ANALISA KINERJA JASA KONSULTANSI BERDASAR PAGU ANGGARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN PENENTUAN PEMBOBOTAN EVALUASI TEKNIS JASA KONSULTANSI MENGGUNAKAN METODE AHP DAN FUZZY

Fasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096

KEMENTERIAN AGAMA MAN 2 MODEL PEKANBARU Jln. Diponegoro - Pekanbaru. Adendum Dokumen Pengadaan

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

Penyebaran Kuisioner

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

BAB 3 METODE PENELITIAN

URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN KOTA DI KOTA PONTIANAK DENGAN MENGGUNAKAN PROSES HIRARKI ANALITIK

PENERAPAN AHP (ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS) UNTUK MEMAKSIMALKAN PEMILIHAN VENDOR PELAYANAN TEKNIK DI PT. PLN (PERSERO) AREA BANYUWANGI

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA...

BAB 3 METODE PENELITIAN

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

APLIKASI METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PRIORITAS PENANGANAN JALAN KABUPATEN

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

MENENTUKAN PENILAIAN DENGAN METODE ANALITICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK MEMILIH JASA TRANSPORTASI PADA PABRIK GULA ABC

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

Penentuan Skala Prioritas Penanganan Jalan Kabupaten di Kabupaten Kudus Dengan Metode Analytical Hierarchy Process

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGUMUMAN LELANG ULANG SELEKSI SEDERHANA Nomor : 027/04/UM-LELANG-BATAL/JK/DATA-STATISTIK/POKJA VIII BLP-ULP-JK/2017 Tanggal : 16 Mei 2017

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA DALAM PEMILIHAN TEMPAT KERJA MELALUI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

Penentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP)

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

III. METODE PENELITIAN

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

Analytic Hierarchy Process

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

PENERAPAN AHP UNTUK SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI

PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat

ANALISIS PRIORITAS FAKTOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN BADUNG TUGAS AKHIR

EVALUASI KEANDALAN KESELAMATAN KEBAKARAN PADA GEDUNG FISIP II UNIVERSITAS BRAWIJAYA, MALANG.

ANALISIS PENENTUAN RATING RISIKO PROYEK PT. XYZ METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROSES (AHP)

Sabdo Wicaksono Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma, Jakarta

PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK PENENTUAN NILAI EKONOMI LAHAN

PENGEMBANGAN MODEL PEMILIHAN KONSULTAN PENGAWAS PADA PROYEK KONSTRUKSI MILIK PEMERINTAH. Oleh : Asdita Apriliasari

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

D O K U M E N P E M I L I H A N

Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kerusakan Jalan Di Kota Bandung Menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENGKAKAN BIAYA KONSTRUKSI (COST OVERRUN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

SCORING DESIGN OF PERFORMANCE EVALUATION OF CONSULTANCIES SERVICE USING ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS METHOD

PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

Jurnal SISTEMASI, Volume 4, Nomor 3, September 2015 : 54 59

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

Bab II Analytic Hierarchy Process

III. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR KELOMPOK KERJA (POKJA) PENGADAAN IV

PENILAIAN KINERJA KONSULTAN PERENCANA BANGUNAN DENGAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (Studi pada Perencana Bangunan di Manado)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK. Surmayanti, S.Kom, M.Kom

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

KANTOR LINGKUNGAN HIDUP

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)

STUDI PERBANDINGAN PRIORITAS PENANGANAN JALAN PROVINSI DI SUMATERA BARAT

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

Pendidikan Responden

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

SPK Evaluasi Peserta LBD (Local Business Development) Dengan Metode AHP (Studi Kasus Chevron Indonesia Company)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

STUDI PEMILIHAN PENGERJAAN BETON ANTARA PRACETAK DAN KONVENSIONAL PADA PELAKSANAAN KONSTRUKSI GEDUNG DENGAN METODE AHP


BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. organisasi baik organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non profit oriented

BERITA ACARA AANWIJZING Nomor : 602.1/300/PPBJ/DBMP/2011. Tanggal : 16 Juni 2011

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN BARANG ELEKTRONIK DENGAN METODE AHP

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PEJABAT PENGADAAN BARANG DAN JASA SEKRETARIAT DAERAH KOTA CIMAHI TAHUN ANGGARAN 2013

BAB I. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN KABUPATEN/KOTA DI KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN MENGGUNAKAN PROSES HIRARKI ANALITIK

Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Pendidikan Indonesia

PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN TABALONG

Aplikasi Fuzzy Analytical Hierarchy Process Dalam Seleksi Karyawan (Studi Kasus: Pemilihan Staf Administrasi Di PT. XYZ)

METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming.

PERBANDINGAN SKALA PRIORITAS PENANGANAN JALAN DI KABUPATEN BENGKAYANG ANTARA METODE AHP DENGAN METODE BINA MARGA

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

ANALISA KINERJA JASA KONSULTANSI BERDASAR PAGU ANGGARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Firta Riyanti Dewi Kurnia Sari Dinas PU Cipta Karya Propinsi Jawa Timur Ibnu Sholichin Program Studi Teknik Sipil Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jatim. ABSTRAK Dalam proses lelang jasa konsultansi sering panitia pengadaan barang dan jasa mengalami kesulitan dalam menentukan pembobotan penilaian jasa konsultansi. Unsur subyektivitas dalam penilaian ini sangat tinggi. Untuk itu diperlukan kajian yang obyektif atas permasalahan diatas. Dalam penelitian ini dipergunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk menentukan bobot penilaian. Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa penilaian kinerja jasa konsultansi terdiri dari kualifikasi dan tenaga ahli (bobot 39.63%), pendekatan dan metodologi (bobot 35.14%), serta pengalaman perusahaan (bobot 25.23). Sedangkan penilaian sub-kinerja jasa konsultansi berdasar pengalaman perusahaan adalah kapasitas perusahaan dengan memperhatikan jumlah tenaga ahli tetap memiliki bobot paling penting yaitu sebesar 52.39%, pengalaman kerja di lokasi kegiatan sebesar 23.80%, melaksanakan pekerjaan sejenis sebesar 16.08%, dan pengalaman manajerial dan fasilitas utama sebesar 7.06%. Untuk penilaian sub-kinerja jasa konsultansi berdasar pendekatan dan metodologi adalah kualitas metodologi memiliki bobot paling penting yaitu sebesar 54.82%, pemahaman atas KAK sebesar 21.45%, hasil kerja deliverable sebesar 15.74%, dan fasilitas pendukung sebesar 7.99%. Sedangkan penilaian sub-kinerja jasa konsultansi berdasar kualifikasi dan tenaga ahli adalah pengalaman kerja profesional memiliki bobot paling penting yaitu sebesar 41.91%, sertifikat keahlian/profesi sebesar 26.23%, evaluasi penawaran teknis harus melewati ambang batas teknis sebesar 16.46%, tingkat pendidikan sebesar 8.34%, dan terakhir penguasaan bahasa sebesar 7.06%. Kata kunci: Jasa konsultansi, Pagu Anggaran, Analytical Hierarchy Process (AHP) PENDAHULUAN Dalam sistem pengadaan barang dan jasa, terutama pada bagian evaluasi, seringkali mengalami kesulitan dalam menentukan pembobotan penilaian jasa konsultan. Belum ada ketentuan yang baku dalam menentukan bobot penilaian ini. Sehingga masalah ini rawan disalahgunakan untuk memenangkan salah satu rekanan tertentu. Dengan demikian unsur subyektifitas menjadi sangat berperan. Dalam penelitian akan disusun hierarki penilaian Kinerja Jasa Konsultan berdasarkan 4 (empat) tingkatan. Dari masing-masing tingkatan, kemudian ditentukan pembobotannya. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Jasa Konsultansi Jasa konsultansi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu di berbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware) (PERPRES 54 Tahun 2010). Pagu Anggaran Pagu anggaran digunakan untuk pekerjaan yang bersifat sederhana, standar, dapat didefinisikan dan diperinci dengan tepat, meliputi waktu penugasan, kebutuhan tenaga ahli dan input lainnya seperti anggarannya tidak melampaui pagu tertentu. Sebagai contoh pekerjaan desain dan supervisi bangunan gedung serta pekerjaan survey skala kecil, dan lain-lain 93

yang serupa. Pemenang adalah penawaran yang mempunyai nilai teknis paling tinggi di atas ambang batas nilai teknis (passing grade) dengan penawaran biaya terkoreksi sama dengan atau lebih rendah dari pagu anggaran (PERPRES 54 Tahun 2010). Tahap Evaluasi Prakualifikasi: 1. Formulir isian kualifikasi 2. Pernyataan tidak dalam pengawasan pengadilan 3. Tidak masuk dalam daftar hitam 4. Memiliki NPWP dan bukti pajak 5. Memperoleh satu pekerjaan dalam empat tahun terakhir 6. Perjanjian KSO bila ada 7. Memiliki sertifikat manajemen mutu 8. Memiliki IUJK dan SBUJK 9. pada pekerjaan bangunan gedung 10. Memiliki tenaga ahli tetap 11. Kemampuan menyediakan fasilitas dan peralatan Peserta yang masuk dalam daftar pendek konsultan, selanjutnya diundang untuk mengikuti tahap evaluasi dokumen seleksi dengan tahapan sebagai berikut : Tahap Evaluasi Dokumen Seleksi: 1. perusahaan: a. Melaksanakan pekerjaan sejenis b. kerja di lokasi kegiatan c. manajerial dan fasilitas utama d. Kapasitas perusahaan dengan memperhatikan jumlah tenaga ahli tetap 2. Pendekatan dan Metodologi: a. Pemahaman atas KAK b. Kualitas metodologi c. Hasil kerja deliverable d. Fasilitas Pendukung 3. Kualifikasi Tenaga Ahli: a. Tingkat pendidikan b. kerja profesional c. Sertifikat keahlian/profesi d. Lain-lain : penguasaan bahasa e. Evaluasi penawaran teknis harus melewati ambang batas teknis (PERPRES 54 Tahun 2010). METODE PENELITIAN Analytical Hierarchy Process (AHP) Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan sebuah model untuk pengambilan keputusan. AHP memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan. Adapun langkah-langkah AHP meliputi : a. Menentukan tujuan yang diinginkan. b. Membuat struktur hirarki yang dimulai dari tujuan, subtujuan, kriteria, subkriteria dan lain-lain. c. Menyusun matrik perbandingan berpasangan Adapun matrik perbandingan seperti Gambar 1. A1 A2... An A1 A11 A12... A1n A2 A21 A22... A2n An An1 An2... Ann Gambar 1. Matrik Perbandingan Berpasangan d. Melakukan perbandingan berpasangan yaitu membandingkan dua elemen dalam satu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan suatu elemen dari tingkat diatasnya. Dalam penentuan skala kepentingan dapat mengacu pada skala komparasi dari Saaty (1980) seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Skala Komparasi menurut Saaty (1980) Tingkat Kepentingan Definisi 1 Kedua elemen sama pentingnya 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen lainnya 5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen lainnya 7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya 9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya 2, 4, 6, 8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Reciprocal Kebalikan nilai tingkat kepentingan dari skala 1-9 94

e. Membuat matrik perbandingan preferensi dengan menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi. A1 A2... An A1 W1/W1 W1/W2... W1/W1 A2 W2/W1 W2/W2... W2/W1............... An Wn/W1 Wn/W2... Wn/Wn Gambar 2. Matrik Perbandingan Preferensi Nilai-nilai Wi/Wj dengan i, j = 1, 2,..., n dijajaki dengan partisipan yaitu orang-orang yang berkompeten dalam permasalahan yang dianalisis. Matrik perbandingan yang dianalisis tersebut dengan menggunakan persamaan 1. W= n ai. ai2... ain 1...(1) Perhitungan dilanjutkan dengan memasukkan nilai Wi pada matrik hasil perhitungan tersebut ke persamaan 2. X i = Wi Wi... (2) Matrik yang diperoleh tersebut merupakan eigen vector yang juga merupakan bobot kriteria. Nilai eigen value yang terbesar ( maks) diperoleh dari persamaan 3. maks= aij. i... (3) konsistensi dinyatakan dengan Indek Konsistensi (CI) seperti pada persamaan 4. CI= maks n ( n 1)...(4) Berdasarkan perhitungan Saaty dengan menggunakan 500 sampel, jika nilai numerik diambil secara acak dari skala 1/9, 1/8, 1/7,..., 1, 2, 8, 9 akan diperoleh ratarata konsistensi untuk matrik dengan ukuran berbeda, seperti pada Tabel 2. Perbandingan antara CI dan RI dalam suatu matrik didefinisikan sebagai Rasio Konsisten (CR) seperti pada persamaan 5. CI CR =... (5) RI Matrik perbandingan dapat diterima jika nilai rasio konsistensi < 0.1, karena jika lebih dari nilai tersebut, maka harus ada revisi penilaian karena tingkat tingkat inkonsistensi yang terlalu besar dapat menjurus kepada kesalahan. Gambar 2.3 menunjukkan tahapan dari AHP Tabel 2. Nilai Indeks Random N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 RI 0 0 0.58 0.9 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 Sumber : Saaty, T.L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah dan Penyebaran Kuisioner Pada penelitian ini jumlah responden yang diambil sebanyak 30 responden dan kuisioner diisi oleh panitia pengadaan sebagai orang yang ahli dibidang pengadaan barang dan jasa di instansi pemerintah. Hirarki Penilaian Kinerja Jasa Konsultansi Penyusunan kinerja jasa konsultansi didasarkan PERPRES 54 Tahun 2010 yang terdiri dari 3 (tiga) tingkatan. Dimana : maks = Eigen Value maksimum n = ukuran matrik 95

Tabel 2. Hirarki Penilaian Kinerja Jasa Konsultasi Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Penilaian Kinerja Jasa Konsultansi Contoh matrik berpasangan untuk tingkat ke-2 dari penilaian kinerja jasa konsultansi adalah seperti tabel 3 berikut. Tabel 3. Matrik Berpasangan untuk Tingkat ke-2 Kriteria Kualifikasi dan Tenaga Ahli Pendekatan dan Metodologi Perusahaan Perusahaan Pendekatan dan Metodologi Kualifikasi dan Tenaga Ahli Perusahaan manajerial dan fasilitas utama Melaksanakan pekerjaan sejenis kerja di lokasi kegiatan Kapasitas perusahaan dengan memperhatikan jumlah tenaga ahli tetap Kualitas metodologi Pemahaman atas KAK Hasil kerja deliverable Fasilitas pendukung Evaluasi penawaran teknis harus melewati ambang batas teknis Sertifikat keahlian/profesi kerja profesional Tingkat pendidikan Lain-lain : penguasaan bahasa Pendekatan dan Metodologi Kualifikasi dan Tenaga Ahli 1 3 5 1/3 1 3 1/5 1/3 1 Dalam menentukan bobot setiap faktor, langkah pertama yang dilakukan adalah menghitung akar n dari perkalian elemen perbandingan berpasangan (tabel 3). Hasil dari perkalian ini kemudian diakarkan dengan pangkat sesuai dengan jumlah faktor yang ada. Tabel 4. Bobot Faktor AHP (Analytic Hierarchy Process) Kriteria Σ aj Wi Bobot 1 2 3 4 Kualifikasi dan Tenaga Ahli 15 2.47 0.64 Pendekatan dan Metodologi 1 1 0.26 Perusahaan 0.07 0.41 0.10 TOTAL 3.87 Tahapan dalam uji konsistensi adalah : I. Menghitung normalisasi matriks (Σ aj) a. 1 x 3 x 5 = 15 b. 1/3 x 1 x 3 = 1 c. 1/5 x 1/3 x 1 = 0.07 II. Menghitung Eigen Vector (Wi) dan bobot a. b. c. + Σaj = 3.87 Bobot : a. 2.47 / 3.87 = 0.64 b. 1/ 3.87 = 0.26 c. 0.41 / 3.87 = 0.10 III. Menentukan eigen value (λ) maksimum Dalam menentukan nilai eigen value maksimum didapatkan dengan mengalikan matrik perbandingan berpasangan dengan matrik bobot komponen (lihat tabel 3 dan 4). Hasil penjumlahan setiap nilai perkalian ini adalah nilai λ maksimum. 1 3 5 0.64 1.94 1/3 1 3 x 0.26 = 0.78 1/5 1/3 1 0.10 0.32 λ maksimum = 1.94 + 0.78 + 0.32 = 3.04 IV. Menentukan nilai indeks konsisten (CI) CI = (λ maks -n)/(n-1) = (3.04 3)/(3 1) = 0.019 Dimana : CI = Indeks konsistensi λ maks = nilai eigen terbesar dari matriks berordo n V. Menentukan konsistensi rasio (CR) Nilai Ratio Indeks (RI) untuk ukuran matrik n = 3, nilai RI = 0.58 CR = CI / RI = 0.019 / 0.58 = 0.033 96

Untuk model AHP, matrik perbandingan dapat diterima jika nilai rasio konsistensi 0.1 (konsisten). Bila nilai CR lebih kecil dari 10%, ketidakkonsistenan pendapat masih dianggap dapat diterima. Sesuai perhitungan di atas, diketahui rata rata bobot total masing-masing kriteria penilaian kinerja jasa konsultansi. Rekapitulasi hasil bobot seluruh responden kriteria penilaian kinerja jasa konsultansi dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Bobot Seluruh Responden Kriteria Penilaian Kinerja Jasa Konsultansi Pengala Kualifikasi Pendekatan man dan Tenaga dan Perusah Ahli Metodologi aan 1 63.70 25.83 10.47 Responden 2 28.97 65.54 5.49 3 25.83 10.47 63.70 4 63.70 25.83 10.47 5 25.83 10.47 63.70 6 28.97 65.54 5.49 7 66.94 24.26 8.79 8 28.97 65.54 5.49 9 63.70 25.83 10,47 10 25.83 10.47 63.70 11 63.70 25.83 10.47 12 25.83 10.47 63.70 13 26.54 67.16 6.29 14 66.94 24.26 8.79 15 25.83 63.70 10.47 16 26.54 67.16 6.29 17 66.94 24.26 8,79 18 28.97 65.54 5.49 19 25.83 10.47 63.70 20 27.90 64.91 7.19 21 25.83 10.47 63.70 22 63.70 25.83 10.47 23 25.83 10.47 63.70 24 63.70 10.47 25.83 25 28.97 65.54 5.49 26 25.83 10.47 63.70 27 28.97 65.54 5.49 28 63.70 25.83 10.47 29 28.97 65.54 5.49 30 25.83 10.47 63.70 Rata-rata 39.63 35.14 25.23 Dari tabel 5 diatas, kualifikasi dan tenaga ahli memiliki bobot paling penting yaitu sebesar 39.63%, kemudian pendekatan dan metodologi sebesar 35.14% dan terakhir pengalaman perusahaan sebesar 25.23%. Dengan cara yang sama, ditentukan bobot masing-masing sub-kriteria dari pengalaman perusahaan, pendekatan dan metodologi, serta kualifikasi dan tenaga ahli (Tabel 6, 7, 8). Tabel 6. Rekapitulasi Bobot Sub-Kriteria Perusahaan Responden kerja di lokasi kegiatan Kapasitas perusahaan dengan memperhati kan jumlah tenaga ahli tetap Melaksanakan pekerjaan sejenis manajerial dan fasilitas utama 1 27.39 51.61 13.92 7.07 2 24.93 53.37 14.39 7.31 3 16.57 61.44 14.58 7.41 4 20.13 53.15 17.72 9.00 5 16.09 59.65 16.09 8.17 6 24.93 53.37 14.39 7.31 7 27.39 51.61 13.92 7.07 8 16.57 61.44 14.58 7.41 9 14.44 60.82 16.40 8.34 10 18.15 54.46 18.15 9.23 11 23.39 54.46 14.69 7.46 12 22.28 55.25 14.90 7.57 13 22.28 55.25 14.90 7.57 14 16.09 59.65 16.09 8.17 15 34.83 34.83 20.11 10.22 16 22.28 55.25 14.90 7.57 17 23.39 54.46 14.69 7.46 18 16.57 61.44 14.58 7.41 19 34.83 34.83 20.11 10.22 20 16.09 59.65 16.09 8.17 21 16.57 61.44 14.58 7.41 22 17.89 58.37 15.74 8.00 23 16.57 61.44 14.58 7.41 24 52.56 20.69 20.69 6.07 25 52.56 20.69 20.69 6.07 26 17.89 58.37 15.74 8.00 27 16.57 61.44 14.58 7.41 28 17.89 58.37 15.74 8.00 29 52.56 20.69 20.69 6.07 30 14.30 64.14 14.30 7.27 Ratarata 23.80 52.39 16.08 7.73 97

Dari tabel 6, kapasitas perusahaan dengan memperhatikan jumlah tenaga ahli tetap memiliki bobot paling penting yaitu sebesar 52.39%, pengalaman kerja di lokasi kegiatan sebesar 23.80%, melaksanakan pekerjaan sejenis sebesar 16.08%, dan pengalaman manajerial dan fasilitas utama sebesar 7.06%. Tabel 7. Rekapitulasi Bobot Sub-Kriteria Pendekatan dan Metodologi Pemahaman atas KAK Kualitas metodologi Hasil kerja deliverable Fasilitas pendukung 1 16.09 59.65 16.09 8.17 2 27.39 51.61 13.92 7.07 3 24.93 53.37 14.39 7.31 4 16.57 61.44 14.58 7.41 5 16.09 59.65 16.09 8.17 6 14.30 64.14 14.30 7.27 7 24.93 53.37 14.39 7.31 8 17.89 58.37 15.74 8.00 9 16.57 61.44 14.58 7.41 10 27.39 51.61 13.92 7.07 11 24.93 53.37 14.39 7.31 12 24.93 53.37 14.39 7.31 13 20.13 53.15 17.72 9.00 14 27.39 51.61 13.92 7.07 15 18.15 54.46 18.15 9.23 16 34.83 34.83 20.11 10.22 17 24.93 53.37 14.39 7.31 18 23.39 54.46 14.69 7.46 19 22.28 55.25 14.90 7.57 20 16.09 59.65 16.09 8.17 21 34.83 34.83 20.11 10.22 22 14.30 64.14 14.30 7.27 23 20.13 53.15 17.72 9.00 24 17.89 58.37 15.74 8.00 25 14.44 60.82 16.40 8.34 26 16.09 59.65 16.09 8.17 27 18.15 54.46 18.15 9.23 28 24.93 53.37 14.39 7.31 29 23.39 54.46 14.69 7.46 Dari tabel 7, kualitas metodologi memiliki bobot paling penting yaitu sebesar 54.82%, pemahaman atas KAK sebesar 21.45%, hasil kerja deliverable sebesar 15.74%, dan fasilitas pendukung sebesar 7.99%. Tabel 8. Rekapitulasi Bobot Sub-Kriteria Kualifikasi dan Tenaga Ahli Responden Responden 30 20.13 53.15 17.72 9.00 Ratarata 21.45 54.82 15.74 7.99 kerja profesional Evaluasi penawaran teknis harus melewati ambang batas teknis Sertifikat keahlian/ Profesi Tingkat pendi dikan Lainlain: penguasaan bahasa 1 54.56 16.67 16.67 6.25 5.84 2 50.34 28.84 11.55 5.67 3.60 3 23.26 14.99 47.36 9.66 4.74 4 48.96 8.71 13.51 5.61 23.22 5 32.63 17.14 32.13 6.65 11.44 6 53.30 25.34 10.15 4.67 6.54 7 58.94 10.48 14.46 6.31 9.80 8 58.23 3.76 21.50 10.04 6.47 9 24.1 14.05 45.96 5.83 10.02 10 51.07 26.42 11.71 7.82 2.98 11 23.26 14.99 47.36 9.66 4.74 12 48.96 8.71 13.51 5.61 23.22 13 53.04 10.45 25.15 6.73 4.63 14 21.81 14.06 51.73 8.18 4.23 15 28.38 25.62 34.81 6.86 4.34 16 58.23 3.76 21.50 10.04 6.47 17 50.34 28.84 11.55 5.67 3.60 18 55.41 6.47 10.57 24.20 3.35 19 32.52 18.92 36.02 6.63 5.90 20 51.07 26.42 11.71 7.82 2.98 21 50.34 28.84 11.55 5.67 3.60 22 55.41 6.47 10.57 24.20 3.35 23 51.07 26.42 11.71 7.82 2.98 24 51.07 26.42 11.71 7.82 2.98 25 24.14 14.05 45.96 5.83 10.02 26 48.96 8.71 13.51 5.61 23.22 27 25.24 14.69 46.41 9.46 4.20 28 21.81 14.06 51.73 8.18 4.23 29 25.24 14.69 46.41 9.46 4.20 30 25.50 14.84 48.55 6.16 4.95 Ratarata 41.91 16.46 26.23 8.34 7.06 Dari tabel 8, pengalaman kerja profesional memiliki bobot paling penting yaitu sebesar 41.91%, sertifikat keahlian/profesi sebesar 26.23%, evaluasi penawaran teknis harus melewati ambang batas teknis sebesar 16.46%, tingkat pendidikan sebesar 8.34%, dan terakhir penguasaan bahasa sebesar 7.06%. 98

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Penilaian kinerja jasa konsultansi terdiri dari kualifikasi dan tenaga ahli (bobot 39.63%), pendekatan dan metodologi (bobot 35.14%), serta pengalaman perusahaan (bobot 25.23). 2. Penilaian kinerja jasa konsultansi berdasar pengalaman perusahaan adalah kapasitas perusahaan dengan memperhatikan jumlah tenaga ahli tetap memiliki bobot paling penting yaitu sebesar 52.39%, pengalaman kerja di lokasi kegiatan sebesar 23.80%, melaksanakan pekerjaan sejenis sebesar 16.08%, dan pengalaman manajerial dan fasilitas utama sebesar 7.06%. 3. Penilaian kinerja jasa konsultansi berdasar pendekatan dan metodologi adalah kualitas metodologi memiliki bobot paling penting yaitu sebesar 54.82%, pemahaman atas KAK sebesar 21.45%, hasil kerja deliverable sebesar 15.74%, dan fasilitas pendukung sebesar 7.99%. 4. Penilaian kinerja jasa konsultansi berdasar kualifikasi dan tenaga ahli adalah pengalaman kerja profesional memiliki bobot paling penting yaitu sebesar 41.91%, sertifikat keahlian/profesi sebesar 26.23%, evaluasi penawaran teknis harus melewati ambang batas teknis sebesar 16.46%, tingkat pendidikan sebesar 8.34%, dan terakhir penguasaan bahasa sebesar 7.06%. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Peraturan Presiden No 54 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa. Pemerintah Negara Republik Indonesia Anonim. 2010. Standard Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Brodjonegoro, P.S.B. 1991. Petunjuk Mengenai Teori dan Aplikasi dari Model The Analytic Hierarchy Process, By Sapta Utama, Jakarta. Dipohusodo, I. 1996. Manajemen Proyek dan Konstruksi jilid I dan II, Kanisius, Yogyakarta. Dermawan, Rizky. Pengambilan Keputusan dan Perencanaan Strategis, SE, MM, Bandung. Mulyono, Sri. 1996. Teori Pengambilan Keputusan, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Saaty, T.L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta. Yana, A.A. Gede Agung, Dewa Ketut Sudarsana, Mirah K. Agung. 2008. Rancangan Pembobotan Penilaian Kinerja Jasa Konsultansi Dengan Metode Analytical Hierarchy Process. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Univ. Udayana. Denpasar. Bali 99

Halaman ini sengaja dikosongkan 100