BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yaitu % pada solid tumor dan % pada keganasan hematologi.

BAB I PENDAHULUAN. beratnya komplikasi medis dan bahkan menyebabkan kematian. (1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai bulan sesudah diagnosis (Kurnianda, 2009). kasus baru LMA di seluruh dunia (SEER, 2012).

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kompleks, tidak hanya menyangkut penderita tetapi juga keluarga,

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Limfoma. Lymphoma / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. Cyclophosphamide merupakan alkylating agent dari golongan nitrogen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

Rosary, Hikari Ambara Sjakti Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RS Dr Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. angka kejadian pada anak dibawah 14 tahun sebesar 30% dan 10% pada anak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. pemeriksaan kultur darah menyebabkan klinisi lambat untuk memulai terapi

BAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologi yang menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. tahun dan penyebab kematian kedua pada kelompok anak usia 5-14 tahun (Minino

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang paling sering dijumpai pada anak. Data di Departemen Ilmu Kesehatan Anak,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker atau keganasan merupakan pertumbuhan sel-sel yang abnormal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak. menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sepsis didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme atau toksin /zat beracun

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang melibatkan faktor genetik dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan kanker yang paling. sering pada wanita di negara maju dan berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Pada tahun 2012, berdasarkan data GLOBOCAN, International

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker. Paru, prostat, kolorektal, lambung, dan hati merupakan 5 organ

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. morbiditas dan mortalitas. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler. mengenai organ lain kecuali susunan saraf pusat.

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mutasi sel normal. Adanya pertumbuhan sel neoplasma ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

I. PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah salah satu keganasan terbanyak dan memiliki angka

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara pada wanita masih menjadi masalah kesehatan yang utama

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian diganti

INTRATHECAL CHEMOTHERAPY INDICATION AND PATIENT SELECTION

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Cancer Society (2014), Leukemia adalah jenis kanker yang

BAB I PENDAHULUAN. bawah 5 tahun tapi ada beberapa daerah dengan episode 6-8 kali/tahun/anak. 1 Hasil

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit infeksi yang hingga saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dari saluran pencernaan yang berfungsi menyerap sari makanan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. sumsum tulang yang paling sering ditemukan pada anak-anak (Wong et al, normal di dalam sumsum tulang (Simanjorang, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi tumor

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

I. PENDAHULUAN. Air merupakan komponen terbesar dari tubuh sekitar 60% dari berat badan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada perempuan. Penyakit ini telah merenggut nyawa lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. termasuk penyakit yang menjadi perhatian serius pada bidang kedokteran. Kanker

BAB I. PENDAHULUAN. ahli medis, bahkan orang awam diseluruh penjuru dunia. Sesuai dengan kata yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sirosis hati merupakan stadium akhir dari penyakit. kronis hati yang berkembang secara bertahap (Kuntz, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. kanker payudara terjadi karena perubahan sel-sel kelenjar dan saluran air susu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker payudara adalah pertumbuhan sel yang abnormal pada jaringan payudara

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA

Buklet ini ditujukan bagi mereka yang baru terdiagnosis

BAB 1 PENDAHULUAN. berdampak pula pada peningkatan angka kematian dan kecacatan. World Health

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang

SITOSTATIKA. Adalah: zat-zat yang dapat menghentikan pertumbuhan pesat dari sel-sel ganas.

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kanker yang sering terjadi pada anak adalah leukemia, mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kanker kolorektal merupakan kanker ketiga terbanyak dan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired

BAB VI PEMBAHASAN. subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk. pemberian madu sampai usia 12 bulan.

GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN DEMAM NEUTROPENIA DI RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI OKTOBER Made Dwi Puja Setiawan 1, Ketut Suega 2

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : UT UILA J

BAB 6. PEMBAHASAN. Penelitian adalah penelitian case control yang melibatkan 52 penderita

7.2 CIRI UMUM SITOKIN

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

BAB I PENDAHULUAN. Diare merupakan masalah pada anak-anak di seluruh dunia. Dehidrasi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

BAB I PENDAHULUAN. (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Kanker payudara bisa terjadi pada perempuan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian. Trombosit merupakan sel darah yang berperan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. perifer dan hiperplasia mieloid di sumsum tulang. Leukemia granulositik kronik juga

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang memalui serangkaian fase yang disebut siklus sel. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan jenis keganasan terbanyak pada wanita

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia, menurut Global Burden of Cancer Study (GLOBOCAN) sekitar 18,1 juta kasus baru dan 9,6 juta kanker terkait kematian pada tahun 2018. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 pasien kanker dari setiap 100.000 penduduk. Prevalensi penyakit kanker secara nasional pada penduduk semua umur tahun 2013 sebesar 1,4 % atau diperkirakan sekitar 347.792 orang. 1,2 Penatalaksanaan kanker memerlukan multimodalitas terapi yang dapat dilakukan secara bersama-sama atau tidak bersama-sama. Masing-masing modalitas terapi memiliki kelebihan dan kekurangan. Bila digunakan bersama maka apa yang kurang dari terapi yang satu akan didapatkan dari terapi lainnya. Demikian juga dalam hal efektivitas dan toksisitas terapi akan dapat dikendalikan dengan melakukan terapi tersebut. Alasan penting lainnya adalah karena sel-sel kanker adalah sel-sel dengan populasi yang heterogen. Setiap sel kanker memiliki kepekaan terhadap masing-masing terapi. Beberapa terapi yang digunakan pada pasien kanker, yaitu pembedahan, radioterapi, terapi hormonal, dan kemoterapi. 3 Kemoterapi pada pasien keganasan sering diiringi dengan anemia, neutropenia, trombositopenia, atau gabungan dari beberapa kondisi tersebut. Neutropenia merupakan komplikasi yang sering terjadi selama kemoterapi yaitu 20 40 % pada tumor solid dan 50 70 % pada keganasan hematologi. Durasi dan tingkat 1

keparahan neutropenia sering menimbulkan kejadian infeksi ketika Absolute Neutrophil Count (ANC) turun dari 1000/µL sampai kurang dari 100/µL. Neutropenia yang parah serta kejadian febrile neutropenia utamanya akan berdampak pada tertundanya dan berkurangnya dosis regimen kemoterapi sehingga dapat mengganggu outcome berupa kesembuhan dan survival pasien. 4,5 Kemoterapi merupakan modalitas yang penting dalam pengobatan keganasan, yang bekerja dengan menghancurkan sel - sel yang berproliferasi dengan cepat. Berdasarkan perbedaan karakteristik biologi dan proliferasi, kemoterapi menyebabkan kematian sel dengan proporsi lebih besar pada sel neoplastik dibandingkan sel normal. Kerusakan terhadap sel normal akan menyebabkan toksisitas kemoterapi dan efek samping, yang dapat dilihat pada organ yang paling rentan seperti pada sumsum tulang, folikel rambut dan mukosa gastrointestinal. 6 Neutropenia didefinisikan sebagai hitung absolut neutrofil kurang dari 1500/µL dan dibagi menjadi 3 derajat yaitu ringan, sedang dan berat menurut jumlah hitung absolutnya. Febrile neutropenia (FN) didefinisikan sebagai temperatur di atas 38,3 o C pada sekali pengukuran suhu oral atau didapatkan suhu 38,0 o C dalam jangka waktu lebih dari 1 jam dengan hitung jenis neutrofil kurang dari 500 /µl atau hitung jenis neutrofil kurang dari 1000 /µl dengan prediksi penurunan sampai 500 /µl dalam waktu 48 jam. 7 Kemoterapi menyebabkan neutropenia diakibatkan dari efek toksisitas regimen kemoterapi yang memiliki efek mielosupresif pada sumsum tulang. Kondisi ini menjadi penting oleh karena neutropenia dapat mengakibatkan kejadian klinis yang serius misalnya infeksi berat, tertundanya kemoterapi dan penurunan dosis 2

kemoterapi hingga kadar suboptimal yang pada akhirnya menurunkan efikasi kemoterapi dan kematian. Kemoterapi mengurangi jumlah sel leukosit, khususnya neutrofil sekitar 70 % dari sirkulasi leukosit. Fungsi utama dari neutrofil adalah untuk melawan bakteri, virus dan patogen lainnya. Dibutuhkan sekitar 10 sampai 14 hari neutrofil matang untuk meninggalkan sumsum tulang dan memasuki aliran darah, dan kelangsungan hidupnya hanya 4 sampai 8 jam. 8 Kejadian neutropenia pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi sangat tinggi. Nordvig et al (2018), melakukan penelitian pada pasien keganasan yang menjalani kemoterapi di Rigshospitalet, Jerman, didapatkan insiden rata-rata sebesar 20,4 % dari 1472 pasien kanker yang mengalami neutropenia. Rapoport et al (2018), mendapatkan kejadian neutropenia setelah kemoterapi sebesar 21,4 % dari 466 pasien yang menjalani kemoterapi. Kejadian neutropenia ini akan mempengaruhi biaya perawatan pasien kanker. Biaya untuk perawatan kemoterapi penting dan biaya yang dikeluarkan untuk mengobati toksisitas terkait kemoterapi berkontribusi terhadap keseluruhan biaya perawatan kanker. Pada tahun 2007, biaya kanker di Amerika Serikat (AS) diperkirakan mencapai $ 219,2 miliar, dengan 40% ($ 89 miliar) dikaitkan dengan biaya medis langsung dan 60% ($ 130,2 miliar) disebabkan oleh biaya tidak langsung. Komplikasi neutropenia akibat kemoterapi berkontribusi secara signifikan terhadap biaya perawatan kanker sebagai bagian pengobatan untuk pasien kanker. Penelitian oleh Caggiano et al, dari data tahun 1999, rawat inap yang terkait dengan neutropenia di AS diperkirakan 60.294 per tahun, dengan biaya rata-rata $ 13.400 untuk rawat inap neutropenia pada 13 tipe kanker. Penelitian lain juga menyatakan bahwa komplikasi neutropenia berkontribusi secara signifikan terhadap 3

biaya langsung dan tidak langsung perawatan kanker. Kuderer et al, menggunakan data dari 1995 sampai 2000, melaporkan biaya rawat inap rata-rata untuk neutropenia sebesar AS $ 12.372 untuk pasien kanker payudara, AS $ 18.437 untuk pasien limfoma dan AS $ 38.583 untuk pasien leukemia. Data dari Weycker et al, yang menggunakan data klaim dari 2001-2003. Dalam penelitian tersebut, dilaporkan ratarata biaya rawat inap awal karena komplikasi terkait neutropenia adalah AS $7.813 dan biaya perawatan kesehatan termasuk terapi antibiotik, semua rawat inap dan pasien rawat jalan adalah AS $ 6,594. 9,10,11,12,13 Penggunaan granulocyte colony stimulating factor (GCSF) saat ini banyak diberikan pada pasien kanker yang mengalami neutropenia paska kemoterapi. Granulocyte colony stimulating factor (GCSF) merupakan glikoprotein yang dapat digunakan sebagai terapi pada neutropenia dan termasuk ke dalam kelompok protein colony stimulating factors. Granulocyte colony stimulating factor (GCSF) bekerja spesifik terhadap granulosit. Pemberian GCSF pada manusia akan menyebabkan peningkatan neutrofil dan bersifat dose dependent karena berkurangnya masa transit dari sel induk menjadi neutrofil matur. Beberapa jenis GCSF adalah filgastrim, lenogastrim dan pegfilgrastim. Pemberian GCSF merupakan salah satu upaya untuk mengatasi neutropenia. 14 Lyman (2010) menyatakan bahwa mekanisme kerja GCSF terkonsentrasi pada granulocyte lineage yang menyebabkan tidak hanya untuk peningkatan neutrofil dalam darah perifer, tetapi juga pengurangan dalam waktu pematangan dari sel induk untuk neutrofil. Carulli (2007) dan Fazzi (2007) menyatakan bahwa GCSF memberi efek pada fagositosis, motilitas, aktivitas bakterisida, dan ekspresi permukaan 4

neutrofil dan monosit. Oleh karena itu, keampuhan dari GCSF diyakini tidak hanya berfungsi melalui pemendekan episode neutropenik tetapi juga dengan meningkatkan kapasitas anti infeksi sel myeloid. 15 Penggunaan GCSF itu sendiri tidak selalu memberikan hasil yang bagus dalam hal pengurangan lamanya kejadian neutropenia yang akan mempengaruhi untuk pemberian kemoterapi selanjutnya, dilihat dari beberapa penelitian yang telah dilakukan. Ohno et al (1990), melakukan percobaan acak pertama pemberian GCSF pada 100 orang pasien Leukemia Mieloid Akut (LMA) yang menjalani kemoterapi. Pemberian GCSF dilakukan setelah 2 hari kemoterapi. Didapatkan perbaikan neutrofil 22 hari. Usuki et al (2002), studi dilakukan pada 245 orang pasien LMA yang mendapatkan GCSF setelah 2 hari kemoterapi. Perbaikan neutrofil didapatkan 12 hari setelah pemberian GCSF. Studi yang dilakukan Amadori et al (2005) dari 722 pasien LMA didapatkan perbaikan neutrofil 20 hari. 16,17,18 Hartman et al (1997), melakukan penelitian pada 143 pasien tumor padat dengan neutropenia yang mendapatkan GCSF tidak menunjukkan perbedaan bermakna dengan kelompok plasebo dalam hal durasi neutropeni, lama rawatan dan pemberian antibiotik. Penelitian lain oleh Ozkaynak et al (2005), pada pasien kanker didapatkan perbedaan bermakna dengan plasebo dalam lama terjadi neutropenia, namun tidak didapatkan perbedaan bermakna dalam lama demam. 19 Granulocyte Colony Stimulating Factor (GCSF) berikatan dengan reseptornya (GCSF-R) dan mengaktifkan jalur JAK (Janus Kinase) dan STAT (Signal Transducer and Activator of Trasncription) yang selanjutnya menstimulasi pertumbuhan granulopoiesis dan produksi neutrofil. Pada situasi dimana produksi neutrofil 5

menurun, kadar GCSF di sirkulasi meningkat dalam usaha untuk meningkatkan produksi neutrofil. 20 Ekspresi GCSF-R terutama terdapat pada sel hematopoietik CD34 +, sel progenitor granulosit, mieloblas dan neutrofil oleh karena itu transkripsi GCSF-R RNA dapat dideteksi pada turunan sel hematopoietik, sumsum tulang dan darah tepi. Jumlah GCSF-R pada individu sehat berkisar antara 300 1000 x 10 3 copies/µl. 21 Pada saat neutropenia akibat kemoterapi, jumlah GCSF receptor per sel menurun hampir setengah dari individu sehat. Penelitian yang dilakukan oleh Terashi et al (1999), pada pasien kanker paru dan kanker payudara yang melakukan kemoterapi didapatkan hasil korelasi positif antara reseptor GCSF dengan kadar neutrofil. 22 Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan melihat apakah telah terjadi penurunan ekspresi GCSF-R pada pasien kanker yang mengalami neutropenia paska kemoterapi dan untuk melihat korelasi ekspresi GCSF-R dengan ANC pada pasien kanker yang mengalami neutropenia paska kemoterapi. 1.2. Rumusan Masalah Apakah terdapat korelasi ekspresi GCSF-R dengan ANC pada pasien kanker yang mengalami neutropenia paska kemoterapi. 6

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan ekspresi Granulocyte colony stimulating factor receptor (GCSF-R) dengan absolute neutrophil count (ANC) pada pasien kanker yang mengalami neutropenia paska kemoterapi. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui ekspresi Granulocyte colony stimulating factor receptor (GCSF- R) pada pasien kanker yang mengalami neutropenia paska kemoterapi. 2. Mengetahui rerata absolute neutrophil count (ANC) pada pasien kanker yang mengalami neutropenia paska kemoterapi. 3. Mengetahui korelasi antara ekspresi Granulocyte colony stimulating factor receptor (GCSF-R) dengan absolute neutrophil count (ANC) pasien kanker yang mengalami neutropenia paska kemoterapi. 1.4. Manfaat penelitian 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang ekspresi Granulocyte colony stimulating factor receptor (GCSF-R) dan korelasinya dengan absolute neutrophil count (ANC) pada pasien kanker yang mengalami neutropenia paska kemoterapi. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk pemeriksaan ekspresi Granulocyte colony stimulating factor receptor (GCSF- R) pada pasien kanker yang mengalami neutropenia paska kemoterapi. 7