BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki cara pandang yang berbeda-beda dalam menilai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kekerasan dalam pacaran bukan hal yang baru lagi, sudah banyak

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

MANAJEMEN EMOSI PADA SISWA KORBAN KEKERASAN FISIK OLEH GURU DI SEKOLAH (SCHOOL BULLYING)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan gangguan yang disebut dengan enuresis (Nevid, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ideologi, dimana orangtua berperan banyak dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS PERANAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL ANAK DI DESA WONOSARI KECAMATAN KARANGANYAR

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diharapkan oleh kelompok sosial, serta merupakan masa pencarian identitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK

Analisis Turunnya Prestasi Akademik

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang ditandai oleh sikap mengerutkan tubuh untuk menghindari kontak dengan orang lain yang masih

BULLYING. I. Pendahuluan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Menyiapkan Pendidik Yang Melek Hukum Terhadap Perlindungan Anak. Nur Fajrie PGSD FKIP Universitas Muria Kudus

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial. Sebagai makhluk individu ia memiliki sifat dan ciri-ciri yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniarsih, 2014 Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. masa sekolah. Masa ini disebut juga masa kanak-kanak awal, terbentang usia 3-6

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya (IQ), namun juga ditentukan oleh bagaimana seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. membentuk perilaku sosial anak menjadi lebih baik dan berakhlak.

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka

2016 HUBUNGAN ANTARA CYBERBULLYING DENGAN STRATEGI REGULASI EMOSI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

PERAN DUKUNGAN SOSIAL IBU PADA PENCAPAIAN PRESTASI PENYANDANG CACAT TUBUH. Skripsi

PEDOMAN OBSERVASI FENOMENA KORBAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DALAM DUNIA PENDIIDKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainnya. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan untuk berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. pada kejahatan dan dibiarkan seperti binatang, ia akan celaka dan binasa.

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Tentang Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kurang berkembang karena mereka tidak mengaktualisasikan seluruh potensi yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki cara pandang yang berbeda-beda dalam menilai dirinya sendiri. Bagi sebagian orang kedudukan yang tinggi akan menaikkan nilai dari dirinya, tidak hanya kedudukan atau jabatan namun juga tingkat pendidikan yang tinggi, harta benda yang melimpah, ketenaran seseorang juga dianggap mampu menaikkan nilai yang dimiliki dirinya, sebagian orang menganggap bahwa dengan hal tersebut dirinya akan lebih dipandang oleh masyarakat bahkan dirasa akan menaikkan martabat dan harga dirinya di mata orang banyak. Harga diri dapat diartikan sebagai kehormatan diri. Harga diri merupakan pendapat seseorang terhadap dirinya sendiri. Harga diri juga merupakan cerminan dan evaluasi dari pribadi yang kita miliki, setiap manusia biasanya sadar akan besar nilai yang diberikan untuk diri sendiri, harga diri tidak bisa dinilai secara nominal, jabatan, harta benda maupun tingkat pendidikan. Harga diri lebih mengacu kepada pribadi sehari-hari yang dimiliki, bagaimana cara seseorang menyikapi diri sendiri dan lingkungannya, kasih sayang atau ketulusan terhadap orang lain, juga bagaimana menghormati dan menghargai relasi, tentunya segala sesuatu tersebut dilakukan tanpa mengharapkan imbalan. Hal inilah yang menentukan seberapa tinggi harga diri yang dimiliki 1

2 seseorang. Harga diri tidak akan memiliki nilai yang sama dengan segala sesuatu yang kita punya, namun senilai dengan pribadi yang kita miliki. Harga diri sangat penting karena dengan harga diri seseorang akan mampu menerima hal-hal baru dalam hidup, mudah menyesuaikan diri dengan situasi yang terjadi di sekitarnya, juga tidak takut untuk mengambil resiko sehingga orang yang memiliki harga diri tidak terus terjebak kedalam sebuah satu situasi atau masalah secara terus menerus, mereka yang memiliki harga diri juga cenderung lebih fleksibel dan memiliki kepercayaan diri yang besar dalam menghadapi setiap situasi. Pembentukan harga diri terjadi ketika usia kanak-kanak dan terus berkembang hingga usia remaja akhir, usia remaja adalah usia yang tidak mungkin dikatakan kanak-kanak lagi namun juga belum menginjak usia dewasa. Masa remaja senantiasa mengalami perubahan baik dalam ukuran dan kemampuan jasmani juga kapasitas mental, dalam perubahan tersebut remaja dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, dan dalam penyesuaian diri ini remaja dituntut agar mampu menerima dirinya sendiri dan mampu menunjukkan pribadi yang baik pada orang lain sehingga dapat memiliki harga diri yang tinggi. Selain dari dalam diri sendiri pembentukan harga diri juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, seperti keluarga, sekolah dan masyarakat. Keterlibatan, komunikasi aktif, dan perhatian orangtua akan menumbuhkan

3 kepercayaan dan harga diri anak 1. Ketika seseorang memasuki usia akhir masa anak-anak biasanya para orang tua mulai memberikan waktunya lebih sedikit. Selain itu kemampuan sosial yang semakin meningkat menjadikan anak semakin tertutup kepada orang tua 2. Sehingga remaja terkadang lebih senang menghabiskan banyak waktu dengan teman dan lebih mempercayakan lingkungan sekolah atau teman sebayanya sebagai sarana untuk pembentukan jati diri sehingga pergaulan teman sebaya juga mampu menentukan harga diri seseorang. Remaja sebagai siswa di sekolah harus memiliki harga diri yang kuat, di usia remaja seseorang biasanya belum menemukan jati diri, jika harga dirinya rendah maka dapat mempengaruhi prestasi yang dimiliki seorang siswa karena merasa tidak memiliki kemampuan dalam memahami pelajaran. Beberapa hal mampu membuat harga diri seseorang menjadi rendah, hal tersebut datangnya dapat dari dalam seseorang itu sendiri maupun dari luar. Hal yang pertama adalah peristiwa masa lalu yaitu apa saja yang kita alami sejak kecil hingga usia yang dimiliki saat ini, dalam media online TEMPO William Bukowski seorang profesor psikolog dan direktur dari Center of Research in Human Development di Concordia, Canada mengatakan bahwa: Para ilmuwan mencatat bahwa yang terjadi selama masa kanak-kanak bisa berpengaruh saat mereka menjadi dewasa, termasuk memiliki rasa harga diri yang rendah. Psikologis kita dan reaksi psikologis 1 Widya Saraswati, Yang Diperlukan Anak Agar Bermental Sehat (http://nasional.kompas.com/read/2009/01/10/07450960/yang.diperlukan.anak.agar.bermental.sehat) diakses tanggal 25 Agustus 2012 2 Syaiful Hadi, Memperhatikan Tumbuh Kembang Si Buah Hati (http://edukasi.kompasiana.com/2012/07/11/memperhatikan-tumbuh-kembang-si-buah-hati-2/) diakses tanggal 25 Agustus 2012

4 kita saat masih kanak-kanak atas pengalaman negatif berdampak pada kehidupan kita di kemudian hari, ujar Bukowski dalam siaran persnya 3. Selain itu sesuatu yang membuat seseorang selalu mengingat akan peristiwa masa lalu adalah kegagalan. Jika individu sering gagal, maka cenderung harga diri rendah 4. Selanjutnya yaitu kondisi fisik yang dimiliki, contohnya anak yang memiliki kondisi fisik tidak sempurna. Dalam diwarta.com dijelaskan bahwa dari hasil riset ditemukan bahwa masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga diri rendah 5. Dari kompasiana.com juga memaparkan sebuah kasus anak 15 tahun yang memiliki cacat fisik. Dia merasa sangat kehilangan kepercayaan diri, merasa minder dan merasa memiliki harga diri yang rendah. Siapapun orangnya jika memiliki kondisi fisik yang tidak sempurna dan mendapatkan ejekan atau dicela pasti harga diri orang tersebut akan jatuh karena merasa berbeda dari manusia pada umumnya 6. Hal yang dapat membuat harga diri menjadi rendah selanjutnya yaitu ketika seseorang melecehkan diri sendiri atas kemampuan atau keadaan yang dimilikinya. Kecenderungan ini bisa jadi berasal dari masa kanak-kanak yang sering dikritik dan direndahkan 7. Biasanya, orang yang cenderung melecehkan 3 Sahabat Penting untuk Anak (http://www.tempo.co/read/news/2012/02/13/060383548/sahabat- Penting-untuk-Anak) diakses tanggal 9 Oktober 2012 4 Harga Diri Sebagai Salah Satu Dari Konsep Diri (http://sains.geoklik.com/harga-diri-sebagaisalah-satu-dari-konsep-diri/) diakses tanggal 8 Oktober 2012 5 Moh Nurrofiq, Harga diri sebagai salah satu konsep diri (http://www.diwarta.com/harga-dirisebagai-salah-satu-dari-konsep-diri/639/ ) diakses tanggal 9 Oktober 2012 6 Suhani Handi, Kesempurnaan Fisik Bukan Segalanya(http://edukasi.kompasiana.com/2012/10/08/kesempurnaan-fisik-bukan-segalanya/) diakses tanggal 8 Oktober 2012 7 Julianto Simanjuntak, Melecehkan Diri Sendiri (http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2012/05/03/melecehkan-diri-sendiri/) diakses tanggal 8 Oktober 2012

5 diri sendiri memiliki harga diri rendah alias minder 8. Jika dibiarkan terus menerus akan menghambat seseorang dalam menemukan bakat maupun kelebihan yang dimilikinya. Sifat pemalu juga dapat menghambat pertumbuhan harga diri, dalam nuepoel.wordpress.com, Sifat pemalu dapat menjadi masalah yang cukup serius sebab akan menghambat kehidupan anak, misalnya dalam pergaulan, pertumbuhan harga diri, belajar, dan penyesuaian diri. Umumnya ciri anak pemalu ialah terlalu sensitif, ragu-ragu, terisolir, murung, dan juga sulit bergaul. Jadi mereka perlu diberi bantuan 9. Selain dari dalam diri seseorang rendahnya harga diri juga disebabkan oleh lingkungan sekitar seseorang. Setiap orang tua memiliki pola asuh yang berbeda-beda. Seorang pemerhati anak Andyda Meliala berpendapat dalam kompasiana bahwa pola asuh orang tua dapat berbentuk otoriter yaitu orang tua yang selalu mengontrol dan memaksakan anak, ada yang orang tuanya bersifat permisif yaitu memberi dukungan tinggi tetapi mempunyai ekspektasi rendah terhadap anak, ada pula orang tua yang cuek yang cenderung mengabaikan perasaan anak, dan yang terakhir bersifat demokratis yaitu orang tua yang mampu memadukan ekspektasi dan dukungan dengan serasi. Dari berbagai macam pola asuh orang tua tersebut tentunya pola yang paling baik adalah pola asuh demokratis, karena dengan pola tersebut seorang anak mendapatkan ekspektasi dan dukungan yang seimbang. Namun banyak ditemukan kasus orang tua yang senang memperlakukan anaknya secara 8 Ibid., 9 5 Penyebab Seseorang Jadi Pemalu (http://nuepoel.wordpress.com/tag/5-penyebab-seseorang-jadipemalu/) diakses tanggal 9 Oktober 2012

6 otoriter, tidak terima terhadap kesalahan yang dibuat oleh anak, dan tidak jarang memberikan hukuman yang merendahkan harga dirinya. Menurut Elly Risman seorang psikolog berpendapat bahwa pukulan memang hanya akan menghasilkan emosi negatif, bukan positif. Hukuman dengan pukulan membuat anak trauma, marah, menjatuhkan harga dirinya, dan akhirnya membuat mereka dendam 10. Dalam Media Indonesia disebutkan bahwa pola asuh otoriter cenderung menetapkan standar yang mutlak harus diikuti biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Pengasuhan seperti itu tidak baik bagi mental anak karena berdampak merendahkan harga diri anak 11. Berikutnya adalah dukungan sosial. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan kehadiran manusia lain untuk berinteraksi karena manusia tidak dapat hidup hanya dengan mengandalkan diri sendiri. Seorang anak memerlukan dukungan sosial baik yang berasal dari keluarga, teman dan guru disekolah maupun orang lain yang sering berhubungan langsung atau melakukan interaksi. Dukungan yang didapatkan bisa dalam bentuk yang bermacam-macam, jika dari keluarga dukungan tersebut dapat berupa materi yaitu uang yang diterima sebagai penunjang fasilitas untuk sekolah maupun untuk kebutuhan sehari-hari. Selain itu juga dapat berupa kasih sayang, masukan-masukan agar seorang anak mampu memahami langkah apa saja yang harus diambil ketika mengalami masalah. 10 Memukul Membuat Anak Merasa Jelek (http://health.kompas.com/read/2011/12/28/0625252/memukul.membuat.anak.merasa.jelek) diakses tanggal 8 Oktober 2012 11 Dampak Buruk Pola Pengasuhan Otoriter (http://www.mediaindonesia.com/mediaperempuan/index.php/read/2012/08/08/7286/7/dampak_buruk_pola _Pengasuhan_Otoriter (diakses tanggal 6 Oktober 2012)

7 Seorang siswa yang menginjak usia remaja biasanya lebih senang menghabiskan waktunya bersama teman-teman baik ketika belajar di sekolah maupun sekedar kumpul bareng bersama teman-teman. Dukungan sosial dari teman juga diperlukan untuk meningkatkan harga diri. Bagi anak yang tidak memiliki interaksi sosial yang baik maka biasanya seorang anak akan mengalami masalah-masalah dalam pergaulan dengan teman sebayanya. Contoh masalah tersebut adalah seorang siswa yang menjadi korban bullying oleh teman sekolahnya. Siswa sebagai korban bullying sering menunjukkan beberapa gejala misalnya cemas, merasa selalu tidak aman, sangat berhati-hati, dan mereka menunjukkkan harga diri yang rendah (low self-esteem) 12. Seorang remaja sebaiknya mampu berinteraksi dengan baik terhadap orang lain agar mendapatkan dukungan sosial dari lingkungan sekitarnya. Jika seseorang tidak mendapatkan dukungan yang cukup dapat membuat harga diri seseorang menjadi rendah 13. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diasumsikan bahwa harga diri yang tinggi dipengaruhi oleh beberapa hal, baik dari dalam maupun dari luar diri seseorang. Banyak hal yang dapat membuat harga diri menjadi rendah, bagi remaja selain hal-hal yang telah diuraikan diatas dukungan sosial merupakan salah satu hal yang cukup penting untuk pengembangan harga diri dalam pencarian jati diri. Dukungan sosial yang cukup dari orang sekitar mampu meningkatkan harga diri. 12 Octa Reni Setiawati, BULLYING: Kekerasan Teman Sebaya di Balik Pilar Sekolah (http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=13&dn=20080623203208) diakses tanggal 6 Oktober 2012 13 Rasykal Ramadhan, Dukungan Dari Lingkungan, Perlukah? (http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2012/10/08/dukungan-dari-lingkungan-perlukah/) diakses tanggal 8 Oktober 2012

8 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, ditemukan beberapa hal yang mempengaruhi harga diri sebagai berikut: 1. Peristiwa masa lalu yang tidak menyenangkan 2. Kondisi fisik yang tidak sempurna 3. Perasaan melecehkan diri sendiri 4. Sifat pemalu 5. Pola asuh orang tua yang otoriter 6. Kurangnya dukungan sosial dari lingkungan sekitar C. Pembatasan Masalah Berdasarkan berbagai permasalahan yang telah diuraikan di atas dapat dikemukakan bahwa hal-hal yang mempengaruhi rendah atau tingginya harga diri seseorang cukup banyak. Maka penelitian ini hanya dibatasi pada: Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Harga Diri. D. Perumusan Masalah Bertitik tolak pada latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan dijadikan objek penelitian yaitu sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan harga diri?

9 E. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Harga Diri adalah: 1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang berguna dalam pengembangan ilmu kependidikan, khususnya dalam bidang psikologi pendidikan kedepannya. Dari penelitian ini diharapkan memperkaya pengetahuan mengenai harga diri remaja yang dapat dikembangkan melalui lingkungan sekitar agar mampu menjadi seseorang yang lebih baik dalam mengembangkan diri. 2) Kegunaan Praktis a. Bagi peneliti : Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan, pengetahuan, keterampilan, serta aplikasinya dari ilmu yang didapat selama menempuh pendidikan di Universitas Negeri Jakarta. b. Bagi Siswa : Sebagai masukan untuk lebih mengembangkan harga dirinya agar lebih baik lagi sehingga dapat menjadi remaja yang lebih baik dalam menggali kemampuan dan bakat yang dimiliki.