harga Beras 4536.000 4538.000 0.044 Permintaan Beras 36642.000 36587.403-0.149 Areal Jagung 3773.000 3612.000-4.267 Produktifitas Jagung 3.000 2.990-0.380 Produksi Jagung 11361.000 10809.000-4.859 Impor Jagung 393.170 421.210 7.131 Penawaran Jagung 4167.000 4033.000-3.216 Harga Jagung 264.080 266.513 0.923 Permintaan Jagung 4189.000 4188.623-0.009 Areal Kedelai 1549.000 1378.000-11.039 Produktifitas Kedelai 1.710 1.699-0.521 Impor Kedelai 785.140 806.304 2.695 Penawaran Kedelai 3465.000 3154.000-8.976 Permintaan Kedelai 2723.000 2721.000-0.073 Harga Kedelai 10306.000 10164.000-1.378

172 7.2.5. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk TSP Indonesia terhadap Kinerja Sektor Pertanian Pupuk jenis ini berperan dalam pertumbuhan generatif tanaman. Dampak yang ditimbulkan dari adanya Liberalisasi perdagangan pupuk TSP menunjukkan perubahan yang negatif pada sektor pertanian Indonesia. Produksi untuk masingmasing komoditas menurun baik untuk tanaman pangan maupun perkebunan. Ekspor komoditas perkebunan mengalami penurunan 1.40 persen, 0.63 persen dan 4.15 persen masing-masing untuk ekspor komoditas sawit, teh dan kakao. Sektor pertanian tanaman pangan mengalami peningkatan impor sebesar 2.82 persen, 6.21 persen dan 0.34 persen masing-masing untuk komoditas beras, jagung dan kedelai. Seperti halnya terjadi pada saat liberaliasasi urea Indonesia, maka liberalisasi perdagangan pupuk TSP juga menyebabkan komoditas-komoditas yang komersialisasinya lebih baik menerima dampak perubahan yang lebih besar dibanding komoditas lain yang lebih rendah tingkat komersialisasinya. Dari sisi kinerja tanaman pangan, liberalisasi perdagangan pupuk TSP mendorong naiknya impor beras, jagung dan kedelai. Impor beras naik sebesar 2.82 persen, impor jagung 6.21 persen, dan impor kedelai naik 0.35 persen. Kondisi ini didorong karena turunnya produktifitas masing-masing komoditas sehingga angka produksi menjadi lebih rendah dari sebelumnya. Penurunan produktifitas untuk padi sebesar 0.79 persen, produktifitas jagung menurun sebesar 0.55 persen dan produktifitas kedelai menurun sebesar 0.85. Informasi perubahan endogen akibat liberalisasi perdagangan pupuk TSP disajikan dalam Tabel 35 yang merupakan hasil simulasi liberalisasi perdagangan pupuk TSP Indonesia untuk komoditas tanaman perkebunan dan tanaman pangan.

173 Tabel 35. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk TSP Indonesia terhadap Kinerja Sektor Pertanian Indonesia pada tahun 2004 2010 Variabel Dasar Liberalisasi perdagangan TSP Indonesia Perubahan (%) Areal Kelapa Sawit 4199.000 4200.000 0.024 Produktifitas Kelapa sawit 25.990 25.616-1.431 Produksi kalapa sawit 109183.000 107591.000-1.458 Penawaran CPO 18998.000 18721.000-1.458 Ekspor CPO 8082.000 7968.000-1.411 Permintaan CPO 15972.000 15955.044-0.016 Harga CPO 0.390 0.385 0.078 Areal teh 169.470 169.452-0.011 Produktifitas teh 1.130 1.121-0.479 Ekspor teh 111.070 110.364-0.633 Permintaan Teh 181.890 181.185-0.387 Harga Teh 0.300 0.298-0.168 Areal Kakao 481.950 411.200-14.681 Produktifitas Kakao 1.060 1.034-2.138 Penawaran Kakao 513.160 431.980-15.820 Ekspor Kakao 334.600 319.388-4.546 Permintaan Kakao 420.580 405.368-3.617 Harga Kakao Indonesia 0.540 0.542 1.120 Areal Padi Indonesia 12580.000 12423.000-1.248 Produktifitas padi 4.500 4.460-0.792 Produksi padi 56680.000 55530.000-2.029 Produksi beras 36842.000 36094.000-2.030 Impor Beras 3011.000 3096.000 2.823 Penawaran Beras 39852.000 39191.000-1.659 Harga Beras 4536.000 4555.000 0.419 Permintaan Beras 36642.000 36075.881-1.545 Areal Jagung 3773.000 3702.000-1.882 Produktifitas Jagung 3.000 2.985-0.553 Produksi Jagung 11361.000 11083.000-2.447 Impor Jagung 393.170 417.617 6.217 Penawaran Jagung 4167.000 4120.000-1.128 Harga Jagung 264.080 266.097 0.765 Permintaan Jagung 4189.000 4188.622-0.009 Areal Kedelai 1549.000 1490.000-3.809 Produktifitas Kedelai 1.710 1.694-0.849 Impor Kedelai 785.140 787.887 0.349 Penawaran Kedelai 3465.000 3341.000-3.579 Permintaan Kedelai 2723.000 2709.000-0.514 Harga Kedelai 10306.000 10482.000 1.708

174 7.2.6 Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk KCl Indonesia terhadap Kinerja Sektor Pertanian Jenis pupuk KCl merupakan pupuk kimiawi dimana penyediaan seluruhnya dari impor. Liberalisasi perdagangan pupuk KCl tidak banyak membawa perubahan yang berarti kepada sektor pertanian baik untuk tanaman perkebunan maupun tanaman pangan. Perubahan variabel endogen di bawah 1 persen dari kondisi dasar. Hal ini memang disadari sebagai implikasi bahwa pasar KCl sudah sangat terkait dengan pasar dunia sehingga ketika dilakukan liberalisasi perdagangan pun tidak banyak terjadi shock di dalam sektor pertanian, selain itu proporsi penggunaan pupuk KCl relatif lebih sedikit dibandingkan dua jenis pupuk lainnya yaitu urea dan TSP. Hasil analisis simulasi Liberalisasi perdagangan pupuk KCl Indonesia untuk jenis komoditas tanaman perkebunan dan tanaman pangan disajikan dalam Tabel 36. Komoditas perkebunan seperti kelapa sawit, teh dan dan kakao tidak begitu banyak dipengaruhi perubahan kondisi ini, hal ini ditunjukkan di Tabel 36 dimana perubahan endogen yang diamati hampir semuanya kurang dari 1 persen. Demikian juga dengan tanaman pangan, persentase perubahan akibat liberalisasi perdagangan pupuk KCl sebagian besar kurang dari 1 persen. Namun demikian dilihat dari sisi kinerja sektor pertanian memang menunjukkan adanya penurunan dari kondisi sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan produksi beras dan jagung yang masing-masing sebesar 0.16 dan 0.20 persen. Demikian juga dari sisi impor pangan, nampak adanya peningkatan impor beras, jagung dan kedelai walaupun dalam persentase yang kurang dari 1 persen seperti terlihat dalam Tabel 36.

175 Tabel 36. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk KCl Indonesia terhadap Kinerja Sektor Pertanian Indonesia pada tahun 2004 2010 Variabel Dasar Liberalisasi perdagangan KCl Indonesia Perubahan (%) Areal Kelapa Sawit 4199.00 4198.9440-0.0013 Produktifitas Kelapa sawit 25.99 25.9651-0.0881 Produksi kalapa sawit 109183.00 109026-0.1438 Penawaran CPO 18998.00 18970-0.1474 Ekspor CPO 8082.00 8071-0.1361 Permintaan CPO 15972.00 15971.728-0.0017 Harga CPO 0.39 0.385 0.0000 Areal teh 169.47 169.517 0.0279 Produktifitas teh 1.13 1.1298 0.2662 Ekspor teh 111.07 111.7784 0.6404 Permintaan Teh 181.89 182.5988 0.3911 Harga Teh 0.30 0.2992 0.2681 Areal Kakao 481.95 487.5231 1.1557 Produktifitas Kakao 1.06 1.0587 0.1703 Penawaran Kakao 513.16 521.2307 1.5723 Ekspor Kakao 334.60 337.5507 0.8825 Permintaan Kakao 420.58 423.5305 0.7021 Harga Kakao Indonesia 0.54 0.5352-0.1120 Areal Padi Indonesia 12580.00 12566-0.1113 Produktifitas padi 4.50 4.4935-0.0378 Produksi padi 56680.00 56589-0.1606 Produksi beras 36842.00 36783-0.1601 Impor Beras 3011.00 3015 0.1328 Penawaran Beras 39852.00 39798-0.1355 Harga Beras 4536.00 4536 0.0000 Permintaan Beras 36642.00 36648.265 0.0171 Areal Jagung 3773.00 3765-0.2120 Produktifitas Jagung 3.00 3.0024 0.0267 Produksi Jagung 11361.00 11338-0.2024 Impor Jagung 393.17 394.1383 0.2458 Penawaran Jagung 4167.00 4159-0.1920 Harga Jagung 264.08 264.1639 0.0332 Permintaan Jagung 4189.00 4189 0.0000 Areal Kedelai 1549.00 1547-0.1291 Produktifitas Kedelai 1.71 1.7106 0.1522 Impor Kedelai 785.14 786.5216 0.1754 Penawaran Kedelai 3465.00 3464-0.0289 Permintaan Kedelai 2723.00 2726 0.1102 Harga Kedelai 10306.00 10253-0.5143

176 7.2.7. Ringkasan Hasil Simulasi Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk Indonesia terhadap Kinerja Perdagangan Pupuk dan Sektor Pertanian Ketiga jenis pupuk yang dipertimbangkan dalam model yaitu pupuk urea, TSP dan KCl dan diketahui bahwa hasil simulasi liberalisasi perdagangan per jenis pupuk pada kinerja perdagangan pupuk dan sektor pertanian menyebabkan pengaruh yang berbeda-beda intensitas perubahannya. Dari sisi domestik, pupuk urea memiliki pengaruh yang paling besar diantara jenis pupuk lainnya. Liberalisasi perdagangan pupuk urea Indonesia membawa dampak yang sangat besar pada harga pupuk urea domestik yaitu naik 90 persen dari sebelumnya. Permintaan pupuk urea untuk tanaman pangan menurun (turun 12.61 persen) jauh lebih besar dibandingkan permintaan urea untuk tanaman perkebunan (turun 1.60 persen). Ekspor urea Indonesia meningkat karena didukung 2 (dua) faktor yaitu penurunan permintaan domestik (turun 9.36 persen) dan peningkatan produksi pupuk urea (naik 7.90 persen). Kenaikan ekspor urea Indonesia mencapai 33.5 persen. Penurunan permintaan pupuk urea juga berdampak pada permintaan pupuk komplemennya yaitu pupuk TSP yang juga turun sebesar 3.89 persen dan permintaan pupuk KCl juga turun sebesar 0.69 persen. Liberalisasi perdagangan pupuk urea Indonesia juga berdampak pada kinerja sektor pertanian. Produksi kelapa sawit, teh dan kakao masing-masing mengalami penurunan sebesar 5.20 persen, 0.35 persen dan 18.64 persen. Tanaman pangan juga mengalami dampak yang sama yaitu penurunan produksi padi, jagung dan kedelai masing-masing sebesar 1.74 persen, 4.85 persen dan 0.64

177 persen. Dari sisi perdagangan, ekspor CPO, teh dan kakao mengalami penurunan akibat liberalisasi perdagangan pupuk urea Indonesia, masing-masing turun sebesar 5.04 persen, 0.004 persen dan 1.16 persen. Sebaliknya dari sisi impor pangan, Indonesia mengalami peningkatan baik pada komoditas beras, jagung dan kedelai, masing-masing sebesar 0.50 persen, 7.13 persen dan 2.69 persen. Liberalisasi perdagangan pupuk TSP Indonesia berdampak pada kenaikan harga pupuk TSP domestik sebesar 11.94 persen. Kenaikan ini membawa dampak penurunan permintaan pupuk TSP pada tanaman pangan yaitu 23.80 persen, sedangkan permintaan pupuk TSP untuk tanaman perkebunan turun sebesar 6.44 persen. Impor pupuk TSP turun sebesar 1.13 persen. Penurunan impor ini terjadi karena dua faktor yaitu naiknya produksi domestik karena adanya insentif harga yang lebih baik (naik sebesar 5.07 persen) dan juga oleh turunnya permintaan TSP yang secara total mencapai 20.83 persen. Kinerja sektor pertanian juga terpengaruh akibat liberalisasi perdagangan pupuk TSP Indonesia yaitu penurunan produksi perkebunan dan tanaman pangan. Kakao mengalami penurunan sebesar 15.82 persen, kelapa sawit produksinya turun 1.46 persen, produksi teh turun 0.81 persen, produksi padi turun 2.02 persen, produksi jagung turun 2.45 persen dan produksi kedelai turun 4.71 persen. Dari sisi perdagangan, ekspor tanaman perkebunan mengalami penurunan 1.41 persen, 0.63 persen dan 4.55 persen masing-masing untuk ekspor CPO, teh dan kakao. Impor pangan mengalami kenaikan tertinggi adalah jagung 6.22 persen, beras 2.82 persen dan kedelai 0.34 persen.

178 Liberalisasi perdagangan pupuk KCl Indonesia berdampak pada kenaikan harga KCl sebesar 1.11 persen. Kenaikan ini menyebabkan penurunan yang relatif lebih besar pada tanaman pangan hanya turun 0.67 persen, sedangkan pada permintaan KCl untuk tanaman perkebunan yaitu 6.48 persen. Dampak liberalisasi perdagangan pupuk KCl pada perdagangan dan permintaan jenis pupuk lain sangat kecil. Liberalisasi perdagangan pupuk KCl Indonesia tidak banyak mempengaruhi sektor pertanian baik perkebunan maupun tanaman pangan. Perdagangan tanaman perkebunan menunjukkan bahwa liberalisasi perdagangan pupuk KCl Indonesia berdampak pada penurunan ekspor CPO sebesar 0.14 persen dan peningkatan ekspor teh dan kakao masing-masing sebesar 0.64 persen dan 0.88 persen. Perubahan kinerja perdagangan ini sangat erat kaitannya dengan perubahan produksi atau suplai komoditas tersebut di pasar domestik. Dampak dari liberalisasi perdagangan KCl terhadap perdagangan komoditas tanaman pangan menunjukkan bahwa impor pangan mengalami peningkatan yang relatif kecil yaitu 0.13 persen, 0.25 persen dan 0.18 persen masing-masing untuk peningkatan impor beras, jagung dan kedelai. Sedangkan dari sisi kinerja sektor pertanian juga tidak menunjukkan perubahan yang berarti, perubahan produksi tanaman perkebunan relatif lebih besar daripada tanaman pangan, namun demikian perubahan ini masih di bawah 1.00 persen kecuali untuk tanaman kakao yang produksinya masih mengalami peningkatan 1.03 persen. Peningkatan ini dipengaruhi oleh adanya penurunan harga pupuk, terutama pupuk urea.

179 7.3. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk Dunia terhadap Kinerja Perdagangan Pupuk Dampak liberalisasi perdagangan pupuk terhadap kinerja perdagangan pupuk dalam penelitian ini disimulasikan dengan beberapa skenario utama yang meliputi: (a) liberalisasi perdagangan pupuk urea, (b) liberalisasi perdagangan pupuk TSP, (c) liberalisasi perdagangan pupuk KCl, dan (d) liberalisasi perdagangan ketiga pupuk tersebut. Keempat skenario tersebut akan disimulasikan melalui penghapusan intervensi di Indonesia saja kemudian dilanjutkan dengan skenario gabungan penghapusan intervensi di Indonesia dan juga penghapusan intervensi di negara lain. Hasil analisis pada Lampiran 4 tentang simulasi liberalisasi perdagangan dunia baik urea, TSP maupun KCl menunjukkan bahwa perubahan yang besar pada urea karena liberalisasi perdagangan pupuk urea dunia tidak begitu banyak membawa pengaruh pada perubahan perdagangan jenis pupuk lainnya di pasar internasional. Atau dengan kata lain, integrasi di pasar internasional untuk ketiga jenis pupuk ini relatif kurang kuat, sehingga dalam analisis ini disampaikan liberalisasi perdagangan pupuk urea, TSP dan KCl dalam konteks pasar masingmasing jenis pupuk. 7.3.1. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk Urea Dunia terhadap Kinerja Perdagangan Pupuk Urea Indonesia dan Dunia Dampak liberalisasi perdagangan pupuk urea terhadap perdagangan pupuk urea domestik dan dunia sebagaimana disajikan dalam Tabel 37. Liberalisasi perdagangan pupuk urea telah menyebabkan harga pupuk urea dunia turun sebesar 7.63 persen.

180 Tabel 37. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk Urea Dunia terhadap Kinerja Perdagangan Pupuk Urea pada tahun 2004 2010 Variabel Dasar Simulasi Urea Dunia Perubahan (%) Produksi Urea 8471.00 9641.00 13.8118 Permintaan Urea 5032.00 4365.00-13.2552 Permintaan Urea Perkebunan 793.78 815.06-2.6809 Permintaan Urea T. Pangan 3838.00 3150.00-17.9260 Harga Urea 457.57 871.80 90.5265 Ekspor Urea 2892.00 3861.00 33.5062 Ekspor Urea Indonesia ke Vietnam 1155.00 1622.00 40.4329 Ekspor Urea Indonesia ke Taiwan 447.98 635.46 41.8505 Ekspor Urea Indonesia ke Philipina 165.71 212.06 27.9683 Ekspor Urea Indonesia ke Thailand 498.85 694.76 39.2729 Ekspor Urea Indonesia ke Malaysia 179.20 251.66 40.4343 Ekspor Urea Soviet 4523.00 4632.00 2.4099 Ekspor Urea Canada 945.58 810.65-14.2698 Ekspor Urea Rumania 354.25 342.56-3.2999 Ekspor Urea Arab Saudi 931.69 926.34-0.5743 Ekspor Urea USA 356.00 344.73-3.1640 Impor Urea USA 2124.00 2146.00 1.0358 Impor Urea Vietnam 1206.00 1544.00 28.0265 Impor Urea Austalia 734.30 736.07 0.2417 Impor Urea Thailand 653.87 670.56 2.5523 Harga Urea Dunia 0.16 0.15-7.6341 Ditinjau dari aspek domestik Indonesia, adanya liberalisasi perdagangan pupuk menyebabkan harga pupuk domestik meningkat sebesar 90 persen. Hal ini terjadi karena adanya pencabutan subsidi pupuk. Dampak lebih lanjutnya adalah produksi pupuk urea domestik meningkat 13 persen yang diikuti dengan jumlah ekspor meningkat sebesar 35 persen yang terdistribusi ke seluruh negara tujuan ekspor pupuk Indonesia. Namun, adanya peningkatan harga pupuk urea domestik ini menyebabkan permintaan pupuk urea menjadi turun sekitar 13 persen, yang terjadi pada permintaan pupuk urea untuk tanaman pangan.

181 Pada negara-negara pengeskpor utama pupuk urea, dampak yang ditimbulkan dengan adanya liberalisasi perdagangan pupuk adalah tidak sama tergantung restriksi yang dilakukan. Secara umum terjadi penurunan volume ekspor pupuk urea untuk negara Kanada, Rumania, Arab Saudi dan USA masingmasing, turun sebesar 14.7 persen, 3.30 persen, 0.57 persen dan 3.16 persen. Sedangkan untuk Soviet terjadi peningkatan volume ekspor pupuk ureanya yaitu sebesar 2.41 persen. Pada negara pengimpor utama, dimana negara yang dipertimbangkan dalam model ini adalah USA, Vietnam, Australia, Thailan. Adanya liberalisasi perdagangan pupuk urea menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah volume impor pupuk urea. Impor urea USA meningkat sebesar 1.03 persen, impor urea oleh Vietnam meningkat sebesar 28.03 persen Australia dan Thailand masingmasing meningkat sebesar 0.24 dan 2.55 persen. Hal ini dapat terjadi karena menurunkan harga pupuk urea dunia yaitu sebesar 7.63 persen, serta tidak adanya rintangan lagi untuk mengimpor. 7.3.2. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk TSP Dunia terhadap Kinerja Perdagangan Pupuk TSP Indonesia dan Dunia Indonesia walaupun telah mampu memproduksi pupuk TSP, namun untuk pemenuhan kebutuhan domestik masih belum mencukupi sehingga dipenuhi melalui impor. Adanya liberalisasi perdagangan pupuk TSP tentu saja akan mempengaruhi aspek produksi, konsumsi, dan impor pupuk TSP Indonesia. Dampak liberalisasi perdagangan pupuk TSP terhadap kinerja perdagangan pupuk TSP domestik dan dunia disajikan dalam Tabel 38.

182 Tabel 38. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk TSP Dunia terhadap Kinerja Perdagangan Pupuk TSP pada tahun 2004 2010 Endogen Dasar Simulasi TSP Dunia Perubahan (%) Produksi TSP 486.8435 529.93 8.8507 Penawaran TSP 1228 1247.00 1.5472 Permintaan TSP 1183 729.80-38.3097 Permintaan TSP Perkebunan 127.6582 114.01-10.6882 Permintaan TSP Pangan 1001 561.40-43.9165 Harga TSP 1005 1218.00 21.1940 Ekspor TSP USA 250.3585 254.42 1.6209 Ekspor TSP Tunisia 434.9755 395.31-9.1181 Ekspor TSP Maroko 321.6816 321.83 0.0455 Ekspor TSP Dunia 1810 1774.00-1.9890 Impor TSP Indonesia dari USA 155.0127 141.29-8.8501 Impor TSP Indonesia dari Maroko 360.8246 357.56-0.9048 Impor Urea Indonesia dari Tunisia 176.1079 168.19-4.4970 Impor TSP Indonesia 741.6281 716.73-3.3579 Impor TSP Irlandia 249.186 249.15-0.0128 Impor TSP Brasil 212.2009 212.03-0.0821 Impor TSP Dunia 1817 1792.00-1.3759 Harga TSP Dunia 0.1429 0.14 0.5598 Liberalisasi perdagangan pupuk TSP telah menyebabkan harga pupuk TSP dunia meningkat walaupun peningkatannya relatif kecil. Ditinjau dari sisi kondisi domestik, adanya liberalisasi perdagangan pupuk menyebabkan harga pupuk domestik meningkat sebesar 21 persen karena adanya pencabutan subsidi pupuk, sehingga berakibat meningkatnya produksi pupuk domestik 8.8 persen. Adanya peningkatan harga pupuk TSP domestik penyebabkan permintaan pupuk TSP menjadi turun sekitar 38 persen, yang terjadi pada permintaan untuk tanaman pangan dengan penurunan sebesar 44 persen dan untuk perkebunan sebesar 10.68 persen. Sedangkan ditinjau dari segi impor, adanya liberalisasi perdagangan pupuk TSP ini menyebabkan terjadinya penurunan impor pupuk TSP dari seluruh negara asal impor, dimana hal ini

183 disebabkan karena terjadinya peningkatan harga pupuk TSP dunia dan juga karena melemahnya dorongan permintaan dari sektor pertanian baik tanaman pangan maupun perkebunan (harga domestik meningkat). Pada negara-negara eskpor utama pupuk TSP, dampak yang ditimbulkan dengan adanya liberalisasi perdagangan pupuk TSP ini menyebabkan peningkatan volume ekspor pada negara USA dan Maroko walaupun relatif kecil. Sedangkan pada negara Tunisia, volume ekspornya justru turun yang diduga karena telah tidak adanya lagi subsidi ekspor. Pada negara pengimpor utama, adanya liberalisasi perdagangan pupuk TSP menyebabkan terjadinya penurunan jumlah volume impor pupuk TSP pada seluruh negara pengimpor utama walaupun penurunannya relatif kecil. 7.3.3. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk KCl Dunia terhadap Kinerja Perdagangan Pupuk KCl Indonesia dan Dunia Indonesia sampai saat ini tidak memproduksi pupuk KCl, sehingga ketersediaannya dipenuhi melalui impor. Penggunaan pupuk KCl di Indonesia relatif kecil dibandingkan dengan pupuk urea maupun TSP. Kondisi ini tentunya terkait dengan tingkat harga pupuk ini yang relatif tinggi dibandingkan dengan pupuk urea ataupun TSP. Dampak liberalisasi perdagangan pupuk KCl terhadap perdagangan pupuk KCl domestik dan dunia sebagaimana disajikan dalam Tabel 39. Liberalisasi perdagangan pupuk KCl telah menyebabkan harga pupuk KCl dunia meningkat walaupun peningkatannya relatif kecil (1.57 persen). Di Indonesia, dimana kebutuhan KCl-nya dipenuhi melalui impor, adanya liberalisasi perdagangan

184 relatif kurang berdampak terhadap volume impor Indonesia dari seluruh negara asal impor (kurang dari 0.5 persen). Sedangkan harga KCl domestik meningkat sebesar 2 persen karena adanya pencabutan subsidi pupuk KCl. Adanya peningkatan harga pupuk KCl domestik ini menyebabkan permintaan pupuk KCl menjadi turun baik pada permintaan pupuk untuk tanaman pangan maupun perkebunan. Tabel 39. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk KCl Dunia terhadap Kinerja Perdagangan Pupuk KCl pada tahun 2004 2010 Variabel Mean Liberalisasi perdagangan Perubahan (%) KCl Dunia Penawaran KCl 552.114 552.3877 0.0496 Permintaan KCL 422.955 416.7284-1.4722 Permintaan KCL Perkebunan 20.6544 17.2095-16.6788 Permintaan KCl Pangan 218.0497 215.268-1.2757 Harga KCl 1437 1477 2.7836 Ekspor KCl Kanada 9256 9294 0.4105 Ekspor KCL Jerman 2509 2324-7.3735 Ekspor KCl Yordania 6373 5839-8.3791 Ekspor KCl dunia 22476 21795-3.0299 Impor KCL Indonesia dari Kanada 42.0271 42.2102 0.4357 Impor KCL Indonesia dari Jerman 23.0068 23.0436 0.1600 Impor KCL Indonesia dari Yordania 48.5115 48.5653 0.1109 Impor KCl Indonesia 552.114 552.3877 0.0496 Impor KCL Cina 2913 2762-5.1837 Impor KCl Brazil 2253 2241-0.5326 Impor KCL Dunia 20047 19885-0.8081 Harga KCl dunia 0.1971 0.2002 1.5728 Dampak yang ditimbulkan dengan adanya liberalisasi perdagangan pupuk KCl pada negara-negara eskpor utama adalah menyebabkan peningkatan volume ekspor pada negara kanada walaupun relatif kecil, sedangkan pada negara Jerman dan Yordania volume ekspornya justru mengalami penurunan yang diduga karena telah tidak adanya lagi subsidi ekspor. Sedangkan untuk negara pengimpor utama,

185 adanya liberalisasi perdagangan pupuk KCl menyebabkan terjadinya penurunan jumlah volume impor walaupun dampaknya relatif kecil yang disebabkan oleh terjadinya peningkatan harga KCl dunia. 7.3.4. Dampak Liberalisasi perdagangan Pupuk Urea Dunia terhadap Kinerja Sektor Pertanian Secara rinci hasil simulasi dampak liberalisasi perdagangan pupuk urea terhadap sektor pertanian Indonesia disajikan dalam Tabel 40. Secara umum dampak yang ditimbulkan dengan adanya liberalisasi perdagangan pupuk urea menyebabkan adanya peningkatan harga output hasil pertanian. Hal ini terjadi karena adanya liberalisasi perdagangan pupuk urea menyebabkan harga pupuk di pasaran domestik meningkat. Peningkatan harga pupuk urea ini menyebabkan terjadinya penurunan luas areal, produktifitas maupun produksi hasil pertanian. Sementara untuk komoditas pertanian yang berorientasi ekspor dalam hal ini komoditas perkebunan terjadi penurunan ekspor, sedangkan pada komoditas pertanian yang masih impor dalam hal ini komoditas padi, jagung dan kedele terjadi peningkatan impor. Dampak yang ditimbulkan dengan adanya liberalisasi perdagangan pupuk urea ini, ditinjau dari jenis komoditasnya, yang paling dipengaruhi adalah kelapa sawit, jagung dan kedele. Sementara untuk tanaman padi pengaruhnya relatif kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin komersial usahatani dilakukan akan semakin besar pengaruh liberalisasi perdagangan pupuk. Hasil penelitian ini konsisten dengan temuan Situmorang et. Al. (1995) yakni respon petani terhadap penggunaan pupuk relatif tidak berbeda baik sebelum maupun sesudah diberlakukannya kebijaksanaan penyesuaian harga.

186 Tabel 40. Dampak Liberaliasi Perdagangan Dunia Pupuk Urea Dunia terhadap Kinerja Sektor Pertanian Indonesia pada tahun 2004 2010 Variabel Dasar Liberalisasi perdagangan Urea Perubahan (%) Areal Kelapa Sawit 4199.00 4199.00 0.0000 Produktifitas Kelapa sawit 25.99 23.94-7.8717 Produksi kalapa sawit 109183.00 99629.00-8.7504 Penawaran CPO 18998.00 17335.00-8.7536 Ekspor CPO 8082.00 7395.00-8.5004 Permintaan CPO 15972.00 15956.650-0.0961 Harga CPO 0.39 0.39 0.1558 Areal teh 169.47 169.47 0.0002 Produktifitas teh 1.13 1.12-0.2307 Ekspor teh 111.07 110.83-0.2101 Permintaan Teh 181.89 181.65-0.1282 Harga Teh 0.30 0.30-0.0335 Areal Kakao 481.95 456.16-5.3524 Produktifitas Kakao 1.06 1.05-0.7806 Penawaran Kakao 513.16 491.75-4.1732 Ekspor Kakao 334.60 332.06-0.7579 Permintaan Kakao 420.58 418.04-0.6029 Harga Kakao Indonesia 0.54 0.54 0.2949 Areal Padi Indonesia 12580.00 12326.00-2.0191 Produktifitas padi 4.50 4.49-0.0067 Produksi padi 56680.00 55504.00-2.0748 Produksi beras 36842.00 36078.00-2.0737 Impor Beras 3011.00 3011.00 0.0000 Penawaran Beras 39852.00 39089.00-1.9146 Harga Beras 4536.00 4542.00 0.1323 Permintaan Beras 36642.00 36487.041-0.4229 Areal Jagung 3773.00 3549.00-5.9369 Produktifitas Jagung 3.00 2.97-0.9861 Produksi Jagung 11361.00 10550.00-7.1385 Impor Jagung 393.17 440.61 12.0647 Penawaran Jagung 4167.00 3989.00-4.2717 Harga Jagung 264.08 268.14 1.5406 Permintaan Jagung 4189.00 4188.263-0.0176 Areal Kedelai 1549.00 1245.00-19.6256 Produktifitas Kedelai 1.71 1.67-1.9906 Impor Kedelai 785.14 814.74 3.7698 Penawaran Kedelai 3465.00 2899.00-16.3348 Permintaan Kedelai 2723.00 2699.00-0.8814 Harga Kedelai 10306.00 10401.00 0.9218

187 Beberapa faktor juga dapat digunakan dalam menganalisis kecilnya pengaruh kenaikan harga urea terhadap penurunan areal padi adalah: pertama berkenaan dengan corak bercocok tanam petani Indonesia yang cenderung masih belum komersial dalam arti yang sepenuhnya. Petani masih mempertimbangkan faktor non-ekonomi dalam bercocok tanam seperti kebiasaan, kesenangan dengan memiliki padiper beras dari produksi sendiri, dan lain-lain. Kedua berkenaan dengan persepsi yang sangat kuat dalam benak petani (positioning) bagi produk pupuk urea yang selalu digunakan petani dalam proses produksinya. Hal ini menjadi sangat berpengaruh pada perolehan perubahan areal padi sebagai respon atas kenaikan harga pupuk tersebut. 7.3.5. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk TSP Dunia terhadap Kinerja Sektor Pertanian Dampak liberalisasi perdagangan pupuk TSP terhadap sektor pertanian Indonesia disajikan dalam Tabel 41. Secara umum dampak yang ditimbulkan dengan adanya liberalisasi perdagangan pupuk TSP ini serupa dengan dampak yang ditimbulkan pada liberalisasi perdagangan urea. Liberaliasasi perdagangan pupuk TSP akan menyebabkan adanya peningkatan harga output hasil pertanian walaupun pengaruhnya relatif kecil, yakni kurang dari 2 (dua) persen. Dampak liberalisasi perdagangan pupuk TSP ini pengaruhnya lebih besar komoditas tanaman pangan dibandingkan pada sektor perkebunan. Keadaan menunjukkan bahwa pada sektor pertanian tanaman pangan permintaan pupuk TSP lebih responsif dibandingkan tanaman perkebunan. Hal ini terjadi karena petani tanaman perkebunan hampir selalu menggunakan pupuk TSP sementara pada petani tanaman pangan sangat tergantung harganya.

188 Tabel 41. Dampak Liberaliasi Perdagangan Pupuk TSP Dunia terhadap Kinerja Sektor Pertanian Indonesia pada tahun 2004 2010 Variabel Dasar Simulasi TSP Perubahan (%) Areal Kelapa Sawit 4199 4200.00 0.0238 Produktifitas Kelapa sawit 25.988 25.51-1.8435 Produksi kalapa sawit 109183 107157.00-1.8556 Penawaran CPO 18998 18645.00-1.8581 Ekspor CPO 8082 7937.00-1.7941 Permintaan CPO 15972 15968.742-0.0204 Harga CPO 0.385 0.39 0.1039 Areal Teh 169.4698 169.44-0.0175 Produktifitas Teh 1.1268 1.12-0.7987 Ekspor Teh 111.0671 109.91-1.0460 Permintaan Teh 181.8875 180.73-0.6387 Harga Teh 0.2984 0.30-0.2681 Areal Kakao 481.9534 472.44-1.9743 Produktifitas Kakao 1.0569 1.05-0.2876 Penawaran Kakao 513.1623 502.26-2.1245 Ekspor Kakao 334.598 332.50-0.6281 Permintaan Kakao 420.5778 418.48-0.4997 Harga Kakao Indonesia 0.5358 0.54 0.1512 Areal Padi Indonesia 12580 12309.00-2.1542 Produktifitas padi 4.4952 4.43-1.4171 Produksi padi 56680 54670.00-3.5462 Produksi beras 36842 35536.00-3.5449 Impor Beras 3011 3164.00 5.0814 Penawaran Beras 39852 38700.00-2.8907 Harga Beras 4536 4568.00 0.7055 Permintaan Beras 36642 35700.227-2.5702 Areal Jagung 3773 3658.00-3.0480 Produktifitas Jagung 3.0016 2.98-0.8396 Produksi Jagung 11361 10918.00-3.8993 Impor Jagung 393.1719 431.91 9.8515 Penawaran Jagung 4167 4090.00-1.8479 Harga Jagung 264.0761 267.28 1.2148 Permintaan Jagung 4189 4188.263-0.0176 Areal Kedelai 1549 1473.00-4.9064 Produktifitas Kedelai 1.708 1.69-1.1827 Impor Kedelai 785.1444 788.17 0.3854 Penawaran Kedelai 3465 3303.00-4.6753 Permintaan Kedelai 2723 2703.00-0.7345 Harga Kedelai 10306 10558.00 2.4452