1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan karena nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding penyakit manapun. Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual, tidak ada dua individu mengalami nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian nyeri yang sama mengambil respon atau perasaan yang identik pada seseorang individu. (Potter & Perry, 2005). Nyeri adalah suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak nyaman yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial (The International Association for the Study of Pain 2003 dalam Lathifah 2012). Berdasarkan durasinya nyeri terbagi menjadi 2 yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Menurut Tamsuri, 2004 nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam waktu (durasi) dari 1 detik sampai dengan kurang dari enam bulan. dan akan mereda saat sumber nyerinya diketahui dan diobati. Nyeri kronis adalah nyeri yang berlangsung terus menerus selama 6 bulan atau lebih. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik (Brunner & Suddarth, 2001). Nyeri merupakan manifestasi klinis yang hampir selalu dijumpai dan yang paling ditakuti pada kanker. Kanker adalah istilah umum untuk 1
2 pertumbuhan sel tidak normal (yaitu tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol, dan tidak berirama) yang dapat menyusup ke jaringan tubuh normal dan menekan jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh (Diananda, 2009). Salah satu jenis kanker yaitu kanker payudara. Kanker payudara merupakan insidens tertinggi nomor 2 di Indonesia dan terdapat kecenderungan dari tahun ke tahun insidens ini meningkat seperti halnya di negara barat. Angka kejadian kanker payudara di Amerika Serikat 92/100.000 wanita pertahun dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu 18%. Di Indonesia berdasarkan Pathological Based Registrationkanker payudara mempunyai insiden minimal 20.000 kasus pertahun, dengan kenyataan bahwa lebih dari 50% kasus berada dalam stadium lanjut (Protokol Peraboi, 2003). Kanker pada umumnya menghasilkan nyeri melalui dua cara yaitu melalui pertumbuhan dan metastasis sel-sel kanker dan melalui beragam pengobatan yang dilakukan untuk mengontrol pertumbuhan sel kanker tersebut (Brannon & Feist, 2007). Pertumbuhan dan metastasis kanker akan menyebabkan perubahan-perubahan fisiologi. Perubahan fisiologi yang terjadi akibat kanker yang dapat menimbulkan nyeri yaitu kerusakan tulang, obstruksi lumina, saraf perifer, tekanan kanker yang membesar, adanya iskemia, distensi dan inflamasi, infeksi atau nekrosis jaringan (Baradero & kolega, 2007). Beberapa pengobatan kanker yang dapat menimbulkan nyeri yaitu pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi.
3 Nyeri pada kanker bersifat kronis karena pada umumnya pasien kanker akan mengalami nyeri sepanjang hidupnya dan nyeri akan bertambah seiring meningkatnya stadium (Brunner & Suddarth, 2001). Prevalensi nyeri pada kanker diperkirakan sebesar 25% pada pasien yang baru didiagnosis, 33% pada pasien yang sedang menjalani terapi dan 75% pada stadium akhir. Nyeri kronik pada pasien kanker yang menjalani terapi diperkirakan sekitar 33% (Arasen, 2012). Perawat menghabiskan lebih banyak waktunya bersama pasien yang mengalami nyeri dibanding tenaga profesional perawatan kesehatan lainnya dan perawat mempunyai kesempatan untuk membantu menghilangkan nyeri dan efek nyeri tersebut yang dapat membahayakan pasien (Brunner dan Suddart, 2001). Walaupun pengkajian nyeri merupakan aktivitas yang paling umum dilakukan perawat, pengkajian nyeri merupakan aktivitas yang paling sulit dilakukan (Potter & Perry, 2005). Salah satu kesulitan dapat mengkaji nyeri adalah pasien sulit mendeskripsikan nyeri yang dirasakan secara objektif. Jika terdapat benjolan pasien dapat menunjukkannya, jika ada tulang yang patah dapat terdeteksi di X-Ray. Tetapi nyeri tidak mempunyai keterangan yang objektif (Taylor, 2009). Pengkajian dan penilaian pada nyeri kronik sangat kompleks dan multidimensional. Penelitian telah menunjukkan pengaruh yang signifikan dari faktor psikologis terhadap pengalaman dan respon nyeri (Gatchel & Turk 1996 dalam Karlin, dkk, 2005). Menurut Godsoe (2008), banyak
4 faktor psikososial yang berhubungan dengan pengalaman nyeri kronis. Cara masing-masing penderita nyeri kronis menginterpretasikannya memiliki dampak yang signifikan terhadap cara ia merespon nyerinya tersebut. Misalnya, penderita yang menganggap nyerinya sebagai sesuatu yang mengganggu dan menghalanginya dalam beraktivitas akan mengalami perasaan tidak berdaya, penurunan tingkat aktivitas, dan intensitas nyeri yang lebih tinggi. Pengukuran kepribadian dapat membantu perawat mengetahui faktor psikologis yang mempengaruhi pengalaman nyeri sehingga mempermudah dalam proses pengkajian dan treatment pada pasien nyeri kronik (Bradley, dkk 1992 dalam Karlin, dkk 2005). Tipe kepribadian terkait dengan kontrol diri dan pengaturan emosi khususnya dikaitkan dengan nyeri yang lebih hebat. Peningkatankontrol diriseseorang dankemampuan untukmengelola emosijuga bisameningkatkankemampuan mereka untukmengontrol nyeri (McGreal, 2013). Kepribadian adalah bagaimana ia berespon, mengintegrasi stimuli dan bagaimana ia memotivasi dirinya sendiri untuk memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder (Izzudin, 2006). Sama halnya seperti nyeri, tidak ada satu orang pun yang memiliki kepribadian yang sama,tetapi dalam beberapa hal ada sub-sub kepribadian yang sama. Sudibyo dan koleganya (2013) melakukan penelitian untuk melihat perbedaan intensitas nyeri berdasarkan tipe kepribadian pada pasien Tension Type Headache. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas
5 nyeri bermakna pada tipe kepribadian hipokondrik bila dibandingkan dengan tipe kepribadian depresi dan histeris. Sartika, (2012) juga melakukan penelitian tentang perilaku nyeri pasien post operasi dengan tipe kepribadian A dan B. Dari hasil penelitian di ketahui bahwa perilaku nyeri pada setiap pasien berbeda-beda sesuai dengan kepribadiannya. Perawat dapat mengobservasi perilaku pasien khususnya perilaku nyeri dengan mengetahui tipe kepribadian pasien. Perilaku nyeri juga mempengaruhi intensitas nyeri yang dirasakan pasien. Oleh karena itu, penting bagi perawat mengindentifikasi tipe kepribadian pasien pada saat melakukan pengkajian nyeri. Berdasarkan penjelasan di atas peneliti tertarik untuk melihat perbedaan intensitas dan perilaku nyeri berdasarkan tipe kepribadian pada pasien kanker payudara kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah perbedaan intensitas dan perilaku nyeri pasien berdasarkan tipe kepribadian pada pasien kanker payudara kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan. 3. Pertanyaan Penelitian 3.1 Bagaimana intensitas nyeri pada pasien kankerpayudara kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan? 3.2 Bagaimana perilaku nyeri pada pasien kankerpayudara kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan?
6 3.3 Bagaimana tipe kepribadian pasien kanker payudara kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan? 3.4 Apakah ada perbedaan intensitas nyeri berdasarkan tipe kepribadian pada pasien kankerpayudara kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan? 3.5 Apakah ada perbedaan perilaku nyeri berdasarkan tipe kepribadian pada pasien kanker payudara kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan? 4. Tujuan Penelitian 4.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan intensitas dan perilaku nyeri berdasarkan tipe kepribadian pada pasien kanker payudara kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan. 4.2 Tujuan Khusus 4.2.1 Mengidentifikasi intensitas nyeri pada pasien kankerpayudara kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan. 4.2.2 Mengidentifikasi perilaku nyeri pada pasien kanker payudara kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan. 4.2.3 Mengidentifikasi tipe kepribadian pasien kanker payudara kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan. 4.2.4 Mengidentifikasi perbedaan intensitas nyeri pada pasien kanker payudara kronik berdasarkan tipe kepribadian di RSUP Haji Adam Malik Medan.
7 4.2.5 Mengidentifikasi perbedaan perilaku nyeri pada pasien kanker payudara kronik berdasarkan tipe kepribadian di RSUP Haji Adam Malik Medan. 5. Manfaat Penelitian 5.1 Pendidikan Keperawatan Sebagai informasi dan tambahan pengetahuan kepada perawat bahwa perlu adanya pengkajian tipe kepribadian di dalam pengkajian nyeri agar perawat lebih mengetahui intensitas dan perilaku nyeri yang ditunjukkan pasien kanker kronik. 5.2 Pelayanan Keperawatan Sebagai informasi dan tambahan pengetahuan bagi perawat dalam mengidentifikasiintensitas nyeri dan memahami perilaku nyeri pada pasien kanker kronik berdasarkan tipe kepribadian sehingga dapat memberikan intervensi yang tepat kepada pasien dengan masalah keperawatan nyeri dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. 5.3 Penelitian Keperawatan Sebagai masukan atau sumber data bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai perbedaan intensitas dan perilaku nyeri pada pasien kanker kronik berdasarkan tipe kepribadian.