2017 UPAYA MENINGKATKAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENANGGGULANGI BENCANA BANJIR MELALUI PROGRAM PELATIHAN COMMUNITY FOOD RESILIENCE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Posisi Indonesia dalam Kawasan Bencana

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kerentanan berkaitan erat dengan kesenjangan (inequality) yang dihasilkan

Gambar 1.1 Jalur tektonik di Indonesia (Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2015)

BAB 1 PENDAHULUAN. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 : PENDAHULUAN. alam seperti gempa bumi adalah bencana yang terjadi secara tiba-tiba, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia, sehingga

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. subduksi yaitu pertemuan Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada garis Ring of Fire yang menyebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan terjadinya berbagai bentuk bencana. Selain itu, dimata dunia

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di. tsunami, banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. samudra Hindia, dan Samudra Pasifik. Pada bagian selatan dan timur

BAB I PEDAHULUAN. yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 ).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang terjadi pada masyarakat, seperti dalam menghadapi bahaya

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

BAB1 PENDAHULUAN. Krakatau diperkirakan memiliki kekuatan setara 200 megaton TNT, kira-kira

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi beserta dampaknya yang terjadi belakangan ini harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

`BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerugian secara meluas dan dirasakan, baik oleh masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENYULUHAN RUMAH TAHAN GEMPA DI DUSUN JERINGAN, KULON PROGO, YOGYAKARTA SEBAGAI UPAYA PENGURANGAN RISIKO DAMPAK GEMPA BUMI

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KOMANDO TANGGAP DARURAT BENCANA LETUSAN GUNUNG MERAPI

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara geografis, geologis, hidrologis, dan sosio-demografis, Indonesia

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6º LU 11º LS dan 95º BT - 141º BT, antara

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia.

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.3

I. PENDAHULUAN. Geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas.

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-undang nomor 24 tahun 2007). Australia yang bergerak relative ke Utara dengan lempeng Euro-Asia yang

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat diprediksi secara pasti. Dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa

Informasi Umum Pendidikan Bencana Gempabumi di SD

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

Museum Gempa Bumi Yogyakarta BAB I

BAB I PENDAHULUAN. respon terhadap penanggulangan bencana sangat berperan penting.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bencana alam dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Bencana alam diakui

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia merupakan negara berpotensi bencana (hazard potency) yang

BAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

Finalisasi RENCANA AKSI PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PESISIR SELATAN (PESSEL) TAHUN KALENDER : JANUARY - DECEMBER 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional (UU RI No 24 Tahun 2007). penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun demi tahun negeri ini tidak lepas dari bencana. Indonesia sangat

1.1 Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bencana alam merupakan bencana yang disebabkan oleh perubahan kondisi

PENDAHULUAN Latar Belakang

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

BAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA. bencana terdapat beberapa unit-unit organisasi atau stakeholders yang saling

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

PENURUNAN INDEKS RISIKO BENCANA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat (Arnold, 1986). Bahkan untuk beberapa jenis bencana alam, Indonesia menduduki peringkat pertama dalam paparan terhadap penduduk atau jumlah manusia yang menjadi korban meninggal akibat bencana alam. Inilah yang menasbihkan Indonesia sebagai negara dengan resiko dan dampak bencana alam tertinggi di dunia. Dari berbagai jenis bencana alam, United Nations International Stategy for Disaster Reduction (UNISDR) merangking jumlah korban pada 6 jenis bencana alam yang meliputi tsunami, tanah longsor, banjir, gempa bumi, angin topan, dan kekeringan. Dan dari keenam jenis bencana alam tersebut, Indonesia menduduki peringkat pertama pada dua bencana alam yakni tsunami dan tanah longsor, peringkat ketiga pada gempa bumi, dan peringkat keenam pada banjir. Menurut BAKORNAS PBP dalam "Arahan Kebijakan Mitigasi Bencana Perkotaan di Indonesia", dilihat dari potensi bencana yang ada Indonesia merupakan negara dengan potensi bencana (hazard potency) yang sangat tinggi. Beberapa potensi bencana yang ada antara lain adalah bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, banjir, tanah longsor, dan lain-lain. Potensi bencana yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama, yaitu potensi bahaya utama (main hazard) dan potensi bahaya ikutan (collateral hazard). Potensi bahaya utama (main hazard potency) ini dapat dilihat antara lain pada peta potensi bencana gempa di Indonesia yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah wilayah dengan zona-zona gempa yang rawan, peta potensi bencana tanah longsor, peta

potensi bencana letusan gunung api, peta potensi bencana tsunami, peta potensi bencana banjir, dan lain-lain. Dari indikator-indikator diatas dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki potensi bahaya utama (main hazard potency) yang tinggi. Hal ini tentunya sangat tidak menguntungkan bagi negara Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan pada saat sebelum terjadinya bencana adalah pencegahan dan mitigasi, yang merupakan upaya untuk mengurangi atau memperkecil dampak kerugian atau kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh bencana. Sementara itu di tingkat masyarakat, nampak bahwa kemampuan masyarakat dalam penanggulangan bencana masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai kebencananaan dan cara penanggulangan bencana yang dilakukan. Pedoman peningkatan kapasitas melalui pendidikan berbasis kearifan lokal dan partisipatif geografis belum sepenuhnya terlaksana karena berbagai faktor kendala, seperti anggaran, tumpang tindih kegiatan, kurangnya komitmen dan belum terdiseminasinya informasi secara menyeluruh. Peran pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan lain dalam penanggulangan bencana yang belum optimal dipengaruhi oleh belum adanya landasan operasional penanggulangan bencana atau belum dipahami secara utuh dalam pelaksanaannya Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat memiliki peran yang maksimal dalam penanggulangan bencana dengan adanya dukungan penuh dari berbagai pihak terutama aparatur pemerintah. Namun demikian, belum dijumpai penelitian yang khusus melakukan penilaian terhadap kolaborasi antara pemerintah dan organisasi non pemerintah mendetail terkait kegiatan penanggulangan bencana, sehingga sangat penting untuk dilakukan. Pengalaman yang terjadi di Indonesia bahwa manajemen penanggulangan bencana dominan dilakukan dengan mekanisme eksternal secara parsial, yaitu penangulangan bencana yang dilakukan oleh pihak-pihak di luar komunitas masyarakat dan aparatur birokrasi dan tidak terintegrasi secara utuh. Peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah selaku koordinator pelaksana kedaruratan belum sepenuhnya mendapat dukungan dari berbagai pihak karena kurangnya kapasitas yang ada. Hal ini tentunya mengakibatkan kurangnya sistematika pelaksanaan tugas pokok dan fungsi di setiap unit aparatur pemerintah dalam hal penanggulangan bencana. Upaya strategis di tingkat kelembagaan harus disinkronkan dengan upaya pengurangan risiko bencana yang disesuaikan dengan karakter dan kebutuhan lokal setempat. Salah satu

program pelatihan untuk masyarakat terkait upaya pengurangan risiko bencana adalah Community Flood Reselience. Program Community Flood Reseliencemerupakan salah satu media program yang di gagas oleh Palang Merah Indonesia yang pada prosesnya berupaya memberdayakan kapasitas yang dimiliki oleh masyarakat di daerah rawan bencana banjir dalam upaya menurunkan tingkat risiko bencana yang kerap terjadi di lingkungan masyarakat itu sendiri. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah melalui penyusunan Rencana Pengurangan Risiko yang dilakukan oleh masyarakat sendiri.rencana Pengurangan Risiko ini disusun oleh masyarakat dengan melibatkan seluruh kelompok masyarakat, setelah masyarakat melakukan analisis kerentanan dan kapasitas. Rencana Pengurangan Risiko yang disusun berdasarkan merefleksikan kebutuhan dan permasalahan rill yang ada di masyarakat. Berangkat dari hal tersebut, peneliti bermaksud mengangkat masalah mengenai bagaimana upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam mempersiapkan diri dan menanggulangi bencana yang kerap terjadi kapanpun di area tempat tinggal masyarakat itu sendiri. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang dan hasil pengamatan di lapangan maka peneliti mengidentifikasi beberapa permasalahan, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Masih banyaknya masyarakat yang belum memahami tentang pentingnya partisipasi mereka dalam kesiapsiagaan bencana guna menghindari atau memperkecil resiko bencana alam yang kerap terjadi di lingkungannya. 2. Adanya potensi dalam diri setiap masyarakat di daerah rawan bencana yang perlu difasilitasi terutama dalam upaya menghindari atau memperkecil resiko bencana alam. 3. CFR (Community Flood Resilience) adalah sebuah program pelatihan yang bertujuan untuk membangun kapasitas masyarakat diwilayah bantaran sungai agar terbentuk sebuah komunitas masyarakat yang tangguh banjir. Berdasarkan permasalahan tersebut, dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pelatihan CFR (Community Flood Resilience) dalam upaya optimalisasi partisipasi masyarakat dalam kesiapsiagaan bencana? 2. Apa upaya yang dilakukan Palang Merah Indonesia untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kesiapsiagaan bencana banjir melalui program pelatihan CFR? 3. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan pelatihan CFR (Community Flood Resilience) dalam upaya optimalisasi partisipasi masyarakat dalam kesiapsiagaan bencana? C. Tujuan Penelitian Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam kesiapsiagaan bencana melalui program CFR. Secara khusus, tujuan penilitian yang ingin dicapai adalah : 1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan program pelatihan CFR terkait upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kesiapsiagaan bencana. 2. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan Palang Merah Indonesia untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kesiapsiagaan bencana banjir melalui program pelatihan CFR. 3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan pelatihan CFR (Community Flood Resilience) dalam upaya optimalisasi partisipasi masyarakat dalam kesiapsiagaan bencana D. Manfaat Penelitian Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat, antara lain: 1. Secara Konseptual, penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan konsep peningkatan partisipasi masyarakat dalam kesiapsiagaan bencana. 2. Secara Praktis bagi penyelenggara program pelatihan kesiapsiagaan bencana, temuan ini dapat dijadikan bahan referensi dan informasi. 3. Sebagai referensi apabila ada pihak yang berminat meneliti lebih lanjut terhadap bidang yang sama.

4. Bagi peneliti, manfaat penelitian ini adalah untuk menguatkan pengetahuan, wawasan, serta keterampilan mengimplementasikan teori dalam pengaplikasian program pelatihan non formal. E. Struktur Organisasi Skripsi BAB I, Pendahuluan, didalamnya berisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. BAB II, Kajian Pustaka, didalamnya berisi tentang beberapa teori dan konsep mengenai bidang yang dikaji. BAB III, Metodologi Penelitian, didalamnya berisi tentang penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian. BAB IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan, meliputi gambaran lokasi penelitian, gambaran umum program pelatihan, gambaran subjek penelitian, deskripsi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. BAB V, Kesimpulan dan Saran.