BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan dan ingin diperoleh sesuatu yang akan diwujudkan melalui suatu usaha atau tindakan (Murray dalam Bherm, 1996). Dalam kehidupan sehari-hari, manusia memiliki berbagai kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Sebagai kebutuhan dasar, manusia membutuhkan sandang, papan dan pangan. Setiap kebutuhan dasar manusia ini, mendorong berkembangnya berbagai macam alat pemenuhan kebutuhan yang tercipta dari permintaan pasar. Kebutuhan akan sandang membuat industri tekstil tetap tumbuh. Selain itu, kebutuhan sandang ini mendorong berkembangnya industri mode dan fashion di tanah air. Mode terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu yang mengikuti perkembangan jaman yang mengungkapkan suatu identitas kebudayaan, ekspresi serta estetika (Alim, 2013). Perkembangan industri fashion sekarang ini semakin pesat. Pemerintah memiliki target pada 2020, Indonesia bisa menguasai fashion muslim dunia dan di 2025 Indonesia menjadi salah satu pusat mode dunia dengan menggerakkan kekuatan lokal. Namun, sayangnya masih ada beberapa hal yang mengganjal di antaranya inovasi mode berbasis lokal masih sedikit, pengembangan produk kurang maksimal, branding masih belum dirasa penting dan kebijakan belum terpadu (Alim, 2013). 1
Dinas Perindustrian dan Perdagangan telah menetapkan bahwa terdapat lima belas sektor industri kreatif di Indonesia, yaitu periklanan, arsitektur, barang seni dan barang antik, kerajinan, desain grafis, fashion, fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukkan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer, piranti lunak, televisi dan radio, riset dan pengembangan dan yang terakhir adalah kuliner. Mulai dari dukungan pemerintah ini anak muda mulai berkembang dan menyampaikan kreativitasnya melalui industri kreatif terutama fashion melalui distro, factory outlet, clothing company dan sebagainya. Menurut Departemen Perdagangan (2008), subsektor industri kreatif banyak disumbang oleh kelompok fesyen, kerajinan, periklanan dan desain dengan rata-rata nilai PDB kelompok industri kreatif tersebut tahun 2002-2006 secara berturut-turut adalah Rp 46 triliun (44,18%), Rp 29 triliun (27,72%), Rp 7 triliun (7,03%), dan Rp 7 triliun (6,82%). Selain itu, maraknya distro di Indonesia juga menunjukkan betapa industri fashion merupakan subsektor yang telah memiliki pondasi yang cukup kuat di Indonesia. Saat ini ada sekitar 1.500 gerai distro yang dikelola anak-anak muda di Indonesia. (Program Kerja Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025, Departemen Perdagangan 2008). Jogjakarta sebagai salah satu kota tujuan pariwisata nasional maupun internasional memiliki potensi yang besar dalam mengembangkan dunia fashion dan mode. Pada industri kreatif bidang mode, tidak hanya orang dewasa yang menjalankannya tetapi anak muda yang ikut berpartisipasi dalam mengembangkan industri kreatif. Hal itu tampak dengan adanya acara Kikcfest yang merupakan 2
acara bazaar tahunan menampilkan produk-produk kreatif dalam hal ini produk fashion buatan anak-anak kreatif Indonesia. Kickfest bertujuan untuk memperkuat industri pakaian lokal dengan menebarkan kecintaan kepada produk-produk lokal. Industri distro dan clothing company di Jogjakarta semakin meningkat dari tahun ke tahun. Sampai tahun 2012, tercatat terdapat sebanyak 43 distro dan clothing company di Jogjakarta. Berikut adalah tabel daftar distro dan clothing company di Jogjakarta. Tabel 1.1 Daftar Clothing Company dan Distro di Jogjakarta No Nama Tahun Berdiri 1 308 2010 2 Affair 2012 3 Anbl Soul 2012 4 Anibeary Search 2010 5 Anyway 2008 6 Brand Manufacture 2010 7 Class of 99's 2010 8 Cliever The Hunter Victim 2008 9 Cloop 2009 10 Cosmic Joy House 2010 11 Crowd 2010 12 Dloops 2011 13 Dootie 2007 14 Dzug 2009 15 Eight 2010 16 Elstees 2009 17 Fusion 2009 18 Gate 2011 19 Gibbenk 2009 20 Himover 2011 21 IN T-Shirt 2011 22 Koffin 2010 23 Mailbox 2003 24 Mobster 2009 25 Nichers Incredible 2007 26 Nichers #2 2012 27 Nimco 2007 28 Nimco #2 2012 29 Ouval RSCH 2011 30 Pimp 2006 3
Tabel 1.1 Daftar Clothing Company dan Distro di Jogjakarta (lanjutan) No Nama Tahun Berdiri 31 Planet 2011 32 ProShop 2008 33 Rockmen 2011 34 Seephylliz Duluxe 2011 35 Sippirilli Monzter 2007 36 Sevensoul 'The Arcade' 2006 37 Sevensooul #2 2009 38 Slackers company 2000 39 Squad Urban Streetwear 2009 40 Starcross 2009 41 Tee-Company 2012 42 T-Shirt Store 2010 43 VOX Distro and 2nd Hand CD Shop 2004 Sumber : Prabowo, 2013 Sebanyak 43 distro dan clothing company yang berdiri di Jogjakarta tersebut mulai ada dari tahun 2000-2012. Perkembangan terpesat industri ini adalah setelah tahun 2008 dimana pemerintah mendukung industri kreatif terutama fashion di Indonesia. Berikut ini data jumlah perkembangan distro antara tahun 2000-2012. Sumber: Prabowo, 2013 Gambar 1.1 Perkembangan Clothing Company dan Distro di Yogyakarta 4
Selain itu, distro merupakan salah satu industri yang melibatkan perusahaan tekstil. Industri tekstil sendiri merupakan industri yang berpengaruh signifikan terhadap perekonomian nasional. Signifikansinya dapat terlihat pada data statistik tahun 2008 dengan jumlah tenaga kerja industri TPT sebesar 1.284.000 perkerja serta merupakan penyumbang ekspor non migas terbesar kedua tahun 2009 sebesar 9,50 % dari total ekspor non migas ( sumber : Pusdata Kementian Perdagangan). Pada kelompok industri tekstil dan produk tekstil, pakaian jadi memiliki peranan terbesar terhadap total ekspor TPT di Indonesia yaitu sebesar 66,98% pada tahun 2008, dan memiliki pertumbuhan paling besar antara tahun 2004-2008 yaitu sebesar 6,67%. Produk Domestik Regional Bruto kota atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha tahun 2010-2014 pada sektor industri tekstil dan pakaian jadi menunjukkan peningkatan seperti pada gambar berikut. Sumber : BPS 2016 Gambar 1.2 Produk Domestik Regional Bruto Atas Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2014 5
Dalam persaingan industri yang semakin kompetitif ini, perusahaan harus bisa membuat pilihan yang terbaik tentang apa yang yang menjadi kebutuhan konsumen dan bagaimana memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan harga yang serendah mungkin. Sehingga dalam hal ini perusahaan memerlukan suatu strategi dalam menentukan keunggulan kompetitif dan menemukan cara untuk mencapai keunggulan tersebut. (Ellitan, 2008). Beberapa hal yang perlu di perhatikan adalah bagaimana kualitas dari produk yang diciptakan dapat memenuhi ekpektasi dan keinginan konsumen. Kepuasan konsumen atas kualitas dan pelayanan yang diberikan akan membentuk loyalitas konsumen. Sehingga perlu diketahui bagaimana proses dari hulu sampai dengan hilir yang dilakukan oleh clothing company untuk mengolah dan mempertahankan kualitas produknya. Maka, perlu dilakukan analisa dari setiap aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam memproduksi barang. Aktivitas-aktivitas tersebut terdiri dari aktivitas primer maupun aktivitas sekunder yang dapat mempengaruhi pembuatan produk. Untuk itu, perlu dilakukan analisa rantai nilai dari aktivitas tersebut dari kegiatan hulu sampai dengan hilir untuk mengetahui bagaimana gambaran rantai nilai pada bisnis clothing company serta mengetahui aktivitas-aktivitas mana saja yang memberikan nilai tambah pada bisnis tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Saat ini, perkembangan dunia fashion dan aksesoris bagi anak muda sangat digemari dan semakin berkembang. Hal ini memicu munculnya berbagai macam clothing company yang menjual berbagai merk yang digemari oleh anak muda dengam model yang terus berinovasi. Berbagai macam merk dan clothing 6
company yang muncul mengakibatkan persaingan yang semakin ketat didalam menjalankan bisnis tersebut. Persaingan yang semakin ketat perlu ditanggapi dengan analisa yang tepat menggunakan value chain analysis untuk mengetahui aktivitas utama dan aktivitas pendukung dalam bisnis clothing company serta peranannya meliputi kelemahan dan kelebihannya untuk menggambarkan rantai nilai yang terjadi dalam aktivitas-aktivitasnya. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, dirumuskan pertanyaan sebagai berikut. 1. Bagaimana rantai nilai (value chain) yang ada di NIMCO dan latar belakang bisnis tersebut? 2. Aktivitas apa saja yang harus diperhatikan dalam ranta nilai (value chain) produksi di NIMCO? 3. Apa saja yang merupakan kelamahan dan kelebihan dalam aktivitas rantai nilai di NIMCO dan bagaimana strategi untuk menghadapi persaingan? 1.3 Batasan Masalah 1. Analisis nilai tambah dilakukan di rangkian aktivitas primer yang dilakukan oleh NIMCO Clothing Company. 2. Komponen biaya yang dianalisis berdasarakan wawancara dan data yang diperoleh selama penelitian. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui gambaran latar belakang bisnis dan melakukan pemetaan rantai nilai terhadap kelompok produk atasan, bawahan dan aksesoris. 7
2. Mengidentifikasi aktivtas-aktivitas yang harus diperhatikan dalam rantai nilai serta mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan rantai nilai untuk merumuskan strategi perusahaan. 3. Menghitung nilai tambah dari kelompok produk atasan, bawahan dan aksesoris berdasarakan aktivitas primer dan menghitung rasio profitabilitas perusahaan. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang ingin mempelajari rantai nilai dan strategi dalam persaingan bisnis clothing line. 2. Diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi rantai nilai bisnis clothing line dan menganalisis lebih lanjut mengenai struktur dan sejauh mana peran pelaku dalam rantai nilai. 3. Hasil penelitian dapat digunakan bagi para pelaku bisnis clothing line untuk perencanaan dan pengembangan usaha dengan strategi yang tepat di masa depan. 4. Bagi pembaca, tulisan ini semoga bermanfaat sebagai referensi, penyedia informasi, literatur, dan bahan melakukan penelitian lanjutan. 5. Bagi penulis, diharapkan penelitian ini dapat menambah pengalaman dan pengembangan wawasan serta dapat dijadikan sebagai aplikasi dari ilmu yang telah didapat selama menuntut ilmu di Universitas Gadjah Mada. 8