Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

dokumen-dokumen yang mirip
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Banten

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2011

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2010

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN. Triwulan II Kantor Bank Indonesia

Transkripsi:

Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan i

Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan berkatnya, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Papua dan Papua Barat triwulan III tahun 2011 ini dapat terbit tepat waktu. Ditengah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, kajian yang meliputi analisa makro ekonomi daerah, perbankan, sistem pembayaran, ketenagakerjaan dan keuangan daerah menjadi sangat penting terutama bagi pemerintah, dunia usaha, dunia pendidikan dan referensi bagi masyarakat luas. Pada periode triwulan III-2011, perekonomian Provinsi Papua mengalami pertumbuhan negatif (kontraksi) sementara perekonomian Provinsi Papua Barat tumbuh positif dan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Laju inflasi Kota Jayapura yang merupakan kota indikator inflasi di Provinsi Papua sampai dengan periode triwulan III-2011 tercatat sebesar 2,82 % (yoy) menurun dari 3,93% pada triwulan II-2011 dan secara bulanan kota Jayapura mengalami deflasi mencapai (-1,07) %. Tendensi penurunan inflasi tersebut disebabkan oleh turunnya harga sejumlah kelompok penyumbang inflasi yakni kelompok bahan makanan sebesar -2.87%, kelompok transpor,komunikasi & jasa keuangan -1,71%. Inflasi gabungan Kota Manokwari dan Sorong pada bulan September sebesar -0,26%. Namun demikian, secara triwulanan terdapat kenaikan harga yang cukup besar seperti terlihat dari kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 141,50 pada bulan Juni 2011 menjadi 145,74 pada bulan September 2011 atau inflasi sebesar 3%. Dari sisi kelembagaan, jumlah kantor bank di wilayah kerja KBI Jayapura terdapat sebanyak 330 yang tersebar di. Sampai dengan triwulan III-2011, aset bank-bank tersebut mencapai Rp 44.07 triliun atau meningkat 25,14% dari tahun sebelumnya. Penyaluran kredit mencapai Rp.13,45 triliun atau tumbuh sebesar 36,41% dibandingkan dengan triwulan III- 2010. Perbankan Wilayah Papua juga berhasil menghimpun Dana Pihak Ketiga Rp. 31,06 triliun atau bertumbuh sebesar 26,98%. Loan to Deposit Ratio mengalami pertumbuhan menjadi 48,56%. ii

Dari sisi sistem pembayaran, nilai transaksi BI-RTGS yang berasal dari Wilayah Papua (outflow) mencapai Rp. 22,61 trilliun dengan jumlah warkat sebesar 10.005. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, nilai transaksi tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 20,47%. Perkembangan transaksi kliring selama periode triwulan III-2011 di wilayah kerja KBI Jayapura secara nominal mencapai Rp. 1,32 triliun dengan jumlah warkat sebesar 47.628 warkat. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, maka terdapat peningkatan nilai nominal kliring sebesar 0,51%. Secara rata-rata, perputaran kliring pada triwulan III-2011 sebesar Rp.21,62 milliar/hari dengan rata-rata warkat yang digunakan sebanyak 710 lembar. Nisbah rata-rata penolakan sampai dengan triwulan III-2011 mencapai sebesar Rp 1,78 milliar dengan rata rata penolakan warkat sebesar 1,66 lembar. Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari koordinasi berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan yang baik ini kami ucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya dan semoga hubungan kerjasama yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Akhirnya besar harapan kami kiranya laporan triwulan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam memahami perekonomian Provinsi Papua dan Papua Barat. Jayapura, September 2011 BANK INDONESIA JAYAPURA Ttd. Leo R. Tandiarrang Pemimpin iii

Daftar Isi KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GRAFIK... ix TABEL INDIKATOR MONETER... xi RINGKASAN EKSEKUTIF... xiv BAB I. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL... 1 I. Provinsi Papua... 1 1.1. Sisi Permintaan... 1 1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga... 5 1.1.2. Investasi... 9 1.1.3. Ekspor-Impor... 11 1.2. Sisi Penawaran... 15 1.2.1. Sektor Pertanian... 15 1.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 17 1.2.3. Sektor Industri Pengolahan... 19 1.2.4. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran... 22 1.2.5. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi... 23 1.2.6. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 23 1.2.7. Sektor Lainnya... 24 II. Provinsi Papua Barat... 25 2.1. PDRB Dari Sisi Penggunaan... 25 2.1.1. Konsumsi Rumah Tangga... 25 2.1.2. Investasi... 27 2.2.5. Ekspor Impor... 29 2.2. Sisi Penawaran... 30 2.2.1. Sektor Pertanian... 30 2.2.2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran... 31 2.2.3. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi... 32 2.2.4. Sektor Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 33 2.1.9. Sektor Jasa-Jasa... 34 iv

BAB 2. PERKEMBANGAN HARGA..... 35 I. Provinsi Papua... 35 1.1. Kondisi Umum... 35 1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Pada Periode Berjalan Di Kota Jayapura... 36 1.3. Inflasi Menurut Kelompok Komoditas... 37 1.3.1. Kelompok Bahan Makanan... 37 1.3.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau... 38 1.3.3. Kelompok Perumahan, Air dan Listrik... 39 1.3.4. Kelompok Sandang... 40 1.3.5. Kelompok Kesehatan... 40 1.3.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga... 40 1.3.7. Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan... 41 II. Provinsi Papua Barat... 42 2.1 Kondisi Umum... 42 2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Selama Periode Berjalan... 43 2.3. Inflasi Menurut Kelompok Komoditas... 43 2.2.1. Kelompok Bahan Makanan... 43 2.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau... 43 2.2.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar... 44 2.2.4. Kelompok Sandang... 44 2.2.5. Kelompok Kesehatan... 44 2.2.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga... 45 2.2.7. Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan. 46 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN... 46 I. Perkembangan Umum Perbankan Wilayah Papua... 46 II. Perbankan Provinsi Papua... 48 2.1. Perkembangan Umum... 48 2.2. Perkembangan Aset... 48 2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan... 49 2.4. Penyaluran Kredit Perbankan... 50 2.5. LDR dan NPL... 50 2.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah... 50 III. Perbankan Provinsi Papua Barat... 51 3.1. Perkembangan Umum... 51 3.2. Perkembangan Aset... 52 3.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan... 52 3.4. Penyaluran Kredit Perbankan... 52 3.5. LDR dan NPL... 53 3.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah... 54 v

BAB 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH... 55 I. Keuangan Daerah Provinsi Papua... 55 1.1 Realisasi Pendapatan... 55 1.2 Realisasi Pengeluaran... 57 BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN... 59 I. Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)... 59 II. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)... 60 III. Perkembangan Uang Kartal... 62 BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN... 63 I. Ketenagakerjaan Provinsi Papua... 63 1.1. Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua... 65 1.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama... 65 II. Ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat... 65 2.1. Perkembangan Keadaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat... 65 2.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama... 66 BAB 7. PRAKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH... 66 I. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Daerah... 66 II. Prospek Inflasi... 66 III. Prospek Perbankan... 67 vi

Daftar Tabel Tabel 1 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Dari Sisi Penawaran... 3 Tabel 2 Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy)... 3 Tabel 3 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Dari Sisi Permintaan(%)... 4 Tabel 4 Kontribusi Komponen Sisi Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy)...... 4 Tabel 5 Perkembangan Penjualan PT. Freeport... 14 Tabel 6 Perkembangan Produksi Ubi Jalar di Provinsi Papua... 15 Tabel 7 Perkembangan Produksi Kacang Kedelai Provinsi Papua... 16 Tabel 8 Perkembangan Produksi Padi di Provinsi Papua... 17 Tabel 9 Perkembangan Produksi Perikanan di Provinsi Papua... 17 Tabel 10 Perkembangan Produksi PT. Freeport Indonesia... 18 Tabel 11 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang Pelabuhan Jayapura... 22 Tabel 12 Perkkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua... 23 Tabel 13 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang Pelabuhan Jayapura... 24 Tabel 14 Realisasi Pengadaan Semen di Papua... 29 Tabel 15 Realisasi Ekspor Non Migas... 30 Tabel 16 Perkembangan Produksi Padi Provinsi Papua... 31 Tabel 17 Perkembangan Bongkar Muat Barang... 32 Tabel 18 Perkembangan Arus Penumpang... 33 Tabel 19 Nilai Tambah Bank... 22 Tabel 20 Perkembangan Inflasi Kota Jayapura... 31 Tabel 21 Perkembangan Harga Beberapa Komoditas... 36 Tabel 22 Perkembangan Perbankan Wilayah Papua... 43 Tabel 23 Perkembangan NPL persektor... 44 Tabel 24 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua... 45 Tabel 25 Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua... 46 vii

Tabel 26 Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Provinsi Papua... 48 Tabel 27 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat... 48 Tabel 28 Perkembangan Kredit UMKM Provinsi Papua Barat... 51 Tabel 29 Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Triwulan IV-2010... 53 Tabel 30 Perkembangan APBD dan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua Triwulan I Tahun 2010-2011... 55 Tabel 31 Transaksi RTGS Wilayah Papua... 58 Tabel 32 Transaksi Kliring Wilayah Papua... 59 Tabel 33 Perkembangan Perkasan KBI Jayapura... 60 Tabel 34 Penduduk Menurut Kegiatan Utama Provinsi Papua... 62 Tabel 35 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Provinsi Papua... 63 Tabel 36 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Kegiatan Utama Provinsi Papua Barat... 63 viii

Daftar Grafik Grafik 1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua... 2 Grafik 2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua Barat... 2 Grafik 3 Indeks Keyakinan... 6 Grafik 4 Komponen Indeks Kondisi Ekonomi... 8 Grafik 5 Komponen Indeks... 7 Grafik 6 Kredit Konsumsi Listerik... 7 Grafik 7 Konsumsi Listerik Rumah Tangga... 7 Grafik 8 Volume Impor Barang Konsumsi... 7 Grafik 9 Realisasi Belanja Pegawai... 8 Grafik 10 Jumlah Kenderaan Baru... 8 Grafik 11 Nilai Tukar Petani... 8 Grafik 12 Kredit Investasi Bank Umum... 10 Grafik 13 Realisasi Belanja Modal... 10 Grafik 14 Volume Impor Barang Modal... 11 Grafik 15 Realisasi Penjualan Semen... 11 Grafik 16 Volume Ekspor Non Migas... 13 Grafik 17 Nilai Ekspor Non Migas... 13 Grafik 18 Pangsa Negara Tujuan Ekspor... 13 Grafik 19 Pangsa Kelompok... 13 Grafik 20 Volume Impor Non Migas... 15 Grafik 21 Nilai Impor Non Migas... 15 Grafik 22 Pertumbuhan Konsumsi Listerik... 20 Grafik 23 Realisasi Belanja Barang... 20 Grafik 24 Indeks Keyaknian Konsumen... 26 Grafik 25 Komponen Indeks Kondisi Ekonomi... 26 Grafik 26 Komponen Indeks... 26 Grafik 27 Kredit Konsumsi Papua... 26 Grafik 28 Konsumsi Listerik... 27 Grafik 29 Perkembangan Kredit Investasi... 28 Grafik 30 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat... 32 Grafik 31 perkembangan Disagregasi Inflasi... 36 ix

Grafik 32 Perkembangan SEK... 37 Grafik 33 Perkembangan Harga Beberapa Komoditi... 37 Grafik 34 Perkembangan Aset Perbankan... 48 Grafik 35 perkembangan Indikator... 50 Grafik 36 Perkembangan Indikator Kredit Perbankan... 50 Grafik 37 Perkembangan Indikator Perbankan Provinsi Papua Barat... 50 Grafik 38 Perkembangan DPK Provinsi Papua Barat... 52 Grafik 39 Perkembangan Kredit Provinsi Papua Barat... 52 Grafik 40 Perkembangan Indikator Perbankan Provinsi Papua... 53 Grafik 41 Realisasi Belanja Tak Langsung... 58 Grafik 42 Nilai Transaksi RTGS... 60 Grafik 43 Nilai Transaksi Kliring... 61 x

INFLASI DAN PDRB TABEL INDIKATOR INDIKATOR 2009 2010 2011 IV I II III IV I II III MAKRO Indeks Harga Konsumen - Kota Jayapura 117,53 119,07 120,30 121,94 122,80 123,97 125,03 125,38 - Kota Manokwari 131,93 131,35 133,43 135,95 138,10 136,64 138,51 141,95 - Kota Sorong 133,85 135,65 138,14 145,74 144,73 143,60 145,12 145,36 Laju Inflasi (yoy %) - Kota Jayapura 1,92 3,31 4,75 4,56 4,48 4,12 3,93 2,82 - Kota Manokwari 7,52 3,41 4,67 4,15 4,68 4,03 3,81 4,41 - Kota Sorong 2,61 3,19 4,54 9,83 8,13 5,12 5,05-0,26 PDRB Provinsi Papua -harga konstan (juta Rp) 5.482.102 5.101.067 5.214.559 6.022.304 6.282.365 5.462.127 5.416.207 5.543.446 - Pertanian 871.061 864.327 975.949 1.003.516 924.523 928.468 990.715 1.003.329 - Pertambangan & Penggalian 2.296.970 2.170.592 2.070.592 2.649.987 2.583.863 2.219.974 1.962.842 1.927.387 - Industri Pengolahan 133.252 134.040 134.141 141.336 149.280 160.270 148.856 152.919 - Listerik, Gas dan Air Bersih 12.552 12.564 12.712 13.109 13.183 13.226 13.321 13.615 - Bangunan 513.381 434.496 454.212 507.612 596.788 453.836 482.862 527.400 - Pedagangan, Hotel dan Restoran 405.088 395.494 403.535 424.357 454.105 440.189 447.169 465.486 - Pengangkutan dan Komunikasi 411.464 409.029 422.461 448.947 466.979 450.617 461.579 480.077 - Lembaga Keuangan Persewaan da Jasa Perusahaan 272.490 159.182 156.083 173.065 304.447 165.599 231.694 221.280 - Jasa-jasa 565.845 521.342 584.874 660.376 789.196 629.948 677.169 751.953 Pertumbuhan PDRB Provinsi Papua (yoy %) -2,08-11,32-15,89 3,77 14,60 13,24 13,47 17,21 PDRB Provinsi Papua Barat -harga konstan (juta Rp) 1.759.994 2.013.276 2.124.442 2.248.692 2.299.238 2.279.885 2.377.680 2.635,740 - Pertanian 487.848 489.737 501.882 509.698 513.008 512.555 504.750 512,580 - Pertambangan & Penggalian 276.504 267.440 270.040 273.427 279.144 275.338 284.990 295,160 - Industri Pengolahan 253.791 527.325 607.216 697.738 675.012 669.700 723.950 927,910 - Listerik, Gas dan Air Bersih 8.162 8.172 8.439 8.617 8.858 8.905 9.160 9,460 - Bangunan 172.503 165.803 175.376 181.383 195.906 192.390 198.320 206,070 - Pedagangan, Hotel dan Restoran 181.874 179.470 181.095 183.125 200.192 201.606 206.980 211,650 - Pengangkutan dan Komunikasi 145.072 145.850 149.612 155.064 161.675 163.362 169.510 177,810 - Lembaga Keuangan Persewaan da Jasa Perusahaan 41.886 39.991 42.147 42.811 44.233 44.204 47.410 50,660 - Jasa-jasa 192.354 189.489 188.635 196.828 221.210 211.826 232.610 244,440 Pertumbuhan PDRB Provinsi Papua Barat (yoy %) 4,15 22,05 25,96 28,32 30,64 13,24 13,47 17,21 TABEL PERBANKAN Wilayah Papua 2009 2010 2011 III IV I II III IV I II III Growth Total Asset (Rp miliar) 28.057,18 31.920,10 32.676,02 36.113,46 35.486,72 35.596,46 39.286,55 43.075,97 44.407,51 25,14% DPK (Rp miliar) 21.027,22 21.786,39 21.488,24 24.448,64 24.462,23 25.184,86 28.307,35 27.795,65 31.063,17 26,98% Giro (Rp miliar) 7.971,68 6.782,77 7.276,03 10.239,88 9.638,36 7.837,68 11.228,45 11.921,16 13.969,19 44,93% Deposito (Rp miliar) 4.839,00 4.373,97 4.604,97 5.239,50 5.425,56 4.827,33 5.587,11 5.262,86 5.643,69 4,02% Tabungan (Rp miliar) 8.216,54 10.629,65 9.607,24 8.969,27 9.398,31 12.520,15 11.491,79 10.611,63 11.450,29 21,83% Kredit (Rp miliar)-lokasi Kantor 8.296,95 8.841,79 9.713,34 10.425,29 11.058,83 11.521,02 12.363,42 13.112,08 15.084,86 36,41% Modal Kerja 3.187,26 3.385,99 3.533,45 4.402,81 5.071,35 5.443,82 5.401,75 6.022,17 6.644,90 31,03% Investasi 1.122,46 1.224,45 1.540,15 1.084,57 1.087,05 1.115,70 1.179,97 1.411,10 2.455,39 125,88% Konsumsi 3.987,23 4.231,35 4.639,74 4.937,90 4.900,44 4.961,50 5.781,69 5.911,17 5.984,58 22,12% LDR 39,46% 40,58% 45,20% 42,64% 45,21% 45,75% 43,68% 47,17% 48,56% 7,42% NPL 2,21% 1,55% 1,95% 1,74% 1,84% 1,18% 1,39% 1,62% 1,53% -17,00% Kredit MKM (Rp miliar) 4.754,82 5.347,73 7.049,14 8.581,55 8.685,99 9.104,03 9.851,92 10.830,19 11.316,18 30,28% Kredit Mikro (<Rp50juta) (Rp miliar) 291,34 268,08 1.252,32 1.271,44 1.389,17 1.420,56 1.391,11 1.117,97 1.214,84-12,55% Kredit Kecil 1.467,49 1.722,96 3.460,65 4.494,00 4.276,34 4.661,15 5.066,68 6.280,58 6.191,14 44,78% Kredit Menengah 2.995,99 3.356,69 2.336,18 2.816,11 3.020,48 3.022,32 3.394,44 3.431,64 3.910,19 29,46% xi

TABEL SISTEM PEMBAYARAN Tabel Transaksi Kliring Keterangan I II III IV I II III Total Volume (lembar) 44.359 44.608 47.387 47.816 46.222 41.168 47.628 0,51% Total Nominal Kliring (Rp Miliar) 1.065 1.113 1.146 1.346 1.179 1.175 1.328 15,91% Rata-Rata Perputaran Kliring(per hari) Rata-Rata Volume (lembar) 712 743 696,7 787,6 753 686 710 1,98% Rata-Rata Nominal Perputaran Kliring Perhari (Rp Milliar) Nisbah Rata-Rata Penolakan 2010 2011 Growth (YOY) 16,85 18,56 17,4 22,2 25,74 19,58 21,62 24,34% Volume (lembar) 1,29 1,28 1,40 1,34 1,32 0,82 1,66 18,61% Nominal Nisbah Rata-Rata Penolakan(Rp Milliar) 1,59 2,06 2,10 1,53 1,62 0,90 1,78-15,29% Tabel Transaksi RTGS 2010 2011 2011 Growth Keterangan I II III IV I II III (YOY) Outflow Nominal (Rp.milliar) 18.934,34 17.483,07 18.775,25 24.572,21 17.503,73 19.176,54 22.619,06 20,47% Lembar Warkat 8.148,00 9.715,00 11.304,53 11.102,00 9.264,20 14.893,74 10.005,87-11,49% Inflow Nominal (Rp.milliar) 7.277,16 11.140,69 15.813,21 16.597,26 9.220,09 11.450,06 15.893,09 0,51% Lembar Warkat 14.696,00 16.765,00 21.038,67 21.953,00 13.492,85 12.358,65 18.705,16-11,09% Net Outflow Nominal (Rp.milliar) 11.657,18 6.342,38 2.962,04 7.974,95 8.283,65 7.726,48 6.725,97 127,07% Lembar Warkat -6.548,00-7.050,00-9.734,14-10.851,00-4.228,65 2.535,09-8.699,28-10,63% Intra Papua Nominal (Rp.milliar) 1.008,91 1.929,96 2.509,57 4.277,09 1.129,45 1.026,80 2.482,26-1,09% Lembar Warkat 1.187,00 1.544,00 1.625,74 1.717,00 1.356,00 1.085,00 1.669,64 2,70% Tabel Perkasan KBI Jayapura Keterangan 2010 2011 I II III IV I II III Growth (YOY) Inflow (Rp Miliar) 1.543,61 830,57 1.141,04 1.132,19 1.212,62 1.548,62 1.358,85 19,09% Outflow (Rp Miliar) 659,39 1.709,60 2.268,54 4.074,46 942,10 1.677,10 2.279,70 0,49% Net Outflow (Rp Miliar) -884,22 879,03 1.127,50 2.942,27-270,53 128,47 920,85-18,33% Saldo Kas BI Jap (Rp Miliar) 2.462,58 1.467,15 1.527,10 1.858,01 2.487,58 2.624,10 2.299,10 50,55% Saldo Persediaan Kas (Rp Miliar) 1.679,56 1.022,25 1.147,45 2.131,23 1.995,00 2.536,00 2.167,17 88,87% Pemusnahan Uang kertas-tle (Rp Miliar) 195,83 120,40 251,46 216,89 194,40 136,80 150,68-40,08% Saldo Kas Titipan (Rp Miliar) 216,70 397,55 1.189,78 273,22 467,54 275,13 968,99-18,56% xii

RINGKASAN EKSEKUTIF 1. GAMBARAN UMUM Pada periode triwulan III-2011, perekonomian Provinsi Papua mengalami pertumbuhan negatif (kontraksi) sementara perekonomian Provinsi Papua Barat tumbuh positif dan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. 2. MAKRO EKONOMI Berbeda dengan periode triwulan II-2011 yang tumbuh positif sebesar 3,87% (yoy), perekonomian Provinsi pada periode triwulan III-2011 justru mengalami kontraksi atau tumbuh negatif sebesar -7,95%. Di sisi lain, kinerja ekonomi Provinsi Papua Barat pada periode triwulan III-2011 justru mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan yakni 17,21% (yoy) dan jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 13,47%. Pada periode laporan, pertumbuhan ekonomi Papua Barat juga tumbuh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional maupun Provinsi Sulawesi Selatan, gerbang ekonomi Wilayah Timur Indonesia, yang masing-masing hanya mencapai 6,5% dan 8,35%. 3. INFLASI Laju inflasi Kota Jayapura yang merupakan kota indikator inflasi di Provinsi Papua sampai dengan periode triwulan III- 2011 tercatat sebesar 2,82 % (yoy) menurun dari 3,93% pada triwulan II-2011 dan secara bulanan kota Jayapura mengalami deflasi mencapai (-1,07) %. Dibanding Agustus 2011, harga berbagai komoditas pada bulan September 2011 secara umum menunjukkan adanya penurunan seperti terlihat dari inflasi gabungan Kota xiii

Manokwari dan Sorong yang tercatat sebesar -0,26%. Namun demikian, secara triwulanan terdapat kenaikan harga yang cukup besar seperti terlihat dari kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 141,50 pada bulan Juni 2011 menjadi 145,74 pada bulan September 2011 atau inflasi sebesar 3%. 4. PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Dari sisi kelembagaan, jumlah kantor bank di wilayah kerja KBI Jayapura terdapat sebanyak 330 yang tersebar di. Sampai dengan triwulan III-2011, aset bank-bank tersebut mencapai Rp 44.07 triliun atau meningkat 25,14% dari tahun sebelumnya. Penyaluran kredit mencapai Rp.13,45 triliun atau tumbuh sebesar 36,41% dibandingkan dengan triwulan III-2010. Perbankan Wilayah Papua juga berhasil menghimpun Dana Pihak Ketiga Rp. 31,06 triliun atau bertumbuh sebesar 26,98%. Loan to Deposit Ratio mengalami pertumbuhan menjadi 48,56% Jika dilihat dari masing-masing komponen dana pihak ketiga, Giro mengalami pertumbuhan sebesar 44,93%. Nilai deposito juga mengalami pertumbuhan yang sebesar 4,02% dan tabungan sebesar 21,83% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2010. Dari sisi penyaluran kredit, sektor modal kerja memiliki share yang terbesar. Hal ini tercermin dari share kredit tersebut terhadap keseluruhan penyaluran kredit bagi masyarakat mencapai 45% dan memiliki pertumbuhan mencapai 30,11% jika dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan kredit investasi dan konsumsi masing-masing mencapai 43% dan 12%. Pada triwulan III-2011, nilai transaksi BI-RTGS yang berasal dari Wilayah Papua (outflow) mencapai Rp. 22,61 trilliun dengan jumlah warkat sebesar 10.005. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, xiv

nilai transaksi tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 20,47%. Perkembangan transaksi kliring selama periode triwulan III-2011 di wilayah kerja KBI Jayapura secara nominal mencapai Rp. 1,32 triliun dengan jumlah warkat sebesar 47.628 warkat. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, maka terdapat peningkatan nilai nominal kliring sebesar 0,51%. 5. PROSPEK PEREKONOMIAN Perekonomian diperkirakan mengalami masih pertumbuhan negatif meskipun lebih rendah dari periode sebelumnya walaupun masih mengalami pertumbuhan yang negatif. Perbaikan ekonomi Papua diprakirakan akan sangat dipengaruhi oleh perbaikan produksi di sektor pertanian, sektor pertambangan. Sementara itu Provinsi Papua Barat diprakirakan didorong oleh pertumbuhan sektor pertanian dan sektor pengolahan. xv

BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pada periode triwulan III-2011, perekonomian Provinsi Papua mengalami pertumbuhan negatif (kontraksi) sementara perekonomian Provinsi Papua Barat tumbuh positif dan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Berbeda dengan periode triwulan II-2011 yang tumbuh positif sebesar 3,87% (yoy), perekonomian Provinsi pada periode triwulan III-2011 justru mengalami kontraksi atau tumbuh negatif sebesar -7,95%. Di sisi lain, kinerja ekonomi Provinsi Papua Barat pada periode triwulan III-2011 justru mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan yakni 17,21% (yoy) dan jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 13,47%. Pada periode laporan, pertumbuhan ekonomi Papua Barat juga tumbuh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional maupun Provinsi Sulawesi Selatan, gerbang ekonomi Wilayah Timur Indonesia, yang masing-masing hanya mencapai 6,5% dan 8,35%. Dari sisi permintaan, kontraksi ekonomi Papua pada periode triwulan III-2011 terutama disebabkan oleh penurunan ekspor yang cukup signifikan. Sementara itu, dari sisi penawaran, pertumbuhan negatif pada sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian menjadi penyumbang utama penurunan kinerja ekonomi Papua. 1

Berbeda dengan Papua, dilihat dari sisi permintaan, ekonomi Papua Barat yang tumbuh sangat signifikan terutama disebabkan oleh tingginya konsumsi (baik masyarakat maupun pemerintah) dan ekspor. Dari sisi penawaran, peningkatan kinerja sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, dan sektor keuangan menjadi penggerak utama peningkatan kinerja ekonomi Papua Barat. Grafik 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua (Harga Konstan) (Rp Triliun) 7 6 5 4 3 2 1 - I II III IV I II III IV I II III IV I IIr) III*) 2008 2009 2010 2011 Nominal PDRB (Rp Triliun) 4,14 4,46 4,74 5,60 5,75 6,20 5,80 5,48 5,10 5,21 6,02 6,28 5,46 5,42 5,54 Growth yoy PDRB (%) -31,73-14,13 23,65 40,00 38,35 38,35 21,65-2,91-11,32-15,89 3,77 14,60 7,08 3,87-7,95 (%) 50 40 30 20 10 0-10 -20-30 -40 Sumber : BPS Provinsi Papua r) Angka diperbaiki *) Angka Sementara Grafik 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua Barat (Harga Konstan) (Rp Triliun) 3,00 (%) 35 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 I II III IV I II III IV I II III IV I 2008 2009 2010 2011 Nominal PDRB (Rp Triliun) 1,53 1,56 1,62 1,69 1,65 1,69 1,75 1,76 2,01 2,12 2,25 2,30 2,28 2,41 2,64 Growth yoy PDRB (%) 7,96 7,16 8,09 8,13 7,99 8,21 7,94 4,15 22,0 25,9 28,3 30,6 13,2 13,5 17,2 IIr ) III *) 30 25 20 15 10 5 0 Sumber : BPS Provinsi Papua Barat r) Angka diperbaiki *) Angka Sementara 2

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi (yoy) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Dari Sisi Permintaan (%) Jenis Penggunaan 2009 Provinsi Papua TW.I TW.II TW.III TW.IV TW I TW II r) TW III *) Konsumsi Masyarakat 12,73 8,78 9,24 8,38 8,02 8,59 7,49 6,52 6,39 Konsumsi Pemerintah 15,83-4,09-1,25 9,00 23,98 7,52 20,34 17,92 7,20 Pembentukan Modal Tetap Bruto 10,90 8,86 8,55 9,12 12,28 9,77 7,63 8,38 9,65 Ekspor 0,67-32,73-21,36-8,57-0,09-17,34-21,61-7,11-25,31 Dikurangi Impor -6,91 10,44-6,30-1,64 46,99 11,47 11,95 22,91 27,18 PDRB 22,74-11,32-15,89 3,77 14,60-2,65 7,08 3,87-7,95 Provinsi Papua Barat Konsumsi Masyarakat 6,31 1,69 4,93 7,36 11,59 6,42 11,86 10,32 10,41 Konsumsi Pemerintah 6,18 6,32 8,18 7,55 7,87 7,49 3,68 10,64 14,43 Pembentukan Modal Tetap Bruto 4,90 1,95 5,66 7,86 15,01 7,73 13,22 10,66 10,34 Ekspor -25,92 39,85 38,72 47,69 42,42 42,27 10,36 16,65 29,74 Dikurangi Impor -23,74-2,22 0,64 8,18 8,50 3,80 5,21 6,85 11,84 PDRB 7,02 22,05 25,96 28,32 30,64 26,82 13,24 13,47 17,21 Sumber : BPS r) Angka diperbaiki *) Angka Sementara 2010 2010 2011 Tabel 2. Kontribusi Komponen Permintaan TerhadapPertumbuhan Ekonomi (yoy) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (%) 2009 2010 2010 2011 Jenis Penggunaan TW.I TW.II TW.III TW.IV TW I TW II r) TW III *) Provinsi Papua Konsumsi Masyarakat 9,17 5,62 5,57 5,63 5,93 5,68 5,88 5,11 4,48 Konsumsi Pemerintah 3,06-0,71-0,20 1,67 5,01 1,37 3,80 3,45 1,40 Pembentukan Modal Tetap Bruto 4,38 3,06 2,81 3,35 5,09 3,55 3,23 3,56 3,73 Ekspor 0,46-23,58-10,09-5,02-0,04-9,79-11,81-3,14-13,06 Dikurangi Impor -5,57 6,37-3,72-1,06 28,35 7,01 9,08 15,06 16,55 PDRB 22,74-11,32-15,89 3,77 14,60-2,65 7,08 3,87-7,95 Provinsi Papua Barat Konsumsi Masyarakat 3,78 1,04 2,96 4,31 6,77 3,82 6,05 5,16 5,10 Konsumsi Pemerintah 1,11 1,13 1,46 1,33 1,42 1,34 0,57 1,63 2,13 Pembentukan Modal Tetap Bruto 1,37 0,54 1,55 2,12 4,13 2,12 3,05 2,45 2,34 Ekspor -12,62 12,91 13,11 16,26 14,56 14,24 3,85 6,21 11,67 Dikurangi Impor -13,75-0,94 0,27 3,27 3,47 1,57 1,77 2,30 3,99 PDRB 7,02 22,05 25,96 28,32 30,64 26,82 13,24 13,47 17,21 Sumber : BPS r) Angka diperbaiki *) Angka Sementara 3

Provinsi Papua 2010 2011 2010 TW.I TW.II TW.III TW.IV TW I TW II r) TW III *) Pertanian 3,79 8,26 5,77 4,90 6,14 6,19 7,42 1,51-0,02 Pertambangan dan Penggalian 34,08-28,85-37,90-5,83 12,49-17,58 2,28-5,20-27,27 Industri Pengolahan 6,22 6,25 5,74 9,12 12,03 8,34 19,57 10,97 8,20 Listrik dan Air Bersih 5,79 5,23 5,76 7,98 5,03 6,00 5,27 4,79 3,86 Bangunan 17,93 15,03 17,87 16,38 16,25 16,38 4,45 6,31 3,90 Perdagangan, Hotel dan Restoran 11,57 9,30 9,32 11,03 12,10 10,49 11,30 10,81 9,69 Pengangkutan dan Komunikasi 14,31 12,84 13,62 14,84 13,49 13,71 10,17 9,26 6,93 Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan 44,53 0,84-4,51 14,36 11,73 6,40 4,03 48,44 27,86 Jasa-jasa 21,99 3,18 13,79 24,52 39,47 20,82 20,83 15,78 13,87 PDRB 22,74-11,32-15,89 3,77 14,60-2,65 7,08 3,87-7,95 Provinsi Papua Barat Pertanian 3,83 6,91 7,26 5,53 5,16 6,20 4,66 0,57 0,57 Pertambangan dan Penggalian -0,16-2,08-1,45-0,80 0,95-0,84 2,95 5,54 7,95 Industri Pengolahan 14,76 119,20 149,38 161,35 165,97 149,52 27,00 24,64 32,99 Listrik dan Air Bersih 9,03 7,18 7,37 6,13 8,52 7,30 8,97 8,54 9,79 Bangunan 12,96 7,15 9,99 8,07 13,57 9,77 16,04 13,08 13,61 Perdagangan, Hotel dan Restoran 6,49 2,81 1,80 1,16 10,07 3,99 12,33 14,29 15,58 Pengangkutan dan Komunikasi 16,36 11,68 10,35 10,27 11,44 10,93 12,01 13,30 14,67 Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan 1,32 17,90 13,36 8,64 5,60 11,02 10,53 12,49 18,33 Jasa-jasa 7,33 7,43 2,95 3,73 15,00 7,34 11,79 23,31 24,19 PDRB 7,02 22,05 25,96 28,32 30,64 26,82 13,24 13,47 17,21 Sumber : BPS Provinsi Papua Tabel 3. Pertumbuhan Ekonomi (yoy) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Dari Sisi Penawaran (%) Sektor Ekonomi 2009 r) Angka diperbaiki *) Angka Sementara Provinsi Papua 2010 2011 2010 TW.I TW.II TW.III TW.IV TW I TW II r) TW III *) Pertanian 0,69 1,15 0,86 0,81 0,98 0,94 1,26 0,28-0,003 Pertambangan dan Penggalian 15,43-15,30-20,38-2,83 5,23-8,70 0,97-2,07-12 Industri Pengolahan 0,16 0,14 0,12 0,20 0,29 0,19 0,51 0,28 0,19 Listrik dan Air Bersih 0,01 0,01 0,01 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 Bangunan 1,38 0,99 1,11 1,23 1,52 1,21 0,38 0,55 0,33 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,83 0,59 0,56 0,73 0,89 0,69 0,88 0,84 0,68 Pengangkutan dan Komunikasi 1,02 0,81 0,82 1,00 1,01 0,91 0,82 0,75 0,52 Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan 1,21 0,02-0,12 0,37 0,58 0,21 0,13 1,45 0,80 Jasa-jasa 2,01 0,28 1,14 2,24 4,07 1,90 2,13 1,77 1,52 PDRB 22,74-11,32-15,89 3,77 14,60-2,65 7,08 3,87-7,95 Provinsi Papua Barat Pertanian 1,09 1,92 2,01 1,52 1,43 1,72 1,13 0,13 0,13 Pertambangan dan Penggalian -0,03-0,34-0,24-0,13 0,15-0,13 0,39 0,70 0,97 Industri Pengolahan 2,02 17,38 21,57 24,58 23,93 21,94 7,07 7,04 10,24 Listrik dan Air Bersih 0,04 0,03 0,03 0,03 0,04 0,03 0,04 0,03 0,04 Bangunan 1,17 0,67 0,94 0,77 1,33 0,93 1,32 1,08 1,10 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,68 0,30 0,19 0,12 1,04 0,42 1,10 1,22 1,27 Pengangkutan dan Komunikasi 1,21 0,92 0,83 0,82 0,94 0,88 0,87 0,94 1,01 Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan 0,03 0,37 0,29 0,19 0,13 0,25 0,21 0,25 0,35 Jasa-jasa 0,79 0,79 0,32 0,40 1,64 0,80 1,11 2,07 2,12 PDRB 7,02 22,05 25,96 28,32 30,64 26,82 13,24 13,47 17,21 Sumber : BPS Provinsi Papua Tabel 4. Kontribusi Sektor Ekonomi TerhadapPertumbuhan Ekonomi (yoy) (%) Sektor Ekonomi 2009 r) Angka diperbaiki *) Angka Sementara 4

I. Provinsi Papua 1.1. Sisi Permintaan Pertumbuhan negatif ekspor yang semakin dalam dan melambatnya pertumbuhan konsumsi (baik Pemerintah maupun masyarakat) merupakan beberapa faktor penyebab menurunnya kinerja perekonomian Papua pada triwulan III- 2011 (Tabel 1). Penurunan kinerja ekspor Papua terutama disebabkan oleh penurunan penjualan konsentrat tembaga dan emas PT.Freeport Indonesia. Pada sisi lain, nilai impor justru meningkat signifikan sehingga mengakibatkan ekspor netto menurun secara signifikan. Konsumsi pemerintah dan masyarakat yang diharapkan menjadi penggerak ekonomi juga tumbuh melambat sehingga tidak mampu mengkompensasi penurunan kinerja ekspor. Rendahnya realisasi belanja pemerintah Provinsi yang baru mencapai 54% merupakan salah satu faktor perlambatan kinerja konsumsi pemerintah. 1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga Pada periode triwulan III-2011, komponen konsumsi masyarakat (rumah tangga dan swasta nirlaba) tumbuh mencapai 6,39% (yoy) atau sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,52%. Konsumsi masyarakat yang tumbuh 4,48% menjadi penahan perlambatan kinerja ekonomi Papua secara keseluruhan. Relatif tingginya pertumbuhan konsumsi masyarakat terutama dipengaruhi oleh adanya faktor musiman yaitu bulan ramadhan dan perayaan Idul Fitri pada bulan Agustus 2011. Namun demikian, faktor musiman tersebut juga tidak mampu mendorong peningkatan kinerja konsumsi masyarakat antara lain karena penurunan penghasilan masyarakat seperti tercermin dari hasil survei konsumen di Kota Jayapura yang menunjukkan terjadinya 5

penurunan pada rata-rata Indeks Penghasilan Saat Ini mencapai 139,57 di triwulan III-2011, menurun dibandingkan triwulan II-2011 yang sebesar 146,43 (grafik 4). 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Grafik 3. Indeks Keyakinan Konsumen 5 6 7 8 9 1112 3 4 6 8 9 1112 3 5 6 8 9 1011 3 4 5 6 7 8 9 2008 2009 2010 2011 Grafik 4.Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 5 6 7 8 9 1112 3 4 6 8 9 1112 3 5 6 8 9 1011 3 4 5 6 7 8 9 2008 2009 2010 2011 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Penghasilan saat ini Pembelian durable goods Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Garis 100 Ketersediaan lapangan kerja saat ini Garis 100 Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Jayapura Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Jayapura Perlambatan pada konsumsi masyarakat juga tercermin dari beberapa indikator hasil survei konsumen lainnya yaitu rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang pada triwulan III-2011 mencapai 131,79 atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 135,7. Penurunan juga terjadi pada rata-rata Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) pada periode yang sama yaitu dari 124,83di triwulan II-2011 menjadi 120,30 di triwulan III-2011. Penurunan beberapa jenis indeks hasil survei konsumen tersebut semakin menguatkan indikasi melemahnya konsumsi masyarakat yang juga tergambar dari penurunan keinginan konsumen untuk melakukan pembelian durable goods (grafik 4). Melemahnya komponen konsumsi masyarakat juga tergambar dari perkembangan konsumsi listrik rumah tangga yang tumbuh melambat pada triwulan III-2011 mencapai 7,63% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 13,87% (yoy). Pertumbuhan negatif volume impor barang konsumsi yaitu dari 76,37% (yoy) di triwulan II-2011 jauh menurun menjadi -75,40% (yoy) juga merupakan indikator 6

terjadinya perlambatan kinerja pada komponen konsumsi masyarakat seperti terangkum pada grafik 8. Grafik 5.Komponen Indeks Ekspektasi 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 5 6 7 8 9 11 12 3 4 6 8 9 11 12 3 5 6 8 9 10 11 3 4 5 6 7 8 9 2008 2009 2010 2011 Ekspektasi kondisi perekonomian Ekspektasi penghasilan Garis 100 Ekspektasi ketersediaan lapangan kerja Grafik 6. Kredit Konsumsi Bank Umum Papua Rp Miliar 5.000 4.500 4.000 3.500 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500-1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 2007 2008 2009 2010 2011 Kredit Konsumsi Bank Umum 3 4 1 2 3 4 1 Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) 2 3 % 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Jayapura Grafik 7. Konsumsi Listrik Rumah Tangga Sumber: Laporan Bank Umum (LBU) Basel II, Bank Indoensia Grafik 8. Volume Impor Barang Konsumsi (Juta Kwh) 80 70 60 (%) 16 14 12 Ton 25.000 20.000 % 2.000 1.500 50 10 15.000 1.000 40 30 20 8 6 4 10.000 5.000 500 0 10 - I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2008 2009 2010 2011 Konsumsi Listrik Rumah Tangga Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) 2-0 TW 2 TW 3TW 4TW 1TW 2 TW 3TW 4TW 1TW 2 TW 3TW 4TW 1TW 2 TW 3*) 2008 2009 2010 2011 Volume Impor Barang Konsumsi Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) -500 Sumber: PLN Wilayah Papua, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Meskipun beberapa indikator menunjukkan terjadinya perlambatan kinerja pada komponen konsumsi masyarakat, namun secara umum masyarakat masih menunjukkan optimisme terhadap perkembangan ekonomi ke depan yang tercermin dari peningkatan pada rata-rata komponen Indeks Ekspektasi Konsumen pada triwulan III-2011 dibandingkan periode triwulan sebelumnya khususnya pada rata-rata Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja (135,80 dari 135,57) dan rata-rata Indeks Ekspektasi Penghasilan (150,90 dari 149,97) 7

seperti terangkum padagrafik 5. Optimisme perbaikan kinerja komponen konsumsi masyarakat juga tergambar oleh masih tingginya pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi oleh Bank Umum kepada masyarakat di Papua yang tumbuh sebesar 20,37% (yoy) pada triwulan III-2011, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya mencapai 18,43% (yoy). Peningkatan penyaluran kredit tersebut menunjukkan masih terjaganya optimisme masyarakat terhadap kinerja ekonomi pada masa-masa mendatang. Grafik 9. Realisasi Belanja Pegawai PEMDA Prov. Papua Grafik 10. Jumlah Kendaraan Baru Rp Juta 450.000 400.000 350.000 300.000 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 0 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 2009 2010 2011 % 80 60 40 20 0-20 -40 (Unit) 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III 2009 2010 2011 60% 50% 40% 30% 20% 10% 00% -10% -20% Realisasi Belanja Pegawai Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Jumlah Kendaraan Baru Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Sumber: BPKAD Provinsi Papua, diolah Sumber: Dispenda Provinsi Papua, diolah Grafik 11. Nilai Tukar Petani Papua 104 103 102 101 100 99 98 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 2008 2009 2010 2011 NTP (LHS) Indeks yang dibayar petani (RHS) Indeks yang diterima petani (RHS) 135 130 125 120 115 110 Sumber: BPS Papua, diolah 8

Perbaikan kinerja komponen konsumsi masyarakat juga diindikasikan oleh beberapa indikator antara lain yaitu peningkatan signifikan jumlah kendaraan baru yang pada triwulan ini tumbuh mencapai 49,03% (yoy) pada periode triwulan III-2011, jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 29,74% (yoy). Peningkatan indikator jumlah kendaraan tersebut menunjukkan masih cukup tingginya daya beli masyarakat selain juga didorong oleh kemudahan pembiayaan yang diberikan oleh perusahaan pembiayaan dan perbankan serta tawaran diskon dari para dealer berupa potongan harga maupun hadiah menarik lainnya khususnya menyambut hari raya Idul Fitri. Terjaganya daya beli konsumen juga diindikasikan oleh kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP). Berlangsungnya musim panen kedua tahun 2011 mendorong meningkatnya nilai NTP yang merupakan gambaran naiknya daya beli kalangan petani. Rata-rata NTP selama triwulan III-2011 mencapai 101,16 atau lebih tinggi dari 101,09 pada triwulan sebelumnya (grafik 11). Selain indikator NTP, terjaganya daya beli masyarakat juga diindikasikan oleh peningkatan realisasi belanja pegawai yang tercatat dalam Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Papua periode triwulan III-2011 yang mencapai Rp 252 miliar atau tumbuh sebesar 55,72% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya mencapai 23,42% (yoy) seperti terangkum dalam grafik 9. 1.1.2. Investasi Peningkatan realisasi investasi pada periode triwulan III- 2011 didorong oleh optimisme pelaku usaha memandang prospek perekonomian ke depan. Komponen Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) mengalami pertumbuhan sebesar 9,65% (yoy), tumbuh lebih tinggi bila dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 8,38%. Pertumbuhan kinerja investasi tidak terlepas dari peran perbankan dalam penyaluran kredit untuk 9

pembiayaan kegiatan investasi. Pada periode triwulan III-2011, realisasi kredit investasi tercatat sebesar Rp 1,21 triliun atau tumbuh 55% (yoy). Pertumbuhan kredit investasi tersebut lebih tinggi bila dibandingkan triwulan II-2011 yang mencapai 43% dan merupakan pertumbuhan tertinggi sepanjang tahun 2010-2011. Tingginya realisasi kredit investasi mencerminkan peningkatan peran investasi swasta dalam mendorong pengembangan ekonomi Papua. Selain faktor pembiayaan perbankan, pertumbuhan investasi di triwulan III-2011 juga didorong oleh meningkatnya realisasi belanja modal Pemerintah Daerah (PEMDA) Provinsi Papua yang tumbuh mencapai 39% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -54% (yoy). Pertumbuhan yang signifikan tersebut terutama didorong oleh realisasi pengerjaan beberapa proyek infrastruktur PEMDA yang signifikan. Dengan demikian, ekonomi Papua masih memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap APBD Pemerintah Daerah. Grafik 12. Kredit Investasi Bank Umum Grafik 13. Realisasi Belanja Modal Pemda Rp Miliar 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 % 100 80 60 40 20 0-20 Rp Juta 1.200.000 1.000.000 800.000 600.000 400.000 200.000 0 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 % 250 200 150 100 50 0-50 -100-150 2007 2008 2009 2010 2011 2009 2010 2011 Kredit Investasi Bank Umum Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Realisasi Belanja Modal PEMDA Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Sumber: Laporan Bank Umum (LBU) Basel II, Bank Indonesia Sumber: BPKAD Provinsi Papua, diolah Komponen investasi yang tumbuh sebesar 3,73% juga turut menahan laju penurunan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua. Hal tersebut menunjukkan bahwa komponen investasi masih cukup berperan dalam perekonomian Papua. Investasi oleh swasta maupun 10

pemerintah dilakukan dalam bentuk bangunan maupun non bangunan. Mempertimbangkan masih tumbuh negatifnya realisasi penjualan semen sebesar -20,79% (yoy) pada periode laporan, diyakini sektor bangunan bukanlah menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan investasi. Sementara itu, pertumbuhan volume impor barang modal yang mengalami kontraksi pada triwulan ini sebesar - 84% (yoy) setelah sebelumnya tumbuh signiifikan merupakan faktor penahan laju pertumbuhan komponen investasi pada triwulan ini. Seperti pada triwulan sebelumnya, impor barang modal pada triwulan ini masih didominasi oleh jenis barang modal kecuali alat angkutan dan jenis barang modal alat angkutan untuk industri. (Ton) 450.000 400.000 350.000 300.000 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 0 Grafik 14. Volume Impor Barang Modal TW 2 TW 3TW 4TW 1TW 2 TW 3TW 4TW 1TW 2 TW 3TW 4TW 1TW 2 TW 3*) 2008 2009 2010 2011 Volume Impor Barang Modal (Ton) Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) (%) 5000 4000 3000 2000 1000 0-1000 Sak 160.000 140.000 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 0 Grafik 15. Realisasi Penjualan Semen I II III IV I II III IV I II III 2009 2010 2011 Realisasi Penjualan Semen Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) % 50 40 30 20 10 0-10 -20-30 Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah 1.1.3 Ekspor dan Impor Kinerja Ekspor Provinsi Papua pada triwulan III-2011 diperkirakan mengalami kontraksi yang cukup dalam sebesar -25,31% (yoy). Pertumbuhan ini jauh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga mengalami kontraksi mencapai -7,11% (yoy). Penurunan pertumbuhan ekspor yang siginifikan tersebut tercermin antara lain oleh 11

pertumbuhan negatif volume ekspor non migas Papua. Pada periode triwulan III-2011, volume ekspor non migas Papua mencapai 66,55 ribu ton, jauh lebih rendah bila dibandingan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 201,22 ribu ton. Adapun kelompok komoditas yang mendominasi ekspor non migas pada triwulan III-2011 adalah biji logam dan sisa-sisa logam dengan komoditas antara lain berupa konsentrat tembaga dan konsentrat emas produksi PT. Freeport Indonesia (PT.FI). Volume ekspor (penjualan) kedua konsentrat tersebut pada triwulan III-2011 secara tahunan tumbuh negatif masing-masing sebesar -30,49% dan - 17,60%(Tabel 5). Penurunan penjualan tersebut disebabkan oleh terganggunya kegiatan operasional akibat demo pekerja tambang PT.FI yang menuntut kenaikan upah yang dimulai pada 4 Juli 2011 selama 9 hari dan kemudian berlanjut pada tanggal 15 September 2011 hingga akhir periode triwulan III-2011 belum disepakati titik temu penyelesaian. Akibat aksi demo tersebut, terjadi penurunan produksi secara signifikan baik untuk komoditas tembaga maupun emas sehingga berpengaruh pada ekspor (penjualan) Papua secara langsung. Sejumlah 70% hasil produksi PT.FI di ekspor ke luar negeri sementara 30% sisanya diserap oleh perusahaan Smelting di Jawa Timur. 12

TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3*) TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 Grafik 16. Volume Ekspor Non Migas Grafik 17. Nilai Ekspor Non Migas Ribu Ton 8.000 % 600.000 Juta USD 1.600 % 25.000 7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000-500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 - (100.000) 1.400 1.200 1.000 800 600 400 200 0 20.000 15.000 10.000 5.000 0-5.000 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 Volume ekspor Non Migas (Ribu Ton) Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Nilai Ekspor Non Migas (US $ Juta) Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Penurunan volume ekspor yang sangat signifikan serta penurunan harga-harga beberapa komoditas internasional sepanjang periode laporan menyebabkan nilai ekspor Papua yang tercatat hanyua sebesar USD 13,46 juta atau mengalami kontraksi sebesar -71% (yoy). Pertumbuhan nilai ekspor tersebut jauh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga tumbuh negatif mencapai -50,80%, dengan tujuan ekspor terbesar didominasi oleh negara Singapura (65%) disusul oleh Jepangdengan (18%). Grafik 18. Pangsa Negara Tujuan Ekspor Non Migas Papua Bedasarkan Nilai Grafik 19. Pangsa Kelompok Komoditas Ekspor Non Migas Papua 15,27% 3,82% 1,63% 18,39% 1,59% 64,76% 94,06% Singapura Vietnam Jepang RRC Biji Logam dan Sisa Logam Kopi, the, coklat dan rempah-rempah Ikan, Kerang-kerangan dan Moluska Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah 13

Tabel 5. Perkembangan Penjualan PT. Freeport 2010 2011 Jenis Komoditas TW I TW II TW III IV TW I TW II TW III Penjualan Konsentrat Tembaga (Juta Pounds) 296 259 364 295 278 265 253 Pertumbuhan Tahunan Penjualan Tembaga (%) -19,78-40,05 10,3 9,67-6,08 2,32-30,49 Konsentrat Emas (Ribu Ons) 458 276 466 565 454 330 384 Pertumbuhan Tahunan Penjualan Emas (%) -12,09-65,97-31,77 7,01-0,87 19,57-17,60 Sumber: Laporan Keuangan Freeport-McMoran Cooper and Gold Berbeda dengan ekspor, perkembangan impor Papua justru menunjukkan peningkatan yang signifikan pada triwulan III-2011 yakni tercatat tumbuh sebesar 27,18% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 22,91%. Meskipun total Impor (migas dan non migas) mengalami peningkatan, namun impor non migas justru mengalami penurunan yang signifikan dan tercatat mengalami kontraksi sebesar -56% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 1300% (yoy) seperti terangkum pada grafik 20. Sejalan dengan penurunan volume impor non migas, nilai impor non migas juga mengalami penurunan yang tercatat sebesar USD 98 juta atau tumbuh negatif sebesar -51%, jauh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 176% (Grafik 21). Penurunan yang signifikan pada impor tersebut antara lain disebabkan oleh terganggunya aktivitas operasional PT.FI sehingga realisasi impor barang modal yang antara lain ditujukan untuk mendukung operasional PT.FI tidak dapat terealisasi sesuai rencana. 14

TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3*) Ribu Ton 450 400 350 300 250 200 150 100 50 - Grafik 20. Volume Impor Non Migas Papua TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 2007 2008 2009 2010 2011 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW TW 2 3*) % 1.400 1.200 1.000 800 600 400 200 - (200) Juta USD 600 500 400 300 200 100 0 Grafik 21. Nilai Impor Non Migas Papua 2007 2008 2009 2010 2011 % 200 150 100 50 0-50 -100 Volume Impor Non Migas (Ribu Ton) Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Nilai Impor Non Migas (US$ Juta) Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah 1.2. Sisi Penawaran Pada sisi penawaran, kontraksi ekonomi yang terjadi di Provinsi Papua pada triwulan III-2011 disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan hampir seluruh sektor ekonomi. Dua sektor dengan bobot terbesar, sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian, juga mengalami pertumbuhan negatif pada triwulan ini (tabel 3). Pertumbuhan negatif sektor pertanian yang selama ini memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi Papua disebabkan oleh menurunnya hasil produksi beberapa komoditas pertanian, sementara beberapa komoditas lainnya mengalami pertumbuhan yang cenderung konstan. Sementara itu, sektor Pertambangan dan Penggalian yang cukup dominan dalam perekonomian Papua, tumbuh negatif sehubungan dengan terganggunya kegiatan operasional sebagai PT.FI akibat terjadinya aksi demonstrasi pekerja tambang. Selanjutnya, kinerja beberapa sektor yang dominan diuraikan sebagai berikut: 15

1.2.1. Sektor Pertanian Sektor pertanian pada periode triwulan III-2011 diperkirakan tumbuh negatif sebesar -0,02% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 1,51% (tabel 3) dengan kontribusi sebesar -0,003%. Pertumbuhan negatif pada sektor pertanian disebabkan oleh perlambatan hampir seluruh sub sektor di triwulan laporan ini kecuali sub sektor peternakan dan hasilnya dan sub sektor perikanan yang tetap tumbuh positif dan lebih tinggi masing-masing sebesar 9,79% (yoy) dan 2,05% (yoy). Sub sektor tanaman bahan yang memiliki pangsa terbesar di sektor pertanian mencapai 9,03%, tumbuh negatif pada triwulan III-2011 sebesar -2,73%. Pertumbuhan negatif ini disebabkan oleh beberapa komoditas tanaman mengalami pertumbuhan produksi yang melambat akibat terserang hama dan penyakit tanaman. Komoditas ubi kayu dan ubi jalar yang merupakan 2 komoditas dengan produksi yang signifikan di Papua diprakirakan produksinya tumbuh dalam tingkat yang rendah masing-masing sebesar 1,35% (yoy) dan 3,65% (yoy). Tabel 6. Perkembangan Produksi Ubi Kayu di Provinsi Papua Keterangan 2009 2010 2011 *) Pertumbuhan yoy (%) Produksi Ubi Kayu (Ton) 36.500 35.530 36.010 1,35 Produktivitas (Ku/Ha) 119,83 118,91 121,29 2,00 Luas Panen (Ha) 3.046 2.988 2.969-0,64 Sumber : BPS Provinsi Papua, diolah *) Angka Ramalan III-2011 Keterangan 2009 2010 2011 *) Pertumbuhan yoy (%) Produksi Ubi Jalar (Ton) 343.325 349.135 361.870 3,65 Produktivitas (Ku/Ha) 98,01 100,70 101,05 0,35 Luas Panen (Ha) 35.028 34.670 35.810 3,29 Sumber : BPS Provinsi Papua, diolah *) Angka Ramalan III-2011 Tabel 7. Perkembangan Produksi Ubi Jalar di Provinsi Sementara itu, pertumbuhan produksi padi yang tumbuh positif dan signifikan di triwulan ini merupakan salah satu faktor yang menahan 16

penurunan kinerja sub sektor tanaman bahan makanan. Produksi komoditas padi di Papua pada periode triwulan III-2011 diprakirakan tumbuh sebesar 10,51% (yoy) didorong oleh peningkatan luasan panen dan peningkatan produksi. Tabel 8. Perkembangan Produksi Padi di Provinsi Papua Keterangan 2009 2010 2011 *) Pertumbuhan yoy (%) Luas Panen (Ha) 26.336 26.686 28.784 7,86 Produktivitas (Ku/Ha) 37,41 38,45 39,39 2,44 Produksi (Ton) 98.510 102.610 113.393 10,51 Sumber : BPS Provinsi Papua, diolah *) Aram III tahun 2011 Sub sektor perikanan yang memiliki pangsa terbesar kedua, pada periode triwulan ini tumbuh sebesar 2,05% (yoy). Peningkatan kinerja sub sektor perikanan tercermin dari peningkatan volume produksi seluruh jenis komoditas perikanan baik perikanan laut, perikanan perairan umum maupun perikanan budidaya. Sepanjang periode triwulan III-2011, total volume hasil produksi perikanan mencapai 70.415 ton atau tumbuh sebesar 18,53% (yoy). Pertumbuhan ini lebih tinggi bila dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 17,56% (yoy). Kondusifnya cuaca merupakan salah satu faktor yang mendukung peningkatan produksi tersebut. No 1 2 3 Tabel 9. Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 LAUT Produksi (Ton) 57.750 56.916 57.058 58.502 58.510 67.349 67.922 Pertumbuhan Tahunan (%) 2-0,12 0,05 1,68 1,32 18,33 19,34 PERAIRAN UMUM Produksi (Ton) 1.914 1.877 1.887 1.925,8 1.926 1.901 1.903 Pertumbuhan Tahunan (%) 2,00-0,09 0,41 2,39 0,63 1,27 1,35 BUDIDAYA URAIAN Produksi (Ton) 584 613 643 656,3 656,4 587,5 590 Pertumbuhan Tahunan (%) 45,31 9,10 19,79-16,78 12,46-4,13-3,69 TOTAL PRODUKSI (Ton) 60.247 59.407 59.588 61.084 61.093 69.837 70.415 PERTUMBUHAN TAHUNAN (%) 2,25-0,07 0,21 1,43 1,40 17,56 18,53 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua, diolah 1.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian Setelah triwulan sebelumnya tumbuh negatif, sektor 2010 pertambangan dan penggalian pada triwulan III-2011 2011 17

diperkirakan justru mengalami tumbuh negatif yang semakin dalam yakni -27,27% (yoy) atau jauh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya -5,20% (yoy). Perkembangan sektor pertambangan dan penggalian Provinsi Papua tidak terlepas dari kinerja produksi perusahaan pertambangan PT. Freeport Indonesia yang pada periode triwulan laporan menunjukkan penurunan produksi yang signifikan baik komoditas konsentrat tembaga maupun konsentrat emas. Penurunan produksi tersebut disebabkan oleh terganggunya kegiatan operasional perusahaan akibat adanya aksi demonstrasi pekerja tambang perusahaan yang menuntut kenaikan upah. Tabel 10. Perkembangan Produksi PT. Freeport Indonesia 2010 2011 Jenis Komoditas TW I TW II TW III IV TW I TW II TW III Produksi Konsentrat Tembaga (Juta Pounds) 279 276 358 309 284 261 233 Pertumbuhan Tahunan Produksi Tembaga (%) -30,94-31,51 8,16 12,77 1,79-5,43-34,92 Konsentrat Emas (Ribu Ons) 429 294 462 601 441 325 357 Pertumbuhan Tahunan Produksi Emas (%) -24,74-62,21-32,55 12,34 2,80 10,54-22,73 Sumber: Laporan Keuangan Freeport-McMoran Cooper and Gold Laporan Keuangan Publikasi periode triwulan III-2011 Freeport- McMoran Copper and Gold (holding company dari PT.Freeport Indonesia) menunjukkan volume produksi konsentrat tembaga tercatat sebesar 233 juta pounds atau tumbuh negatif mencapai - 34,92% (yoy) atau jauh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -5,43% (tabel 10). Pada periode yang sama, volume produksi komoditas konsentrat emas tumbuh negatif sebesar - 22,73% (yoy) atau jauh lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 10,54% (yoy). Volume produksi konsentrat emas PT. Freeport Indonesia pada triwulan ini tercatat sebesar 357 ribu Ons. Besarnya pangsa produksi konsentrat tembaga PT. Freeport Indonesia terhadap volume produksi kelompok komoditas tambang di Papua secara umum menyebabkan kinerja Sektor Pertambangan dan 18

Penggalian sangat tergantung oleh kinerja produksi PT. Freeport Indonesia. Penurunan signifikan produksi PT. Freeport Indonesiadi triwulan ini terutama disebabkan oleh kinerja operasional perusahaan yang terganggu akibat aksi demonstrasi pekerja tambang yang berkepanjangan. Walau sempat beroperasi dengan baik pada pertengahan Juli dan Agustus 2011, pada pertengahan September 2011 aksi demonstrasi pekerja tambang yang dimulai awal Juli 2011 kembali terjadi dan bahkan masih berlanjut hingga akhir triwulan III-2011 mengakibatkan terhentinya produksi perusahaan beberapa kali. Kapasitas operasi perusahaan dalam kurun waktu beberapa hari berada dibawah 30% dari kapasitas terpasang. Kondisi tersebut berdampak pada rendahnya produksi PT. FI pada periode laporan. Sementara itu, upaya perusahaan untuk meningkatkan produksi melalui pengembangan tambang bawah tanah (pembangunan infrastruktur dan akses menuju tambang bawah tanah) setelah tambang terbuka (open pit) yang selama ini mendominasi produksi perusahaan terus menunjukkan penurunan produksi tetap dilanjutkan. Pembangunan dan pengembangan tambang bawah tanah di 4 lokasi antara lain Deep Mill Level Zone (DMLZ) dan Big Gossan terus diupayakan. Bahkan tambang Big Gossan (memiliki kadar konsentrat tembaga dan emas yang tinggi) telah mulai berproduksi meskipun belum optimal karena masih dalam tahap maintenance sehingga belum dapat mencapai produksi yang optimum. Produksi optimum tambang bawah tanah tersebut diprakirakan baru dapat terealisasi pada akhir tahun 2012. 1.2.3. Sektor pengolahan Industri pengolahan pada triwulan III-2011 diperkirakan tumbuh sebesar 8,20% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 10,97% (yoy). Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap pertumbuhan ekonomi Papua di triwulan ini mencapai 0,19% (tabel 4). Positifnya konstribusi tersebut 19

tercermin dari konsumsi listrik sektor industri yang tercatat sebesar 532 ribu Kwh sepanjang periode triwulan III-2011 atau tumbuh mencapai 0,75% (yoy). Grafik 22. Pertumbuhan Tahunan Konsumsi Listrik Industri Ribu Kwh 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2008 2009 2010 2011 % 300 250 200 150 100 50 0-50 -100 Konsumsi Listrik Industri Sumber: PLN Wilayah Papua Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) 1.2.4. Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan III-2011 diperkirakan tumbuh sebesar 9,69% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulanii-2011 yang mencapai 10,81%(yoy) dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Papua sebesar 0,68%. Pertumbuhan sektor PHR yang signifikan pada periode triwulan ini didorong antara lain oleh adanya faktor musiman yaitu bulan ramadhan dan hari raya Idul Fitri yang berdampak pada peningkatan aktivitas perdagangan dan konsumsi masyarakat. Tawaran diskon harga yang diberikan oleh beberapa pusat perbelanjaan dan dealer otomotif menyambut hari raya Idul Fitri ikut mendorong pertumbuhan sektor PHR di triwulan ini. Selain itu, pertumbuhan sektor PHR yang signifikan juga didorong peningkatan belanja barang dan jasa oleh PEMDA Provinsi Papua yang tercatat sebesar Rp 488 miliar atau tumbuh mencapai 85,53% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 30,13% (yoy). 20

Grafik 23. Realisasi Belanja Barang dan Jasa APBD PEMDA Prov. papua (Rp Milyar) 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 2008 2009 2010 2011 (%) 250 200 150 100 50 0-50 Realisasi Belanja Barang dan Jasa (Rp Miliar) Growth yoy (Sumbu Sebelah Kanan) Sumber: BPKAD Provinsi Papua Namun demikian, stimulus tersebut tidak sepenuhnya mampu meningkatkan pertumbuhan sektor PHR lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Kinerja sektor PHR yang tumbuh melambat pada triwulan ini tercermin dari arus bongkar muat barang di Pelabuhan Papua yang secara tahunan justru tumbuh negatif pada triwulan laporan. Arus bongkar muat barang yang dibagi menjadi 3 kategori tumbuh negatif pada triwulan III-2011, masing-masing sebesar: menurut jenis perdagangan -66,54%, menurut jenis distribusi -66,54% dan menurut jenis kemasan -66,41% (Tabel 11). Penurunan arus bongkar muat barang tersebut antara lain disebabkan oleh semakin baiknya perencanaan yang dilakukan oleh para distributor untuk memasok kebutuhan pokok di Wilayah Papua. Pemenuhan pasokan barang dilaksanakan secara rutin dan teratur sehingga penumpukan pasokan barang pada waktu tertentu dapat dihindari meskipun terdapat perayaan hari besar keagamaan yang dapat mendorong peningkatan permintaan. 21

Tabel 11. Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Papua Keterangan 2010 2011 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang -Menurut Jenis Perdagangan (Ton/M3) 208.463 506.208 761.284 1.072.523 319.749 297.747 254.740 -Pertumbuhan Tahunan Menurut Jenis Perdagangan (%) -4,25 12,70 7,11 32,09 53,38-41,18-66,54 -Menurut Jenis Distribusi (Ton/M3) 208.463 506.207 761.284 1.269.775 319.747 297.746 254.740 -Pertumbuhan Tahunan Menurut Jenis Distribusi (%) -4,25 12,70 7,11 56,38 53,38-41,18-66,54 -Menurut Jenis Kemasan (Ton/M3) 208.463 506.208 761.039 1.107.456 319.747 290.998 255.625 -Pertumbuhan Tahunan Menurut Jenis Kemasan (%) -4,25 9,67 7,07 35,08 53,38-42,51-66,41 Sumber: PT. Pelindo IV Wilayah Papua 1.2.5. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulaniii- 2011 diperkirakan tumbuh mencapai 6,93% (yoy), tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,26% (yoy). Perlambatan sektor ini didorong oleh perlambatan pada sub sektor-sub sektor yang dominan yaitu angkutan laut, angkutan udara dan komunikasi, sementara sub sektor angkutan jalan raya masih tumbuh lebih tinggi sebesar 8,84% (yoy) sehingga dapat tetap mendorong laju pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi. Sub sektor angkutan udara yang meskipun tumbuh melambat namun tetap tumbuh signifikan mencapai 9,92% (yoy) didorong oleh adanya faktor musiman yaitu hari raya Idul Fitri yang mendorong meningkatnya permintaan tiket angkutan udara. Namun demikian, kenaikan harga tiket angkutan udara menyebabkan pertumbuhan sub sektor ini tidak mampu tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode triwulan sebelumnya. Sementara itu, sub sektor komunikasi yang memiliki pangsa terbesar di sektor pengangkutan pada triwulan III- 2011 tumbuh melambat sebesar 4,30% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya. Berbagai program promo dan produk unggulan yang diluncurkan oleh para operator seluler disepanjang triwulan III-2011 tidak mampu mendorong pertumbuhan signifikan sub sektor komunikasi seperti di triwulan sebelumnya. 22

Sesuai kondisi geografis, sarana transportasi laut dan angkutan udara merupakan transportasi dominan yang dipergunakan di Provinsi Papua dalam menunjang mobilitas arus distribusi barang maupun orang. Perlambatan yang terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi juga tercermin dari arus penumpang di pelabuhan Papua yang tumbuh negatif -47,09% (yoy), dengan jumlah penumpang sebesar 81.078 orang (tabel 12). Tabel 12. Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua Keterangan 2010 2011 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 Perkembangan Arus Penumpang (orang) 43.191 102.685 153.247 210.308 52.971 48.683 81.078 Pertumbuhan Tahunan (%) -29,72-6,44 2,84 17,08 22,64-52,59-47,09 Sumber: PT. Pelindo IV Wilayah Papua 1.2.6. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan secara tahunan masih tumbuh cukup signifikan sebesar 27,86% pada periode triwulan III-2011, meskipun lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2011 yang mencapai 48,44% (yoy). Perkembangan sektor keuangan pada triwulan III-2011 didorong oleh pertumbuhan signifikan kinerja sub sektor bank yang mencapai 38,64% (yoy) dengan kontribusi sebesar 0,65% terhadap pertumbuhan ekonomi Papua. Pertumbuhan signifikan sub sektor bank pada periode laporan didorong oleh penambahan jaringan kantor maupun peningkatan status kantor serta peningkatan realisasi proyek PEMDA yang pembiayaannya antara lain bersumber dari perbankan merupakan faktor pendorong utama pertumbuhan sub sektor bank pada periode triwulan laporan. Beberapa parameter perbankan yang terdiri atas aset, DPK dan kredit juga menunjukkan peningkatan yang signifikan pada triwulan III-2011. Perbaikan kinerja sub sektor bank juga tercermin dari peningkatan Nilai Tambah Bank (NTB) pada triwulan III-2011 yang tercatat sebesar Rp 919 miliar atau tumbuh sebesar 43,44% (yoy), 23

lebih tinggi bila dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan yang signifikan pada sektor keuangan juga didorong oleh peningkatan pembiayaan dari lembaga keuangan non bank (perusahaan pembiayaan) khususnya untuk pembiayaan kendaraan bermotor roda dua. Tabel 13. Perkembangan Nilai Tambah Bank (NTB) Provinsi Papua Uraian 2010 2011 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 Nilai NTB Bank Provinsi Papua (Rp Juta) 220.637 428.965 640.704 1.108.723 220.080 602.023 919.047 Growth yoy NTB Bank Provinsi Papua (%) 13,86 6,99 4,92-20,40-0,25 40,34 43,44 Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia 1.2.7. Sektor Lainnya Beberapa sektor lainnya yaitu sektor listrik dan air bersih serta sektor bangunan pada periode triwulan III-2011 juga masing-masing tumbuh melambat sebesar 3,86% (yoy) dan 3,90% (yoy) lebih rendah bila dibandingkan periode triwulan sebelumnya. Meskipun demikian beberapa proyek konstruksi yang sedang dalam pembangunan baik itu jalan, jembatan dan gedung seperti Mal Jayapura ikut mendorong peningkatan sektor bangunan pada periode triwulan ini. Sementara itu, program sejuta sambungan listrik dan penambahan daya gratis dari PLN serta peningkatan pelayanan PDAM Papua merupakan faktor pendorong pertumbuhan positif sektor listrik dan air bersih di triwulan III-2011. Sementara sektor jasa-jasa di triwulan laporan meskipun cenderung melambat namun masih tetap tumbuh signifikan sebesar 13,87% (yoy). 24

II. Provinsi Papua Barat 2.1. Sisi Permintaan Ekonomi Papua Barat diperiode triwulan III-2011 tumbuh signifikan dan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 17,21% (yoy). Pertumbuhan ini dari sisi permintaan didorong oleh meningkatnya kinerja komponen konsumsi masyarakat, konsumsi pemerintah dan ekspor pada triwulan III-2011. Meningkatnya konsumsi masyarakat didorong oleh adanya faktor musiman yaitu bulan ramadhan dan hari raya Idul Fitri sedangkan peningkatan komponen konsumsi pemerintah dipicu antara lain oleh meningkatnya realisasi APBD khususnya dalam rangka persiapan menghadapi pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Langsung (PILKADA) ulang Gubernur Papua Barat yang dilaksanakan pada bulan Nopember 2011. Adapun komponen ekspor Papua Barat yang meningkat terutama didorong oleh ekspor LNG dari proyek tangguh sehingga mampu menggerakkan perekonomian Papua Barat di triwulan III-2011. Sementara itu, komponen investasi tetap tumbuh signifikan pada periode triwulan ini meskipun sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Tiga komponen yang mendominasi perkembangan ekonomi Provinsi Papua Barat masing-masing diuraikan sebagai berikut: 2.1.1 Konsumsi Komponen Konsumsi masyrakat yang merupakan gabungan antara konsumsi rumah tangga dan swasta nir laba pada triwulan III-2011diperkirakan tumbuh sebesar 10,41% (yoy), tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai10,32% (yoy). Pertumbuhan signifikan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan tidak terlepas dari pengaruh faktor musiman yaitu bulan ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Faktor musiman tersebut mendorong peningkatan kebutuhan dan konsumsi masyarakat khususnya bahan pokok. Meskipun komponen konsumsi masyarakat tumbuh lebih tinggi, namun hasil survei konsumen di Manokwari oleh Kantor Bank Indonesia Jayapura menunjukkan 25

terjadinya penurunan rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yaitu dari 125,03 pada triwulan II-2011 menjadi 124,07 pada triwulan III-2011 (Grafik 24). Penurunan nilai IKK tersebut disebabkan oleh penurunan rata-rata indeks keinginan konsumen untuk membeli barang-barang tahan lama dan rata-rata indeks ketersediaan lapangan kerja. Meskipun demikian, masyarakat masih menunjukkan optimisme terhadap perkembangan ekonomi ke depan seperti tercermin dari peningkatan rata-rata Indeks Ekspektasi Kondisi Perekonomian triwulan II-2011 dibandingkan periode triwulan sebelumnya (yaitu dari 137,1 menjadi 137,53). Grafik 24. Indeks Keyakinan Konsumen Manokwari Grafik 25. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini 160 140 120 100 80 60 40 20 0 9 10 11 12 3 4 5 6 7 8 9 2010 2011 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Garis 100 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 200 150 100 50 0 9 10 11 12 3 4 5 6 7 8 9 Penghasilan saat ini Ketersediaan lapangan kerja saat ini Garis 100 Pembelian durable goods Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Jayapura Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Jayapura 200 Grafik 26. Komponen Indeks Ekspektasi Rp Miliar Grafik 27. Kredit Konsumsi Papua Barat % 150 100 1.600 1.400 1.200 1.000 60 50 40 50 0 800 600 400 200 30 20 10 9 10 11 12 3 4 5 6 7 8 9 2010 2011-1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 0 Ekspektasi kondisi perekonomian Ekspektasi ketersediaan lapangan kerja 2007 2008 2009 2010 2011 Ekspektasi penghasilan Garis 100 Kredit Konsumsi Bank Umum Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Jayapura Sumber: Laporan Bank Umum (LBU) Basel II, Bank Indoensia 26

Komponen konsumsi masyarakat yang tumbuh mencapai 5,10% memberikan kontribusi yang signifkan terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Barat di triwulan III-2011 (tabel 2). Pertumbuhan yang signifikan tersebut antara lain didorong oleh peningkatan peranan intermediasi perbankan melalui penyaluran kredit konsumsi. Pada periode triwulan III-2011, realisasi kredit konsumsi tercatat sebesar Rp 1,41 trilliun atau tumbuh sebesar 28,22% (yoy), lebih tinggi bila dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 24,07% (yoy). Peningkatan kinerja konsumsi masyarakat juga tercermin dari konsumsi listrik rumah tangga yang pada periode triwulan III-2011 tercatat sebesar 43,53 juta Kwh atau tumbuh sebesar 18,54% (yoy), tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 15,17% (yoy). Grafik 28. Konsumsi Listrik Papua Barat (Juta Kwh) 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2008 2009 2010 2011 (%) 20 15 10 5 0-5 Jumlah Konsumsi Listrik RT Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Sumber: PLN Wilyah Papua 2.1.2 Investasi Indikator investasi tercermin dari besarnya nilai Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). Perkembangan komponen investasi pada triwulan III-2011 diperkirakan tumbuh sebesar 10,34% (yoy), sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai10,66% (yoy). Pencapaian nilai tambah pada komponen investasi tersebut dipengaruhi oleh pembenahan sarana infrastruktur, pengurusan perizinan usaha, 27

kepastian hukum dan stabilitas keamanan yang kondusif. Upaya Pemerintah Daerah dalam membenahi infrastruktur dan upaya yang terus dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kepada dunia usaha khususnya dalam pengurusan perizinan dan administrasi serta kondisi usaha stabil merupakan beberapa faktor pendorong pertumbuhan pada komponen ini. Pertumbuhan yang signifikan komponen investasi di triwulan III- 2011 antara lain tercermin dari membaiknya pertumbuhan realisasi pengadaan semendi Papua Barat yang pada triwulan III-2011 tercatat sebesar 6.523 sak atau tumbuh negatif sebesar -27% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai -38% (yoy). Indikator lain yang mencerminkan peningkatan kinerja komponen investasi adalah pertumbuhan signifikan penyaluran kredit investasi oleh perbankan yang pada triwulan III-2011 tercatat sebesar Rp 343 miliar, atau tumbuh mencapai 10,79% (yoy). Pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan periode triwulan sebelumnya sebesar 1,27% (yoy) seperti terangkum pada grafik 29. Komponen investasi yang tumbuh sebesar 2,34% pada triwulan laporan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Barat. Grafik 29. Perkembangan Kredit Investasi Papua Barat Rp Miliar 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 1 2 3 4 1 2 Sumber: Laporan Bank Umum (LBU) Basel II, Bank Indoensia 3 4 1 2 2007 2008 2009 2010 2011 Kredit Investasi Bank Umum 3 4 1 2 3 4 1 2 Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) 3 % 300 250 200 150 100 50 0-50 -100 28

Tabel 14. Realisasi Pengadaan Semen di Papua Barat Realisasi Pengadaan Semen 2010 2011 I II III IV I II III Provinsi Papua Barat (Sak) 2.371 8.990 5.195 8.986 12.938 5.586 6.523 Pertumbuhan Tahunan (%) 58 208-21 1.589 446-38 -27 Sumber: Asosiasi Produsen Semen Indonesia 2.1.3. Ekspor Impor Perkembangan ekspor Provinsi Papua Barat pada periode triwulan III-2011 diperkirakan tumbuh mencapai 29,74% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2011 sebesar 16,65%. Perkembangan ekspor Provinsi Papua Barat didominasi antara lain oleh ekspor gas alam cair hasil produksi LNG Tangguh dan Nikel yang merupakan hasil produksi pertambangan di Kabupaten Raja Ampat. Volume ekspor non migas Provinsi Papua Barat yang pada triwulan III-2011 (sampai dengan Agustus 2011) tercatat sebesar 134.992 ton yang didominasi oleh ekspor kelompok bahan mentah dan turunannya dengan volume ekspor tercatat sebesar 128.980 ton atau mencapai 96% dari seluruh volume ekspor non migas Provinsi Papua Barat dengan komoditas yang diekspor antara lain nikel. 29

Keterangan 2010 2011 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 *) Makanan dan Hewan Hidup 7.538 10.109 8.690 38.020 9.548 10.355 5.974 Minuman dan Tembakau - - - 149 - - - Bahan Mentah dan turunannya 159.810 50.700 184.122 2.158.667 112.375 283.167 128.980 Bahan Bakar Mineral, Pelumas dll - - - 4.749.234 - - - Hewan, Minyak Sayur dan Lemak - - - 108.958 - - - Bahan Kimia - - - 50.828 - - - Barang-Barang Olahan Industri - - - 68.315 - - - Mesin-Mesin dan Peralatan Transportasi 371 38.382 8.407 128 323 246 39 Aneka Barang-Barang Industri - - - 188 - - - Komoditas - - - - - - - Total 167.720 99.191 201.220 7.174.489 122.246 293.768 134.992 Growth yoy (%) 11.224 19.814 9.881 484.291-27 196-33 *) Sampai dengan Agustus 2011 Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Diolah Tabel 15. Realisasi Ekspor Non Migas Provinsi Papua Barat dalam (ton) 2.2. Sisi Penawaran Pada sisi penawaran, peningkatan kinerja ekonomi Papua Barat didorong oleh peningkatan kinerja hampir seluruh sektor ekonomi (kecuali sektor pertanian) yang pada periode triwulan III-2011 secara tahunan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (tabel 3). Rincian perkembangan masing-masing sektor diuraikan sebagai berikut: 2.2.1. Sektor Pertanian Sektor pertanian pada periode triwulan III-2011 diperkirakan tumbuh sebesar 0,57% (yoy) atau sama dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Cenderung tetapnya pertumbuhan sektor pertanian terutama disebabkan oleh penurunan produksi beberapa komoditas dari sub sektor tanaman bahan makanan terutama Padi. Berdasarkan angka ramalan III-2011 BPS Provinsi Papua Barat, produksi padi (sawah dan ladang) secara tahunan pada periode panen Mei-Agustus 2011 (triwulan III) tumbuh negatif sebesar -9,74% (yoy) yang disebabkan menurunnya luasan panen dan produktivitas. Penurunan produksi pada Juli dan Agustus tertahan oleh peningkatan produksi dibulan September yang tumbuh positif sehingga 30

penurunan produksi padi di triwulan III-2011 tidak terlalu dalam. Produksi padi diperiode Mei-Agustus 2011 tercatat sebesar 10.969 ton, sementara di periode September-Desember 2011 jumlah produksi tercatat sebesar 13.138 ton. Tabel 16. Perkembangan Produksi Padi Provinsi Papua Barat Periode Panen 2009 2010 2011 *) Pertumbuhan yoy (%) Januari-April (ton/ha) 13.438 12.154 11.943-1,74 Mei-Agustus (ton/ha) 13.427 12.153 10.969-9,74 September-Desember (ton/ha) 10.120 9.948 13.138 32,07 Januari-Desember (ton/ha) 36.985 34.255 36.050 5,24 Sumber : BPS Provinsi Papua Barat *) Angka Ramalan III-2011 Sumber: BPS Papua Barat 2.2.2. Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan III-2011 diperkirakan tumbuh sebesar 15,58% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2011 yang mencapai 14,29% (yoy). Perkembangan sektor PHR pada triwulan dipengaruhi antara lain oleh rencana pelaksanaan pemilihan kepala daerah langsung (Pemilukada) ulang Gubernur Provinsi Papua Barat yang akan dilaksanakan pada Nopember 2011 dan faktor musiman bulan ramadhan serta hari raya Idul Fitri. Meskipun tumbuh signifikan, namun kinerja sektor PHR tertahan oleh perlambatan pertumbuhan arus bongkar muat barang di pelabuhan Provinsi Papua Barat yang tumbuh melambat baik menurut jenis perdagangan, menurut jenis distribusi maupun menurut jenis kemasan yang masing-masing tumbuh sebesar - 4,66% (yoy). 31

Tabel 17. Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Provinsi Papua Barat Keterangan 2010 2011 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang -Menurut Jenis Perdagangan (Ton/M3) 70.069 79.171 86.510 82.650 89.713 79.459 82.478 -Pertumbuhan Tahunan (%) 16,75 1,60 25,05 16,27 28,04 0,36-4,66 -Menurut Jenis Distribusi (Ton/M3) 70.069 79.162 86.510 82.650 89.713 77.459 82.478 -Pertumbuhan Tahunan (%) 16,75 1,59 25,05 16,27 28,04-2,15-4,66 -Menurut Jenis Kemasan (Ton/M3) 70.069 79.162 86.510 82.650 89.713 79.459 82.478 -Pertumbuhan Tahunan (%) 16,76 1,59 25,05 16,27 28,04 0,38-4,66 Sumber: PT. Pelindo IV Cabang Manokwari Kinerja sektor PHR juga tertahan oleh menurunnya konsumsi listrik konsumen komersial yang tumbuh mencapai 4% (yoy) atau dengan jumlah konsumsi listrik mencapai 22,66 juta Kwh, lebih rendah bila dibandingkan pertumbuhan konsumsi listrik triwulan sebelumnya sebesar 6,94% (yoy) yang antara lain disebabkan oleh meningkatnya frekuensi pemadaman listrik. Grafik 30. Perkembangan Konsumsi Listrik Komersial Provinsi Papua Barat (Juta Kwh) (%) 25 30 20 25 15 10 5 20 15 10 5 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2008 2009 2010 2011 0 Sumber: PLN Wilayah Papua Jumlah Konsumsi Listrik Komersial Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) 2.2.3. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuh mencapai 14,67% (yoy) pada triwulan III-2011, atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 13,30% 32

(yoy). Perkembangan sektor pengangkutan dan komunikasi didominasi oleh pertumbuhan sub sektor angkutan udara dan angkutan laut sebagai jenis angkutan yang paling banyak dipergunakan masyarakat di Papua Barat. Selain kedua jenis sub sektor angkutan tersebut, sektor komunikasi juga mendominasi perkembangan sektor ini seiring dengan banyaknya tawaran dan promosi dari beberapa provider komunikasi berupa potongan harga dan hadiah menarik dalam menyambut hari raya Idul Fitri. Peningkatan kinerja sektor transportasi dan komunikasi pada triwulan III-2011 tercermin antara lain oleh perkembangan arus penumpang kapal di Pelabuhan Papua Barat yang tercatat sebesar 64.293 orang penumpang, atau tumbuh mencapai 25,24% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 6,47% (yoy). Tabel 18. Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Provinsi Papua Barat Keterangan 2010 2011 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 Perkembangan Arus Penumpang (orang) 51.951 43.468 51.336 39.237 58.412 46.280 64.293 Pertumbuhan Tahunan Arus Penumpang (%) 16,52 10,91 3,02-9,56 12,44 6,47 25,24 Sumber: PT.Pelindo IV Cabang Manokwari 2.2.4. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada periode triwulan III-2011 tumbuh sebesar 18,33% (yoy), lebih tinggi dibandingkan 12,49% (yoy) pada triwulan II-2011. Pertumbuhan sektor keuangan pada periode triwulan ini didominasi oleh pertumbuhan signifikan sub sektor bank yang memiliki pangsa terbesar. Kinerja positif sektor keuangan pada periode triwulan III- 2011 juga tercermin dari pertumbuhan tahunan Nilai Tambah Bank (NTB) sebesar 134% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode triwulan sebelumnya yang mencapai 61% dengan nilai mencapai Rp 262 milyar(tabel 19). 33

Tabel 19. Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua Barat Uraian 2010 2011 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 Nilai NTB Bank Provinsi Papua Barat (Rp Juta) 64.854 107.096 112.263 484.581 85.657 172.134 262.588 Pertumbuhan Tahunan NTB (%) 117 51 22 178 32 61 134 Sumber: PT.Pelindo IV Cabang Manokwari Masih tingginya spread suku bunga kredit dengan suku bunga Dana Pihak Ketiga serta meningkatnya penyaluran dana oleh perbankan menjadi pendorong peningkatan laba usaha bank. Penjelasan lebih lanjut mengenai kinerja perbankan akan dibahas pada bab III. 2.2.5. Sektor Lainnya Sektor-sektor lainnya pada periode triwulan III-2011 yang tumbuh signifikan adalah sektor industri pengolahan yang tumbuh sebesar 32,99% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode triwulan sebelumnya yang mencapai 24,64% (yoy). Kinerja sektor industri pengolahan didominasi oleh sub sektor gas alam cair yang dikontribusikan oleh aktivitas LNG Tangguh. Sektor industri pengolahan memberikan kontribusi yang sangat dominan terhadap pertumbuhan ekonomi Papua Barat mencapai 10,24%. Sementara itu, sektor pertambangan dan penggalian serta sektor jasa-jasa pada periode triwulan laporan ini tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Papua Barat masing-masing sebesar 0,97% dan 2,12%. Sektor bangunan dan sektor listrik serta air bersih pada triwulan laporan laporan juga menunjukkan peningkatan kinerja dibandingkan triwulan sebelumnya. 34

BAB 2. PERKEMBANGAN HARGA 1. Provinsi Papua 1.1. Kondisi Umum Laju inflasi Kota Jayapura yang merupakan kota indikator inflasi di Provinsi Papua sampai dengan periode triwulan III-2011 tercatat sebesar 2,82 % (yoy) menurun dari 3,93% pada triwulan II-2011 dan secara bulanan kota Jayapura mengalami deflasi mencapai (-1,07) %. Kelompok Komoditi Tabel 20. Perkembangan Inflasi Kota Jayapura 2009 2010 IHK MTM YTD YOY IHK MTM YTD YOY IHK MTM YTD YOY IHK MTM YTD YOY IHK MTM YTD YOY Bahan Makanan 125,30 (0,74) 1,47 1,47 132,32 3,91 5,60 5,60 136,79 (0,23) 3,38 4,28 135,97 (0,03) 2,76 2,79 136,41 (2,87) 3,09 1,34 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & 130,01 0,08 7,34 7,34 142,63 2,13 9,71 9,71 142,91 (0,10) 0,20 8,36 144,76 (0,01) 1,49 5,43 145,14 (0,07) 1,76 5,43 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 110,60 0,15 1,23 1,23 114,46 0,53 3,49 3,49 115,05 0,13 0,52 4,24 115,71 0,10 1,09 4,65 116,05 0,13 1,39 2,44 Sandang 115,45 0,47 6,15 6,15 119,03 0,76 3,10 3,10 119,39 0,24 0,30 4,48 120,54 0,05 1,27 3,14 126,53 1,48 6,30 9,20 Kesehatan 112,78 0,54 4,96 4,96 114,30 0,52 1,35 1,35 114,06 0,22 (0,21) 1,67 114,67 0,14 0,32 1,34 115,16 0,38 0,75 1,67 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 107,85 (0,01) 0,69 0,69 108,33 0,06 0,45 0,45 108,31 - (0,02) 0,39 108,32 - (0,01) 0,24 108,76-0,40 0,62 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 112,90 2,00 (1,31) (1,31) 115,82 1,55 2,59 2,59 115,16 - (0,57) 2,22 118,63 2,74 2,43 5,26 117,50 (1,71) 1,45 2,62 Inflasi Jayapura 117,53 0,31 1,92 1,92 122,80 1,87 4,48 4,48 123,97 (0,03) 0,95 4,12 125,03 0,60 1,82 3,93 125,38 (1,07) 2,10 2,82 Sumber: BPS Provinsi Papua Tendensi penurunan inflasi tersebut disebabkan oleh turunnya harga sejumlah kelompok penyumbang inflasi yakni kelompok bahan makanan sebesar -2.87%, kelompok transpor,komunikasi & jasa keuangan -1,71%. TW I 2011 TW II TW III 1.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Pada Periode Berjalan di Kota Jayapura Kecenderungan penurunan inflasi terlihat dari penurunan harga sejumlah komoditas yakni komoditas volatile food dan komoditas inflasi inti. Hal tersebut juga diperkuat oleh penurunan ekspektasi konsumen yang sampai 35

dengan posisi September 2011 mengalami dibanding bulan Agustus 2011 dari 148,9 menjadi 144,7 mengalami penurunan. Tabel 21 Disagregasi Inflasi Core Komponen 2011 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Index 117,13 117,09 117,19 117,52 117,88 117,89 118,10 118,72 117,07 Kontribusi (mtm) 0,14-0,02 0,04 0,12 0,12 0,01 0,09 0,20 1,62 Kontribusi (yoy) 1,72 1,74 1,75 1,72 1,61 1,33 1,48 1,70 2,88 Inflasi Core (mtm) 0,30-0,04 0,09 0,29 0,30 0,01 0,18 0,52-1,39 Inflasi Core (yoy) 3,84 3,92 3,91 3,87 3,59 2,93 3,27 3,81 2,00 Volatile Foods Index 140,09 136,97 136,60 134,69 135,93 135,99 136,14 140,22 148,72 Kontribusi (mtm) 1,60-0,46 0,00-0,38 0,29-0,01-0,02 0,67 2,06 Kontribusi (yoy) 1,94 2,04 1,48 1,75 1,47 1,05 0,99 1,54 3,30 Inflasi Volatile (mtm) 5,85-2,23-0,27-1,40 0,92 0,05 0,11 3,00 6,06 Inflasi Volatile (yoy) 6,86 6,45 4,41 6,03 5,09 3,11 3,07 5,68 10,56 Adm Price Index 126,44 125,61 125,61 125,61 126,17 129,18 129,63 130,14 85,13 Kontribusi (mtm) 0,08-0,15 0,00 0,00 0,11 0,54 0,08 0,09-7,80 Kontribusi (yoy) 1,30 1,11 1,04 0,93 1,09 1,66 1,48 1,09-7,17 Inflasi Adm Price (mtm) 0,36-0,66 0,00 0,00 0,44 2,39 0,35 0,40-34,59 Inflasi Adm Price (yoy) 5,33 4,46 4,19 3,69 4,37 6,96 6,12 4,75-31,60 Sumber: KBI Jayapura Grafik 31 Perkembangan Disagregasi Inflasi Provinsi Papua 16 %,yoy Kontribusi Komponen Disagregasi Inflasi Papua 11 6 1 (4) (9) Series2 Series3 Series1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2008 2009 2010 2011 Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok) Sumber: KBI Jayapura Grafik 32 Perkembangan SEK 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 3 4 5 6 7 8 9 2011 Kota: Jayapura Indeks Ekspektasi konsumen 3 bulan yang akan datang Kota: Jayapura Indeks Ekspektasi konsumen 6 bulan yang akan datang Kota: Jayapura IHK Kota Jayapura Sumber: KBI Jayapura 36

1.3. Inflasi Menurut Kelompok Komoditas Hasil survei pemantauan terhadap harga komoditas di sejumlah pasar tradisional maupun pasar modern di Kota Jayapura menunjukkan penurunan. Komoditas seperti ikan ekor kuning, cabe rawit, ikan gembung/kembung, bawang merah, kangkung mengalami penurunan harga rata-rata sebesar -3% sampai -6%. Tabel 22. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Volatile Food Komoditas September I II III IV Sumber: Survei Pemantauan Harga KBI Jayapura Bekerjasama Dengan KEDUA UNCEN Growth IV terhadap I TELUR AYAM RAS 24.000 24.000 24.000 24.000 0,00% CABE MERAH 23.000 23.000 23.000 23.000 0,00% CABE RAWIT 24.000 24.000 24.000 23.500-2,08% BAWANG MERAH 23.250 23.500 23.500 23.250 0,00% BAWANG PUTIH 20.000 20.000 20.000 20.000 0,00% IKAN BANDENG/EKOR KUNING 42.000 41.000 40.000 38.500-8,33% IKAN KEMBUNG 38.000 37.500 37.000 37.000-2,63% IKAN MAS/CAKALANG 38.000 37.000 37.000 36.500-3,95% IKAN TONGKOL 35.500 35.500 35.500 35.000-1,41% Grafik 33 Perkembangan Harga Beberapa Komoditi 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 0 I II III IV September 44.000 42.000 40.000 38.000 36.000 34.000 32.000 30.000 I II III IV DAGING AYAM RAS TELUR AYAM RAS BAWANG MERAH September BAWANG PUTIH TOMAT SAYUR TOMAT BUAH IKAN BANDENG/EKOR KUNING IKAN KEMBUNG WORTEL KENTANG KACANG PANJANG IKAN MAS/CAKALANG IKAN TONGKOL KANGKUNG BAYAM SAWI HIJAU UDANG BASAH Sumber: Survei Pemantauan Harga Kota Jayapura 1.3.1 Kelompok Bahan Makanan Kelompok Bahan Makanan pada Bulan September 2011 mengalami deflasi sebesar 2,87 % atau terjadi penurunan angka indeks dari 140,44 pada Bulan Agustus 2011 menjadi 136,41 pada Bulan September 2011. 37

Dari 11 sub kelompok dalam kelompok Bahan Makanan, tujuh sub kelompok mengalami deflasi dan empat sub kelompok mengalami inflasi. Sub kelompok yang mengalami deflasi adalah: sub kelompok Daging dan Hasil-Hasilnya sebesar 3,24%, sub kelompok Ikan Segar sebesar 8,05%, sub kelompok Ikan Diawetkan sebesar 8,09%, sub kelompok Telur, Susu dan Hasil-hasilnya sebesar 2,61%, sub kelompok Sayur-Sayuran sebesar 2,29%, sub kelompok Buah-Buahan sebesar 0,04% dan sub kelompok Bumbu-Bumbuan sebesar 8,22%. Sedangkan sub kelompok yang mengalami kenaikan angka indeks adalah sub Padi-Padian, Umbi-Umbian dan Hasil-Hasilnya sebesar 0,90%, sub kelompok Kacang-Kacangan sebesar 2,53%, sub kelompok Lemak dan Minyak sebesar 0,76 % dan sub kelompok Bahan Makanan Lainnya sebesar 3,20 %. Kelompok memberikan andil/sumbanganl deflasi sebesar 0,81 %. Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi yaitu: ikan ekor kuning sebesar 0,27 %; bawang merah sebesar 0,12 %; daging ayam ras dan tomat sayur masing-masing sebesar 0,07 %; ikan cakalang dan ikan teri masing-masing sebesar 0,06 %; telur ayam ras dan cabe merah masing-masing sebesar 0,05 %; ikan deho, sagu, ikan kembung/gembung dan ikan cakalang asap masing-masing sebesar 0,03 %; ikan ekor kuning asap, ikan bandeng dan bawang putih masing-masing sebesar 0,02 % serta daging sapi, buncis, sawi hijau, bunga papaya, kemiri, daun bawang, wortel, bayam, tongkol, nangka muda, labu siam/jipang, ikan merah dan bunga tomat buah masing-masing sebesar 0,01 %. Disisi lain, komoditas yang dominan memberikan andil inflasi yaitu: beras dan ikan mujair masing-masing sebesar 0,06 %; kangkung sebesar 0,04 %; tahu mentah sebesar 0,03 %; talas/keladi sebesar 0,02 % serta minyak goreng, ikan kawalina, cumi-cumi, jeruk dan udang basah masingmasing sebesar 0,01 %. 1.3.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok ini pada September 2011 mengalami deflasi 0,07 % atau terjadi penurunan angka indeks dari 145,24 pada Bulan Agustus 2011 menjadi 145,14 pada Bulan September 2011. 38

Dari tiga sub kelompok dalam kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau, sub kelompok yang mengalami penurunan angka indeks adalah sub kelompok Makanan Jadi sebesar 0,12 %, sub kelompok Makanan Yang Tidak Beralkohol sebesar 0,65 %. Sedangkan sub kelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol mengalami kenaikan angka indeks sebesar 0,64 %. Kelompok ini pada Bulan September 2011 secara keseluruhan memberikan andil/sumbangan deflasi sebesar 0,01 %. Komoditas yang dominan memberikan kontribusi deflasi adalah komoditas minuman ringan sebesar 0,02 serta roti tawar sebesar 0,02 %, sedangkan komoditas yang dominan memberikan kontribusi inflasi adalah komoditas rokok kretek filter sebesar 0,02 %. 1.3.3 Kelompok Perumahan, Air Dan Listrik. Kelompok ini pada September 2011 mengalami inflasi 0,13 % atau terjadi kenaikan angka indeks dari 115,90 pada Bulan Agustus 2011 menjadi 116,05 pada Bulan September 2011. Dari empat sub kelompok dalam kelompok ini, sub kelompok yang mengalami kenaikan angka indeks adalah: sub kelompok Biaya Tempat Tinggal sebesar 0,18 %, sub kelompok Bahan Bakar, Penerangan dan Air sebesar 0,04 % dan sub kelompok Penyelenggaraan Rumah Tangga sebesar 0,14 %. Sedangkan sub kelompok yang mengalami penurunan angka indeks adalah sub kelompok Perlengkapan Rumah Tanggat sebesar 0,07 pesen. Pada Bulan September 2011 kelompok ini memberikan andil/sumbangan inflasi sebesar 0,03 %. Komoditas yang dominan memberikan kontribusi inflasi adalah komoditas batu bata/batu tela dan papan masing-masing sebesar 0,01 %. 39

1.3.4. Kelompok Sandang Kelompok ini pada September 2011 mengalami inflasi 1,48 %, atau terjadi kenaikan angka indeks dari 125,05 pada Bulan Agustus 2011 menjadi 126,53 pada Bulan September 2011. Dari empat sub kelompok dalam kelompok ini sub kelompok yang mengalami inflasi adalah sub kelompok Sandang Laki-Laki sebesar 0,20 %, sub kelompok Sandang Wanita sebesar 0,11 % dan sub kelompok Barang Pribadi dan Sandang Lainnya sebesar 4,49 %. Sedangkan sub kelompok Sandang Anak-Anak tidak mengalami perubahan angka indeks. Kelompok ini pada Bulan September 2011 secara keseluruhan memberikan andil/sumbangan inflasi sebesar 0,08 %. Komoditas yang memberikan kontribusi inflasi adalah komoditas emas perhiasan sebesar 0,07 %. 1.3.5 Kelompok Kesehatan Kelompok ini pada September 2011 mengalami inflasi 0,38 % atau terjadi kenaikan angka indeks 114,72 pada Bulan Agustus 2011 menjadi 115,16 pada Bulan September 2011. Dari empat sub kelompok dalam kelompok ini, hanya satu sub elompok mengalami inflasi yaitu sub kelompok Perawatan Jasmani dan Kosmetika sebesar 0,90 %. Sedangkan sub kelompok Jasa Kesehatan,sub kelompok Obat-Obatandan sub kelompok Jasa Perawatan Jasmani tidak mengalami perubahan angka indeks. Kelompok ini pada Bulan September 2011 secara keseluruhan memberikan andil/sumbangan inflasi sebesar 0,01 %. Komoditas yang dominan memberikan kontribusi terjadinya deflasi adalah sabun mandi sebesar 0,001 %. 1.3.6. Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga pada September 2011 2011 tidak mengalami perubahan angka indeks atau tetap sebesar 108,76 pada Bulan September 2011. Dari lima sub kelompok dalam kelompok ini, sub kelompok Pendidikan, sub kelompok Kursus-Kursus/Peatihan, sub kelompok 40

Perlengkapan/Peralatan Pendidikan, sub kelompok Rekreasi serta sub kelompok Olahraga tidak mengalami perubahan angka indeks. Kelompok ini pada Bulan September 2011 secara keseluruhan memberikan andil/sumbangan inflasi/deflasi sebesar 0,00 % (andilnya sangat kecil) atau dengan kata lain kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga memberikan andil yang relatif kecil terhadap perubahan indeks secara umum 1.3.7. Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan pada September 2011 mengalami deflasi 1,71 % atau terjadi kenaikan angka indeks 119,55 pada Bulan Agustus 2011 menjadi 117,50 pada Bulan September 2011. Dari empat sub kelompok dalam kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan,hanya satu sub kelompok yang mengalami deflasi yaitu sub kelompok Transpor yaitu sebesar 2,20 %. Sedangkan sub kelompok Komunikasi dan Pengiriman, sub kelompok Sarana dan Penunjang Transpor, dan sub kelompok Jasa Keuangan tidak mengalami perubahan angka indeks. Secara keseluruhan kelompok ini pada Bulan September 2011 secara keseluruhan memberikan andil/sumbangan deflasi sebesar 0,36 %. Komoditas yang dominan memberikan kontribusi terjadinya deflasi adalah angkutan udara sebesar 0,36 %. 41

2. Provinsi Papua Barat 2.1. Kondisi Umum Dibanding Agustus 2011, harga berbagai komoditas pada bulan September 2011 secara umum menunjukkan adanya penurunan seperti terlihat dari inflasi gabungan Kota Manokwari dan Sorong yang tercatat sebesar -0,26%. Namun demikian, secara triwulanan terdapat kenaikan harga yang cukup besar seperti terlihat dari kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 141,50 pada bulan Juni 2011 menjadi 145,74 pada bulan September 2011 atau inflasi sebesar 3%. Tabel 23. Perkembangan Inflasi Provinsi Papua Barat 2011 2009 2010 Kelompok Komoditi TW I TW II TW III IHK MTM YTD YOY IHK MTM YTD YOY IHK MTM YTD YOY IHK MTM YTD YOY IHK MTM YTD YOY Bahan Makanan 150,08 0,76 4,29 4,29 164,89-1,99 9,87 9,87 159,37-1,2-3,35 5,94 155,53 3,60 (0,87) 3,75 173,79 (0,63) (0,98) (3,23) Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 152,03 0,26 5,80 5,80 168,04-0,05 10,53 10,53 167,52-0,39-0,31 4,9 159,66 0,15 1,79 3,75 172,27 0,11 0,72 1,39 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 125,90 0,05 4,58 4,58 131,23 0,16 4,23 4,23 132,70 0,14 1,12 4,5 140,34 0,05 0,18 5,82 127,46-2,57 2,49 Sandang 114,42 0,66 6,05 6,05 116,50 0,45 1,82 1,82 116,51 0,08 0,01 2 121,40 0,12 1,07 3,05 113,19-0,82 1,78 Kesehatan 124,23 0,03 2,36 2,36 129,00 0,07 3,84 3,84 132,48 2,04 2,7 5,86 132,04 (0,51) 1,63 1,97 129,31-3,13 2,42 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 110,42-0,01 3,53 3,53 120,83-0,02 9,43 9,43 121,2 0,25 0,31 7,99 121,18 0,26 0,31 6,38 121,09 3,70 3,64 3,60 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 109,02 1,58-2,73-2,73 113,46 2,09 4,07 4,07 110,56-0,41-2,56 2,57 116,33 2,50 9,66 4,43 110,26-0,05-0,59 0,47 Inflasi Papua Barat 133,45 0,60 3,59 3,59 143,34 (0,52) 7,41 7,41 141,35 (0,47) (1,39) 4,90 141,50 1,67 0,28 4,38 145,74-0,09 0,44-0,26 Sumber: Direktorat Statistik Dan Ekonomi Moneter, BPS Provinsi Papua Barat 2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Selama Periode Berjalan Pada bulan September 2011 Provinsi Papua Barat mengalami deflasi gabungan sebesar -0.76 %. Deflasi di Provinsi Papua Barat terjadi di Kota Manokwari maupun Kota Sorong. Dari 66 kota, Kota Manokwari menempati peringkat inflasi ke-enam puluh lima (yakni sebesar -1.33%), sedangkan untuk Kota Sorong menempati peringkat inflasi ke-lima puluh satu (yakni sebesar - 0.09 %) di Indonesia. Deflasi gabungan di Provinsi Papua Barat terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh penurunan indeks pada kelompokkelompok barang dan jasa yaitu kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar -2.92 %; kelompok bahan makanan sebesar -1.06 %; dan kelompok kesehatan sebesar -0.01 %. Sedangkan tiga kelompok lainnya mengalami kenaikan/inflasai yaitu kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 1.67 %; dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan 42

bahan bakar sebesar 0.08 %; serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0.08 %. Kemudian satu kelompok tidak mengalami perubahan yaitu kelompok sandang Laju inflasi tahun kalender (Januari - September) 2011 di Provinsi Papua Barat sebesar 1.70 %; sedangkan laju inflasi tahun ke tahun (September 2011 terhadap September 2010) sebesar 2.22 %. 2.2.1 Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan pada bulan September 2011 mengalami deflasi sebesar -1.06 % atau terjadi penurunan indeks dari 159.08 pada Agustus 2011 menjadi 157.40 pada September 2011. Dari sebelas sub kelompok yang ada dalam kelompok bahan makanan, tujuh sub kelompok mengalami inflasi, da empat sub kelompok mengalami deflasi. Sub kelompok ikan diawetkan adalah sub kelompok yang mengalami inflasi terbesar, yakni sebesar 6.99 %, sedangkan sub kelompok lemak dan minyak adalah sub kelompok yang mengalami inflasi terkecil, yakni sebesar 0.06 %. Sub kelompok sayur-sayuran adalah sub kelompok yang mengalami deflasi terbesar, yakni sebesar -4,72 %, sedangkan deflasi terkecil adalah sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya yaitu sebesar -0,61 %. 2.2.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada bulan September 2011 mengalami inflasi sebesar 0.08 % atau terjadi kenaikan indeks dari 159.81 pada Agustus 2011 menjadi 159.95 pada September 2011. Dari tiga sub kelompok yang ada dalam kelompok ini, dua sub kelompok mengalami inflasi dan satu sub kelompok tidak mengalami perubahan. Sub kelompok yang mengalami inflasi adalah sub kelompok tembakau, dan minuman beralkohol, serta dan sub kelompok minuman yang tidak beralkohol yakni masing-masing sebesar 0.19 % dan 0.10 %, sedangkan sub kelompok yang tidak mengalami perubahan adalah sub kelompok makanan jadi. 43

2.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, September 2011 mengalami listrik, gas dan bahan bakar pada bulan inflasi sebesar 0.08 %, atau terjadi kenaikan indeks dari 141.65 pada bulan Agustus 2011 menjadi 141.76 pada bulan September 2011. Dari empat sub kelompok yang ada dalam kelompok ini, tiga sub kelompok mengalami inflasi dan satu sub kelompok lainnya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok biaya tempat tinggal sebesar 0.12 % dan inflasi terkecil terjadi pada sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga sebesar 0.01 %. Sedangkan sub kelompok perlengkapan rumah tangga mengalami deflasi sebesar -0.08 %. 2.2.4. Kelompok Sandang Kelompok sandang pada belum September 2011 tidak mengalami perubahan indeks atau indeks harga pada kelompok ini sama dengan bulan sebelumnya yaitu 123.11 pada bulan Agustus 2011. Dari empat sub kelompok yang ada dalam kelompok ini, semuanya tidak mengalami perubahan. Empat sub kelompok tersebut adalah sub kelompok sandang laki-laki, sub kelompok sandang wanita, sub kelompok sandang anakanak serta sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya. 2.2.5. Kelompok Kesehatan Kelompok kesehatan pada September 2011 mengalami deflasi sebesar -0.01 persen, atau terjadi penurunan indeks dari 134.47 pada Agustus 2011 menjadi 134.46 pada September 2011. Dari empat sub kelompok yang ada dalam kelompok ini, satu sub kelompok mengalami deflasi dan tiga sub kelompok lainnya tidak mengalami perubahan indeks. Sub kelompok yang mengalami deflasi adalah sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika sebesar -0.02 persen. Sedangkan tiga sub kelompok yang tidak mengalami perubahan indeks adalah sub kelompok jasa kesehatan, sub kelompok obat-obatan dan sub kelompok jasa perawatan jasmani. 44

2.2.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada bulan September 2011 mengalami inflasi sebesar 1.67 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 121,52 pada Agustus 2011 menjadi 123,55 pada September 2011. Dari lima sub kelompok yang ada dalam kelompok ini, satu sub kelompok mengalami inflasi dan empat sub kelompok lainnya tidak mengalami perubahan indeks. Satu-satunya sub kelompok yang mengalami inflasi adalah sub kelompok pendidikan sebesar 2.88 persen. Sedangkan sub kelompok kursus-kursus/pelatihan; sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidika; sub kelompok rekreasi dan sub kelompok olah raga tidak mengalami perubahan. 2.2.7. Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada bulan September 2011 mengalami deflasi sebesar -2.92 persen atau terjadi penurunan indeks dari 123.84 pada bulan Agustus 2011 menjadi 120.22 pada bulan September 2011. Dari empat sub kelompok yang ada dalam kelompok ini, satu sub kelompok mengalami deflasi dan tiga sub kelompok lainnya tidak mengalami perubahan indeks. Satu subkelompok yang mengalami deflasi terjadi pada sub kelompok transport sebesar -3,82 persen. Adapun tiga sub kelompok lainnya yang tidak mengalami perubahan indeks adalah sub kelompok komunikasi dan pengiriman; sub kelompok sarana dan penunjang transport; serta sub kelompok jasa keuangan. 45

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN I. Perkembangangan Umum Perbankan Wilayah Papua Perbankan di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Jayapura yang meliputi pada triwulan III-2011 secara umum mengalami pertumbuhan yang menggembirakan. Hal ini tercermin dari beberapa indikator seperti perkembangan aktiva, penghimpunan dana pihak ketiga dan penyaluran kredit serta tingkat Non Performing Loan (NPL) masih berada di bawah batas 5% sesuai dengan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Tabel 24. Perkembangan Perbankan Wilayah Papua (Miliar) Sumber: KBI Jayapura Dari sisi kelembagaan, jumlah kantor bank di wilayah kerja KBI Jayapura terdapat sebanyak 330 yang tersebar di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Sampai dengan triwulan III-2011, aset bank-bank tersebut mencapai Rp 44.07 triliun atau meningkat 25,14% dari tahun sebelumnya. Penyaluran kredit mencapai Rp.13,45 triliun atau tumbuh sebesar 36,41% dibandingkan dengan triwulan III-2010. Perbankan Wilayah Papua juga berhasil 46

menghimpun Dana Pihak Ketiga Rp. 31,06 triliun atau bertumbuh sebesar 26,98%. Loan to Deposit Ratio mengalami pertumbuhan menjadi 48,56% Jika dilihat dari masing-masing komponen dana pihak ketiga, Giro mengalami pertumbuhan sebesar 44,93%. Nilai deposito juga mengalami pertumbuhan yang sebesar 4,02% dan tabungan sebesar 21,83% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2010. Dari sisi penyaluran kredit, sektor modal kerja memiliki share yang terbesar. Hal ini tercermin dari share kredit tersebut terhadap keseluruhan penyaluran kredit bagi masyarakat mencapai 45% dan memiliki pertumbuhan mencapai 30,11% jika dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan kredit investasi dan konsumsi masing-masing mencapai 43% dan 12%. Tabel 25. Perkembangan NPL Persektor NPL Sektor 2009 2010 2011 II III IV I II III IV I II III Total 3,46% 0,88% 2,01% 3,97% 1,16% 1,15% 1,43% 1,39% 1,62% 1,53% Tani 2,49% 1,62% 2,54% 0,31% 0,00% 0,00% 0,44% 1,41% 1,27% 1,17% Tambang 1,07% 0,46% 0,68% 0,57% 0,03% 2,01% 1,36% 0,44% 0,44% 0,41% Industri 2,57% 0,00% 0,00% 0,41% 0,07% 1,71% 9,70% 1,36% 1,37% 1,26% Listrik,Gas 6,09% 6,79% 6,94% 4,24% 1,90% 1,89% 1,57% 9,70% 4,95% 4,55% Konstruksi 1,50% 1,21% 1,89% 2,12% 1,02% 2,16% 1,33% 1,55% 1,86% 1,71% Dagang/Hotel 1,95% 1,31% 2,37% 1,60% 0,04% 1,77% 1,21% 1,32% 1,60% 1,47% Angkut/Komunikasi 2,51% 2,60% 1,71% 2,56% 0,04% 0,26% 0,50% 1,21% 1,22% 1,12% JS.Dunia Usaha 2,73% 1,78% 4,53% 3,94% 0,02% 2,20% 1,62% 0,41% 0,41% 0,38% JS.Sosial 1,46% 1,00% 0,97% 1,36% 1,62% 1,46% 1,85% 1,64% 1,66% 1,53% Lain-2 2,01% 2,32% 1,71% 1,95% 1,74% 1,76% 1,63% 1,48% 1,50% 1,38% Sumber: KBI Jayapura Rasio kredit bermasalah mengalami peningkatan dari 1,62% pada triwulan III-2010 menjadi 1,53% triwulan III-2011. 47

II. Perbankan Provinsi Papua 2.1. Perkembangan Umum Secara umum perbankan Provinsi Papua mengalami pertumbuhan yang menggembirakan. Kinerja perbankan Provinsi Papua mengalami perkembangan yang cukup baik tercermin dari beberapa indikator utama antara lain pertumbuhan aset sebesar 15,16% (yoy); DPK sebesar 12,75(yoy); kredit yang disalurkan sebesar 17,57% (yoy) sementara LDR mencapai 47,78% dengan rasio kredit bermasalah sebesar 1,54%. Tabel 26. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar) Sumber: KBI Jayapura 2.2 Perkembangan Aset Total aset perbankan di Papua tercatat sebesar Rp 36,13 triliun. Dari jumlah itu, bank-bank Pemerintah masih menjadi pelaku dominan dengan pangsa sebesar 83% dengan aset sebesar Rp 29,83 triliun. Sementara itu, aset bank umum milik swasta dan BPR masing-masing mencapai Rp 5,92 triliun dan Rp.391,24 miliar. 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000 - Gafik 34. Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua Perkembangan Aset Provinsi Papua I II III IV I II III IV I II III 40,0% 35,0% 30,0% 25,0% 20,0% 15,0% 10,0% 5,0% 0,0% Komposisi Aset 16% 1% 2009 20010 2011 83% Total Asset (Rp miliar) Sumber: KBI Jayapura growth Bank Pemerintah Bank BPR Bank Swasta 48

2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan DPK perbankan Provinsi Papua mencapai dari giro sebesar Rp 10,94 triliun, tabungan sebesar Rp 23,85 triliun yang terdiri Rp 8,54 triliun dan deposito sebesar Rp 4,36 triliun. Apabila dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya, maka masing-masing mengalami pertumbuhan yaitu giro sebesar 26,01%; deposito mengalami kontraksi sebesar -1,82%. Semntara itu tabungan mengalami pertumbuhan sebesar 22,15%. Sementara itu dilihat dari masing-masing share kelompok bank, Bank Pemerintah masih mendominasi dengan share sebesar 85%, diikuti kelompok bank swasta sebesar 14% dan kelompok BPR sebesar 1%. Tabel 27. Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar) 2010 2011 Growth I II III IV I II III (yoy) Bank Pemerintah 12.453,58 15.341,46 15.146,37 14.976,47 16.861,33 16.587,15 18.528,53 22,33% Giro 4.874,44 7.297,35 6.691,18 5.232,11 7.637,72 7.752,47 9.268,26 38,51% Deposito 2.206,06 2.769,19 2.940,39 2.282,30 2.782,29 2.638,03 2.653,35-9,76% Tabungan 5.373,08 5.274,93 5.514,81 7.462,27 6.441,32 6.196,64 6.606,92 19,80% Bank Swasta 3.181,94 3.338,99 3.610,59 4.447,94 4.601,51 4.661,29 4.922,20 36,33% Giro 513,41 620,36 795,56 1.180,83 1.438,11 1.556,55 1.672,43 110,22% Deposito 1.278,68 1.338,65 1.452,37 1.444,90 1.484,34 1.435,23 1.487,52 2,42% Tabungan 1.389,85 1.379,98 1.362,66 1.822,20 1.679,06 1.669,51 1.762,25 29,32% BPR 156,41 165,32 173,50 166,35 187,42 197,87 402,64 132,07% Deposito 127,25 134,95 142,04 131,78 149,57 159,33 223,22 57,16% Tabungan 29,16 30,37 31,47 34,56 37,85 38,54 179,42 470,20% Total DPK Provinsi Papua 15.791,93 18.845,77 18.930,47 19.590,75 21.650,25 21.446,31 23.853,37 26,01% Giro 5.387,86 7.917,71 7.486,74 6.412,94 9.075,82 9.309,03 10.940,68 46,13% Deposito 3.611,98 4.242,79 4.445,09 3.858,99 4.416,20 4.232,59 4.364,10-1,82% Tabungan 6.792,09 6.685,28 6.998,65 9.319,03 8.158,23 7.904,69 8.548,59 22,15% Sumber: KBI Jayapura Grafik 35. Perkembangan Indikator Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua Sumber: KBI Jayapura 49

2.4. Penyaluran Kredit Perbankan Walaupun total penyaluran kredit dibandingkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh perbankan masih relatif kecil, akan tetapi dari pertumbuhan kredit cukup menggembirakan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan total kredit yang mencapai 39,75% (yoy). Hal ini didorong oleh pertumbuhan oleh sektor konsumsi sebesar 31,70% (yoy), kredit modal kerja sebesar 171,71%, kredit investasi sebesar 20,37% (yoy). Grafik 35. Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua Sumber: KBI Jayapura 2.5 LDR Dan NPL Perbankan Papua masih lebih banyak berfungsi sebagai sumber pembiayaan (funding) dan buku sebagai penggerak dunia usaha (lending) terlihat dari rendahnya fungsi intermediasi yang dilakukan. Hal itu tercermin dari nisbah kredit terhadap DPK (LDR) yang hanya 47,78%. Namun demikian, kualitas kredit di Papua masih sangat baik seperti tercermin dari rendahnya terdapat rasio kredit bermasalah (NPL) sebesar 1,54% masih dibawah 5% sesuai dengan rasio yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Grafik 36. Perkembangan Indikator Perbankan Provinsi Papua Sumber: KBI Jayapura 50

2.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah. Rasio kredit mikro, kecil dan menengah (UMKM) terhadap total kredit di Provinsi Papua cukup besar. Nilai kredit UMKM mencapai Rp 8,33 triliun, atau 72,99% dari total kredit. Nilai itu mengalami pertumbuhan sebesar 29.59% jika dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya. Tabel 28. Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Provinsi Papua Sumber: KBI Jayapura, Penghitungan masih menggunakan pendekatan berdasarkan plafond. III. Perbankan Provinsi Papua Barat 3.1 Perkembangan Umum Posisi aktiva perbankan Provinsi Barat pada triwulan III-2011 mencapai Rp. 8,26 triliun meningkat sebesar 27,59% (yoy). Sementara total DPK mencapai Rp 7,20 triliun atau meningkat 30,33% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Searah dengan itu, penyaluran kredit mencapai Rp 3,66 triliun atau meningkat 26,95% (yoy). Disisi lain, Rasio LDR mencapai 50,85% dengan rasio kredit bermasalah (NPL) mencapai 1,49%, masih jauh di bawah ambang batas maksimal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 5%. Tabel 29. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat Sumber: KBI Jayapura 51

3.2 Perkembangan Aset Secara total, aset perbankan Papua Barat mencapai Rp. 8,26 triliun. Dari jumlah tersebut, Bank-bank pemerintah masih mendominasi dengan pangsa 90% sedangkan bank swasta hanya 9%. Grafik 37. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat Sumber: KBI Jayapura 3.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan DPK perbankan Provinsi Papua Barat mencapai Rp 7,20 triliun terdiri dari giro sebesar Rp 3,02 triliun, tabungan sebesar Rp 2,90 triliun dan deposito sebesar Rp 1,22 triliun. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, masing-masing mengalami komponen pertumbuhan yaitu giro sebesar 30,33%, deposito sebesar 40,75% dan tabungan sebesar 20,92%. Sementara itu berdasarkan dari kelompok bank, share bank pemerintah masih cukup dominan yaitu sebesar 89 %, kelompok bank swasta sebesar 11%. Grafik 38. Perkembangan DPK Provinsi Papua Barat Sumber: KBI Jayapura 52

3.4. Penyaluran Kredit Perbankan Total penyaluran kredit sampai dengan posisi triwulan III-2011 mengalami pertumbuhan sebesar 1,91%. Berdasarkan penggunaannya, kredit modal kerja memiliki share terbesar yakni 52%, diikuti kredit konsumsi mencapai 38% dan kredit investasi 10%. Grafik 39. Perkembangan Kredit Provinsi Papua Barat Sumber: KBI Jayapura 3.5. LDR dan NPL LDR perbankan Provinsi Papua Barat mengalami perbaikan signifikan. Hal ini tercermin dari peningkatan LDR mencapai 50,85% pada triwulan III-2011. Namun demikian, peningkatan LDR bisa juga diikuti peningkatan NPL menjadi 1,49% pada triwulan III-2011 dari 1,28% pada triwulan III-2010. Grafik 40. Perkembangan Indikator Perbankan Provinsi Papua Barat Sumber: KBI Jayapura 53

3.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah. Kredit Mikro Kecil dan Menengah (MKM) yang disalurkan perbankan Provinsi Papua Barat pada triwulan III-2011 mencapai Rp 2,98 triliun. Kredit UMKM tersebut didominasi oleh kredit usaha kecil dengan share 59%, kemudian kredit menengah sebesar 30% dan kredit usaha mikro sebesar 11%. Tabel 30. Perkembangan Kredit UMKM Provinsi Papua Barat (Rp Miliar) Sumber: KBI Jayapura, Penghitungan masih menggunakan pendekatan berdasarkan plafond 54

BAB 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH I. Keuangan Daerah Provinsi Papua Pengeluaran Pemerintah merupakan salah satu faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Karakter pengeluaran pemerintah yang bersifat langsung mempunyai dampak yang signifikan dalam mendorong pertumbuhan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, sehingga kecepatan realisasi baik pengeluaran maupun pendapatan pemerintah akan berpengaruh pada proses pembangunan ekonomi. 1.1 Pendapatan Daerah Provinsi Papua Jumlah anggaran pendapatan tahun 2011 adalah sebesar Rp. 5,37 triliun, menurun sebesar Rp. 129,87 milyar atau 2,36% dibandingkan dengan jumlah anggaran pendapatan tahun sebelumnya. Penyebab utama penurunan anggaran pendapatan tersebut adalah tidak dianggarkannya Dana Alokasi Khusus (DAK)/Dana Infrastruktur serta Dana Penguatan Infrastruktur dan Prasarana Daerah (DPIPD) yang pada tahun 2010 dianggarkan masing-masing secara berurutan sebesar Rp. 75,06 milyar dan Rp. 24,18 milyar. 55

Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua pada triwulan III-2011 mencapai Rp.4,67triliun atau 87,13% dari target sebesar Rp 5,37 triliun. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, maka realisasi pendapatan Provinsi Papua tersebut mengalami peningkatan sebesar 30 %. Realisasi pendapatan tersebut berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp. 259,80 milliar, Dana Perimbangan sebesar Rp 1450,03 milyar, dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah sebesar Rp 2,96 triliun. Persentase realisasi pendapatan terbesar disumbang oleh Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sebesar Rp. 2,96 triliun, setara dengan 84,93% dari total jumlah realisasi. Kemudian pendapatan disumbang oleh Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp. 1,06 triliun, setara dengan 92,87% dari total jumlah pendapatan, atau setara dengan 84,87% dari target. Tabel 31. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Triwulan III-2011 Triwulan III - 2010 Triwulan III - 2011 URAIAN APBD 2010 APBD 2011 Realisasi % Realisasi Realisasi % Realisasi Rp (Miliar) thd APBD Rp (Miliar) thd APBD Belanja 5.816,76 2.119,35 36,44% 5.590,38 2.803,96 50,16% Belanja Tidak Langsung 3.244,92 1.222,72 37,68% 2.825,33 1.898,67 67,20% Belanja Pegawai 652,02 334,80 51,35% 621,44 478,02 76,92% Belanja Hibah 93,23 14,51 15,57% 176,93 111,85 63,22% Belanja Bantuan Sosial 496,71 246,77 49,68% 237,77 180,65 75,98% Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab./Kota dan Desa 109,33 48,17 44,06% 96,04 62,32 64,89% Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Desa 1.859,71 574,51 30,89% 1.671,88 1.062,85 63,57% Belanja Tidak Terduga 33,92 3,96 11,68% 21,27 2,98 14,00% Belanja Langsung 2.571,83 896,63 34,86% 2.765,05 905,29 32,74% Belanja Pegawai 245,79 67,99 27,66% 230,37 22,86 9,92% Belanja Barang dan Jasa 1.421,52 413,11 29,06% 1.267,75 487,89 38,48% Belanja Modal 904,53 415,53 45,94% 1.266,93 394,53 31,14% Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua 1.2. Realisasi Pengeluaran Anggaran belanja daerah Provinsi Papua tahun 2011 adalah sebesar Rp. 5,59 triliun. Jumlah ini menurun signifikan sebesar Rp. 2,80 triliun atau setara dengan 50,16% dari total jumlah anggaran belanja tahun 2011. Jika dibandingkan dengan triwulan III-2011 maka terdapat kenaikan realisasi belanja sebesar 13,6%. 56

Tabel 32. Perkembangan APBD dan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua Triwulan III Tahun 2010-2011 Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua pada triwulan III-2011 sebesar Rp. 2,80 triliun, atau setara dengan 50,16% dari target sebesar Rp 5,59 triliun. Jumlah ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dengan realisasi yang mencapai 13,6%. Realisasi tersebut terjadi pada Belanja Tidak Langsung sebesar Rp. 1.89 triliun Belanja Langsung sebesar Rp 905,29 milyar. Persentase realisasi belanja tertinggi disumbang oleh Belanja Bantuan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota/Desa (Belanja Tidak Langsung) sebesar Rp. 1,06 milyar, setara dengan 63,57% dari total jumlah realisasi, atau setara dengan 63,57% dari target. Kemudian di posisi kedua disumbang oleh Belanja Pegawai sebesar Rp.22,86 milyar setara dengan 22,86% dari total jumlah realisasi, atau setara dengan 9,92% dari target. Komposisi realisasi belanja daerah pada triwulan III 2011 relatif sama dengan periode yang sama tahun sebelumnya dimana komponen Belanja Pegawai (Belanja Tidak Langsung) dan Belanja Bantuan Sosial menempati dua peringkat teratas dalam capaian realisasi. Kondisi ini diindikasi karena proses realisasi untuk kedua komponen tersebut tidak memerlukan proses pengadaan yang membutuhkan waktu sebagaimana halnya untuk komponen Belanja Modal serta Barang dan Jasa. 57

Grafik 41. Realisasi Belanja Tidak Langsung Dirinci per Komponen Periode Triwulan III - 2011 Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua 58

BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Sistem Pembayaran merupakan salah satu indikator perkembangan ekonomi suatu daerah. Semakin besar kapasitas perekonomian maka semakin tinggi frekuensi transaksi dan nilai transaksi dalam sistem pembayaran yang terjadi. Untuk menjaga kelancaran dan keamanan transaksi pembayaran di Wilayah Papua, maka Bank Indonesia Jayapura senantiasa menyediakan alat pembayaran secara tunai (uang kartal) maupun secara non tunai yang dilaksanakan melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). I. Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) Pada triwulan III-2011, nilai transaksi BI-RTGS yang berasal dari Wilayah Papua (outflow) mencapai Rp. 22,61 trilliun dengan jumlah warkat sebesar 10.005. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, nilai transaksi tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 20,47%. 59

Tabel 33. Transaksi RTGS Wilayah Papua 2009 2010 2011 2011 Growth Keterangan I II III IV I II III IV I II III (YOY) Outflow Nominal (Rp.milliar) 18.071,04 22.071,05 18.492,46 24.843,83 18.934,34 17.483,07 18.775,25 24.572,21 17.503,73 19.176,54 22.619,06 20,47% Lembar Warkat 7.631,00 7.220,02 6.305,51 8.445,58 8.148,00 9.715,00 11.304,53 11.102,00 9.264,20 14.893,74 10.005,87-11,49% Inflow Nominal (Rp.milliar) 6.572,47 7.867,44 8.963,68 14.618,32 7.277,16 11.140,69 15.813,21 16.597,26 9.220,09 11.450,06 15.893,09 0,51% Lembar Warkat 4.659,72 12.578,00 5.844,04 12.726,95 14.696,00 16.765,00 21.038,67 21.953,00 13.492,85 12.358,65 18.705,16-11,09% Net Outflow Nominal (Rp.milliar) 11.498,57 14.203,61 9.528,78 10.225,51 11.657,18 6.342,38 2.962,04 7.974,95 8.283,65 7.726,48 6.725,97 127,07% Lembar Warkat 2.971,28-5.357,98 461,47-4.281,37-6.548,00-7.050,00-9.734,14-10.851,00-4.228,65 2.535,09-8.699,28-10,63% Intra Papua Nominal (Rp.milliar) 1.085,20 1.476,56 2.146,20 4.335,34 1.008,91 1.929,96 2.509,57 4.277,09 1.129,45 1.026,80 2.482,26-1,09% Lembar Warkat 1.126,00 1.558,00 1.454,00 2.226,00 1.187,00 1.544,00 1.625,74 1.717,00 1.356,00 1.085,00 1.669,64 2,70% Sumber:KBI Jayapura Sebaliknya nilai transaksi yang menuju Wilayah Papua (inflow) sebesar Rp. 15,89 trilliun dengan jumlah warkat sebanyak 18.705 lembar. Nilai transaksi pada periode triwulan III-2011 mengalami peningkatan sebesar 0,51% (yoy). Grafik 42. Nilai Transaksi RTGS Out Flow In Flow 30.000,00 25.000,00 20.000,00 15.000,00 10.000,00 5.000,00 0,00 I II III IV I II III IV I II III 20.000,00 15.000,00 10.000,00 5.000,00 0,00 20.000,00 15.000,00 10.000,00 5.000,00 0,00 I II III IV I II III IV I II III 25.000,00 20.000,00 15.000,00 10.000,00 5.000,00 0,00 2009 2010 2009 2010 Outflow Nominal (Rp.milliar) Outflow Lembar Warkat Inflow Nominal (Rp.milliar) Inflow Lembar Warkat Sumber: KBI Jayapura II. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) Selain dengan sistem BI-RTGS, KBI Jayapura juga menyelenggarakan kegiatan kliring antar bank. Kliring adalah jasa penyelesaian utang piutang antar bank dengan cara saling menyerahkan warkat-warkat yang akan dikliringkan di lembaga kliring (penagihan warkat seperti cek atau bilyet giro yang berasal dari dalam kota). Pembayaran melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN- BI) adalah untuk transaksi dengan nilai nominal yang relatif kecil. Terdapat perbedaan jeda waktu settlement antara kiliring dan RTGS. Transaksi kliring membutuhkan proses sttelment yang lebih lama dibanding RTGS. 60

Tabel 34. Transaksi Kliring Wilayah Papua Keterangan 2009 2010 2011 I II III IV I II III IV I II III Growth (YOY) Total Volume (lembar) 45.498 46.735 51.475 44.678,81 44.359 44.608 47.387 47.816 46.222 41.168 47.628 0,51% Total Nominal Kliring (Rp Miliar) 1.009 979 1.035 939,62 1.065 1.113 1.146 1.346 1.179 1.175 1.328 15,91% Rata-Rata Perputaran Kliring(per hari) Rata-Rata Volume (lembar) 786 742 868 721,00 712 743 696,7 787,6 753 686 710 1,98% Rata-Rata Nominal Perputaran Kliring Perhari (Rp Milliar) Nisbah Rata-Rata Penolakan 17,48 15,54 17,36 15,14 16,85 18,56 17,4 22,2 25,74 19,58 21,62 24,34% Volume (lembar) 0,61 0,71 0,78 0,73 1,29 1,28 1,40 1,34 1,32 0,82 1,66 18,61% Nominal Nisbah Rata-Rata Penolakan(Rp Milliar) 0,72 1,06 1,04 1,30 1,59 2,06 2,10 1,53 1,62 0,90 1,78-15,29% Sumber: KBI Jayapura Perkembangan transaksi kliring selama periode triwulan III-2011 di wilayah kerja KBI Jayapura secara nominal mencapai Rp. 1,32 triliun dengan jumlah warkat sebesar 47.628 warkat. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, maka terdapat peningkatan nilai nominal kliring sebesar 0,51%. Secara rata-rata, perputaran kliring pada triwulan III-2011 sebesar Rp.21,62 milliar/hari dengan rata-rata warkat yang digunakan sebanyak 710 lembar. Nisbah rata-rata penolakan sampai dengan triwulan III-2011 mencapai sebesar Rp 1,78 milliar dengan rata rata penolakan warkat sebesar 1,66 lembar. Grafik 43. Perkembangan Kliring Wilayah Papua 60.000 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000 0 I II III IV I II III IV I II III 2009 2010 2011 1.600 1.400 1.200 1.000 800 600 400 200 0 Total Volume (lembar) Total Nominal Kliring (Rp Miliar) Sumber:Kantor Bank Indonesia Jayapura III. Perkembangan Uang Kartal Untuk mendukung sistem pembayaran secara tunai, KBI Jayapura menyediakan alat pembayaran berupa uang kartal yang cukup untuk menjamin terselenggaranya transaksi dengan menggunakan dana tunai secara aman dan lancar. 61

Pada periode triwulan III-2011, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke kas KBI Jayapura mencapai Rp 1,35 triliun. Sementara itu, total outflow yang keluar dari Kas KBI Jayapura sebesar Rp 2,27 Miliar. Secara keseluruhan KBI Jayapura mengalami posisi net out flow sebesar Rp. 920 Miliar. Tabel 35. Perkembangan Perkasan KBI Jayapura Keterangan 2009 2010 2011 I II III IV I II III IV I II III Inflow (Rp Miliar) 2.171,91 785,32 1.086,81 1.223,83 1.543,61 830,57 1.141,04 1.132,19 1.212,62 1.548,62 1.358,85 19,09% Outflow (Rp Miliar) 1.207,80 1.655,97 1.956,66 3.905,76 659,39 1.709,60 2.268,54 4.074,46 942,10 1.677,10 2.279,70 0,49% Net Outflow (Rp Miliar) -964,11 870,65 869,84 2.681,94-884,22 879,03 1.127,50 2.942,27-270,53 128,47 920,85-18,33% Saldo Kas BI Jap (Rp Miliar) 2.007,91 1.439,77 1.492,62 1.754,57 2.462,58 1.467,15 1.527,10 1.858,01 2.487,58 2.624,10 2.299,10 50,55% Growth (YOY) Saldo Persediaan Kas (Rp Miliar) 1.293,72 962,52 1.197,74 1.503,85 1.679,56 1.022,25 1.147,45 2.131,23 1.995,00 2.536,00 2.167,17 88,87% Pemusnahan Uang kertas-tle (Rp Miliar) 60,38 27,88 239,26 66,09 195,83 120,40 251,46 216,89 194,40 136,80 150,68-40,08% Saldo Kas Titipan (Rp Miliar) 696,85 298,91 288,81 231,52 216,70 397,55 1.189,78 273,22 467,54 275,13 968,99-18,56% Sumber : KBI Jayapura Agar masyarakat memegang uang yang layak edar, KBI Jayapura melakukan berbagai upaya diantaranya: mencabut uang yang sudah habis masa edar, memusnahkan uang tidak layak edar, melaksanakan kas keliling dan membuka pelayanan kas titipan di perbankan untuk kota Sorong, Merauke, Timika, Biak. Tercatat sampai dengan September 2011, kas titipan yang dilakukan oleh Bank Indonesia Jayapura mencapai Rp.968 miliar dan pemusnahan uang tidak layak edar sebesar Rp.150,68 miliar. 62

BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN I. Ketenagakerjaan Provinsi Papua 1.1. Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua Jumlah angkatan kerja di Papua pada Februari 2011 mencapai 1.556.336 orang, mengalami kenaikan sebesar 33,44 % dibanding Februari 2010. Penduduk Bukan Angkatan Kerja juga mengalami kenaikan sebesar 12,89 %. Tabel 36. Penduduk Menurut Kegiatan Utama Februari 2011 Provinsi Papua Sumber: Badan Pusat Statistik Povinsi Papua Penduduk yang bekerja di Papua pada Februari 2011 mencapai 1.498.454 orang. Sementara jumlah penganggur pada Februari 2011 tercata sebesar 57.882 orang. 1.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2011 mengalami peningkatan cukup besar dibandingkan keadaan enam bulan terakhir. Ditinjau menurut lapangan pekerjaan, peningkatan jumlah tenaga kerja 63

terjadi pada sebagian besar sektor diantaranya sektor industri, sektor konstruksi, sektor perdagangan, sektor transportasi, pergudangan, dan komunikasi,sektor jasa kemasyarakatan. Sedangkan dua sektor lainnya yaitu sektor pertanian dan sektor pertambangan mengalami penurunan jumlah tenagakerja, masing-masing turun sebesar 3,62 %dan 5,62 %. Walaupun sektor pertanian mengalami penurunan tenaga kerja, namun sektor ini masih mendominasi penyerapan tenaga kerja di Provinsi Papua.Tercatat pada Februari 2011 terdapat tiga sektor yang menyerap tenaga kerja paling besar, diantaranya sektor pertanian (72,93%), sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perseorangan (10,71%), dan sektor perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi (7,89 %). Tabel 37. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Agustus 2009 Februari 2011 Provinsi Papua Sumber: Badan Pusat Statistik Povinsi Papua II. Ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat 2.1. Perkembangan Keadaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat Sampai dengan periode bulan Agustus 2010, jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua Barat mencapai 342.888 orang, atau naik sebesar 12.767 (3,6%) dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, angka pengangguran menembus angka 26.341 orang. Tabel 38. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama Agustus 2008 Agustus 2010 Provinsi Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik Povinsi Papua Barat 64