JURNAL UBET. SKRIPSI PENCIPTAAN SENI Untukmemenuhisebagaipersyaratan MencapaiderajadSarjana Strata 1 Program StudiSeniTari. Oleh: RATRI IKHA SUBEKTI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENUTUP. Gerak miwir, cangkah, sagah, ongkrok, dan liukan badan merupakan fokus gerak

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

PROSES PENCIPTAAN TARI SILONGOR DI SMP NEGERI 2 SIMEULUE TIMUR KABUPATEN SIMEULUE ABSTRAK

BAB V KESIMPULAN. atau gangguan jiwa, dalam karya ini kegilaan tersebut di kemas dengan lebih

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB IV KESIMPULAN. Di era yang kini semakin banyak seniman-seniman tari yang semakin kreatif

TEKNIK GERAK BODY CONTACT PADA KARYA TARI GREGET NYALAMI

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Niat, kerja keras, kerjasama dan kesabaran adalah kunci utama

NASKAH PUBLIKASI Kendang Juwita

BAB V PENUTUP. perawan tua dan divisualisasikan melalui gerak ketubuhannya menurut apa

BAB V PENUTUP. Penciptaan karya tari ini merupakan penuangan ide serta kreativitas penata

BAB V PENUTUP. orang penari putri, dua orang penari putra untuk menarikan tari Gendang Beleq

Kata kunci : Tari Srimpi Guitar, koreografi

PENYAJIAN VISUAL KOREOGRAFI PENDIDIKAN MBLEKOK NULOG SHEOCIANA RAMELIAH

Kata Kunci : In Control, Keseimbangan, Liris

BAB V PENUTUP. Karya tari Kicak Shrogol merupakan sebuah karya tari yang terinspirasi dari

BAB V PENUTUP. Institut Seni Indonesia Yogyakarta. terpendam dalam diri masyarakat Baduy Dalam, mereka tetap selalu ingat

SEKARTAJI. Kata Kunci: Karakter, Tokoh, dan Sekartaji

BAB V PENUTUP. kemandirian dan kreatifitas penata tari dalam berkarya. Proses penciptaan yang

MATERI 2 PENCIPTAAN DAN PENATAAN TARI

BAB IV PENUTUP. ide gagasan pengkombinasian antara prajurit berkuda. kesenian rakyat Jathilan dan prajurit Kavaleri TNI AD, dengan mengilhami

PENERAPAN TARI RANTAK PADA PEMEBELAJARAN SENI TARI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA DI SMPN 9 BANDUNG

Proses Penciptaan Tari. Oleh : Joko Pamungkas, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kreativitas merupakan satu proses pemikiran yang memunculkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan

BAB IV KESIMPULAN. putri menggunakan properti dhodhog. Tari Reog Dhodhog mulai dikenal oleh

TARI KIPAS MEGA DALAM RANGKA PAMERAN BATIK DI BENTARA BUDAYA YOGYAKARTA 18 JULI 2009 OLEH : WENTI NURYANI

S I L A B U S MATA KULIAH SENI ANAK USIA DINI II. Oleh : INDRA YENI, S.Pd., M.Pd. NIP

MENGUNGKAP NILAI PERJUANGAN MELALUI KETERBATASAN RUANG GERAK DALAM KARYA STRUGGLE

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Rancangan kostum pada tokoh Rampak Kera dalam The Futuristic of

BAB I PENDAHULUAN. dan teknik yang berkaitan dengan komposisinya (analisis bentuk at au penataan

diikutsertakan dalam parade tari nasional mewakili Provinsi Jambi di Taman Layang Pekasih terinspirasi dari proses upacara besaleh Suku Anak Dalam

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

DESKRIPSI TARI TABUH TUAK OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Bagong Kussudiardja adalah seniman besar Indonesia yang mengabdikan

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

Program Studi Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala *

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB V PENUTUP. agar dapat menggambarkan isi garapan. Kata Mucak Pendak berasal dari

Dasar Kreativitas Tari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini

KAJIAN KOREOGRAFI TARI CANGKLAK DI SANGGAR RAMPOE KOTA BANDA ACEH ABSTRAK

TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA

2015 MODEL PEMBELAJARAN TARI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN RITME GERAK DAN RASA MUSIKAL BAGI GURU SENI BUDAYA DI PROVINSI JAWA BARAT

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB V PENUTUP. Tari Taru Tari Tara adalah sebuah karya baru yang merupakan hasil

BAB IV PENUTUP. suatu biara atau tempat ibadah. 1 Biarawati memilih untuk hidup selibat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

WUJUD UNGKAP PENEMUAN JATI DIRI DALAM KARYA TARI SEKAR GENDHUK

Jubaidah Monayanti Fathan Jurusan : Pendidikan Seni Drama,Tari dan Musik Anggota Penulis : 1. Riana Diah Sitharesmi 2. Zulkifli S.Pd, M.Sn.

TARI ANGSA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN DIKLAT SENI BUDAYA SEKOLAH DASAR

JURNAL JEGHEH. Gagasan yang menjiwai karya ini adalah telah tentang seorang ibu.

MODEL DESAIN GERAK TARI KELOMPOK UNTUK PELATIHAN GURU SENI BUDAYA SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reggi Juliana Nandita, 2015

WATAK-WATEK. Kata Kunci: Karakter, Anak Kembar, dan Watak-Watek

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di

Desain Estetik Dalam Komposisi Tari Berpasangan Oleh: Lilin Candrawati.S.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Boalemo dengan jumlah penduduk 150kk. Dahulu desa Kaaruyan ini

KOMPOSISI TARI 1. Gerak Tari

ANALISIS UNSUR GERAK TARI LAWEUT DI SANGGAR SEULAWEUT

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Garapan Abimanyu Wigna Kiriman: Kadek Sidik Aryawan, Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar

SILABUS PEMBELAJARAN

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

VISUALISASI CINTA TERLARANG DALAM BENTUK PENYAJIAN KARYA TARI RISTA

NASKAH PUBLIKASI FIGURAIBU

PENDIDIKAN SENI TARI ANAK USIA DINI MELALUI STIMULUS BERKREASI TARI NUSANTARA

4. Simbol dan makna tari

The choreographer conclude that the delimitation of the dody was not a make the movement, expresstion, and able to create esthetic movement.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fitri Chintia Dewi, 2013

TRAVESTI (VISUALISASI PERJUANGAN HIDUP TANDAK LUDRUK DALAM KARYA TARI)

BAB I PENDAHULUAN. SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur 5-10 tahun. Selain itu dongeng juga

BENTUK PENYAJIAN TARI RAMPHAK DI SANGGAR RAMPOE BANDA ACEH ABSTRAK

MATERI PENYUSUNAN KOMPOSISI

WAKUL PINCUK. Elly Juniantik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

TARI SELOKA KUSUMAYUDA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Melihat perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. ujian mata kuliah Proyek Akhir yang bertema The Futuristic Of. Ramayana. Yang bertujuan untuk memperkenalkan suatu budaya

BAB V PENUTUP. dengan tanah kelahiran Minangkabau-Sumatera Barat. Gagasan disampaikan melalui

Berdasarkan hasil pengematan buatlah definisi tari menurut Anda:

Munandar dalam Satriani (2011, hlm. 2) bahwa Kreativitas merupakan

Implementasi Fungsi Kemoceng sebagai Alat Kebersihan dalam Karya Tari MOCENG

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave,

BAB I PENDAHULUAN. penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung

3. Karakteristik tari

RINGKASAN. kata kunci : Sonyol, Panggul, Megal-Megol ABSTRACT

GAMBAR 3 TATA RIAS WAJAH PENARI PRIA DAN WANITA

Teknik dan Kriteria Evaluasi Pendidikan Seni Tari Dewi Karyati dan Maman Tocharman

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta. Isun Hang Gandrung 1 Oleh : Elan Fitra Dianto 2

BAB II KAJIAN TEORI. relevan dengan penelitian ini. Berikut ini akan diuraikan beberapa kajian relevan

BAB I PENDAHULUAN. maupun lisan. Namun fungsi ini sudah mencakup lima fungsi dasar yakni expression,

Transkripsi:

JURNAL UBET SKRIPSI PENCIPTAAN SENI Untukmemenuhisebagaipersyaratan MencapaiderajadSarjana Strata 1 Program StudiSeniTari Oleh: RATRI IKHA SUBEKTI 1411526011 TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI S-1 SENI TARI JURUSAN TARI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA GENAP 2017/2018

UBET Oleh : Ratri Ikha Subekti Abstrak UBET adalah judul karya tari yang dipilih dari konsep Ingin cantik harus sakit dengan objek stagen yang akan memanfaatkan pola suita dalam penggarapannya. Pola suita dipilih dengan alasan bahwa penata ingin memperlihatkan beberapa macam sudut pandang mengenai stagen, yaitu perbandingan bentuk tubuh, efek samping penggunaan stagen dan fungsi stagen. Stagen adalah kain panjang dengan lebar kurang lebih sejengkal dan biasanya terbuat dari kain yang bertekstur kasar. Karya tari ini akan dirangkai mulai dari perkembangan cara menggunakan stagen hingga fungsi atau kegunaan stagen. Fungsi stagen salah satunya adalah untuk sarana membakar lemak bagian perut bagi wanita setelah melahirkan. Suita pertama terdapat perbandingan visual tubuh wanita yaitu gendut dengan perut buncit dengan tubuh langsing. Suasana yang muncul adalah kesedihan, ketika wanita gendut iri dengan wanita bertubuh langsing. Suita ke dua berisi wanita yang memamerkan tubuh langsingnya. Suita ke tiga berisi wanita langsing ketika menggunakan stagen. Suita ke empat terdapat dua wanita sebagai perwujudan kondisi wanita berperut buncit. Suita ke lima, penari berpostur tubuh gemuk dan langsing disandingkan dengan alasan dasar bahwa manusia tetap hidup berdampingan walau dengan berbagai kondisi tubuh masing-masing. Banyak kendala yang harus dialami pemakai stagen, yaitu harus merasakan panas dan sesak di bagian-bagian yang dipakaikan stagen. Dengan demikian, bahwa memiliki tubuh langsing harus melewati sakitnya menahan sesak dan panas sewaktu memakai stagen. Karya ini dominan menggunakan tekhnik memutar, putaran, liukan dan pengembangan property. Dikoreografikan secara kelompok dengan jumlah 8 penari perempuan. Kata knci: Stagen, Suita, Buncit 1

UBET Oleh : Ratri Ikha Subekti Abstract UBET is the title of the dance chosen from the concept Beauty is a pain with stagen as an object and using suita scheme on its creative process. Suita pattern is chosen on the grounds that the stylists want to show some kind of point of view about stagen, namely the ratio of body shape, side effects of stagen use and stagen function. Stagen is an inch long and wide cloth with a rough texture that can be used as stomach fat burner for women after delivery. This dance explores how to use the stagen and its functions. The first suita presented the visual comparison of women bodies, between the fluffy and the slim one. The atmosphere presented in this part is a sadness of how the fat woman envies the slim woman. The second suita presented women who show off their slim bodies and the third suita presented the slim woman using the stagen. The fourth suita presented two women as the symbol of women with a fluffy stomach and finally, the fifth suita the fat and slim dancers are being put together as the symbol of harmony in life. The choreographer wants to underline the fact that human are still live in harmony even they have different bodies. There are many challenges in using the stagen. Women may feel overheating and stifled in the body parts covered by the stagen. Therefore, it is obvious that to have a slim body, women have to go through the pain during the stagen usage. The dance is dominated with rotating technique, rotation, and swirling movement, and also using the property in the choreography. The dance is a group choreography with 8 dancers to represent the whole story. Keyword: Stagen, Suita, Fluffy 2

I. PENDAHULUAN Stagen atau dalam istilah Jawa disebut Kendhit sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Yogyakarta sebagai salah satu atribut pakaian. Informasi yang didapat dari nenek penata, bahwa masyarakat jaman dahulu sebagian besar memakai stagen sebagai salah satu atribut pakaian sehari-hari. Menurut nenek, berpakaian tanpa menggunakan stagen rasanya tidak lengkap karena pakaian nenek dari jaman muda memakai bawahan jarik dengan stagen dan atasan kebaya serta rambut yang digelung/di ikat habis sehingga terlihat lebih anggun. Dahulu stagen dipakai di berbagai kegiatan, misalnya ke pasar, ke sawah, di rumah, saat masak dan berbagai kegiatan lainnya. Fungsi stgaen selain sebagai pengencang bawahan pakaian, juga sebagai sarana membakar lemak perut agar lebih langsing terutama pada perempuan setelah melahirkan. Stagen tidak hanya sebagai atribut pakaian sehari-hari, namun dikalangan seni tari stagen juga termasuk salah satu atribut kostum yang tidak boleh terlupakan, khusunya di Yogyakarta, Solo, Bali, dan daerah-daerah sekitar Jawa. Tidak hanya dikenakan saat pentas, tetapi stagen juga dikenakan saat berlatih tari, seperti saat berlatih tari Jogja Klasik dan saat berlatih tari Bali walaupun saat ini tradisi memakai kain dan stagen saat berlatih sudah mulai jarang. Konsep karya stagen akan disajikan dalam bentuk Suita. Suita berasal dari istilah Perancis yang berarti rangkaian, mengikuti atau mengiringi. Kata suita muncul dalam istilah musik pada tahun 1557 untuk menggambarkan sekelompok orang yang menari tarian Branles. 1 Memasuki abad ke 16 hingga 18, kata suita digunakan untuk menyebut musik pengiring atau musik instrumental yang terbagi menjadi beberapa movement. 2 1 Tarian dari Perancis pada abad ke 16, Grove Musik. Hal. 655. 2 Movement adalah sebuah bagian dari karya musik besar yang dapat berdiri sendiri, Ammer, Christine, The Fact on File Dictionary of Musik. Hal. 251. 3

Karya ini menggunakan pola suita yaitu rangkaian mulai dari perkembangan cara menggunakan stagen hingga fungsi atau kegunaan stagen. Karya ini disajikan dalam bentuk fragmen/fragmented yaitu dalam satu konsep menggunakan satu tema tetapi tidak saling terkait. Introduksi ditampilkan satu penari perempuan berbadan gendut yang sedang bercermin melihat perutnya yang buncit dan tidak indah. Bagian pertama, ditampilkan ke lima penari perempuan berbadan langsing memamerkan badan langsingnya ketika mengenakan stagen. Bagian dua, terdapat satu penari perempuan dikelilingi elastis yang diibaratkan stagen. Penari ini menggambarkan wanita yang rela menahan sakit demi mendapatkan badan langsing. Bagian tiga terdapat dua penari gemuk yang sangat ingin memiliki badan langsing layaknya wanita-wanita lain. Bagian ke empat seluruh penari menari rampak menggambarkan bahwa ketika ingin cantik dengan badan langsing, perlu menggunakan stagen, menurut metode orang jaman dahulu. Fungsi atau kegunaan stagen bagi perempuan dan laki-laki sama adalah untuk mengencangkan perut supaya membentuk badan langsing dan untuk membuat tulang belakang ndegek (tegap tidak membungkuk). Sedangkan untuk keseharian biasanya untuk mengencangkan kain/jarik yang dipakai perempuan maupun laki-laki. Pada jaman dahulu ukuran lebar dan panjang stagen disesuaikan dengan tubuh, semakin gemuk maka ukuran stagen akan semakin panjang dan semakin tinggi orangnya maka juga akan semakin lebar stagen yang harus dipakai. Bagi perempuan stagen amatlah penting untuk mengembalikan perut setelah melahirkan agar kembali seperti saat sebelum hamil karena dapat membakar lemak di perut. Jaman semakin modern dan orang menginginkan sesuatu yang praktis, maka dibuatlah korset sebagai pengganti stagen. Dahulu orang memilih menggunakan stagen karena fungsinya, sedangkan saat ini orang lebih memilih praktisnya yaitu menggunakan korset. Konsep karya stagen memberi ide kepada koreografer untuk memberi judul UBET pada karya yang akan diciptakan. UBET adalah kata yang diambil dari bahasa Jawa yaitu Ngubetke yang dalam bahasa Indonesia berarti melilitkan. Judul tersebut dipilih karena cara menggunakan stagen yang dililitkan. 4

Koreografer memberi informasi kepada generasi muda bahwa stagen tidak sekedar untuk mengencangkan saja namun dibalik itu stagen memiliki fungsi penting yaitu membentuk badan agar menjadi lebih langsing. II. PEMBAHASAN A. Rangsang Tari Rangsang tari dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang membangkitkan fikir, atau semangat, atau mendorong kegiatan. 3 Munculnya ide dalam menciptakan karya seni berawal dari adanya rangsang. Rangsang menjadi hal dasar yang menggerakkan fikir dan fisik untuk mencipta gerak maupun tarian. Rangsang bagi komposisi tari dapat berupa auditif, visual, gagasan, rabaan atau kinestetik. 4 Rangsang awal garapan ini adalah rangsang gagasan (idesional) yang berawal dari hasil pengamatan terhadap cara memakai stagen dari beberapa orang dari berbagai kalangan, mulai dari kalangan seniman tari hingga masyarakat biasa. Selain rangsang idesional, penata juga memakai rangsang visual yakni hasil pengamatan terhadap objek yang dipilih dalam penciptaan karya tari mulai dari cara pemakaian hingga efek yang dihasilkannya. Dalam kesempatan kali ini, penata tari memiliki ide gagasan mengembangkan dan mengkreasikan gerakan memakai stagen, fungsi stagen dan hasil eksplorasi dari properti stagen menjadi sebuah komposisi tari yang nantinya dapat diapresiasi oleh masyarakat luas. Penata berharap komposisi tari yang terinspirasi dari stagen ini menjadi hal yang sangat menarik untuk diapresiasi, dinikmati dan dapat diterima oleh masyarakat. B. Tema Tari Tema dipandang merupakan bingkai besar yang membatasi suatu karya tari. Dengan adanya tema maka seorang penata tari mempunyai batasan atau landasan dasar yang digarap menjadi suatu bentuk koreografi. Adapun tema yang diusung kali ini ialah Ingin Cantik Harus Sakit dengan objek stagen. Maksud 3 Jacqueline Smith, Komposisi Tari : Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru, terjemahan Ben Soeharto, Yogyakarta, Ikalasti, 1985, p.20. 4 Jacqueline Smith, Komposisi Tari : Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru, terjemahan Ben Soeharto, Yogyakarta, Ikalasti, 1985, p.20. 5

dari tema tersebut yaitu ketika wanita ingin cantik harus melakukan beberapa tindakan untuk mencapai hasil, yang dalam hal ini adalah menginginkan tubuh langsing. Maksud sakit adalah efek yang dihasilkan dari pemakaian stagen yakni sesak, panas di bagian perut, hingga begah. Efek dari pemakaian stagen lebih menyakitkan jika dibandingkan dengan obat-obat pelangsing tubuh, maka dari itu tema yang dipilih adalah Ingin Cantik Harus Sakit. Hasil dari eksplorasi terhadap stagen, tercipta motif-motif baru yang dirangkai menjadi beberapa teknik melilitkan ke tubuh dengan upaya untuk mendapatkan tubuh yang ideal. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian generasi muda agar tetap berkeinginan berapresiasi terhadap seni tari yang sudah mulai pudar. Disisi lain dengan dipilihnya tema ini, diharapkan dapat menciptakan sebuah koreografi bertemakan stagen yang berbeda dengan karya-karya lain dan dapat terus diabadikan. Tema yang dipilih tersebut dimaksudkan dapat memberikan pedoman yang jelas terhadap karya yang diciptakan dan dapat menuntun jalannya proses penciptaan. C. Judul Tari Karya tari yang diciptakan kali ini berjudul UBET, diambil dari istilah penggunaan stagen dalam bahasa Jawa yaitu ngubetke sama artinya dengan dililitkan di pinggang. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), UBET artinya ulet dan rajin dalam pekerjaan. Namun dalam karya tari yang diciptakan, penata mengambil kata UBET dari istilah memakai stagen dalam bahasa Jawa yaitu ngubetke yang diambil kata intinya yakni UBET. Dalam hal ini, UBET menurut KBBI bisa dikaitkan terhadap karya, yaitu ketika tubuh penari bergerak mengikuti apa yang diinstruksikan penata. Bergerak dapat diartikan bekerja, jadi UBET menurut KBBI dengan presepsi penata tetap ada keterkaitannya. Pada awalnya karya tari ini diberi judul Kendhit yaitu istilah stagen dalam bahasa jawa. Seiring berjalannya waktu dalam proses penggarapan karya, judul Kendhit dirasa terlalu menyiratkan tema yang diusung. Setelah melalui beberapa pemikiran dan pertimbangan, akhirnya dipilihlah UBET sebagai judul karya yang diciptakan. Judul tersebut dirasa lebih unik namun tidak lepas dari 6

konsep garap tari yang memang studi gerak tentang pemakaian stagen yang dililitkan di tubuh. D. Bentuk dan Cara Ungkap Jacqueline Smith mengatakan bahwa mode penyajian tari ada dua macam yaitu secara representasional dan simbolis. 5 Representasional yaitu gerak-gerak yang secara langsung mengungkapkan makna yang sebenarnya, seperti contoh kesedihan menimbulkan gerak menekuk, lembut, gerak-gerak kecil, ayunan, dan sebagainya. Berbeda sedikit dengan simbolis, mode penyajian ini tidak secara langsung menyampaikan makna yang sebenarnya, penonton diajak untuk berfikir terlebih dahulu dan membuat kesimpulan sendiri dari simbol-simbol yang dihadirkan. Salah satu hal yang menjadi pembeda kedua mode penyajian tari di atas adalah dari tingkat kesulitan untuk dipahami. Representasional akan lebih mudah dipahami karena secara langsung menyampaikan makna sebenarnya sedangkan simbolis sedikit lebih sulit dipahami karena tidak secara langsung mengungkapkan makna sebenarnya. Karya tari UBET akan menggunakan mode penyajian representasional. Mode penyajian representasional akan tampak pada property tari yang digunakan yaitu stagen dengan panjang yang beragam, gerak-gerak yang menunjukan gerakan memakai stagen dengan berbagai gaya dan fungsi stagen. Karya ini akan menggunakan pola suita yaitu rangkaian mulai dari perkembangan cara menggunakan stagen, fungsi atau kegunaan stagen, dan imajinasi penata mengenai stagen. Suita pertama memvisualisasikan cara menggunakan stagen, suita ke dua mengenai fungsi stagen dan suita ke tiga berisi imajinasi penata mengenai stagen. 5 Jacqueline Smith, Komposisi Tari : Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru, terjemahan Ben Soeharto, Yogyakarta, Ikalasti, 1985, p.29. 7

E. Gerak Gerak adalah bahasa komunikasi dalam tari, gerak juga merupakan elemen dasar dalam koreografi. 6 Dalam koreografi gerak adalah dasar ekspresi, oleh sebab itu gerak kita pahami sebagai ekspresi dari semua pengalaman emosional. 7 Konsep gerak yang digunakan dalam tari UBET adalah bentuk gerak yang disesuaikan dengan tema. Koreografi kelompok ini dikembangkan dari gerakan-gerakan memakai stagen, fungsi stagen, serta imajinasi penata terhadap properti stagen. Gerakan yang akan sering muncul adalah memutar dan putaran sebagai wujud stagen yang diputarkan di badan. F. Penari Y. Sumandiyo Hadi dalam bukunya Koreografi (bentuk-tekhnik-isi) mengatakan bahwa dalam proses koreografi, seorang penata tari mengakui bahwa para penari sabagai salah satu sarana terwujudnya gerapan tari. Para penari janganlah dianggap sebagai sarana yang mati, tetapi mereka lebih sebagai seorang seniman interpretative atau seniman penafsir. 8 Karya tari UBET ditarikan oleh 8 (delapan) penari dengan gender perempuan. Para penari ini akan dikomposisikan menjadi koreografi kelompok dengan memperhatikan aspek-aspek koreografi. G. Musik Musik merupakan unsur yang sangat penting dalam pertunjukan tari sebagai elemen pendukung. Musik berperan sebagai pengiring gerak, pemberi tempo, pendukung suasana, dan terkadang memberi inspirasi untuk membuat gerakan. Pemilihan penata musik juga sangat perlu melalui pertimbangan yang matang. Tidak hanya sekedar memilih penata musik, namun perlu mempertimbangkan karakter penata musik yang bisa dilihat dari karya-karya musik yang pernah diciptakannya. Rancangan garapan tari ini membutuhkan 6 Ben Suharto, Komposisi Tari: Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru, 1985, p.16. 7 Y. Sumandiyo Hadi, KOREOGRAFI (Bentuk-Tekhnik-Isi), Cetakan III, Yogyakarta, Cipta Media, 2014, p.10. 8 Y. Sumandiyo Hadi, KOREOGRAFI (bentuk-tekhnik-isi), cetakan III, Yogyakarta, Cipta Media, 2014. P.113. 8

iringan yang tidak hanya sekedar panutan tempo, tetapi juga sebagai perangsang imajinasi dan sentuhan emosi bagi penari dan penonton. Karya tari ini menggunakan konsep musik midi yaitu musik yang proses penggarapannya menggunakan aplikasi dan melalui alat elektronik yakni computer dengan tetap menggunakan efek suara menyerupai gamelan asli. H. Rias dan Busana Rias dan busana terkait erat dengan tema tari yang dibawakan. Dengan melihat rias dan busananya saja mungkin kita akan dapat memahami tema atau karakter tarinya. Bahkan dibeberapa kasus, identitas sebuah tarian juga ditentukan oleh jenis pemakaian busananya. 9 Rias yang digunakan dalam tari UBET berupa rias korektif untuk perempuan, hal ini dimaksudkan hanya untuk mempertegas bagian-bagian tertentu dari wajah agar terlihat maksimal jika dipadukan dengan pencahayaan di panggung. Untuk bagian rambut diikat rapi supaya tidak mengganggu dalam bergerak. Busana yang dikenakan yaitu atasan baju ketat hanya sampai bawah payudara dengan lengan tetap terlihat. Bawahan rok span hingga mata kaki dengan belahan di samping betis kanan dan kiri kaki. Warna yang dipilih untuk kostum tari UBET adalah coklat susu. I. Pemanggungan Karya tariubet dipentaskan di panggung Proscenium Jurusan Tari Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta. Ruang yang digunakan berupa panggung prosenium dengan satu arah penonton yang berada di bagian depan. Proscenium stage membagi ruang fisikal menjadi sembilan ruang imajiner, dari belakang panggung hingga ke depan panggung, yaitu center stage, up stage, down stage, dan tiga bagian lagi ke samping yaitu right stage, center stage, dan left stage. 10 Ubet dikonsepkan untuk dipertunjukan di panggung Proscenium. 9 Sumaryono Endo Suanda, TARI TONTONAN, edisi kedua, Jakarta, ISBN, 2006.p.100. 10 Hendro Martono, Ruang Pertunjukan dan Berkesenian, cetakan ke III, Yogyakarta, Cipta Media, 2015.p.40. 9

Terdapat enterance-exit penari melalui side wing dan apron dibeberapa bagian. Dalam segi koreografi, karya tari ini mengolah pola lantai dengan memanfaatkan sembilan ruang imajiner. Karya tari UBET menggunakan property stagen yang digunakan ketika menari dan ada pula kaca sebagai property tari di bagian introduksi. III. EVALUASI a. Suita 1 Perkenalan adalah kesan awal yang menentukan kesan selanjutnya. Untuk itu, pada bagian ini dimaksudkan memberi kesan jumpa pertama yang indah dan membuat semua orang semakin penasaran dengan UBET agar timbul rasa ingin tahu secara terus menerus hingga tarian selesai. Kesuksesan bagian awal menjadi sangat penting sebagai penentu bagian-bagian selanjutnya. Suita pertama sebagai pengantar karya yang menyajikan dua penari berada di depan front certain di pinggir kanan dan kiri. Dua penari tersebut menggambarkan perbandingan visual tubuh yaitu gendut dengan perut buncit dengan tubuh langsing. Bagian satu ini dilanjutkan dengan satu penari gendut saja dengan property cermin dan stagen. Suasana yang muncul adalah kesedihan ketika wanita gendut iri dengan wanita bertubuh langsing. Satu penari tersebut focus geraknya adalah di bagian perut. b. Suita 2 Pada suita ke dua ditampilkan lima penari yang berada di apron, mengekspresikan bagaimana memakai stagen dan memamerkan bentuk badan langsingnya ketika menggunakan stagen. Pada bagian ini dikembangkan gerakgerak memakai stagen dengan berbagai cara yang sudah distilisasi menjadi bentuk dan gerak tari. c. Suita 3 Di suita ke tiga ditampilkan satu penari perempuan berbadan langsing sedang menggunakan stagen. Bersamaan dengan menggunakan stagen, ada beberapa penari yag lewat dengan membawa elastis. Elastis ini adalah perwujudan 10

stagen yang dipakai dan dilewatkan stagen melewati satu penari tersebut adalah perwujudan proses menggunakan stagen. Penari ini bergerak seperti sesak saat nafas dan terombang ambing seperti ketika merasakan tarikan yang dihasilkan ketika menggunakan stagen. Mulai dari volume gerak lambat, semakin lama semakin cepat. Elastik yang telah dibentangkan juga digerakkan mengikuti gerak satu penari yang berada di dead center yaitu dari gerak lambat ke gerak cepat. d. Suita 4 Pada bagian empat ini dihadirkan dua penari perempuan dengan postur tubuh gendut dan memiliki perut buncit. Mereka ingin sekali mengecilkan perut buncitnya. Pada bagian empat banyak gerakan yang difokuskan di bagian perut dan mengeksplore perut untuk digerakkan. Gerakan gerakan yang muncul sedikit bernuansa komedi karena tingkah laku mereka yang tidak menginginkan perut menggelambir penuh lemak. Di bagian ini ke dua penari sebagai perwujudan kondisi wanita gendut yang memiliki perut buncit. e. Suita 5 Berbicara mengenai bagian akhir sebuah karya baik tari, sastra, film atau pun bidang seni lainnya sepertinya tidak akan jauh berbeda. Pada karya sastra ataupun film sering kita jumpai bahwa pada bagian akhir itu akan diberikan kesimpulan dari cerita yang telah digelar sebelumnya, walaupun akhir-akhir ini ada film-film yang bagian akhir ceritanya di buat menggantung agar bisa disambung kelak di kemudian hari. Pada bagian ini dihadirkan delapan penari perempuan. Pada awal bagian empat difocuskan satu penari perempuan yang dikelilingi tujuh penari sebagai perwujudan stagen yang dililitkan ke satu penari yang difocuskan. Suita ke lima ini langsung menuju ke puncak dari karya UBET. Di bagian terakhir seluruh penari perempuan yang berjumlah delapan masuk stage yang bergerak dominan memutar dengan tidak membawa properti. Penari berpostur tubuh langsing dan gemuk disandingkan dan dibuat membaur dengan alasan dasar bahwa manusia tetap hidup berdampingan walaupun dengan berbagai kondisi tubuh masing-masing. Yang dalam hal ini, wanita dengan perut buncit dan wanita 11

bertubuh langsing disandingkan. Banyak gerakan rampak dengan volume gerak mulai dari lambat hingga cepat. Pada menit-menit terakhir hanya muncul gerakan memakai property stagen sebagai puncak karya tari UBET. IV. KESIMPULAN Munculnya ide gagasan menciptakan karya tari dari objek stagen yang berfungsi membuat badan langsing. Stagen sangat diminati orang jaman dahulu untuk mengecilkan perut setelah melahirkan agar perut kembali langsing seperti semula dan sangat hasilnya sangat memuaskan walaupun butuh waktu yang tidak sebentar. Penggunaan stagen yang membuat tidak nyaman seperti sesak, panas, bahkan tidak nyaman ketika duduk menjadi kendala. Namun wanita meyakini bahwa ketika ingin cantik seperti yang diinginkan harus sakit terlebih dahulu. Konsep inilah yang mendorong penata untuk diwujudkan dalam bentuk karya tari dengan bentuk koreografi kelompok. Karya tari yang diciptakan dengan konsep fungsi stagen ini ditarikan oleh delapan penari perempuan. Tarian ini tetap menggunakan stagen sebagai properti yang digunakan. Terdapat dua penari gemuk yang diibaratkan wanita yang ingin sekali badannya langsing dan dia berusaha terus menerus menggunakan stagen walaupun menahan sakit dan sesaknya menggunakan demi mendapatkan badan yang langsing. Enam penari lainnya memperagakan badan langsing yang diidamidamkan banyak wanita. 12

V. DAFTAR SUMBER ACUAN a. Sumber Tertulis Achmad, Sri Wintala. 2018. Etika Jawa. Yogyakarta; Araska Publiser. Alfan, Muhammad. 2013. Filsafat Kebudayaan. Bandung; Pustaka Setia. Allfeldt, Lois. 1997. Pedoman Dasar Penata Tari terjemahan Sal Murgiyanto. Jakarta; Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta. Bahari, Noordyan. 2008. Kritik Seni, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Brakel, Clara-Papenhuyzen. 1991. Seni Tari Jawa : Tradisi Surakarta dan Peristilahannya. Jakarta; ILDEP RUL. Hadi, Y Sumandiyo. 2003. Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok. Yogyakarta; Cipta Media.. 2007. KajianTari Teks dan Konteks. Yogyakarta: Pustaka Book Publiser.. 2012. Seni Pertunjukan dan Masyarakat Penonton. Yogyakarta; Perpustakaan Nasional.. 2014. KOREOGRAFI (bentuk-teknik-isi), Yogyakarta; Cipta Media.. 2017. Koreografi Ruang Prosenium. Yogyakarta; Cipta Media. Hawkins, Alma M. 1990. Mencipta Lewat Tari. Terjemahan Y. Sumandiyo Hadi. Yogyakarta; Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Humrey, Doris.1997. Seni Menata Tari. Terjemahan Sal Murgiyanto. Jakarta; Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta. Kusudiardja, Bagong. 1992. Dari Klasik Hingga Kontemporer. Yogyakarta; Padepokan Press. 13

Martono, Hendro. 2008. Sekelumit Ruang Pantas Modern dan Tradisi. Yogyakarta; Cipta Media..2015. Ruang Pertunjukan dan Berkesenian. Yogyakarta; Cipta Media.. 2015. Mengenal Tata Cahaya Pertunjukan. Yogyakarta; Cipta Media.. 2014. Koreografi Lingkungan Revitalisasi Gaya Pemanggungan dan Gaya Penciptaan Seniman Nusantara. Yogyakarta; Cipta Media. Nuraini, Indah. 2011. Tata Rias dan Busana(wayang wong gaya Surakarta), Yogyakarta: Badan Penerbit ISI YK. Padmodarmaya, Pramana. 1998. Tata dan Teknik Pentas. Jakarta; Balai Pustaka. Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Estetika Sastra dan Budaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Santoso, Iman Budi. 2013. Manusia Jawa Mencari Kebeningan Hati. Yogyakarta; Diandra Pustaka Indonesia. Smith, Jaqueline. 1985. Komposisi Tari (sebuah petunjuk praktis bagi guru), terjemahan Ben Suharto. Yogyakarta; Ikalasti. Soedarsono. 1999. Antropologi Tari Dalam Perspektif Indonesia. Yogyakarta; Media Kreativa Suanda, Endo. 2006. TARI TONTONAN. edisi kedua, Jakarta; ISBN. Sumaryono. 2011. Antropologi Tari Dalam Perspektif Indonesia. Yogyakarta; Badan Penerbit ISI Yogyakarta. b. Sumber Lisan Nama : Subekti Umur : 69 tahun Pekerjaan : Pedagang dan Peternak kambing 14

c. Sumber Video LILIT karya tari dari Ratri Ikha TIE karya tari dari MN Dance Company LUNAR dan MOONARI karya tari dari Dewi Sinta 15