Y. Yendraliza, M. Magfirah, Muhamad Rodiallah*

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar yang

SKRIPSI ANALISIS POTENSI WILAYAH KECAMATAN KUANTAN TENGAH UNTUK PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG MELALUI PENDEKATAN LAHAN DAN SUMBER DAYA MANUSIA DI KECAMATAN GALIS KABUPATEN PAMEKASAN

ANALISIS POTENSI SAPI POTONG BAKALAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI SUMBER PAKAN DALAM PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR

ESTIMASI KETERSEDIAAN BIBIT SAPI POTONG DI PULAU SUMATERA

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): , Agustus 2016

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

DINAMIKA POPULASI SAPI POTONG DI KECAMATAN PAMONA UTARA KABUPATEN POSO

SKRIPSI. STRATEGI PENGEMBANGAN KERBAU LUMPUR (Bubalus bubalis) SEBAGAI SUMBER DAYA LOKAL DI KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG KABUPATEN KAMPAR

POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI SUMBER PAKAN SAPI POTONG DALAM MENDUKUNG INTEGRASI TERNAK-TANAMAN DI KABUPATEN PINRANG, SULAWESI SELATAN

SKRIPSI ANALISIS POTENSI WILAYAH PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN BANGKO PUSAKO KABUPATEN ROKAN HILIR

STATUS REPRODUKSI DAN ESTIMASI OUTPUT BERBAGAI BANGSA SAPI DI DESA SRIWEDARI, KECAMATAN TEGINENENG, KABUPATEN PESAWARAN

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI BENGKULU DALAM MENDUKUNG AGRIBISNIS YANG BERDAYA SAING

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penentuan Responden Data yang dikumpulkan meliputi:

POTENSI KOMODITAS TERNAK SAPI POTONG DAN DAYA DUKUNG LIMBAH TANAMAN PADI DI KABUPATEN SUKOHARJO

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta

KAJIAN POTENSI LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI POTONG DI KOTA PARE-PARE

DAYA DUKUNG LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI SUMBER PAKAN TERNAK RUMINANSIA DI INDONESIA

ANALISIS POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

Pengembangan Populasi Ternak Ruminansia Berdasarkan Ketersediaan Lahan Hijauan dan Tenaga Kerja di Kota Palembang Sumatera Selatan

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

IDENTIFIKASI WILAYAH PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI KABUPATEN GARUT

Jurnal Zootek ( Zootek Journal ) Vol. 38 No. 1 : (Januari 2018) ISSN

Lampiran 1. Peta Kabupaten Pati

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI NUSA TENGGARA BARAT

Estimasi Output Sapi Potong di Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat

SEBARAN POPULASI SAPI FRIESIAN HOLSTEIN DI BEBERAPA KABUPATEN PROVINSI JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Analisis Potensi Wilayah Dharmasraya Untuk Pengembangan Sapi Potong dan Kaitannya Dengan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

POTENSI PENGEMBANGAN TERNAK SAPI PADA USAHA TANI DIKECAMATAN TARERAN MINAHASA. Riko E. Mirah*, E.K.M. Endoh**, J. Pandey **, A.H.S.

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

Daya Dukung Produk Samping Tanaman Pangan sebagai Pakan Ternak Ruminansia di Daerah Sentra Ternak Berdasarkan Faktor Konversi

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

M.Fatah Wiyatna 1, A. M. Fuah 2, dan K. Mudikdjo 2

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

SEBARAN POPULASI DAN POTENSI KERBAU MOA DI PULAU MOA KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Penggemukan Sapi (Kasus di Kelurahan Ekajaya, Kecamatan Jambi Selatan Kotamadya Jambi)

KAJIAN PENGARUH KEBIJAKAN IMPOR SAPI TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI DI NTB

SKRIPSI. Oleh : Desvionita Nasrul BP

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG

STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN GROBOGAN SEBAGAI SENTRA PRODUKSI SAPI POTONG SKRIPSI DREVIAN MEITA HARDYASTUTI

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

Pengembangan Populasi Ternak Ruminansia Berdasarkan Ketersediaan Lahan Hijauan dan Tenaga Kerja di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Sumatera Selatan

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

ANALISIS DAYA DUKUNG PAKAN UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TANJUNG RAYA KABUPATEN AGAM SKRIPSI. Oleh : AHMAD ZEKI

J. M. Tatipikalawan dan S. Ch. Hehanussa Staf Fakultas Pertanian Unpatti Ambon ABSTRACT

Profil Ternak Ruminansia Potong di Kabupaten Barito Selatan

Dinamika Populasi dan Produktivitas Sapi Madura di Wilayah Konservasi Pulau Sapudi

Analisis Break Even Point (BEP) Usahatani Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Sleman

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari bulan Mei sampai September 2013 di Desa

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DAN SAPI BAKALAN KARAPAN DI PULAU SAPUDI KABUPATEN SUMENEP

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

SKRIPSI EVALUASI PENERAPAN GOOD BREEDING PRACTICE SAPI POTONG DI UPT BALAI KAJI TERAP PETERNAKAN SRI PULAU KOTA DUMAI PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

KAJIAN POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI SUMBER PAKAN ALTERNATIF TERNAK KERBAU MOA DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT (MTB)

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK RUMINANSIA DI KABUPATEN BIREUEN

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2015 (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA 2015)

Pengembangan Ternak Ruminansia Berdasarkan Ketersediaan Lahan Hijauan dan Tenaga Kerja di Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan pada subsistem budidaya (on farm) di Indonesia

SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN ASPEK TEKNIS PEMELIHARAAN SAPI POTONG DI KECAMATAN RIMBA MELINTANG KABUPATEN ROKAN HILIR

POTENSI SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) KEBUMEN SEBAGAI SUMBER BIBIT SAPI LOKAL DI INDONESIA BERDASARKAN UKURAN TUBUHNYA (STUDI PENDAHULUAN)

STUDI MORFOMETRIK SAPI BALI YANG DIPELIHARA SECARA EKSTENSIF DI KECAMATAN BENAI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

A. Luas potensi lahan sumber pakan ternak (Ha) Luas Potensi Hijauan (Ha) No Kabupaten/Kota Tanaman Padang. Pangan Rumput

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o

Inventarisasi dan Pemetaan Lokasi Budidaya dan Lumbung Pakan Ternak Sapi Potong (Inventory and Mapping of Cattle and Feed Resources)

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN

ABSTRAK BAB 1. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. meningkat, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

Transkripsi:

Struktur Populasi Dan Potensi Kecamatan Benai Di Kabupaten Kuantan Singingi Untuk Pengembangan Sapi Potong Population Structure and The Potency Of Benai District, Kuantan Singingi Regency For The Beef Cattle Development Y. Yendraliza, M. Magfirah, Muhamad Rodiallah* Fakultas Pertanian dan Peternakan, Universitas Islam Sultan Syarif Kasim Riau Jl. H. R. Soebrantas No. 155 Km. 15 Simpang Baru Panam Pekanbaru 28293 PO Box 1004 Telp. 0761-7077837 e-mail koresponden: muhamad.rodiallah@uinsuska.ac.id, Intisari Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur populasi dan potensi Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) sapi potong di Kecamatan Benai. Penelitian dilakukan dengan metode survei secara purposive sampling. Analisa data dilakukan secara deskriptif. Total sampel yang digunakan adalah 137 peternak. Parameter yang diukur adalah struktur populasi sapi potong, nilai natural increase, Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (ST) berdasarkan sumber daya alam (KPPTR SL), Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (ST) berdasarkan kepala keluarga petani peternak (KPPTR KK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kecamatan Benai dapat dijadikan daerah sumber bibit karena didominasi induk betina dengan jumlah 52,37% dan ternak dara dengan jumlah 19,34%. Natural increase (Pertambahan alami) ternak di Kecamatan Benai hanya 15,45%. Nilai Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia Berdasarkan Satuan Lahan (KPPTR SL), Kecamatan Benai adalah 7 ekor/kk ternak sapi dewasa dengan berat badan rata-rata 250 kg atau 22.989 ST. Kata kunci : Natural Increase, Struktur Populasi, KPPTR, Sapi Potong Abstract The aim of this study was to reveal the population structure and potency of Benai district, for the development of beef cow. This study was done by a survey method in purposive sampling. There are 137 farmers used as responder in this study. Parameters measured were the population number of cows, natural increase index, capacity of the population increase of ruminant animal (ST) based on natural resources (KPPTR SL), capacity of population increase of ruminant based on farmer family (KPPTR KK). Results showed that Benai district could be as breed sources since the popuation of female cows and young female cow in this area were 52,37% and 19,34% respectively. Natural increase of cow in Benai district was 15,45%. KPPTR SL was 7 cows/family with the verage body weight of 250 kg or 22.989 animal unit (ST). Key word : Natural Increase, population structure, KPPTR, beef Pendahuluan Kebutuhan daging sapi di Indonesia saat ini dipasok dari tiga pemasok yaitu; peternakan rakyat (ternak lokal), industri peternakan rakyat (hasil penggemukan sapi ex import) dan impor daging (Abidin, 2008). Program pengembangan usaha ternak sapi potong dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber daya secara optimal dan tepat guna yang disesuaikan dengan keadaan alam, kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, sarana prasarana, teknologi peternakan yang berkembang dan kelembagaan serta kebijakan yang mendukung. Kecamatan Benai memiliki jumlah penduduk 19.882 jiwa dengan luas wilayah 113,83 Km 2. Kecamatan 70

Benai memiliki 1.117 ekor sapi potong. Populasi ini berfluktuatif dari tahun ke tahun. Kecenderungan ini diduga karena produktivitas ternak sapi potong tidak terprogram dengan baik. Dengan adanya data produksi dan reproduksi meliputi umur pertama kali dikawinkan, cara perkawinan, umur beranak pertama, persentase kelahiran, persentase kematian pedet, jarak beranak, umur penyapihandan batas umur pemeliharaan,persen kelahiran, kematian, calf crop dan nilai natural increasemaka peningkatan populasi peternakan rakyat dapat ditingkatkan (Tanari, 2001). Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui potensi Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia berdasarkan Sumber daya Lingkungan (KPPTR SL) mengenai ketersedian pakan hijauan ternak sapi potong di Kecamatan Benai, (2) mengetahui potensi sumber daya manusia yang tersedia untuk Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia berdasarkan Kepala Keluarga petani (KPPTR KK), (3) mengetahui natural increase sapi potong yang dimiliki oleh peternak. Materi Dan Metode Metode penelitian menggunakanpurposive sampling dilaksanakan di Kecamatan Benai, Kabupaten Kuansing. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari 137 orang petani dengan syarat telah beternak selama 5 tahun dan memiliki 3 ekor ternak. Data wilayah atau lahan hijauan dilihat dari semua Desa dalam satu Kecamatan. Variabel natural increase di ukurdari : 1. Tingkat kelahiran sapi potong pertahun Persentase Kelahiran = jumlah kelahiran sap i pertahun jumlah populasi pertahun 100% 2. Tingkat kematian sapi potong pertahun Persentase Kematian = jumlah kematian sapi pertahun jumlah populasi pertahun 100% 3. Tingkat Pemotongan sapi potong pertahun 4. Tingkat Penjualan dan pengeluaran sapi potong pertahun 5. Tingkat pembelian dan pemasukan sapi potong pertahun Struktur populasi sapi potong. Variable kapasitas tampung diukur dari nilai KPPTR Nilai KPPTR : KPPTR SL = PSML Popril KPPTR KK = PMKK Popril Keterangan : KPPTR SL : Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (ST) berdasarkan sumber daya alam. KPPTR KK :Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (ST)berdasarkan kepala keluarga petani peternak. Popril :Populasi ril (Populasi ternak lokasi penelitian). PSML : Potensi Sumber Makanan dan Lahan PMKK : Potensi Maksimum Berdasarkan Kepala Keluarga a. KPPTR Efektif : KPPTR SL, jika KPPTR SL < KPPTR KK KPPTR Efektif adalah Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia berdasarkan Sumber Daya Alam, jika Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia berdasarkan Sumber Daya Alam lebih kecil dari Kapasitas Peningkatan Populasi 71

Ternak Ruminansia berdasarkan Kepala Keluarga petani peternak. b. KPPTR Efektif : KPPTR (KK), jika KPPTR (KK) < KPPTR (SL) KPPTR Efektif adalah Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak 1. 1 ekor sapi dewasa, umur > 2 tahun = 1 ST 2. 1 ekor sapi dara, umur 1-2 tahun = 0,5 ST 3. 1 ekor anak sapi, umur < 1 tahun = 0,25 ST 4. 1 ekor kambing/domba dewasa, umur > 1 tahun = 0,14 ST 5. 1 ekor kambing/domba dara, umur 0,5-1 tahun = 0,07 ST 6. 1 ekor anak kambing/domba, umur < 0,5tahun = 0,035 ST Perhitungan KPPTR. Nell dan Rollinson (1974) memberikan ketentuan-ketentuan dari dua aspek sebagai berikut : a. Kemampuan lahan dalam menghasilkan rumput. Aspek ini dilihat dari persentase kontribusi lahan dari jenis lahan yang ada. Diantaranya adalah: Jenis lahan padang rumput dengan kontribusi lahan (Ha) sebesar 100%, sawah sebesar 2%, galengan sawah sebesar 2,5%, perkebunan 5%, hutan sejenis sebesar 5%, hutan sekunder 3%, tepian jalan 0,5% dan jenis lahan tegalan sebesar 1%. b. Produksi hijauan makanan ternak yang dapat dihasilkan dari luas panen. Analisis Data Sedangkan aspek hijauan makanan ternak dari luas panen lahan dilihat dari hasil limbah produksi perkebunan per hektar per tahun. Hasil limbah jerami padi dengan produksi jerami 0,23 ton Bahan Kering (BK)/Ha/Tahun; jerami jagung 10,9 ton BK/Ha/Tahun; jerami ubi kayu 5,05 ton BK/Ha/Tahun; jerami ubi jalar 1,2 tonbk/ha/tahun; jerami kedelai 1,07 ton BK/Ha/Tahun; dan jerami kacang tanah 1,44 ton BK/Ha/Tahun (Nell dan Rollinson, 1974). Data yang diperoleh disederhanakan kedalam bentuk tabel dan gambar, kemudian dilakukan analisa secara diskriptif dengan menampilkan rata-rata. Hasil Dan Pembahasan Struktur Populasi Sapi Potong Di Kecamatan Benai Populasi sapi potong di Kecamatan Benai dapat dilihat pada Tabel 1. Populasi didominasi oleh induk (52,37%), dara (19,34%) dan jantan dewasa 2,86%. Rendahnya populasiternak jantan kemungkinan 72

Tabel 1. Populasi Sapi Potong di Kecamatan Benai Umur Status Fisiologis Jumlah (ekor) Persentase (%) Dewasa Pejantan 32 2,86 Induk 585 52,37 Muda Jantan Muda 58 5,20 Dara 216 19,34 Pedet Jantan 69 6,18 Betina 157 14,05 Total 1.117 100 Sumber: UPTD Peternakan Kecamatan Benai dalam Angka (2015). disebabkan karena tingginya penjualan pejantan untuk perayaan adat maupun perayaan keagamaan. Hal ini terlihat dari jumlah penjualan dan pemo-tongan ternak jantan di kecamatan Benai (Tabel 2 dan Tabel 3). Tingginya populasi ternak betina di Kecamatan Benai merupakan indicator bahwa Kecamatan Benai dapat berperan sebagai Kecamatan penghasil bibit sapi potong. Berdasarkan data populasi sapi potong di Kecamatan Benai, maka di peroleh nilai Populasi ril (Popril) sebesar 810,5 ST. Pemasukanternak Jumlah pemasukan ternak dikecamatan Benai dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Pemasukan Sapi Potong di Kecamatan Benai(%) Umur Status Fisiologis Kelahiran Pembelian Dewasa Pejantan - 14 Induk - 3 Muda Jantan Muda - 28 Dara - 13 Pedet Jantan 42 - Betina 63 7 Jumlah 105 65 Persentase(%) Induk Populasi 17,94 9,40 11,11 5,82 Total 27,34 16,93 Sumber: UPTD Peternakan Kecamatan Benai dalam Angka (2015). Jumlah pemasukan ternak sapi Potong di Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Putra (2017) menyatakan bahwa tingkat pemasukan sapi potong di Kecamatan Payakumbuh Timur sebesar 10,03% dari populasi induk sebesar 22,69%. Hal inikemungkinan disebabkan peternak di Kecamatan Payakumbuh Timur menggunakan sistem perkawinan secara IB. Sedangkan di Kecamatan Benai hanya sebagian peternak saja yang menggunakan IB. Pengeluaran Ternak Jumlah pengeluaran ternak di Kecamatan Benai dapat dilihat pada Tabel 3.Jumlah kematian sebesar 12,49, pemotongan sebesar 10,15, dan penjualan sebesar 18,74, lebih rendah dari penelitian Utami (2015) yaitu pada tingkat kematian sebesar 21,3,pemotongan sebesar 13,9 dan penjualan sebesar 37,2%. Hal ini 73

Tabel 3. Jumlah Pengeluaran Sapi Potong di Kecamatan Benai (%). Umur Status Kematian Pemotongan Penjualan Fisiologis Dewasa Pejantan - 11 25 Induk - - 6 Muda Jantan Muda - 28 12 Dara - - 23 Pedet Jantan 15 - - Betina 33-6 Jumlah 48 39 72 Persentase(%) Induk Populasi 8,20 4,29 6,66 3,49 12,30 6,44 Total 12,49 10,15 18,74 Sumber: UPTD Peternakan Kecamatan Benai dalam Angka (2015). disebabkanadanya kemungkinan perayaan tertentu seperti pernikahan dan perayaan hari agama serta pemenuhan kebutuhan pendidikan dan membangun rumah. Pengeluaran sapi potong di kecamatan Benai, penjualan lebih tinggi dibandingkan pemotongan dan tingkat kematian. Faktor ekonomi merupakan salah satu factor penyebabnya. Nilai Pertambahan Alami Pertambahan alami sapi potong di kecamatan Benai dilakukan dengan mengumpulkan data tingkat pemasukan peternak yaitu rata-rata kelahiran sapi potong sebesar 27,94%, jumlah pembelian sapi potong sebesar 16,39% dengan total pemasukan sebesar 44,87%. Sedangkan tingkat pengeluaran dilihat dari angka kematian sebesar 12,49%, pemotongan 10,15%, dan pejualan 18,74% dengan total pengeluaran sebesar 41,38%. Jika dilihat dari perbandingan antara jumlah pemasukan dan pengeluaran, maka didapatkan rerata pertambahan alami sebesar 3,49% (Gambar 1). Berdasarkan tingkat pemasukan dan pengeluaran, maka diperoleh nilai natural increase sebesar 15,45%. Nilai NI sapi potong di kecamatan Benai ini lebih rendah dari NI sapi Bali di Kepulauan Yapen, Papua (Samberi et al., 2010), Nilai NI sapi Madura di Pulau Sapodi sebesar 27,96% (Kutsiyah, 2017), nilai NI sapi Pesisir di Pesisir Selatan 29,46% (Putra et al.,2015). Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh system pemeliharaan yang berbeda. Nilai NI sapi potong di Kecamatan Benai tergolong rendah (tinggi : 38,98 sampai 58,45%; sedang : 19,49 sampai 38,97%; rendah : 0 sampai 19,48%) (Sumadi et al., 2001). Rendahnya nilai NI disebabkan oleh rendahnya tingkat kelahiran (27,94%) terhadap populasi betina dewasa (52,37 %). Hal ini kemungkinan di duga karena kurangnya pejantan yang siap mengawini di lapangan, sehingga masa estrus ternak betina terbuang begitu saja. Hilangnya pejantan dilapangan terlihat dari tingginya arus mutasi ternak jantan di Kecamatan 74

50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Pertambahan Alami Sapi Potong di Kecamatan Benai (%) 44,87 Tingkat Pemasukan 41,38 Tingkat Pengeluaran 3,49 Rerata 15,45 Natural Increase Gambar 1. Rerata Pertambahan Alami Sapi Potong di Kecamatan Benai Benai. Selain itu, tujuan pemeliharaan juga mempengaruhi jumlah pejantan ternak adalah 2,33 ST. Hasil ini diperoleh dari jumlah kepala keluarga di lapangan. Peternak sapi di di Kecamatan Benai berjumlah 3.028 Kecamatan Benai lebih menyenangi KK. Berdasarkan data ini maka beternak untuk pembibitan diperoleh nilai PMKK sebesar 7.055,24 dibandingkan penggemukan. ST (Gambar 2). Potensi Kecamatan Benai Potensi ditinjau dari daya dukung lahan pertanian dan produksi limbah pertanian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kecamatan Benai memiliki luas lahan berpotensi untuk Hijauan Makanan Ternak (HMT) seluas 6.269,29 Ha dengan nilai ST 23.509,83. Sedangkan daya dukung hasil limbah produksi pertanian sebesar 667,511 ton/tahun dengan nilai ST sebesar 290,22. Berdasarkan sumber daya alam Kecamatan Benai berpotensi menampung ternak ruminansia atau PSML sebanyak 23.800,05 ST. Sedangkan potensi keluarga petani yang sanggup memelihara Berdasarkan hasil potensi PMSL dan PMKK maka dapat diperoleh kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia berdasarkan sumber daya alam sebagai mana yang disajikan pada Gambar 3. Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia berdasarkan KPPTR SL di Kecamatan Benai adalah 22.989,55 ST. setara dengan 22.989 ekor sapi dewasa. Sedangkan kemampuan petani hanya mampu menampung 7 ekor sapi dewasa KPPTR KK efektif berdasarkan KK dan SL maka efektifnya adalah KPPTR KK yang secara teori masih dapat mendukung 6.244,74 ekor ternak sapi dewasa dengan BB 250 kg berdasarkan kepala keluarga petani peternak. 75

25 Potensi PMSL dan PMKK Kecamatan Benai (ST) 23.800,05 20 15 10 5 0 PMSL 7.055,24 PMKK Gambar 2. Potensi Kecamatan Benai dilihat dari PMSL dan PMKK 25 Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (ST) 22.989,55 20 15 10 5 6.244,74 0 KPPTR SL KPPTR KK Gambar 3. Kapasitas populasi ternak ruminasia Indikator yang menunjukkan bahwa suatu wilayah mempunyai potensi pengembangan wilayah peternakan antara lain jumlah populasi ternak yang dikaitkan dengan kepadatan ternak dan luas areal yang mendukung pengembangan ternak tersebut, sarana dan prasarana pendukung, tingkat produktifitas atau adanya peluang pasar. Lebih lanjut Haryanto (2004) menambahkan bahwa penurunan daya dukung sumber daya alam (pakai) untuk usaha ternak serta perubahan pola budidaya menjadi salah satu penyebab penurunan populasi ternak ruminansia memerlukan peningkatan pakan yang cukup banyak, terutama penyediaan sumber serat yang murah dan ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan ternak. Kesimpulan Potensi Kecamatan Benai dalam menampung ternak sapi potong berdasarkan sumber daya alam adalah 7 ekor/kk ternak sapi dewasa dengan berat badan rata-rata 250 kg. sedangkan berdasarkan jumlah penduduk kecamatan Benai, hanya mampu menampung 2 ekor/kk 76

ternak sapi dewasa dengan berat badan rata-rata 250 kg. Struktur populasi sapi potong yang dimiliki didominasi induk betina sebanyak 585 ekoratau 52,37%, dara sebanyak 216 atau 19,34%, sedangkan natural increase (Pertambahan Alami) berjumlah 15 ekor anak per tahun setara dengan 15,45% dari populasi induk. Daftar Pustaka Abidin, Z. 2008. Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka:Jakarta. Haryanto. 2004. Sistem Integrasi Padi Ternak dan Ternak Sapi (SIPIT) dalam Program P3T. Makalah disampaikan Pada Seminar Pekan Padi Nasional di Balai Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi, 15-19 Juli 2004. Kutsiyah, F. 2017. Dinamika Populasi dan Produktivitas Sapi Madura di Wilayah Konservasi Pulau Sapudi. Sains Peternakan, Vol. 15 (2): 70-77. DOI: http://dx.doi.org/10.20961/sai nspet.15.2.70-77 Nell AJ dan Rollinson DHL. 1974.The require-ments and availability of livestock feed in Indonesia. UNDP/FAO, Washington D.C. Putra, D.E., Sumadi dan T. Hartatik. 2015. Estimasi output sapi potong di Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Peternakan Indonesia, Juni. Vol. 17(2). Putra, 2017. Struktur dan Dinamika Populasi Ternak Sapi Potong di Kecamatan Payakumbuh Timur Kota Payakumbuh. Skripsi Fakultas PeternakanUniversitas Andalas, Padang. Samberi, K. Y., N. Ngadiyono, dan Sumadi. 2010. Estimasi dinamika populasi dan produktivitas sapi bali di kabupaten kepulauan yapen, propinsi papua. Buletin Peternakan,Vol. 34(3):169-177. DOI: 10.21059/bulletin peternak.v34i3.87 Tanari M. 2001. Usaha Pengembangan Sapi bali sebagai Ternak Lokal dalam Menunjang Pemenuhan Kebutuhan Protein asal Hewani diindonesia. http://rudyct.250x. com/sem1_012/m_tanari.htm. Diakses pada tanggal 20 Januari 2017 UPTD Peternakan Kecamatan Benai dalam Angka. 2015. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) dan Buku Programa Penyuluh Pertanian Tahun 2016.UPTD Tanaman Pangan Kecamatan Benai,Kabupaten Kuantan Singingi. Utami. 2015. Struktur populasi sapi bali di peternakan rakyat Kelurahan Sepaya Kabupaten Goa. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. 77