I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kanker yang sering terjadi pada anak adalah leukemia, mencapai

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kanker yang sering terjadi pada anak adalah leukemia, mencapai"

Dewi Lie
6 tahun lalu
Tontonan:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker yang sering terjadi pada anak adalah leukemia, mencapai 30%-40% dari seluruh keganasan. Insidens leukemia mencapai 2,76/ anak usia 1-4 tahun (Permono, 2005). Di Indonesia berdasarkan survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001, penyakit kanker merupakan penyebab kematian nomor lima di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi kanker di Indonesia adalah 4,3 per 1000 penduduk. Umumnya, penderita kanker anak datang setelah masuk stadium lanjut yang sulit untuk disembuhkan. Pada tahun 2006 jumlah penderita leukemia rawat inap di Rumah Sakit di Indonesia sebanyak orang. Leukemia merupakan jenis penyakit kanker darah yang menyerang sel-sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang atau bone marrow. Sumsum tulang atau bone marrow dalam tubuh manusia memproduksi tiga tipe sel darah diantaranya sel darah putih yang berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi, sel darah merah berfungsi membawa oksigen kedalam tubuh dan platelet bagian terkecil sel darah yang membantu proses pembekuan darah (Iskandar, 2007). Kemoterapi menjadi urutan pertama terapi yang sering dilakukan dengan memberikan obat pembunuh sel kanker (disebut sitostatika) yang diminum ataupun yang diinjeksikan ke pembuluh darah. Protokol kemoterapi yang saat ini digunakan 1

2 untuk merawat pasien LLA yaitu Protokol Indonesia 2006 (untuk anak LLA). Protokol tersebut dikelompokkan menjadi 2 yaitu protokol untuk anak LLA dengan resiko standar dan resiko tinggi. Pengelompokkan tersebut berdasarkan pada umur pasien dan jumlah sel darah putih saat diagnosis, fenotip imunologis dari limfoblas, jenis kelamin dan respon terhadap terapi. Protokol tersebut dibuat untuk menghindari adanya efek samping yang lebih berat terutama pada pasien yang diberi pengobatan kemoterapi dengan efek samping yang lebih kecil. Protokol resiko standar merupakan protokol pada pasien LLA yang mempunyai prognosis lebih baik dibandingkan pasien LLA dengan protokol resiko tinggi (Permono dan Ugrasena, 2006 cit. Monica Santoso, 2011). Kedua protokol tersebut mempunyai fase awal yang sama yaitu fase induksi (Remission Induction), fase induksi merupakan fase yang bertujuan untuk membunuh sebanyak mungkin sel-sel leukemia yang berada pada darah dan sum-sum tulang, sehingga sel-sel leukemia menjadi remission (National Cancer Institute, 2015). Selanjutnya mengembalikan system hematopoesis yang normal, pasien diharapkan akan mencapai remisi penyakit leukemia pada fase induksi ini. Remisi adalah kemampuan untuk mengendalikan sel leukemia sehingga tanda dan gejala penyakit leukemia hilang. Fase konsolidasi atau intensifikasi, merupakan fase kemoterapi intensif tambahan yang dilakukan setelah fase induksi dan setelah pasien mengalami remisi komplit. Fase perawatan ini bertujuan untuk tercapainya perpanjangan remisi dan meningkatkan kesembuhan. Fase Pemeliharaan atau maintenance, fase ini 2

3 bertujuan untuk membunuh sel-sel leukemia yang masih tersisa. Terapi pemeliharaan ini berlangsung 2-2,5 tahun (Permono dan Ugrasena, 2005). Pengobatan ini tidak hanya merusak sel-sel leukosit yang abnormal saja tapi juga memberikan efek samping pada jaringan yang mengalami regenerasi (Hendry, 2007).Efek samping kemoterapi dapat merusak sel-sel yang mempunyai aktivita s proliferasi berlebih, seperti sumsum tulang dan sel epitel m ukosa sehingga menyebabkan depresi sumsum tulang, mukositis, stomatitis dan xerostom ia (Sutaryo, 2005). Agen sitotoksik pada obat kemoterapi dapat mempengaruhi kekebalan mukosa m ulut, yang dapat menyebabkan perubahan sekresi SIgA, disfungsi saliva, penurunan antimikroba saliva dan kerusakan dari pelindung mukosa yang melapisi mukosa mulut, selanjutnya dapat mengganggu keseimbangan mikrobiota oral dan tidak dapat memberikan perlindungan yang diakibatkan oleh pengobatan kemoterapi (Wang dan Zhou, 2013). Kadar siga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor lingkungan dan gaya hidup, defisiensi nutrisi, obat-obatan, termasuk pengobatan kemoterapi dalam jangka waktu panjang, virus atau kerusakan fungsi imun (Roeslan, 2002). 3

4 B. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas, maka muncul pertanyaan sebagai berikut : Seberapa besar perbandingan kadar siga pada pasien LLA yang menjalani kemoterapi pada fase induksi jika dibandingkan dengan fase maintanance? C. Keaslian Penelitian 1. Penelitain mengenai Evaluation The Effect Of IL-6, s-iga, PH And Salivary Flow Rate In Children With Acute Lymphoblastic Leukemia oleh Shanthi dan Revathi, Terhadap 27 anak dengan LLA berusia 4-12 tahun menunjukkan perubahan kadar siga jika dibandingkan dengan kelompok kontrol 2. Penelitian mengenai Change of serum immunoglobulin level in patients with chemotherapy oleh Wang, Terhadap 24 pasien yang telah menjalani kemoterapi, terlihat bahwa kadar IgA kembali ketingkat normal sekitar 1 tahun setelah berhenti dari pengobatan, bahkan dalam beberapa kasus dapat berlangsung selama lebih dari 2 tahun D. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk melihat seberapa besar perbandingan kadar siga pada pasien LLA yang menjalani protokol kemoterapi pada fase induksi dan fase maintanance 4

5 E. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan agar hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk : 1. Ilmu Pengetahuan : a. Memberi informasi mengenai kadar siga pada pasien LLA yang menjalani kemoterapi pada fase induksi fase maintanance b. Sebagai acuan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai siga pada pasien LLA yang menjalani kemoterapi fase induksi dan fase maintanance 2. Manfaat penelitian bagi bidang IKGA Memberikan informasi khususnya di bidang Ilmu Kedokteran Gigi Anak tentang bagaimana kadar siga pada pasien LLA yang menjalani kemoterapi pada fase induksi dan fase maintenance sehingga dapat melakukan tindakan pencegahan dan perawatan lebih lanjut pa da gigi dan rongga mulut pasien LLA. 5

dokumen-dokumen yang mirip

BAB I PENDAHULUAN. sumsum tulang yang paling sering ditemukan pada anak-anak (Wong et al, normal di dalam sumsum tulang (Simanjorang, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. sumsum tulang yang paling sering ditemukan pada anak-anak (Wong et al, normal di dalam sumsum tulang (Simanjorang, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leukemia merupakan kanker pada jaringan pembuluh darah yang disebabkan karena terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu sumsum tulang yang paling sering