INFO TEKNIS EBONI BALAI PENELITIAN KEHUTANAN MAKASSAR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

dokumen-dokumen yang mirip
DAMPAK PENURUNAN DAUR TANAMAN HTI Acacia TERHADAP KELESTARIAN PRODUKSI, EKOLOGIS DAN SOSIAL

FENOLOGI BEBERAPA JENIS PAKAN KUPU-KUPU DI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG. Heri Suryanto*

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

MANFAAT SAGU (Metroxylon spp.) BAGI PETANI HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN KONAWE SELATAN. Nurhaedah M.*

PENDAHULUAN Latar Belakang

STRATEGI PENYELAMATAN EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DARI ANCAMAN KEPUNAHAN. Edi Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan diusahakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. kesempatan untuk tumbuhan mangrove beradaptasi (Noor dkk, 2006). Hutan

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

PENDAHULUAN. Latar Belakang. meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan karena banyak industri yang

PROGRAM KEGIATAN TEKNIS 2017 BP2LHK MAKASSAR. Makassar, 2017

I. PENDAHULUAN. Menurut Tomlinson(1986), mangrove merupakan sebutan umum yang digunakan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Biomassa adalah segala material yang berasal dari tumbuhan atau hewan

Mangrove menurut Macnae (1968) merupakan perpaduan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan lingkungan luar (Baker,1979). Di dalam hutan terdapat flora

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

IV. KONDISI UMUM. Gambar 3. Peta Lokasi PT. RAPP (Sumber: metroterkini.com dan google map)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan pasokan energi dalam negeri. Menurut Pusat Data dan Informasi Energi dan

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

TINJUAN PUSTAKA. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hewan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHALUAN. dan kehutanan. Dalam bidang kehutanan, luas kawasan hutannya mencapai. (Badan Pusat Statistik Lampung, 2008).

PENDAHULUAN. beradaptasi dengan salinitas dan pasang-surut air laut. Ekosistem ini memiliki. Ekosistem mangrove menjadi penting karena fungsinya untuk

RUMUSAN SEMINAR NASIONAL BENIH UNGGUL UNTUK HUTAN TANAMAN, RESTORASI EKOSISTEM DAN ANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM YOGYAKARTA, NOPEMBER 2014

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CILACAP

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

2015 KESESUAIAN LAHAN D I TAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI KIARA PAYUNG UNTUK TANAMAN END EMIK JAWA BARAT

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN J A K A R T A

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2017, No Pengolahan Air Limbah Usaha Skala Kecil Bidang Sanitasi dan Perlindungan Daerah Hulu Sumber Air Irigasi Bidang Irigasi; Mengingat : 1.

PERMUDAAN ALAM dan PERMUDAAN BUATAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SINTESA HASIL PENELITIAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI SERAT TANAMAN HUTAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS.

CAPAIAN KEGIATAN LITBANG

dan (3) pemanfaatan berkelanjutan. Keharmonisan spasial mensyaratkan bahwa dalam suatu wilayah pembangunan, hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Hutan rawa gambut adalah salah satu komunitas hutan tropika yang terdapat di

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

02/03/2015. Sumber daya Alam hayati SUMBER DAYA ALAM JENIS-JENIS SDA SUMBERDAYA HAYATI. Kepunahan jenis erat kaitannya dengan kegiatan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Iklim Perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa ini memberikan tanggung jawab yang besar bagi warga Indonesia untuk

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

Oleh : Sri Wilarso Budi R

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. (renewable resources), namun apabila dimanfaatkan secara berlebihan dan terusmenerus

Pelayanan Terbaik Menuju Hutan Lestari untuk Kemakmuran Rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. disekitarnya. Telah menjadi realita bila alam yang memporak-porandakan hutan,

PENGUMPULAN DATA KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang khusus terdapat

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. . Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan

Edisi 1 No. 1, Jan Mar 2014, p Resensi Buku

lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Suginingsih (2008), hutan adalah asosiasi tumbuhan dimana pohonpohon

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Penyerapan karbon oleh hutan dilakukan melalui proses fotosintesis. Pada proses

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB XV POPULASI PENDUDUK

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

ISSN : 0853-9200 INFO TEKNIS EBONI Vol. 11 No. 2, Desember 2014 BALAI PENELITIAN KEHUTANAN MAKASSAR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Info Teknis Eboni Vol. 11 No. 2 Hal. 65-137 Makassar Desember 2014 ISSN 0853-9200

INFO TEKNIS EBONI ISSN : 0853-9200 Info Teknis Eboni adalah publikasi ilmiah semi populer dari Balai Penelitian Kehutanan Makassar yang menerima dan mempublikasikan tulisan hasil penelitian dan tinjauan atau pemikiran ilmiah dari berbagai aspek kehutanan seperti silvikultur, konservasi, sosial ekonomi, pemanfaatan hasil hutan atau makalah kehutanan lainnya yang relevan dengan frekuensi terbit 2 kali setahun Penanggungjawab : Kepala Balai Penelitian Kehutanan Makassar Dewan Redaksi (Editorial Board) Ketua Merangkap Anggota Nurhaedah, SP, M.Si Anggota : Ir. Suhartati, MP. Ir. Mody Lempang, M.Si. Achmad Rizal HB, MT Ir. Merryana Kiding Allo Sekretariat Redaksi : Ketua : Kepala Seksi Data, Informasi dan Kerjasama Anggota : Ir. Sahara Nompo Masrum Kasmawati, S.Kom Diterbitkan oleh: Balai Penelitian Kehutanan Makassar Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alamat : Jalan Perintis kemerdekaan Km. 16 Makassar 90243, Sulawesi Selatan, Indonesia Telepon: 62-411-554049Fax: 62-411-554058 Email:info@balithutmakassar.org; datinfo.bpkmks@gmail.com Website: http://www.balithutmakassar.org

ISSN : 0853-9200 INFO TEKNIS EBONI Vol. 11 No. 2, Desember 2014 DAFTAR ISI PEMBUATAN DAN KEGUNAAN ARANG AKTIF Mody Lempang... 65-80 PARADIGMA KONSERVASI TANAH DAN AIR : HUBUNGANNYA KERUSAKAN LINGKUNGAN M. Kudeng Sallata... 81-94 MANFAAT SAGU (Metroxylon spp.) BAGI PETANI HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN KONAWE SELATAN Nurhaedah M.... 95-102 DAMPAK PENURUNAN DAUR TANAMAN HTI Acacia TERHADAP KELESTARIAN PRODUKSI, EKOLOGIS DAN SOSIAL Suhartati, Yanto Rahmayanto dan Y. Daeng.... 103-116 FENOLOGI BEBERAPA JENIS PAKAN KUPU-KUPU DI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG Heri Suryanto... 117-127 Lumnitzera littorea (Jack) Voight, MANGROVE SEJATI YANG TERANCAM PUNAH Halidah... 129-137

INFO TEKNIS EBONI Vol. 11 No.2, Desember 2014 ISSN 0853-9200 Kata kunci bersumber dari artikel. Lembar Abstrak ini boleh diperbanyak tanpa ijin dan biaya Mody Lempang (Balai Penelitian Kehutanan Makassar) Pembuatan dan Kegunaan Arang Aktif Info Teknis Eboni Vol. 11 No. 2, hal. 65-80 Arang aktif adalah suatu karbon yang mempunyai kemampuan daya serap yang baik terhadap anion, kation, dan molekul dalam bentuk senyawa organik dan anorganik, baik berupa larutan maupun gas. Beberapa bahan yang mengandung banyak karbon dan terutama yang memiliki pori dapat digunakan untuk membuat arang aktif. Pembuatan arang aktif dilakukan melalui proses aktivasi arang dengan cara fisika atau kimia di dalam retort. Perbedaan bahan baku dan cara aktivasi yang digunakan dapat menyebabkan sifat dan mutu arang aktif berbeda pula. Arang aktif digunakan antara lain dalam sektor industri (pengolahan air, makanan dan minuman, rokok, bahan kimia, sabun, lulur, sampo, cat dan perekat, masker, alat pendingin, otomotif), kesehatan (penyerap racun dalam saluran cerna dan obat-obatan), lingkungan (penyerap logam dalam limbah cair, penyerap residu pestisida dalam air minum dan tanah, penyerap emisi gas beracun dalam udara, meningkatkan total organik karbon tanah, mengurangi biomassa mikroba dan agregasi tanah) dan pertanian (meningkatkan keberhasilan perbanyakan tanaman secara kultur jaringan dan kesuburan media tanaman serta mencegah pembusukan akar). Kata kunci : Arang aktif, pembuatan, rendemen, sifat, jenis, kegunaan M. Kudeng Sallata (Balai Penelitian Kehutanan Makassar) Paradigma Konservasi Tanah dan Air : Hubungannya Kerusakan Lingkungan Info Teknis Eboni Vol. 11 No. 2, hal. 81-94 Permasalahan banjir, longsor dan kerusakan lingkungan terasa semakin kompleks apalagi kalau terjadi di wilayah pemukiman. Penyebab utama adalah cuaca ekstrim dan tekanan penduduk yang semakin padat, namun banyak pihak tidak menyadarinya. Pertumbuhan penduduk tak terkendali memicu peningkatan penggunaan lahan secara masif. Kebutuhan pangan, sandang, papan, energi, hingga kebutuhan rekreasi juga meningkat. Alih fungsi lahan semakin gencar yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Disisi lain, penerapan teknik

konservasi tanah dan air semakin dilupakan karena dianggap faktor penghambat. Jika jumlah penduduk tidak segera dikendalikan, kerusakan lingkungan semakin parah. Kata kunci : Kerusakan lingkungan, teknik konservasi tanah dan air, kepadatan penduduk Nurhaedah M. (Balai Penelitian Kehutanan Makassar) Manfaat Sagu (Metroxylon spp.) Bagi Petani Hutan Rakyat di Kabupaten Konawe Selatan Info Teknis Eboni Vol. 11 No. 2, hal. 95-102 Petani hutan rakyat di Konawe Selatan sebagian besar mengusahakan tanaman jati yang berdaur panjang, sehingga diperlukan pendapatan antara dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Salah satu komoditi yang memungkinkan adalah tanaman sagu. Penduduk Kabupaten Konawe Selatan didominasi oleh Suku Tolaki, yang antara lain memiliki budaya mengonsumsi sagu. Umumnya petani hutan rakyat di daerah ini memanfaatkan sagu sebagai bahan pangan pendamping beras, selain itu sagu juga di pasarkan dalam bentuk sagu mentah dan panganan. Peluang pengembangan sagu masih memungkinkan karena kesesuaian lahan dan ketersediaan pasar, namun dalam pengembangannya memiliki hambatan berupa minimnya pengetahuan masyarakat terkait teknik budidaya dan diversifikasi produk serta jaringan pemasaran. Untuk itu, masih diperlukan pembinaan dari instansi terkait. Kata Kunci : Sagu, hutan rakyat, Konawe Selatan Suhartati (Balai Penelitian Kehutanan Makassar) Yanto Rahmayanto (Pusat Litbang Perubahan Iklim dan Kebijakan) Y. Daeng (HTI PT. Arara Abadi Riau) Dampak Penurunan Daur Tanaman HTI Acacia Terhadap Kelestarian Produksi, Ekologis dan Sosial Info Teknis Eboni Vol. 11 No. 2, hal. 103-116 Jenis Acacia sp., adalah salah satu jenis tanaman pokok yang dikembangkan pada Hutan Tanaman Industri (HTI) untuk bahan baku pulp dan kertas. Permasalahan pada jenis tanaman tersebut adalah produktivitasnya masih rendah serta daurnya masih panjang. Untuk kesinambungan suplai kayu terhadap industri kertas, maka perusahaan HTI menurunkan daur tebang jenis tanaman acacia yaitu dari umur 6-7 tahun menjadi umur 4-5 tahun. Untuk mengetahui dampak daripada penurunan daur tersebut, maka dilakukan kajian HTI Acacia crassicarpa pada lahan gambut dan Acacacia mangium pada lahan mineral. Aspek

yang dikaji adalah produksi dan kualitas kayu serta kondisi ekologis dan sosial. Aspek produksi dan kualitas kayu yang diamati adalah volume pohon, sifat kayu dan nilai finansial. Aspek ekologis yang diamati adalah kondisi tanah, iklim mikro dan biodiversitas, serta aspek sosial difokuskan pada serapan tenaga kerja terhadap pengelolaan HTI. Hasil kajian menunjukkan bahwa daur optimal untuk A. crassicarpa adalah umur 4-5 tahun dan A. Mangium adalah umur 5-6 tahun, dan hasil analisis finansial menunjukkan tingkat keuntungan terbesar pada daur tebang umur 4 tahun. Berdasarkan hasil pengujian sifat kayunya menunjukkan bahwa kayu acacia termasuk kualitas pulp I - II untuk umur 4 hingga 6 tahun. Kondisi ekologis relatif sama pada tegakan acacia umur 4; 5 dan 6 tahun. Penyerapan tenaga kerja menunjukkan nilai terbesar pada daur 4 tahun. Penurunan daur, ditinjau dari azas pengelolaan hutan lestari, layak untuk dioperasionalkan pada pengelolaan HTI untuk bahan baku pulp dan kertas. Apabila penebangan dilakukan melebihi daur optimal tersebut, dapat menurunkan produktivitas hasil serta kuantitas maupun kualitas pulp. Kata kunci: Hutan Tanaman Industri, acacia, penurunan daur, kelestarian Heri Suryanto (Balai Penelitian Kehutanan Makassar) Fenologi Beberapa Jenis Pakan Kupu-kupu di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Info Teknis Eboni Vol. 11 No. 2, hal. 117-127 Kupu-kupu merupakan fauna khas di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung namun populasinya kian lama kian menurun. Salah satu upaya peningkatan populasi dan menjaga kelestarian spesies kupu-kupu adalah dengan pelaksanaan kegiatan pembinaan habitat dalam kawasan konservasi dimana salah satu tahapan kegiatan adalah studi fenologi tumbuhan pakan kupu-kupu. Tujuan Kegiatan ini adalah untuk mengetahui waktu berbuah dan ketersediaan benih serta penyebaran secara alami. Kegiatan ini dilakukan di beberapa lokasi di kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yaitu hutan Kalluku, kawasan Resort Bantimurung dan Kawasan Resort Pattunuang-Karaenta. Adapun pengamatan berbunga menunjukkan bahwa tanaman pakan larva/ulat kupu-kupu yaitu lada-lada (Micromelum minutum Blume.) berbunga antara bulan Desember-Juni dan pada bulan April - November berbuah, sangilu (Evodia sp.) berbunga Februari dan berbuah pada Maret-Mei dan passiflora sp. Berbunga pada Januari Maret berbuah pada bulan April. Tanaman pakan imago/kupu-kupu dewasa yaitu mali-mali (Leea indica Merr.) mulai berbunga bulan Oktober dan berbuah November-Februari dan dao (Dracontomelon dao) berbunga dan berbuah pada bulan Juni hingga Desember.

Kata kunci : Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, pakan kupukupu, pembinaan habitat, fenologi, pakan kupu kupu. Halidah (Balai Penelitian Kehutanan Makassar) Lumnitzera littorea (Jack) Voight, Mangrove Sejati yang Terancam Punah Info Teknis Eboni Vol. 11 No. 2, hal. 129-137 Lumnitzera littorea adalah salah satu jenis mangrove sejati yang hanya dapat tumbuh di daerah pinggiran zona mangrove yakni daerah yang berbatasan dengan daerah daratan, sehingga tumbuhan ini juga merupakan salah satu penanda wilayah peralihan antara hutan mangrove dengan hutan daratan. Saat ini L. littorea sudah sangat jarang ditemui dalam areal hutan mangrove. Salah satu penyebabnya adalah karena adanya pemanfaatan wilayah pesisir untuk pembangunan. Dari beberapa laporan dari berbagai daerah yang masih dijumpai L. littorea dilaporkan indeks nilai penting pohon sebesar 4,89 % dan pancang sebesar 0,73 %. Hal ini dapat menunjukkan adanya penurunan populasi. Demikian juga dengan kerapatan di lapangan dijumpai bervariasi berkisar antara 0,54 individu/ha; 14,5 individu/ha serta 518 individu /ha. Data ini menunjukkan bahwa ada kondisi dimana hampir tidak lagi dijumpai tumbuhan ini di habitatnya. Dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kerusakan hutan bakau disebabkan oleh konversi hutan bakau menjadi lahan untuk peruntukan lain. Data-data ini dapat menunjukkan kondisi tanaman L. littorea saat ini serta kondisi habitatnya yang terancam. Karena itu sangat penting memperkenalkan dan mengetahui kondisi jenis ini untuk mendukung kelestariannya. Kata kunci : Lumnitzera littorea, terancam, langka.