BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan makanan dan minuman merupakan salah satu sektor usaha yang terus mengalami pertumbuhan. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia, volume kebutuhan terhadap makanan dan minuman pun terus meningkat pula. Kecenderungan masyarakat Indonesia untuk menikmati makanan siap saji ini menyebabkan banyak bermunculan perusahaan-perusahaan baru di bidang makanan dan minuman karena mereka menganggap sektor industri food dan beverages memiliki prospek yang menguntungkan baik masa sekarang maupun yang akan datang (Nur, 2016). Industri makanan dan minuman merupakan salah satu industri yang menopang dunia perindustrian Indoneisa. Dari data yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang triwulan IV tahun 2017 mengalami kenaikan sebesar 4,74 persen terhadap tahun 2016. Kenaikan tersebut terutama disebabkan naiknya produksi industri makanan sebesar 9,93%. Sedangkan industri minuman mengalami penurunan sebesar 2,77%. Data pertumbuhan Industri Manufaktur dapat dilihat pada gambar 1.1 sebagai berikut: 1
PERSEN 2 Gambar 1.1 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang 2017 (y-on-y) Menurut Jenis KBLI 2-digit 12 10 8 6 4 2 0-2 10 11 12 13 14 15 16 17 18 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33-4 -6 KBLI Sumber: BPS Pertumbuhan Industri Manufaktur Triwulan IV 2017 Seiring meningkatnya laju pertumbuhan industri makanan dan minuman perusahaan harus mampu meningkatkan kinerja yang didasarkan dari total keseluruhan kinerja pada sebuah perusahaan yang disebut efisiensi, yakni kemampuan untuk mendapatkan tingkat input yang sangat minim untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Loran laba-rugi juga merupakan ringkasan dari kegiatan menjual produk ataupun jasa, beban produksi untuk mendapatkan barang atau jasa yang akan dijual, beban yang timbul dalam mendistribusikan produk atau jasa kepada konsumen, serta yang berkaitan dengan beban administrasi operasional dan beban keuangan dalam menjalankan bisnis (Jayadi, 2007).
3 Keberhasilan suatu perusahaan salah satunya dapat dinilai melalui seberapa jauh perusahaan mampu meningkatkan penjualan dan memperoleh laba. Menurut Meriewaty dan Setyani (2005), laba dapat digunakan sebagai indikator penilaian kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan merupakan pencapaian perusahaan yang diperoleh dari pengambilan keputusan yang kompleks meliputi efektivitas, efisiensi, pemanfaatan modal dan rentabilitas dalam operasional perusahaan. Selain dari sudut pandang laba, output pada industri manufaktur dapat dilihat berdasarkan periode berjalan. Dengan menggunakan faktor input dalam kegiatan industri yang efisien, otomatis akan menekan biaya yang dikeluarkan, sehingga dapat memperoleh output berupa tingkat penjualan dan juga laba usaha maksimal. Nilai tambah industri dapat menjadi gambaran seberapa jauh sector industry makanan dan minuman dapat melakukan efisiensi produksi. Sesuai yang ditampilkan dalam Gambar 1.2, nilai tambah (biaya produksi) pada sub sector makanan dan minuman mengalami kenaikan setiap tahunya.
4 Gambar 1.2 Nilai Tambah (Biaya Faktor Produksi) Industri Makanan dan Minuman 400000 350000 300000 250000 200000 150000 100000 50000 0 2012 2013 2014 2015 makanan minuman Sumber : Badan Pusat Statistik 2017 Nilai tambah yang tinggi, mejadi salah satu indikaor bahwa perusahaan mampu mengalokasikan sumberdaya secara efisien dan maksimal. Hal tersebut akan meningkatkan kepercayaan dari berbagai pihak, termasuk dari investor yang menjamin permodalan dalam perusahaan, begitupun sebaliknya. Ukuran perusahaan salah satunya dapat dilihat dari aset yang dimiliki perusahaan. Apabila perusahaan mampu mengelola asetnya secara efektif, maka akan memperbaiki kinerja perusahaan. Selanjutnya apabila kinerja perusahaan meningkat maka profitabilitas juga ikut meningkat. Sehingga kemampuan perusahaan dalam mengelola aset secara efektif dan efisien dalam menghasilkan output merupakan hal yang penting untuk diperhatikan (Sari & Ida, 2015).
5 Penggunaan biaya produksi yang tidak efisien akan berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Biaya produksi yang besar akan mengakibatkan laba yang diperoleh perusahaan akan semakin menurun. Biaya produksi juga berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. (Hidayat. 2007) Menurut Putra (2003) pengukuran efisiensi dapat dibedakan menjadi dua pendekatan yakni pendekatan tradisional dan pendekatan frontier. Pendekatan tradisional adalah pengukuran efisiensi yang didasarkan pada besarnya investasi atau modal yang telah ditanamkan untuk dapat memproduksi suatu produk tertentu dan pendekatan frontier yakni pengukuran efisiensi yang digunakan untuk mengontrol biaya pada sebuah perusahaan yaitu dengan metode DEA (Data Envelopment Analysis). DEA didasarkan pada program linier yang semua penyimpangannya dapat terjadi pada estimasi dimasa yang akan datang yang tergambarkan pada inefficiency. Metode DEA merupakan metode non parametric yang menggunakan progran linier untuk menghitung dan membandingkan rasio input dan output untuk semua unit populasi (Graveli dan Noulas, 2002). Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengambil judul Efisiensi Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA).
6 B. Rumusan Masalah Pengukuran Efisiensi teknis cenderung terbatas pada hubungan teknis dan operasioanl dalam produksi konversi input menjadi output. Akibatnya, usaha untuk meningkatkan efisiensi teknis hanya memerlukan kebijakan mikro yang bersifat internal, yaitu pengendalian dan alokasi sumber daya yang optimal. Adanya kemajuan teknologi turut mempengaruhi arus barang dan jasa antar negara. Sebagai dampaknya, persaingan antar produsen semakin meningkat untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas. Akan tetapi sub sektor makanan dan minuman masih memiliki kendala. Meningkatnya harga barang-barang kebutuhan produksi akibat inflasi dan faktor lainya, menuntut perusahaan untuk melakukan tindakan efisiensi guna memaksimalkan output yang diraih, demi menjamin keberlangsungan perusahaan dalam kancah persaingan nasional maupun internasioanl. Sebagai perrasahaan go public, maka perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia, perlu meningkatkan efisiensi produksinya. Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalm penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah perusahaan sub sektor makanan dan minuman sudah efisien? 2. Apakah ada perbedaan nilai efisiensi pada masing-masing perusahaan?
7 C. Tujuan Masalah Berdasarkan rumusan masalah diatas maka bisa diambil kesimpulan bahwa tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan sub sektor makanan dan minuman sudah efisien. 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan efisiensi antar perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat sebagai: 1. Bagi Investor Penelitian ini sebagai bahan informasi mengenai efisiensi perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) serta diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi investor dan calon investor di dalam memutuskan untuk berinvestasi menggunakan variabel-variabel yang diteliti. 2. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai gagasan atau masukan dalam membuat kebijakan yang tepat dan memperbaiki produktivitas perusahaan dalam mendorong kemajuan perusahaan ke arah yang lebih baik. 3. Bagi Akademis Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan mengenai konsep efisiensi teknis dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA)
8 dan pertimbangan yang dapat menunjang pengembangan ilmu pengetahuan maupun mendukung penelitian yang akan datang. E. Metode Penelitian 1. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekunder. Penelitian ini memakai data laporan keuangan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2017 diperoleh dari www.idx.co.id. Variabel yang akan diamati adalah Total Aset, Pendapatan, Laba Bruto, Laba Bersih (Variabel Output) serta Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja, Biaya Transportasi dan Biaya Pemasaran (Variabel Input). 2. Metode Analisis Metode analisis menggunakan analisis kuantitatif dengan pengolahan data berupa input dan ouput dengan alat analisis Data Envelopment Analysis (DEA). DEA adalah sebuah metode optimasi program matematika yang mengukur efisiensi tehnik suatu unit kegiatan ekonomi (UKE) dan membandingkan secara relatif. DEA dirancang untuk mengukur efisiensi suatu UKE yang menggunakan input dan output yang lebih dari satu, dimana penggabungan tidak mungkin dilakukan. (Charnes dan Banker, 1978) dalam (Sutawijaya, 2009). Menurut Said (2012), DEA adalah metode linier yang dibuat untuk menunjukkan tingkat efisiensi dari suatu Decision Making Unit (DMU) dapat dianalisis dengan menggunakan dua pendekatan yaitu orientasi
9 output. Orientasi input memberikan informasi tentang seberapa banyak jumlah input bias dikurangi secara proporsional tanpa mengubah jumpah output yang dihasilkan. Berikut persamaan umum pada metode Data envelopment Analysis (Sutawijaya, 2009): Dimana: = efisiensi tehnik perusahaan makanan dan minuman = bobot output i yang dihasilkan per perusahaan = bobot output j yang dihasilkan masing-masing perusahaan = jumlah output i yang dihasilkan masing-masing perusahaan = jumlah output j yang digunakan masing-masing perusahaan m = adalah jumlah output yang diamati n = adalah jumlah input yang diamati Dalam model DEA menurut Nizar (2015) terdapat dua pendekatan yang bisa digunakan, yaitu: a. Constant Return to Scale (CRS) Model CCR yang merupakan model dasar DEA menggunakan asumsi constant return to scale yang membawa
10 implikasi pada bentuk efficient set yang linier. Model constant return to scale dikembangkan oleh Climes, Cooper dan Rhodes (model CCR), model ini mengasumsikan bahwa rasio antara penambahan input dan output adalah sama (constant return to scale). Artinya jika ada tambahan input sebesar x kali, maka output akan meningkatkan sebesar x kali juga. Asumsi lain yang digunakan pada model ini adalah bahwa setiap perusahaan atau unit pembuat keputusan (UPK) beroperasi pada skala yang optimal. b. Variable Return to Scale Model ini dikembangkan oleh Banker, Charnes Cooper pada tahun 1984 dan merupakan pengembangan model CCR. Model ini beranggapan bahwa perusahaan tidak akan atau belum beroperasi pada skala yang optimal, asumsi dari model ini adalah rasio antara penambahan input dan output tidak sama (variable return to scale). Artinya, penambahan input x kali tidak akan menyebabkan output naik sebesar x kali, bisa lebih kecil maupun lebih besar dari x kali. 3. Sistematika Penelitian Penulisan dalam skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab sesuai permasalahan, yaitu: BAB I PENDAHULUAN
11 Dalam bab ini memuat tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini memuat teori yang diambil dari beberapa kutipan buku, yang berupa pengertian, definisi, penelitian terdahulu, dan kerangka penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini memuat tentang analisa data menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini memuat tentang analisa hasil dari penelitian dan pembahasan BAB V PENUTUP Dalam bab lima berisi tentang kesimpulan hasil penelitian serta saran yang bisa diberikan terhadap Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN